Anda di halaman 1dari 15

TREND DAN ISSU KEPERAWATAN GERONTIK

RENDAHNYA PRODUKTIFITAS LANSIA

Disusun Oleh:

Nama: Titin Pujiastuti

NIM: 30901700093

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWAAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Populasi menua (Lanjut Usia) sebagai salah satu tantangan sosial dan ekonomi
yang amatpenting pada saat sekarang ini. Penuaan populasi adalah peningkatan
proporsi jumlah penduduk lanjut usia di suatu wilayah atau negara. Fenomena ini
ditandai dengan meningkatkan usia harapan hidup, dan disertai dengan keberhasilan
kebijakan pemerintah dalam menekankan angka kelahiran suatu wilayah dan negara.
Meningkatnya usia harapan hidup penduduk menjadi salah satu indikator keberhasilan
pembangunan (Nilasari, 2015). Namun, harapan hidup mempengaruhi dan jadi
permasalahan bagimasyarakat khususnya pasar tenaga kerja. Menjadi tantangan yang
akan terjadi pada pasar tenaga kerja karena penduduk lanjut usia akan
menentukantingkat pendapatantanpa membebani potensiyang lebih muda. Penduduk
lanjut usia yang meningkat namun tidak bisa menikmati masa pensiun memilih untuk
terus bekerja dan menginggkatkan keahlian dalam bekerja.Undang-undang No. 13
Tahun 1998 masyarakat yang dikatakan penduduk lanjut usia merupakan penduduk
berumur 60 tahun ke atas.
Burtless, 2013 pertumbuhan penduduk usia tua lebih cepat dibandingkan
penduduk muda merupakan perubahan karakteristik demografi menuju aging
population. Penurunan tingkat kelahiran penyebab lambatnya pertumbuhan penduduk
usia muda, angka harapan hidup menjadi penyebab terjadinya percepatan
pertumbuhan penduduk.
Di Indonesia, pemerintah telah menetapkan Hari Lanjut Usia Nasional pada
tanggal 29 Mei 1999. Hal tersebut akan membawa hal positif dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk ikut memikirkan kebijakan yang terbaik, sehingga lansia
di Indonesia dapat memperoleh tempat yang lebih layak dan terhormat sesuai dengan
keinginan pemerintah.
Fenomena menarik yang dibahas pada makalah ini karena meningkatnya
penduduk usia lanjut menjadikan mereka bergantung kepada penduduk usia kerja
disebut juga dengan rasio ketergantungan, merupakan perbandingan penduduk usia
non produktif termasuk lansia dengan penduduk usia produktif. Beban penduduk usia
muda atau produktif akan semakin meningkat jika jumah penduduk lansia semakin
meningkat (Affandi, 2009).Melihat bagaimana rasioketergantungan antara penduduk
tua terhadap penduduk produktif, akan timbul permasalahan di pasar tenaga kerja
karena bertambahnya usia harapan hidup lansia. Ketika lansia tetap memilih bertahan
dipasar kerja akan memicu persaingan penyerapan tenaga kerja, yang seharusnya
lansia bersantai menikmati pensiun tetapi tetap bertahan didunia kerja mengakibatkan
kesempatan kerja penduduk produktif pun akan berkurang karena bertahannya
penduduk tua pada dunia kerja.
Semua penduduk yang mencapai batas usia kerja tertentu bisa dikatakan
sebagai tenaga kerja. Usia kerja memiliki perbedaan antara negara satu dan yang lain.
Di Indonesia, batas minimum usia kerja 15 tahun dan batas maksimumnya tidak ada
(Simanjutak, 2001). Semakin banyak penduduk usia 15 tahun, maka semakin
meningkat tenaga kerja yang dimiliki negara tersebut, begitu sebaliknya.
Mason dan Lee (2011) dari segi produktivitas penduduk lansia mengkonsumsi
banyak sumber daya dibanding yang dihasilkan oleh mereka sendiri. Output yang
dihasilkan jika lansia masih bekerja sudah tidak optimal lagi mengakibatkan tingkat
pengembalian berkurang. Memasuki usia tua kebutuhan hidup menjadi lebih besar
karena fisik dan mental yang menurun mengeluarkan biaya untuk pengobatan. Maka,
penduduk lansia lebih bergantung pada penduduk yang produktivitasnya lebih tinggi
demi memenuhi kebutuhan hidup.
Jumlah ketergantungan lansia sejalan dengan besarnya populasi penduduk di
usia tua. BPS (2018) menampilkan fakta dari penduduk lansia, usia 60 tahun ke atas
pada tahun 2018 sebanyak 24,49juta jiwaatau persentase lansia mencapai 9,27%,
sebanyak 49,79%masih bekerja, persentase tersebut meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya. Data memperlihatkanpartisipasi kerja lansia di Indonesia masih tinggi.
Dalam makroekonomi menjelaskan penduduk tua masih bergantung terhadap
penduduk usia kerja, hal ini bertentangan dengan fakta diatas. Meningkatnya
partisipasi lansia untuk bekerja membuktikan sebagian dari mereka masih mampu
untuk bekerja dan membiayai kehidupan (Hermawati, 2015).
Proporsi penduduk usia 60 tahun ke atas di Jepang merupakan yang tertinggi
jika dibandingkan dengan negara-negara lain. National Institute of Population and
Social Security Researchbahkan memperkirakan pada tahun 2020 sekitar 40%
penduduk Jepang berusia 60 tahun ke atas. Tingginya angka penduduk lansia di
Jepang membuat pemerintah kewalahan dalam membayar uang pensiun. Maka dari
itu, penduduk yang ingin memundurkan waktu pensiun justru akan didukung.
Penduduk lansia yang mau menunda masa pensiun hingga di atas umur 70 tahun
diberi gaji tambahan. Pemerintah mengharapkan para lansia tidak membuang waktu
dengan sia-sia.
Hermawati (2015) penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja demi
mencukupi kebutuhan hidup karena rendahnya tingkat kesejahteraan penduduk tua.
Hayward dkk (1989, Williamson dan McNamara (2001), serta Hotopp (2005)
menyampaikan pendapatan yang diberikan perusahaan ikut mempengaruhi lansia
untuk bekerja. Namun, Williamson dan McNamara mendeteksi perbedaan penduduk
lansia muda (60-67 tahun) dengan penduduk lansia tua (68-80 tahun). Pekerja lansia
muda tetap bekerja karena pendapatan yang rendah, namun tidak berlaku bagi
penduduk lansia tua.
Tingkat pendidikan dan jenis kelamin lansia menjadi salah satu pengaruh
partisipasi kerja lansia. Laki-laki pada tingkat pendidikan rendah akan mudah mencari
kerja dibandingkan perempuan akan sulit dengan pendidikan yang sama. Hotopp
(2005), Kalwij dan Vermuelen (2005) mengatakan lansia laki-laki yang memasuki
usia tua akan lebih banyak bertahan di pasar kerja.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan pembuatan makalah ini salah satunya untuk memenuhi tugas


“Keperawatan Gerontik” disamping itu juga bertujuan untuk memberikan informasi,
gambaran, keterangan serta penjelasan-penjelasan mengenai “Trend dan Issu
Keperawatan Gerontik”.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud Produktivitas?


2. Apakah yang dimaksud Aspek-aspek Produktivitas Kerja?
3. Apa yang dimaksud faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja?
4. Apa yang dimaksud Indikator Produktivitas Kerja?
5. Apa yang dimaksud Demografi?
6. Apa yang dimaksud Pendidikan?
7. Apa yang maksud Masa kerja?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Produktivitas
a. Pengertian Produktivitas
Produktivitas kerja karyawan bagi suatu perusahaan sangatlah penting sebagai
alat pengukur keberhasilan dalam menjalankan usaha. Karena semakin tinggi
produktivitas kerja karyawan dalam perusahaan, berarti laba perusahaan dan
produktivitas akan meningkat.
Menurut Anoraga (2009) produktivitas adalah menghasilkan lebih banyak,
berkualitas lebih baik, dengan usaha yang sama. Dengan demikian produktivitas
tenaga kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya yang
dipergunakan. Sedangkan menurut Munandar (2001) produktivitas kerja adalah
keluaran dibagi masukan.
Menurut Hasibuan (2003) produktivitas adalah perbandingan antara output
(hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan
oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu, bahan, tenaga) dan sistem kerja, teknik
produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya.
Menurut Sinungan (1997) produktivitas kerja adalah jumlah output yang
dihasilkan seseorang secara utuh dalam satuan waktu kerja yang dilakukan
meliputi kegiatan yang efektif dalam mencapai hasil atau prestasi kerja yang
bersumber dari input dan menggunakan bahan secara efisien.
Menurut Mathis dalam (Butar, 2015) mendefinisikan produktivitas kerja
merupakan pengukuran dan kuantitas dari pekerjaan dengan mempertimbangkan
dari seluruh biaya dan hal yang terkait dan yang diperlukan untuk pekerjaan
tersebut.
Nawawi (1990) menyatakan bahwa pengertian produktivitas adalah
perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber
kerja yang digunakan (input). Sedangkan menurut Rivanto (1987) produktivitas
kerja adalah sebuah konsep yang menggambarkan kaitan antara hasil atau
keluaran yang dicapai dengan sumber atau masukan yang dipakai untuk
menghasilkan keluaran itu.
Menurut Ravianto (Wardani, 2008) Produktivitas kerja merupakan hasil yang
berkesinambungan antara individu tenaga kerja dengan lingkungan di luar
pekerjaan, termasuk lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya dan lingkungan
psikologi.
Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai
(output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Dengan kata
lain bahwa produktivitas memiliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah
efektivitas yang mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu
pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu. Yang
kedua yaitu, efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan
realisasi penggunaanya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan (Ashar,
2015).
Menurut Robbins (Droussiotis, 2004) Produktivitas adalah ukuran kinerja
termasuk efektivitas dan efisiensi. Efektivitas mengacu pada kemampuan untuk
mencapai tujuan, sedangkan efisiensi mengacu pada kemampuan untuk mencapai
tujuan-tujuan ini menggunakan sumber daya minimum dan mendapatkan output
maksimum. Produktivitas dapat dipelajari untuk organisasi secara keseluruhan,
kelompok atau individu pekerja.
Menurut Sedarmayanti (Almigo, 2004) menyebutkan produktivitas kerja
menunjukkan bahwa individu merupakan perbandingan dari efektivitas keluaran
(pencapaian unjuk kerja maksimal) dengan efisiensi salah satu masukan (tenaga
kerja) yang mencangkup kuantitas, kualitas dalam waktu tertentu. Produktivitas
kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan
proses input sebagai masukan dan output sebagai keluarannya yang merupakan
indikator daripada kinerja karyawan dalam menentukan bagaimana usaha untuk
mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi.
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja
merupakan perbandingan antara hasil kerja yang dicapai (output) dengan
keseluruhan sumber daya yang digunakan (input) dari tenaga kerja.
b. Aspek-aspek Produktivitas Kerja
Menurut Siagian (2008) aspek-aspek produktivitas kerja antara lain yaitu :
a. Perbaikan terus-menerus
Salah satu implikasinya adalah bahwa seluruh komponen organisasi harus
melakukan perbaikan secara terus menerus. Hal tersebut dikarenakan suatu
pekerjaan seluruh dihadapkan pada tuntutan yang terus-menerus berubah
seiring dengan perkembangan zaman.
b. Tugas pekerjaan yang menantang
Dalam jenis pekerjaan apapun akan selalu terdapat pekerjan yang menganut
prinsip minimalis, yang berarti sudah puas jika melaksanakan tugasnya dengan
hasil yang sekedar memenuhi standar minimal. Akan tetapi tidak sedikit orang
justu menginginkan tugas yang penuh tantangan.
c. Kondisi fisik tempat bekerja
Telah umum dikatakan baik oleh pakar maupun praktisi manajemen bahwa
kondisi fisik tempat bekerja yang menyenangkan diperlukan dan memberikan
konstribusi nyata dalam meningkatkan produktivitas kerja.
Sedangkan menurut Wignjosubroto (Kusuma, 2012) aspek-aspek produktivitas
terdiri dari :
a. Motivasi kerja
Dengan adanya motivasi kerja yang tinggi maka produktivitas akan
mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena danya dorongan untuk
menghasilkan yang lebih banyak dan lebih baik.
b. Efisiensi dan efektivitas kerja
Efisiensi dan efektivitas kerja adalah modal menunjang produktivitas. Sebab
dengan adanya efisiensi dan efektivitas dalam bekerja akan menimbulkan
produktivitas yang tinggi.
c. Kemampuan kerja
Kemampuan kerja seseorang karyawan sangat menentukan hasil produksi.
Apalagi kemampuan karyawan tinggi maka akan menghasilkan produk yang
tinggi, sebaliknya kemampuan karyawan rendah maka akan menghasilkan
produk yang rendah.
d. Pengalaman dan pengetahuan
Pengalaman dan pengetahuan seseorang karyawan sangat berpengaruh
terhadap produksi yang dihasilkan akan tetapi akan lebih tinggi apabila
seseorang karyawan mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek produktivitas terdiri dari perbaikan
terus menerus, tugas pekerjaan yang menantang, kondisi fisik tempat bekerja,
motivasi kerja, efisiensi dan efektivitas kerja, kemampuan kerja, pengalaman
dan pengetahuan.
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan yang
dikemukakan oleh Sedarmayanti (Dunggio, 2013) diantaranya adalah:
a. Sikap mental, berupa:
1. Motivasi Kerja
2. Disiplin Kerja
3. Etika Kerja
b. Pendidikan dan pelatihan
Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan
mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti
pentingnya produktivitas. Pendidikan disini dapat berarti pendidikan
formal maupun non formal.
c. Keterampilan
Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan
mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti
pentingnya produktivitas. Pendidikan disini dapat berarti pendidikan
formal maupun non formal.
d. Manajemen
Pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan sistem yang
diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola atau memimpin serta
mengendalikan staf atau bawahannya.
e. Hubungan Industrial
Dengan menciptakan hubungan kerja yang serasi dan dinamis antara
pimpinan dan bawahan dalam organisasi akan menciptkan ketenagan kerja
sehingga dapat memberikan motivasi secara produktif, serta dapat
menumbuhkan partisipasi aktif dalam usaha meningkatkan produktivitas.
f. Tingkat penghasilan
Apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat menimbulkan
konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan produktivitas.
g. Gizi dan Kesehatan
Apabila pegawai dapat dipenuhi gizi dan berbadan sehat, maka akan lebih
kuat bekerja, apalagi bila mempunyai semangat kerja yang tinggi maka
akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.
h. Jaminan sosial
Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada pegawainya
dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja.
i. Lingkungan dan iklim kerja
Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar
senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan
pekerjaan dengan lebih baik menuju ke arah peningkatan produktivitas.
j. Sarana produksi
Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas.
Apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik,kadang-kadang dapat
menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai.
k. Kesempatan berprestasi
Apabila terbuka kesempatan untuk berprestasi, maka akan menimbulkan
dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan
potensi yang dimilikin untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Anoraga (2004) memberi penjelasan bahwa, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan adalah :
a. Motivasi, merupakan kesediaan dan kesungguhan karyawan untuk
bergerak mencapai tujuan perusahaan yang bangkit dari dalam diri
sendiri maupun lingkungan.
b. Pendidikan, pada umumnya seseorang yang mempunyai pendidikan
yang lebih tinggi akan mempunyai produktivitas yang lebih baik.
Dengan demikian, pendidikan ternyata merupakan syarat yang penting
dalam meningkatkan produktivitas kerja.
c. Keterampilan, keterampilan banyak pengaruhnya terhadap
produktivitas kerja karyawan. eterampilan karyawan dapat
ditingkatkan melalui training, kursus-kursus, dan lain-lain.
d. Sikap etika kerja, sikap seseorang atau kelompok dalam membina
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang dalam kelompok tersebut
atau kelompok lain.
e. Tingkat penghasilan, penghasilan yang cukup berdasarkan prestasi
kerja karyawan karena semakin besar prestasi kerja karyawan semakin
tinggi upahnya.
f. Teknologi, dengan adanya kemajuan teknologi meliputi peralatan yang
semakin otomatis dan canggih, dimana bisa mendukung tingkat
produksi dan mempermudah manusia dalam melaksanakan pekerjaan.

Berbagai uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas


kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pendidikan, motivasi, disiplin
kerja, keterampilan, sikap dan etika kerja, gizi dan kesehatan, tingkat
penghasilan, lingkungan kerja dan iklim kerja, teknologi, sarana produksi.

e. Indikator Produktivitas Kerja


Menurut Ranftl (Salinding, 2011) karakteristik kunci profil karyawan yang
produktif. Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Lebih dari sekedar memenuhi kualifikasi pekerjaan.
b. Bermotivasi tinggi.
c. Mempunyai orientasi pekerjaan.
d. Dewasa.
e. Dapat bergaul dengan efektif.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa karyawan yang produktif memiliki


karakteristik yaitu lebih dari sekedar memenuhi kualifikasi pekerjaan,
bermotivasi tinggi, mempunyai orientasi pekerjaan, dewasa, dapat bergaul
dengan efektif.

B. Demografis
a. Pengertian Faktor Demografis
Faktor demografi merupakan faktor yang terkait karakteristik terpilih yang
dipertajam perbedaannya menjadi usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat
pendidikan, kelompok etnis, dan lainnya yang dinyatakan sebagai komponen dari
perubahan populasi sosial (Graziella dalam Ekawatie, 2014). Faktor demografi
berhubungan dengan masa kerja, usia dan tingkat pendidikan (Robbins dalam
Ekawatie, 2014).
b. Usia
Menurut Chaniago (2002) usia adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung
sejak lahir sampai dengan sekarang. Penentuan usia dilakukan dengan
menggunakan hitungan tahun.
Menurut Simanjuntak dalam Kumbadewi, dkk (2016) menyatakan bahwa
apabila usia pekerja beranjak naik maka tingkat produktivitas dari pegawai
tersebut akan meningkat karena pekerja tersebut berada dalam posisi usia
produktif dan apabila usia pekerja menjelang tua maka tingkat produktivitas kerja
pun akan semakin menurun karena keterbatasan faktor fisik dan kesehatan yang
mempengaruhi.
Pembagian umur menurut Hurlock, (1980) yaitu :
a. Dewasa dini : dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun.
Puncak efisiensi fisik dicapai pada usia pertengahan 20, lalu mengalami
penurunan lambat laun hingga awal usia 40 tahun. Kemampuan motorik,
orang muda mencapai puncak kekuatannya antara usia 20 dan 30 tahun.
Kecepatan respons maksimal terdapat antara usia 20 dan 25 tahun dan sesudah
itu kemampuan ini sedikit menurun.
b. Dewasa madya : dimulai pada umur 41 tahun sampai umur 60 tahun
Usia madya dipandang sebagai masa usia antara 40-60 tahu. Masa tersebut
pada akhirnya ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental.
Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula
diikuti oleh penurunan daya ingat. Selama usia madya lanjut, peubahan fisik
dan psikologis yang pertama kali mulai selama 40-an awal menjadi lebih
kelihatan.
c. Dewasa lanjut : dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian
Orang dalam usia 60-an biasanya digolongkan sebagai usia tua, yang berarti
antara sedikit lebih tua atau setelah usia madya dan usia lanjut setelah mereka
mencapai usia 70, yang menurut standar beberapa kamus berarti makin lanjut
usia seseorang dalam periode hidupnya dan telah kehilangan kejayaan masa
mudanya.
d. Usia lanjut merupakan periode kemunduran dimana fisik dan mental
mengalami penurunan secara perlahan. Seseorang menjadi tua pada usia 50
atau 60 tahun. Pemunduran datang dari faktor fisik dan sebagian dari faktor
psikologis. Penyebab fisik kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada
sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tapi karena proses menua.
Kemunduran dapat juga dari faktor psikologis seperti sikap tidak senang
terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada umurnya
dapat menujuke keadaan uzur, karena terjadi perubahan pada lapisan otak.
Menurut Moekijad dalam Padepotan (2013) bahwa golongan pelopor
usia antara 25-40tahun memiliki ciri berpikiran maju, pandai pengetahuan
luas, usaha rata-rata maju, penghasilan tinggi kaya dan memiliki produktivitas
yang tinggi. Sifat istimewanya adalah selalu ingin tahu saja dan aktif mencari
keterangan kemana-mana. Sedangkan golongan pekerja yang umurnya sudah
agak tua 45 tahun keatas dan 50 tahun keatas biasanya cenderung statis.
Kelompok ini masuk pada golongan penerimaan akhir dan golongan penolak.
Golongan penerima akhir cirinya keadaannya kurang mampu, sifatnya kurang
giat untuk hal-hal baru. Sedangkan golongan penolak cirinya antara lain
pendidikan kurang, keadilan sosial, ekonominya kurang baik.
e. Jenis Kelamin
a) Pengertian Jenis Kelamin
Sunarto (2000) Jenis kelamin sebagai istilah yang mengacu pada
perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki.Perbedaan ini terletak
antara tubuh laki-laki dan perempuan. Proses ini biasanya terjadi secara
otomatis, tanpa banyak pemikiran mendalam. Jenis kelamin dapat dikenali
dari karakteristik fisik seperti rambut di wajah, dada atau gaya busana. Orang
biasanya menampilkan jenis kelaminnya sebagai bagian utama dari presentasi
dierinya. Jenis kelamin menurut FAO (Dewi, 2012) jenis kelamin adalah
karakteristik seksual laki-laki dan perempuan yang terbentuk dalam
masyarakat.Faqih (Akmal, 2013) mendefinisikan jenis kelamin sebagai
pensifatan manusia yang didasari atas perbedaan biologis.
b) Perbedaan laki-laki dan Perempuan
Sunarto (2000) menjelaskan tentang perbedaan dari laki-laki dan
perempuanyaitu :
a. Perbedaan secara biologis
Secara biologis, pada dasarnya wujud laki-laki dan perempuan berbeda
secara fisik.Pada umumnya laki-laki berbadan kekar dan lebih berbobot
disbandingkan dengan perempuan yang umumnya lebih pendek, lebih
kecil dan kurang berotot.Fisik perempuan berbeda dengan laki-laki, suara
perempuan lebih halus, perempuan melahirkan sedangkan laki-laki tidak.
b. Perempuan dan laki-laki mempunyai perbedaan secara psikologis dimana
laki-laki cenderung lebih rasional, lebih aktif dan agresif sedangkan
perempuan sebaliknya lebih emosional dan lebih pasif. Stereotype
perempuan adalah ekspresif, artinya perhatian perempuan lebih tertuju
pada perasaan dan hubungan interpersonal. Seteotipe laki-laki adalah
instrumen, artinya bahwa perhatian laki-laki lebih tertuju pada pemecahan
masalah.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki


perbedaan dari segi biologis dan dari segi psikologis dan ciri-ciri khusus yang
berbeda.

c) Pendidikan
a) Pengertian Pendidikan
Ahmadi (2001) menjelaskan bahwa secara etimologi pendidikan
disebut paedagogie yang berasal dari bahasa Yunan, terdiri dari kata pais
artinya anak dan agai diterjemahkan membimbing, jadi paedagogie yaitu
bimbingan yang diberikan kepada anak.
Poerbakawatja dan Harahap (Syah, 2010) mendefinisikan pendidikan
sebagai usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan
pengaruhnya meningkatkan di anak ke kedewasaan yang selalu diartikan
mampu mimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.
C. Masa Kerja
a. Pengertian
Handoko (2010) masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga
kerja bekerja di suatu tempat. Menurut Oktaviani (2009) senioritas atau masa
kerja adalah lamanya seorang karyawan menyumbangkan tenaganya pada
perusahaan tertentu. Sejauh mana tenaga dapat mencapai hasil yang memuaskan
dalam bekerja tergantung dari kemampuan, kecakapan dan ketrampilan tertentu
agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Masa kerja merupakan
pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan
jabatan.
Menurut Nitisemito (Arini, 2011) masa kerja adalah lamanya seorang
karyawan menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Sejauh mana
tenaga kerja dapat mencapai hasil yang memuaskan dalam bekerja tergantung dari
kemampuan, kecakapan dan keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan baik. Masa kerja merupakan hasil penyerapan dari berbagai
aktivitas manusia, sehingga mampu menumbuhkan keterampilan yang muncul
secara otomatis dalam tindakan yang dilakukan karyawan dalam menyelesaikan
perkerjaan.
Menurut Siagian (1984) seseorang yang memiliki masa kerja yang lama di
dalam perusahaan membawa dampak positif sebagai berikut :
a. Cakrawala pandangan makin besar dan memungkinkan seseorang untuk lebih
mampu memenuhi dan mengantisipasi perubahan yang terjadi.
b. Meningkatkan produktivitas yang pada dasarnya dapat meningkatkan
penghasilan seseorang segaligus menambah kepuasan batin yang semakin
besar.
c. Memungkinkan promosi yang besar. Masa kerja yang dimiliki seseorang sejak
awal tampaknya memegang peran dalam karier seorang tenaga kerja.

Menurut Wursanto (Saoputty, 2010) seorang karyawan yang sudah lama


bekerja pada perusahaan tertentu, pastilah akan semakin banyak pengalaman yang
dimilikinya dan berarti semakin tinggi keahliannya dan keterampilan kerjanya.
Sebaliknya semakin singkat masa kerja seseorang, semakin sedikit pengalam yang
diperoleh. Masa kerja karyawan di perusahaan dihitung dalam satuan waktu yaitu
bulan atau tahun.Dapat ditarik kesimpulan bahwa masa kerja dalah waktu
seseorang dalam bekerja di suatu tempat dalam hitungan bulan dan tahun.

b. Klasifikasi
Menurut Tulus (Himawan, 2015) lamanya masa kerja dikategorikan menjadi 3:
a. Masa kerja baru: <6 tahun
b. Masa kerja sedang: 6-10 tahun
c. Masa kerja lama: >10 tahun.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja merupakan perbandingan antara
hasil kerja yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan
(input) dari tenaga kerja. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
pendidikan, motivasi, disiplin kerja, keterampilan, sikap dan etika kerja, gizi dan
kesehatan, tingkat penghasilan, lingkungan kerja dan iklim kerja, teknologi, sarana
produksi. Karyawan yang produktif memiliki karakteristik yaitu lebih dari sekedar
memenuhi kualifikasi pekerjaan, bermotivasi tinggi, mempunyai orientasi pekerjaan,
dewasa, dapat bergaul dengan efektif.
B. Saran
Setelah membuat makalah ini, agar pembaca menjadi tahu tentang
perkembangan yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang
mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh
karena itu sebaiknya sejak muda kita persiapkan dengan sebaik – sebaiknya masa tua
kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal di
masa tua.

Anda mungkin juga menyukai