DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
DOSEN PENGAMPU :
LIZAR, M.T
Puji syukur di panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat
membuat Laporan dengan judul “Perancangan Tebal Perkerasan Lentur
dengan Metode Manual Desain Perkerasan Jalan Revisi 2017 (Jalan Parit
Pisang Emas, Kota Dumai)” dan menyusun laporan ini hingga selesai. Shalawat
serta salam tak lupa pula kita ucapkan kepada junjungan alam yakni nabi besar
kita muhammmad saw.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas besar mata kuliah
Perancangan Bangunan Jalan. Adapun Laporan ini disusun berdasarkan hasil
perhitungan didalam Metode Manual Desain Perkerasan Jalan Revisi 2017.
Dengan selesainya Laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendukung serta memberikan
do’a selama pelaksanaan Kerja Praktek dan penyusunan laporan ini.
2. Bapak Lizar, M,T selaku Dosen Pengampu mata kuliah Perancangan
Bangunan Jalan Prodi D4- Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan.
3. Teman-teman kelompok yang telah berkerjasama dan membantu dalam
mengerjakan perancangan tebal perkerasan dan laporan.
Kami menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dengan
segala kekurangannya. Untuk itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan dari Laporan ini. Akhir kata kami berharap,
semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa/i dan pembaca
sekaligus demi menambah pengetahuan tentang Laporan.
Oktober 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2
ii
2.2.10 Pemilihan Struktur Perkerasan .................................................... 11
5.1 Kesimpulan................................................................................................ 48
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan antara Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku .................... 6
Tabel 2.2 Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah (Kasus
Beban Berlebih) .................................................................................................... 10
Tabel 2.5 Faktor Laju Pertumbuhan Lalu Lintas (i) (%) ...................................... 13
Tabel 2.9 Nilai VDF masing – masing jenis kendaraan niaga .............................. 17
Tabel 2.11 Desain Perkerasan Lentur Opsi Biaya Minimum Dengan CTB ......... 21
Tabel 2.13 Desain Perkerasan Lentur – Aspal dengan Lapis Fondasi Berbutir.... 24
Tabel 2.14 Penyesuaian tebal lapis fondasi agregat A untuk tanah dasar CBR ≥
7% (hanya untuk desain Tabel 2.13)..................................................................... 25
Tabel 2.16 Tinggi minimum tanah dasar di atas muka air tanah dan muka air
banjir ..................................................................................................................... 29
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
memiliki kelebihan tersendiri, dikarenakan perkerasan lentur mampu memberikan
tingkat keamanan dan kenyamanan bagi pengendara, Selain itu biaya
pembangunannya lebih ekonomis jika dibandingkan dengan kekerasan kaku.
Dengan hal ini maka penulis akan merencanakan tebal perkerasan jalan titik-titik-
titik menggunakan perkerasan lentur berdasarkan metode Bina Marga tahun 2017
04/SE/Db/2017.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari perencanaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk merencanakan tebal lapisan perkerasan lentur yang mampu untuk
menahan beban sesuai dengan masalah yang selama umur rencana
2. Merencanakan anggaran biaya yang dibutuhkan dalam perencanaan tebal
perkerasan lentur pada Jl. Parit Pisang Emas, Kecamatan Dumai Barat,
Kota Dumai
2
b. Ruang lingkup pembahasan
Ruang lingkup pembahasan dalam hal ini adalah merencanakan tebal lapisan
perkerasan lentur yang mampu untuk menahan beban sesuai dengan masalah
yang selama umur rencana di Jl. Parit Pisang Emas, Kecamatan Dumai Barat,
Kota Dumai dan melakukan perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) dan
hanya ingin mengetahui dan mendapatkan biaya yang dibutuhkan untuk
merencanakan perkerasan lentur (flexible pavement)s erta tidak membahas
secara sepesifik mengenai bahan, upah, peralatan, serta analisa satuannya.
c. Ruang lingkup metode
Ruang lingkup metode yang digunakan adalah metode Bina Marga tahun
2017 nomor 04/SE/Db/2017 untuk merencanakan tebal lapisan perkerasan
lentur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Pengertian Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan adalah merupakan suatu konstruksi jalan yang disusun
sedemikian rupa, kemudian menjadi satu kesatuan yang membentuk suatu
perkerasan jalan yang berfungsi sebagai penunjang beban lalu lintas di atasnya
yang kemudian akan disalurkan ke tanah dasar. Pada dasarnya perkerasan jalan
menggunakan material utama berupa agregat dan bahan pengikat.
Menurut Sukirman (1999) konstruksi perkerasan yang berkembang saat ini
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Lapisan-lapisan perkerasan
bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
b. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton
dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa
lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.
c. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement), yaitu perkerasan kaku
yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur
diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku diatas perkerasan lentur.
Sebelum menentukan penggunaan jenis konstruksi perkerasan yang akan
dipakai sebaiknya perlu diketahui terlebih dahulu perbedaan antara perkerasan
lentur dan perkerasan kaku dalam hal perbedaan respon jika terjadi repetisi beban,
penurunan tanah dasar, dan perubahan temperatur. Terdapat perbedaan utama
antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku sebagaimana diberikan pada Tabel
2.1.
5
Tabel 2.1 Perbedaan antara Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku
PerkerasanLentur PerkerasanKaku
1 BahanPengikat Aspal Semen
2 RepetisiBeban Timbulrutting(lendu Timbulretakretakpa
tan padajalurroda) da permukaan
3 Penurunantanahdasar Jalanbergelombang Bersifatsebagaibalok
(mengikutitanahdasar) di atas perletakan
4 Perubahantemperatur -Modulus -Modulus
kekakuanberubah. kekakuantidak
- berubah
-
Timbultegangandala Timbultegangandala
m yangkecil (1999))
(Sumber:Sukirman m yangbesar
6
c. Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah
pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya
kepadatan yang kurang baik.
2.2.3 Lapisan Pondasi Bawah (Subbase)
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas
lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas.Lapis pondasi bawah ini
berfungsi sebagai :
a. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah
dasar.
b. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
c. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas.
d. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
e. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
7
a. Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
b. Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapis aus).
c. Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke
lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
d. Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul
oleh lapisan di bawahnya.
Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus
(wearing course) di atas lapis permukaan tersebut.Fungsi lapis aus ini adalah
sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air
dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus tidak
diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.
8
a. Penentuan tebal perkerasan (full depth pavement) untuk bagian jalan yang
direncanakan akan mendapatkan penanganan “pelebaran jalan”;
b. Penentuan tebal lapis ulang (overlay) di atas jalan aspal apabila tidak dapat
disediakan / tidak terdapat data Benkelman Beam;
c. Penentuan tebal perkerasan untuk bagian jalan yang harus direkonstruksi
(seluruh perkerasan lama dibongkar);
d. Penentuan tebal perkerasan jalan baru.
DCP atau Dynamic Cone Penetrometer adalah alat yang digunakan untuk
mengukur daya dukung tanah dasar jalan langsung di tempat (in situ). Daya
dukung tanah dasar tersebut diperhitungkan berdasarkan pengolahan atas hasil test
DCP yang dilakukan dengan cara mengukur berapa dalam (mm) ujung konus
masuk ke dalam tanah dasar tersebut setelah mendapat tumbukan palu geser pada
landasan batang utamanya. Korelasi antara banyaknya tumbukan dan penetrasi
ujung conus dari alat DCP ke dalam tanah akan memberikan gambaran kekuatan
tanah dasar pada titik-titik tertentu. Makin dalam konus yang masuk untuk setiap
tumbukan artinya makin lunak tanah dasar tersebut. Pengujian dengan
menggunakan alat DCP akan menghasilkan data yang setelah diolah akan
menghasilkan CBR lapangan tanah dasar pada titik yang ditinjau.
Jika pada tanah dasar dengan kedalaman sampai dengan 1 meter terdapat
beberapa lapisan tanah dengan daya dukung (nilai CBR) yang berbeda, maka nilai
CBR lapangan pada titik tersebut diperhitungkan berdasarkan nilai CBR yang
mewakili nilai-nilai CBR lapisan-lapisan tanah dimaksud.
9
2.2.8 Analisa Volume Lalu Lintas
Dalam analisis lalu lintas, terutama untuk menentukan volume lalu lintas
pada jam sibuk dan lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) agar mengacu pada
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). LHRT yang dihitung adalah untuk
semua jenis kendaraan kecuali sepeda motor, ditambah 30% jumlah sepeda motor.
Untuk keperluan desain volume lalu lintas dapat diperoleh dari:
a. Survei lalu lintas actual dengan durasi 7 x 24 jam. Pelaksanaan survei mengacu
pada Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas dengan Cara Manual Pd T-
10-2004-B atau dapat mengacu menggunakan peralatan dengan
pendekatan yang sama.
b. Hasil-hasil survei sebelumnya.
c. Untuk jalan dengan lalu lintas rendah dapat menggunakan nilai perkiraan
Tabel 2.2 Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah (Kasus
Beban Berlebih)
10
Menurut Sukirman (1999) umur rencana untuk perkerasan lentur jalan
baru umumnya diambil 20 tahun dan untuk peningkatan jalan 10 tahun. Umur
rencana yang lebih besar dari 20 tahun tidak lagi ekonomis karena perkembangan
lalu lintas yang terlalu besar dan sukar mendapatkan ketelitian yang memadai
(tambahan tebal perkerasan menyebabkan biaya awal yang cukup tinggi).
11
Tabel 2.4 Pemilihan Jenis Perkerasan
12
Tabel 2.5 Faktor Laju Pertumbuhan Lalu Lintas (i) (%)
.............................................................................2.1
13
Kapasitas lajur mengacu Permen PU No.19/PRT/M/2011 tentang
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan berkaitan rasio
antara volume dan kapasitas jalan yang harus dipenuhi.
Tabel 2.6 Faktor Distribusi Lajur (DL)
14
Jika survei beban gandar tidak memungkikan dilakukan oleh perencana
dan data survei beban gandar sebelumnya tidak tersedia, maka nilai VDF dapat
menggunakan Tabel 2.8 dan Tabel 2.9 untuk menghitung ESA. Tabel 2.8
menunjukkan nilai VDF regional masing-masing jenis kendaraan niaga yang
diolah dari studi WIM yang dilakukan oleh Ditjen Bina Marga pada 2012-
2013.
Apabila survei lalu lintas yang dilakukan dapat mengidentifikasi jenis dan
muatan kendaraan niaga, maka dapat digunakan data VDF masing-masing
kendaraan menurut Tabel 2.9.
15
Tabel 2.8 Nilai VDF masing–masing jenis kendaraan niaga
16
Tabel 2.9 Nilai VDF masing – masing jenis kendaraan niaga
17
2.2.14 Beban Sumbu Standar Kumulatif (CESAL)
Beban sumbu standar kumulatif atau Cumulative Equivalent Single
Axle Load (CESAL) merupakan jumlah kumulatif beban sumbu lalu lintas
desain pada lajur desain selama umur rencana dan sesuai dengan VDF
masing-masing kendaraan niaga yang ditentukan pada persamaan 2.2, yang
ditentukan sebagai berikut :
ESATH-1= ( Σ LHRJK x VDFJK ) x 365 x DD x DL x R ..................................2.2
Dimana :
ESA TH-1 : Kumulatif lintasan sumbu standar ekivalen (equivalent
standard axle) pada tahun pertama
LHRJK : Lintas harian rata-rata tiap jenis kendaraan niaga (satuan
kendaraan per hari)
VDFJk : Faktor ekivalen beban (Vehicle Damage Factor)
tiap jenis kendaraan niaga sesuai Tabel 2.8 dan Tabel 2.9
DD : Faktor distribusi arah (nilainya antara 0,3 – 0,7)
DL : Faktor distribusi lajur (Tabel 2.6)
R : Faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif(Persamaan 2.1)
Nilai CESA4 yang didapat dikalikan dengan nilai Traffic Multiplier (TM)
untuk mendapatkan nilai kumulatif akibat kelelahan lapisan aspal (CESA 5).
Nilai TM dengan kondisi beban yang berlebih di Indonesia berkisar 1.8 – 2.
18
diduga terdapat kesalahan data, harus dilakukan perhitungan lalu lintas
khusus sebelum perencanaan akhir dilakukan.
Tabel 2.10 Pemilihan Jenis Perkerasan
19
Desain perkerasan berdasarkan lalu lintas rencana dan pertimbangan
terendah ditunjukkan pada Tabel 2.11, 2.12, 2.13, 2.14. Solusi lain dapat dipilih
untuk menyesuaikan dengan kondisi setempat. Namun demikian, disarankan
untuk tetap menggunakan prosedur desain pada manual ini sebagai langkah awal
untuk semua desain.
Basis dari prosedur desain perkerasan lentur dengan campuran
berasapal yang digunakan pada manual ini adalah karakteristik mekanik
material dan analisis struktur perkerasan secara mekanistik. Metode ini
menghubungkan masukan berupa beban roda, struktur perkerasan dan sifat
mekanik material, dengan keluaran berupa respons perkerasan terhadap beban
roda seperti tegangan, regangan atau lendutan.
Respons struktural tersebut digunakan untuk memprediksi kinerja
struktur perkerasan dalam hal deformasi permanen dan retak lelah.
Karena prediksi didasarkan pada kinerja material di laboratorium dan
pengamatan di lapangan, pendekatan ini disebut sebagai mekanistik empiris.
20
Tabel 2.11 Desain Perkerasan Lentur Opsi Biaya Minimum Dengan CTB
21
4. Hanya kontraktor yang cukup berkualitas dan memiliki akses terhadap peralatan yang sesuai dan keahlian yang
diizinkan melaksanakan pekerjaan CTB. LMC dapat digunakan sebagai pengganti CTB untuk pekerjaan di area sempit
atau jika disebabkan oleh ketersediaan alat.
5. AC BC harus dihampar dengan tebal padat minimum 50 mm dan maksimum 80 mm.
Catatan:
1. merupakan alternatif untuk daerah yang HRS menunjukkan riwayat kinerja yang baik dan daerah yang dapat
menyediakan material yang sesuai (gap graded mix).
22
2. HRS tidak sesuai untuk jalan dengan tanjakan curam dan daerah perkotaan dengan beban lebih besar dari 2 juta
ESA5
3. Kerikil alam dengan atau material stabiisasi dengan CBR > 10% dapat merupakan pilihan yang paling ekonomis
jika material dan sumberdaya penyedia jasa yang mumpuni tersedia. Ukuran material LFA kelas B lebih besar dari
pada kelas A sehingga lebih mudah mengalami segregasi. Selain itu, ukuran butir material kelas B yang lebih
besar membatasi tebal minimum material kelas B. Walaupun dari segi mutu material kelas A lebih tinggi daripada
kelas B, namun dari segi harga material LFA kelas A dan B tidak terlalu berbeda sehingga untuk jangka panjang
LFA kelas A dapat menjadi pilihan yang lebih kompetitif.
23
Tabel 2.13 Desain Perkerasan Lentur – Aspal dengan Lapis Fondasi Berbutir
24
3. Untuk perkerasan lentur dengan beba > 10 juta CESA5, diutamakan menggunakan desain Tabel 2.10. Desain tabel 2.12
digunkan jika CTB sulit untuk diimpelementasikan. Solusi FFF5 - FFF9 dapat lebih praktis daripada desain Tabel 2.10.
Tabel 2.14 Penyesuaian tebal lapis fondasi agregat A untuk tanah dasar CBR ≥ 7% (hanya untuk desain Tabel 2.13)
25
2.2.16 Menentukan Struktur Pondasi Jalan
Desain pondasi jalan adalah desain perbaikan tanah dasar dan lapis
penopang (capping), micro pilling (cerucuk), drainase vertical, pra-
pembebanan dan berbagai penanganan lain yang diperlukan untuk
membentuk perletakan pendukung struktur perkerasan lentur, baik untuk
kondisi tanah biasa maupun tanah lainnya yang lazim ditemui di Indonesia.
Tiga faktor penting di dalam desain perkerasan adalah lalu lintas, tanah
dasar dan pengaruh air. Selain itu, pada kasus perkerasan yang harus dibangun
di kawasan dengan tanah bermasalah seperti gambut dan tanah lunak,
karakteristik tanah bersangkutan merupakan faktor yang sangat penting karena
analisis tanah dasar biasa tidak dapat menghasilkan perkerasan dengan kinerja
yang diharapkan.
Umur rencana pondasi jalan untuk semua perkerasan baru maupun
pelebaran digunakan minimum 40 tahun karena:
a. Pondasi jalan tidak dapat ditingkatkan selama umur pelayanannya
kecuali dengan cara rekonstruksi menyeluruh.
b. Perkerasan lentur dengan desain fondasi di bawahstandar mungkin
memerlukan perkuatan dengan lapisan aspal tambahan berulangkali
selama masa pelayanannya sehingga biaya total perkerasan menjadi lebih
mahal dibandingkan dengan perkerasan yang didesain dengan baik.
c. Perkerasan kaku di atas tanah lunak dengan desain fondasi di bawah standar
cenderung mengalami keretakan dini yang dalam kasus terburuk mungkin
memerlukan penggantian pelat beton.
Tabel 2.15 menunjukkan tebal minimum lapis penopang untuk mencapai
CBR desain 6% yang digunakan untuk pengembangan katalog desain tebal
perkerasan. Apabila lapis penopang akan digunakan untuk kendaraan
konstruksi mungkin diperlukan lapis penopang yang lebih tebal.
Pertimbangan-pertimbangan di bawah ini berlaku dalam pelaksanaan lapis
penopang.
26
a. Persyaratan umum
1. Material yang digunakan sebagai lapis penopang harus berupa bahan
timbunan pilihan. Jika lapisan tersebut di bawah permukaan air harus
digunakan material batuan atau material berbutir. Dalam hal ini harus
digunakan material berbutir dengan kepekaan terhadap kadar air rendah.
2. Dapat berfungsi sebagai lantai kerja yang kokoh sepanjang periode
pelaksanaan.
3. Tebal minimum 600 mm untuk tanah ekspansif.
4. Elevasi permukaan lapis penopang harus memenuhi persyaratan tinggi
minimum tanah dasar di atas muka air tanah dan muka air banjir,
dijelaskan dalam Tabel 2.16.
5. Kedalaman alur roda pada lapis penopang akibat lalu lintas selama
periode konstruksi tidak lebih dari 40 mm.
6. Mencapai ketebalan tertentu sehinggapermukaan lapis penopang dapat
dipadatkan dengan alat pemadat berat.
b. Metode pemadatan
Lapis penopang harus dipadatkan dengan metode dan mencapai tingkat
kepadatan yang ditentukan atau yang disetujui oleh direksi pekerjaan.
Pada bagian bawah lapis penopang kepadatan yang mungkin dapat dicapai
cenderung lebih kecil daripada 95% kepadatan kering maksimum.
c. Geotekstil
Jika tanah asli jenuh atau cenderung akan jenuh pada masa pelayanan,
geotekstil sebagai pemisah harus dipasang diantara lapis penopang dan
tanah asli. Material lapis penopang yang terletak langsung di atas
geotekstil harus material berbutir.
27
Tabel 2.15 Solusi Desain Pondasi Jalan Minimum
Tabel 2.16 Tinggi minimum tanah dasar di atas muka air tanah dan muka air
banjir
29
2.2.17 Pengertian Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana Anggaran Biaya ( RAB) merupakan estimasi biaya dalam proyek
konstruksi yang ditunjukan untuk menaksirkan/ memperkirakan nilai pembiayaan
pada suatu proyek. Dalam proses konstruksi, RAB sendiri dibuat oleh berbagi
pihak sesuai dengan kepentingan masing-masing, mulai dari pemilik (owner),
Konsultan teknik ( perencana), hingga kontraktor (pelaksana).
Sebagai sebuah Rencana Anggaran Biaya, kontraktor menyerahkan saat
mengikuti pelaksanaan pelelangan sebagai harga penawaran. RAB sebenarnya
juga hasil daari analisisi / hasil dari estimasi tertinggi yang dapat dicapai dan
menghasilkan bangunan atau produk yang aman. Bila lelang sudah dimenangkan
oleh kontraktor, maka RAB tersebut selanjutnya harus disepakati sebagai RAB
yang akan di terapkan untuk proyek itu sendiri.
Adapun tujuan RAB adalah sebagai berikut :
a. Bagi pemilik ( owner), RAB bertujuan untuk menentukan biaya investasi,
modal yang dibutuhkan, pengaturan perputaran pembiayaa, juga kelayakan
ekonomi dari proyek.
b. Bagi konsultan ( Perencana), RAB bertujuan untuk menentukan dan
mengakomondasi kelayakan suatu rancangan sebagai salah satu dokumen yang
menjadi acua pada saat lelang, dan bermanfaat untuk penilaian kelayakan harga
penawaran. RAB juga dapat di gunakan untuk menilai kemajuan pekerjaan dari
proyek yang sedang dilakukan.
c. Bagi Kontraktor ( pelaksana), RAB dibuat sebagai landasan dalam menentukan
harga untuk kepentingan penawaan pada suatu proses perlelangan, selain itu
juga untuk proses pengendalian proyek, termasuk pengendalian Biaya.
30
c. Akumulasi perhitungan volume pekerjaan
d. Harga satuan
e. Safety Factor
f. Biaya operasi dan perawatan
g. Peraturan pemerintah
h. Biaya tidak terduga
i. Letak bangunan
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
32
Gambar 3.1 Peta Kota Dumai
(Sumber : Google Maps)
33
No. Data Jenis Data Sumber
1. Peta Lokasi Penelitian Sekunder Dinas PU
2. Geometrik Jalan Primer Survei
3. LHR Primer Survei
4. CBR Tanah Dasar Primer Survei
5. Pertumbuhan Lalu Lintas Sekunder Dinas Infokom
c. Tahap Survei
1. Tahap survey LHR (Lintas Harian Rata-rata)
Survei ini dilakukan untuk mengetahui jenis dan total kendaraan yang
lewat di lapangan berdasarkan jenis kendaraan dengan cara mencatat
setiap jenis kendaraan yang lewat. Adapun jenis kendaraan yang disurvei
yaitu sepeda motor, mobil pribadi, kendaraan dengan, kendaraan berat, dan
kendaraan tak bermotor. adapun form yang digunakan dalam melakukan
survei ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Arah
Periode
Utara Selatan
(jam)
KB KR SM KTB KB KR SM KTB
34
adapun form survei yang digunakan dalam pengujian DCP dapat dilihat
pada gambar berikut:
Penetrasi
No. Angka DCP CBR
(p) (P) X (C)
Pukulan
cm mm mm %
0
1
2
3
4
5
6
7
dst
Total ∑P ∑ PC
35
MULAI
IDENTIFIKASI MASALAH
DISETUJUI
PERENCANAAN TEBAL
PERKERASAN BINA MARGA
2017 (MDPJ 2017)
PERHITUNGAN RENCANA
ANGGARAN BIAYA (RAB)
SELESAI
36
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang akan dipaparkan pada tugas besar ini merupakan hasil
yang didapat dalam Manual Desain Perkerasan Jalan Revisi 2017 tanpa survei di
lapangan.
Adapun data lalu lintas yang digunakan merupakan data lalu lintas standar
untuk kelas jalan rencana dari lokal menjadi arteri, data LHR yang direncanakan
yaitu 2000 kendaraan.
4.2 Pembahasan
Pada pokok pembahasan ini, yang akan dibahas adalah hasil hitungan dari
data yang ada. Adapun yang akan dibahas sebagai berikut.
37
Berdasarkan jenis jalan yang telah ditentukan yaitu jalan arteri untuk
wilayah Sumatera maka nilai I yang digunakan yaitu 4,83 %.
Pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana dihitung dengan faktor
pertumbuhan kumulatif
(Cumulative Growth Factor):
38
Kelompok kami memilih jenis perkerasan lentur serta elemen
perkerasannya adalah lapisan aspal dan lapisan berbutir dengan umur
rencana 20 tahun.
2. Pemilihan Struktur Perkerasan
Pemilihan jenis perkerasan akan bervariasi berdasarkan volume lalu
lintas, umur rencana, dan kondisi fondasi jalan. Batasan pada Tabel
2.4 tidak mutlak, perencana harus mempertimbangkan biaya
terendah selama umur rencana, keterbatasan dan kepraktisan
pelaksanaan. Pemilihan alternatif desain berdasarkan manual ini
harus didasarkan pada discounted lifecycle cost terendah.
Tabel 2.10 Pemilihan Jenis Perkerasan
39
Tabel 4.6 Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan Lalu Lintas
Rendah
Pada perencaan jalan ini, untuk jumlah lajur setiap arah yaitu 2
dengan DL diambil 90%.
40
5. Vehicle Damage Factor (VDF) Lihat di tabel 4.5 beban sumbu
kendaraan rencana.
Pada perencaan jalan ini, jenis kendaraan niaga yang paling banyak
menggunakan jalan tersebut adalah kendaraan truk 2 sumbu – sedang
(6b1.2). faktor ekivalen beban untuk VDF 4 adalah 1,6 dan VDF 5
adalah 1,7.
6. Beban Sumbu Standar Kumulatif
Beban sumbu standar kumulatif atau Cumulative Equivalent Single
Axle Load (CESAL) merupakan jumlah kumulatif beban sumbu lalu
lintas desain pada lajur desain selama umur rencana, yang ditentukan
sebagai berikut:
Perhitungan:
a. LHR 2020
Kendaraan ringan = 2000 - (2000 x (7%/100))
= 1860 kendaraan
41
Kendaraan berat = 2000 x (7%/100)
= 140 kendaraan
b. LHR 2040
Kendaraan ringan =0
Kendaraan berat = 359,616 x 1,6 x 0,5 x 0,9 x 365
= 3261249,7
f. ESA 5
Kendaraan ringan =0
Kendaraan berat = 359,616 x 1,7 x 0,5 x 0,9 x 365
= 3069411,93
42
b. Desain Pondasi Jalan Minimum
Pada perencanaan jalan ini, dengan nilai ESA 5 yaitu > 4 maka tebal untuk
perbaikan tanah dasar sebesar 300 mm.
43
Gambar 4.1 Gambar Perkerasan Baru (Pelebaran)
(sumber : Data olahan, 2020)
a. Data Jalan :
• Panjang Jalan = 2191 meter
• Lebar Jalan = 6 meter
• Tebal Jalan = 0,78 meter
44
b. Daftar Kuantitas Dan Harga
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 3 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 3,008,231,203
45
DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR
6.1 (1) Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair/Emulsi Liter 11,147.8 41,821.73 466,220,574
6.1 (2a) Lapis Perekat - Aspal Cair/Emulsi Liter 4,035.8 41,961.93 169,350,868
46
c. Rekapitulasi
REKAPITULASI
PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN
Proyek / Bagpro : Peningkatan Jalan Parit Pisang Emas
Prop / Kab /
Kodya : Riau/ Kota Dumai
Jumlah Harga
No. Divisi Uraian Pekerjaan
(Rupiah)
1 Umum 336,580,000
3 Pekerjaan Tanah Dan Geosintetik 3,008,231,203
5 Pekerasan Berbutir Dan Perkerasan Beton Semen 1,093,235,367
6 Perkerasan Aspal 9,428,083,548
(A) Jumlah Harga Pekerjaan ( termasuk Biaya Umum dan Keuntungan ) 13,866,130,118
(B) Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) = 10% x (A) 1,386,613,012
(C) JUMLAH TOTAL HARGA PEKERJAAN = (A) + (B) 15,252,743,130
Terbilang : Lima belas milyar dua ratus lima puluh dua juta tujuh ratus empat puluh tiga ribu seratus
tiga puluh rupiah
47
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perencanaan perkerasan lentur Jl. Parit Pisang Emas, Kecamatan
Dumai Barat, Kota Dumai dengan panjang 2191 m, dari STA 0+000 s.d STA
2+191 diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. Dari analisa dengan metode Bina Marga tahun 2017, pada proyek ini lebar
jalan 6 m dengan klasifikasi dari status jalan arteri. Kemudian perencanaan
jalan menggunakan perkerasan lentur dengan tebal masing-masing lapisan
sebagai berikut :
1. Lapis Asphalt Concreate Wearing Course (AC-WC) : 4 cm
2. Lapis Asphalt Concreate Binder Course (AC-BC) : 6 cm
3. Lapis Asphalt Concreate Base (AC-Base) : 8 cm
4. LPA Kelas A : 30 cm
5. Perbaikan Tanah Dasar (Tanah timbunan) : 30 cm
b. Setelah melakukan perencanaan tebal perkerasan lentur, dilakukan
perhitungan rencana anggaran biaya. Didapat rencana anggaran biaya
(RAB) pada proyek ini adalah sebesar Rp. 15.252.743.130 (Lima Belas
Milyar Dua Ratus Lima Puluh Dua Juta Tujuh Ratus Empat Puluh Tiga
Ribu Seratus Tiga Puluh Rupiah).
5.2 Saran
Sesuai dengan kesimpulan yang diperoleh diatas, maka ada beberapa hal yang
dapat dihasilkan pada perencanaan ini yaitu :
a. Agar konstruksi dapat bertahan / mencapai umur rencana yang diharapkan
hendaknya dilakukan kegiatan perawatan secara rutin, sehingga dapat
meminimalkan terjadinya kerusakan pada konstruksi pada konstruksi
sehingga dapat berfungsi sesuai umur rencana.
48
b. Pada pelaksanaan di lapangan hendaknya tetap berpedoman pada spesifikasi
teknis yang ada dan dapat mengikuti sesuai hasil dari perencanaan sehingga
terjadinya kesalahan pada pelaksanaan dapat ditekan sekecil mungkin.
c. Untuk lebih mendukung hasil rencana yang dihasilakn dalam mencapai hasil
yang lebih efektif dan efesien, maka perlu dilakukan pengecekan pemeriksaan
CBR dan Coodril pada jalan tersebut.
49
DAFTAR PUSTAKA
http://rafiuelcivil54.blogspot.com/2017/10/definisi-cbr-teknik-sipil
california.html?m=1, diakses pada tanggal 12 November 2020, pukul 13.05 WIB.
https://www.pengadaanbarang.co.id/2019/08/pengertian-rab-rap-dan-
contohnya.html?m=1, diakses pada tanggal 12 November 2020, pukul 13.10 WIB.
50