Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya penyempitan
pada pembuluh darah di otak sehingga aliran darah dan oksigen ke otak
terhambat bahkan terhenti. Penyumbatan tersebut dapat membuat sistem
syaraf yang terhenti suplai darah dan oksigennya rusak bahkan mati sehingga
organ tubuh yang terkait dengan sistem syaraf tersebut akan sulit bahkan tidak
bisa di gerakan (Maulana, 2014 dalam Umi Faridah.2018).
Secara global, stroke menjadi penyebab nomor dua kematian dan
penyebab ketiga kecacatan. Sekitar 70% penyakit stroke dan 87% kematian
dan disabilitas akibat stroke terjadi pada negara berpendapatan rendah dan
menengah (Johnson et al., 2016 dalam Syah Reza 2021). Kejadian stroke pada
negara berpendapatan rendah dan menengah meningkat lebih dari dua kali
lipat selama empat dekade terakhir. Rata-rata stroke terjadi dan menyebabkan
kematian lebih banyak pada negara yang berpendapatan rendah dan menengah
dibandingkan dengan negara berpendapatan tinggi (Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI, 2019). Di Indonesia, angka prevalensi kejadian stroke tahun
2018 meningkat dibandingkan tahun 2013, yaitu dari 7% pada tahun menjadi
10,9% tahun 2018. Prevalensi stroke berdasarkan diagosis dokter sebesar
8,3% di Provinsi Lampung tahun 2018 (Riskesdas, 2018 dalam Syah Reza
2021).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan stroke ?
2. Apa saja etiologi dari penyakit stroke ?
3. Apa saja manifestasi dari penyakit stroke ?
4. Bagaimana phatway dari penyakit stroke ?
5. Bagaimana patofisiologi pada penyakit stroke ?
6. Apa saja farmakologi dari penyakit stroke ?
7. Apa saja diet nutrisi dari penyakit stroke ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit stroke ?

1
9. Apa saja manejemen perawatan dari penyakit stroke?
10. Apa saja rehabilitasi dari penyakit stroke?
11. Apa saja legal etis keperawatan dari penyakit stroke?
12. Apa saja fungsi advokasi dari penyakit stroke?
13. Apa saja healt edukasi dari penyakit stroke?
14. Jelaskan askep teori pada penyakit stroke?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan stroke ?
2. Untuk mengetahui apa saja etiologi dari penyakit stroke ?
3. Untuk mengetahui apa saja manifestasi dari penyakit stroke ?
4. Untuk mengetahui phatway dari penyakit stroke ?
5. Untuk mengetahui patofisiologi pada penyakit stroke ?
6. Untuk mengetahui apa saja farmakologi dari penyakit stroke ?
7. Untuk mengetahui apa saja diet nutrisi dari penyakit stroke ?
8. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit stroke ?
9. Untuk mengetahui apa saja manejemen perawatan dari penyakit stroke?
10. Untuk mengetahui apa saja rehabilitasi dari penyakit stroke?
11. Untuk mengetahui apa saja legal etis keperawatan dari penyakit stroke?
12. Untuk mengetahui apa saja fungsi advokasi dari penyakit stroke?
13. Untuk mengetahui apa saja healt edukasi dari penyakit stroke?
14. Untuk mengetahui askep teori pada penyakit stroke?

1. Manfaat
 Bagi Institusi pendidikan

1. Terciptanya mahasiswa yang paham tentang asuahn keperawatan


pada pasien dengan Penyakit Stroke
2. Menambah referensi pendidikan mengenai Keperawatan Medikal
Bedah III

2
 Bagi Mahasiswa

Berdasarkan tujuan penulisan di atas penulis dapat menyimpulkan


manfaat sebagai berikut :
1. Bagi institusi Pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan bacaan di bidang kesehatan untuk menambah bahan
informasi.
2. Bagi penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam
mengembangkan membaca yang efektif dan mampu berfikir logis.
3. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit stroke

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Stroke merupakan penyakit yang cukup berbahaya. Penyakit ini termasuk
penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan
kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini
bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh
darah. Stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang
diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari
itu (Suparjo, 2013 dalam faridah.2018).
Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang disebabkan oleh
cedera fokal akut pada sistem saraf pusat misalnya otak, retina, atau saraf
tulang belakang oleh penyebab vascular (Campbell & Khatri, 2020 dalam
syah reza,2021).
Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan
neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah ke bagian dari
otak. Terdapat 2 jenis stroke yang utama yaitu stroke iskemik dan juga stroke
hemoragi yaitu
1. Stroke iskemik disebabkan oleh adanya penyumbatan akibat gumpalan
aliran darah baik itu sumbatan karena trombosis (penggumpalan darah
yang menyebabkan sumbatan di pembuluh darah) atau embolik (pecahnya
gumpalan darah/udara/benda asing yang berada dalam pembuluh darah
sehingga dapat menyumbat pembuluh darah ke otak) ke bagian otak.
2. Stroke hemoragik diakibatkan karena perdarahan ke dalam jaringan otak
atau ruang subarakhonoid. Stroke hemoragik merupakan suatu kondisi
gawat darurat, yang disebabkan oleh pecahnya salah satu pembuluh darah
di dalam otak, yang memicu perdarahan di sekitar otak. Akibatnya, aliran
darah pada sebagian otak berkurang atau terhenti, yang kemudian
menyebabkan pasokan oksigen ke otak berkurang, sehingga memicu
kematian sel otak dan dapat mengganggu fungsi otak secara permanen.
Jika perdarahan terjadi di dalam otak disebut dengan perdarahan

4
intraserebral, sedangkan pendarahan yang terjadi di pembuluh darah yang
terdapat pada selaput otak. ( wening sari,dkk. 2016)

B. Etiologi
1. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)
Arteriosklerosis serebral dan pelambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama thrombosis serebral, yang adalah penyebab yang paling
umum dari stroke. Tanda-tanda thrombosis serebral bervariasi. Sakit
kepala. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau
kejang. Secara umum, thrombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba,
dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia (brunner & suddarth, 2001).
2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain).
Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endokarditis
infeksi, penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi
pulmonal adalah tempat-tempat diasal emboli. Mungkin saja bahwa
pemasangan katup jantung prostetik dapat mencetuskan stroke, karena
terdapat peningkatan insidens embolisme setelah prosedur ini. Resiko
stroke setelah pemasangan katup dapat dikurangi dengan terapi
antikoagulan pasca operatif kegagalan pacu jantung, fibrilasi atrium, dan
kardiversi untuk fibrilasi atrium adalah kemungkinan penyebab lain dari
emboli serebral dan stroke.
Embolis biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-
cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral.
3. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak).
4. Iskemia serebral(insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena
konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
5. Hemoragi serebral(pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan
ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah
penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan
sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, sensasi.

5
 Menurut Harsono (2002 : 60) membagi factor risiko yang dapat ditemui
pada klien dengan Stroke yaitu:
Faktor risiko utama
a Hipertensi
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya
pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak menyempit maka
aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami
kematian.
b Diabetes Mellitus
Debetes mellituas mampu, menebalkan dinding pembuluh darah
otak yang berukuran besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan
menyempitkan diameter pembuluh darah yang akan menggangu
kelancaran aliran darah ke otak, pada akhirnya akan menyebabkan
kematian sel- sel otak.
c Penyakit Jantung
Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan strok.
Dikemudian hari seperti Penyakit jantung reumatik, Penyakit jantung
koroner dengan infark obat jantung dan gangguan irana denyut
janung. Factor resiko ini pada umumnya akan menimbulkan hambatan
atau sumbatan aliran darah ke otak karena jantung melepaskan sel- sel
/ jaringan- jaringan yang telah mati ke aliran darah.
d Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA dapat terjadi beberapa kali dalan 24 jam/ terjadi berkali- kali
dalam seminggu. Makin sering seseorang mengalami TIA maka
kemungkinan untuk mengalami stroke semakin besar.

 Faktor Resiko Tambahan


1. Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan Trigliserida.
Meningginya kadar kolesterol merupakan factor penting untuk
terjadinya asterosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah
yang diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah.
2. Kegemukan atau obesitas.

6
3. Merokok
Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan
mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan
peningkatan kekentalan darah.
4. Riwayat keluarga dengan stroke
5. Lanjut usia
Penyakit darah tertentu seperti polisitemia dan leukemia. Polisitemia
dapat menghambat kelancaran aliran darah ke otak. Sementara
leukemia/ kanker darah dapat menyebabkan terjadinya pendarahan
otak.
6. Kadar asam urat darah tinggi.

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Brunner & suddarth( 2001), Stroke
menyebabkan berbagai deficit neurologi, tergantung pada lokasi
lesi(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran kolateral(sekunder atau aksesori). Fungsi otak
yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
Stroke iskemik Stroke hemoragik
 Mengalami kelumpuhan atau rasa  Beberapa bagian tubuh terasa
kebas di sebagian tubuh, terutama lemah mendadak.
pada wajah dan salah satu tangan  Kelumpuhan atau mati rasa di
dan kaki. beberapa bagian tubuh.
 Kesulitan berbicara.  Sulit berbicara.
 Sulit mengendalikan gerakan mata.  Sulit mengendalikan gerakan mata.
 Kesulitan melihat dengan kedua  Muntah dengan cairan yang
mata. menyembur.
 Kesulitan berjalan.  Kesulitan berjalan.
 Sulit mengkoordinasi gerakan  Pernapasan tidak teratur.
tubuh.  Hilang kesadaran.
 Kehilangan keseimbangan.  Sakit kepala yang sangat parah dan
 Pernapasan tidak teratur. tiba-tiba

7
 Hilang kesadaran.  Ketidakmampuan untuk melihat
 Sakit kepala. cahaya terang
 Leher kaku
 Pusing
 Kebingungan
 Kejang
 Koma

D. Patofisiologi
Faktor resiko stroke seperti gaya hidup, Diabetes Melitus, riwayat
penyakit jantung dan sebagainya dapat menyebabkan kerja norepinefrin
dipembuluh darah meningkat sehingga tekanan darah meningkat atau
hipertensi akut. Hipertensi yang terus menerus dapat mengakibatkan
timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh darah yang dapat
menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan menyebar dengan
cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh darah
otak. Perubahan yang terus berlanjut ini dapat menyebabkan pembuluh darah
otak (serebral) pecah sehingga terjadi stroke hemoragik (Rahmayanti, 2019).
Mekanisme yang sering terjadi pada stroke perdarahan intraserebral adalah
faktror dinamik yang berupa peningkatan tekanan darah. Kenaikan tekanan
darah secara mendadak ini dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah. Jika
pembuluh darah tersebut pecah, maka akan menyebabkan perdarahan.
Pecahnya pembuluh darah otak mengakibatkan darah masuk ke dalam
jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak
dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan Transient Iskemic
Attack (TIA) yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan Intraserebral sering dijumpai di
daerah pituitary glad, thalamus, subkartikal,lobus parietal, nucleus kaudatus,
pons, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur
dinding pembuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid
(Perdana,2017).

8
Perdarahan subarachnoid (PSA) yang mengacu pada perdarahan otak di
bawah arachnoid, sering menyebabkan onset cepat defisit neurologis dan
hilangnya kesadaran. Perdarahan subarachnoid ini akan direspon tubuh
dengan cara mengkonstraksi pembuluh darah (vasokonstriksi atau
vasospasme) yang diransang oleh zat-zat yang bersifat vasokonstriksi seperti
serotonin, prostaglandin, dan produk pecahan darah lainnya. Keadaan ini akan
memicu ion kalsium untuk masuk kedalam sel otot polos pembuluh darah.
Akibatnya konstraksi atau spasme akan semakin hebat dan lambat laun, yaitu
sekitar hari kelima setelah perdarahan, kontraksi akan mencapai puncaknya
sehingga terjadi penutupan lumen atau saluran pembuluh darah secara total
dan darah tidak dapat mengalir lagi ke sel saraf yang bersangkutan. Akhirnya
terjadi kematian pada sel saraf dan menyebabkan kehilangan control
mengakibatkan terjadinya hemiplegi dan hemiparesis. Hemiplegi dan
hemiparesis dapat mengakibatkan kelemahan pada alat gerak dan
menyebabkan keterbatasan dalam pergerakan fisik pada ekstremitas sehingga
muncul masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik (Black dan Hawks,
2014)
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM (Arteriovenous
Malformati). Aneurisma paling sering di dapat pada percabangan pembuluh
darah besar di sirkulasi willis sedangkan AVM (Arteriovenous Malformatio)
dapat dijumpai pada jaringan otak di permukaan pia meter dan ventrikel otak,
ataupun di dalam ventrikel otak dan ruang subarachnoid. Aneurisma
merupakan lesi yang didapatkan karena berkaitan dengan tekanan
hemodinamik pada dinding arteri percabangan dan perlekukan. Prekursor awal
aneurisma adalah adanya kantong kecil melalui arteri media yang rusak.
Kerusakan ini meluas akibat tekanan hidrostatik dari aliran darah pulsatif dan
turbulensi darah, yang paling besar berada di bifurcatio atrei. Suatu anuerisma
matur memiliki sedikit lapisan media, diganti dengan jaringan ikat, dan
mempunyai lamina elastika yang terbatas atau tidak ada sehingga mudah
terjadi ruptur. Saat aneurisma ruptur, terjadi ekstravasasi darah dengan
tekanan arteri masuk ke ruang subarachnoid dan dengan cepat menyebar
melalui cairan serebrospinal mengelilingi otak dan medulla spinalis.

9
Ekstravasasi darah menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
global dan mengiritasi meningeal (Munir, 2015).
Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan
subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarachnoid
dapat mengakibatkan vasopasme pembuluh darah serebral. Vasopasme ini
seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya
hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya
vasopasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari
darah dan dilepaskan ke dalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh darah
arteri di ruang subarachnoid. Ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia, dan lain-lain) (Wati, 2019).

E. Pathway

10
F. Farmakologi
1. Terapi farmakologi untuk stroke hemoragik
a. Obat analgesik, antipiretik, AINS,anti pirai.
Dengan pilihan obat paracetamol yang paling banyak digunakan.
Penggunaan paracetamol ini disebabkan karena pasien stroke juga
disertai demam (hipertemi) yang ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh mencapai 37,50C setelah 48 jam onset stroke. Hipertemi diatasi
dengan pemberian antipiretik, dosis yang diberikan adalah 500 mg
hingga 4 kali sehari bila perlu.
b. Anti alergi dan obat untuk anafilaksis
dexamethasone yang digunakan untuk menghambat pembentukan
edema akibat cedera kepala pada perdarahan serebral yang diantaranya
subdural, epidural, intraserebral, dan batang otak.
c. Antiepilepsi dan antikonvulsi
obat fenitoin yang paling banyak digunakan untuk hampir semua jenis
epilepsi atau kejang, kecuali bangkitan lena. Kejang merupakan gejala
neurologis paling umum terjadi pada penderita stroke usia lanjut. Hal
ini sering terjadi pada pasien dengan malformasi arteriovenosa, stroke
batang otak, perdarahan subarakhnoid atau riwayat kejang atau
epilepsi.
d. Obat yang mempengaruhi darah
Asam traneksamat. Digunakan untuk mencegah terjadinya perdarahan
ulang pasca serangan stroke perdarahan. Perdarahan ulang ini
berdampak buruk karena dapat mengakibatkan penurunan kesadaran
bahkan kematian.
e. Antidiabetes parenteral
Novorapid merupakan insulin yang memiliki waktu kerja sangat cepat
sekitar 3-5 jam yang digunakan untuk pasien stroke hemoragik dengan
penyakit diabetes melitus tipe 2. Mempertahankan kondisi
normoglikemia menjadi bagian yang penting dalam penatalaksanaan
stroke. Kadar gula darah diusahakan secepat mungkin dikontrol dalam

11
rentang 100-150 mgl/dL. Sedangkan untuk penderita diabetes melitus,
disarankan target gula darah antara 100-200 mg/dL.
f. Obat kardiovaskular
Obat amlodipin paling banyak digunakan untuk menurunkan tekanan
darah pada pasien stroke hemoragik. Pemantauan tekanan darah pasien
sangat diperlukan untuk membantu pengambilan keputusan bagi para
klinis untuk memberikan terapi antihipertensi.
g. Larutan elektrolit, nutrisi, dan lainlain
larutan elektrolit NaCL yang paling banyak digunakan sebagai
penanganan pertama pada pasien stroke hemoragik untuk menghindari
terjadinya dehidrasi yang akan meningkatkan viskositas darah.
h. Obat saluran cerna
ranitidine yang paling banyak digunakan. Karena, pasien stroke
hemoragik ada yang memiliki masalah pada lambung. Selain itu juga,
untuk mencegah terjadinya stress ulcer, serta mengatasi obat-obat yang
berefek samping pada lambung, akibat pemakaian antiplatelet dan obat
non steroid.
i. Vitamin dan mineral
vitamin C. Karena penggunaan vitamin pada pasien stroke
berhubungan dengan kadar homosistein dalam darah. Homosistein
merupakan salah satu faktor risiko stroke yang apabila kadarnya
didalam darah tinggi maka risiko stroke akan meningkat.( Nony L.dkk
2020)
2. Stroke iskemik
Pendekatan terapi pada stroke akut adalah menghilangkan sumbatan pada
aliran darah dengan menggunakan obat. Terapi yang dilakukan antara lain:

a. Trombolitik Intravena

1) Trombolitik Intravena
Terapi trombolitik intravena terdiri dari pemberian Recombinant
Tissue Plasminogen Activator (rtPA), pemberian agen trombolitik
lain dan enzim defibrogenating. Pemberian rtPA dapat

12
meningkatkan perbaikan outcome dalam 3 bulan setelah serangan
stroke apabila diberikan pada golden period yaitu dalam onset 3
jam.
2) Trombolitik Intraarterial
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan outcome terapi stroke
dengan perbaikan kanal middle cerebral artery (MCA). Contoh
agen trombolitik intraarterial adalah prourokinase.
b. Terapi Antiplatelet
Terapi antiplatelet bertujuan untuk meningkatkan kecepatan
rekanalisasi (pembukaan kembali pembuluh darah yang tersumbat)
spontan dan perbaikan mikrovaskuler (pembuluh darah berukuran
kecil). Contoh agen antiplatelet oral yaitu aspirin, clopidogrel,
dipiridamol-aspirin (ASA), tiklopidin. Agen antiplatelet intravena
adalah platelet glikopotein IIb/IIIa, abciximab intravena (Ikawati,
2014)

G. Diet/Nutrisi
Berikut adalah jenis-jenis bahan makanan yang dianjurkan dan dibatasi untuk
para penderita stroke:

Golongan Bahan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Makanan
Sumber Beras, kentang, ubi, Produk olahan yang dibuat
Karbohidrat singkong, terigu, hunkwe, dengan garam dapur,
tapioka, sagu, gula, madu soda/baking powder, kue-kue
yang terlalu manis

Sumber Protein Daging sapi dan ayam tidak Daging sapi dan ayam
Hewani berlemak, ikan, telur, susu berlemak, jerohan, otak, hati,
skim, dan susu penuh ikan banyak duri, susu penuh,
dalam jumlah terbatas keju, es krim, dan produk
olahan protein hewani yang
diawet seperti daging asap dan

13
dendeng
Sumber Protein Semua kacang-kacangan Semua produk olahan kacang-
Nabati dan produk olahan yang kacangan yang diawet dengan
dibuat dengan garam dapur, garam natrium atau digoreng
dalam jumlah terbatas
Sayuran Sayuran berserat sedang Sayuran menimbulkan gas
dimasak, seperti bayam, (sawi, kol, kembang kol,
kangkung, kacang panjang, lobak), sayuran berserat tinggi
labu siam, tomat, taoge, (daun singkong, katuk,
dan wortel melinjo, dan sayuran mentah

Buah-buahan Buah segar, dibuat jus atau Buah yang menimbulkan gas
disetup seperti pisang, seperti nangka dan durian,
pepaya, jeruk, mangga, buah yang diawet dengan
nenas, dan jambu biji natrium seperti buah kaleng
(tanpa bahan pengawet) dan asin
Sumber Lemak Minyak jagung dan minyak margarin atau mentega, santal
kedelai, minyak nabati kental, dan gorengan

Minuman Teh, kopi, cokelat dalam Teh, kopi, cokelat dalam


jumlah terbatas jumlah tak terbatas, minuman
bersoda dan alkohol
Prinsip Diet pada penyakit stroke sebagai berikut : 
 Prinsipnya penatalaksanaan gizi pada pasien stroke adalah
mengoptimalkan pemenuhan energi dalam mencegah katabolisme.
Kebutuhan energi 25 – 45 kkal/kgBB (Berat badan ideal), pada kondisi
akut 1100 – 1500 kkal/hari, dinaikkan bertahap sesuai kondisi pasien
 Protein 0,8 – 1,5 g/kg berat badan ideal per hari (normal).
 Lemak 20 – 35% dari total kebutuhan energi. Hindari penggunaan
margarin atau mentega, santal kental, dan gorengan, disarankan untuk
menggunakan minyak nabati
 Karbohidrat 60 – 70% dari total kebutuhan energi, diberikan cukup
terutama karbohidrat kompleks dan karbohidrat dengan indeks glikemik
rendah seperti labu, ubi, singkong, beras merah

14
 Serat 25 – 30 g/hari
 Cairan 1500 – 2000 ml/hari
 Kolesterol <200 mg/hari
 Vitamin dan mineral pemecah homosistein seperti vitamin A, B2, B6,
B12, B9, C dan E. Mineral diberikan cukup terutama kalsium, magnesium,
dan natrium. Sumber diperoleh dari sayuran dan buah – buahan.
(Suharyanti S.2020)

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic yang diperlukan dalam membantu menegakkan
diagnosis klien stroke meliputi:
1 Laboratorium
Mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan bila
perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
2 CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau
infark Memperlihatkan adanya edema,hematoma,iskemia dan infak
catatan:mungkin tidak denagan secara menunjukan semua perubahan
tersebut

3 MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya


struktur otak, Menunjukan daerah yang mengalami infart, hemoragik,
malformasi, arteriovena (MAV).

15
4 Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri, adanya titik okualsi atau
rupture.

5 Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada tombosis, emboli
serebral, dan TIA , tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya hemoragik subarachnoid atau perdarahan intre
karnial. kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan
dengan adanya proses inflamasi
6 Ultrasonografi dopler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena.Mengedintifikasi penyakit
arteriovena (masalah system arteri katotis aliran darah/muncul plak
arteriosklerotik).

16
7 Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari masalah yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat
pada thrombosis serebral, klasifikasi parsial dinding anoerisma pada
perdarahan subarachnoid. Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal (DoengesE, Marilynn,2000).
8 EEG
Menidintifikasi masalah berdasarakan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

9 Penggunan skala stroke NIH (National Institute Of Health) sebagai


pengkajian status neurologis pasien dengan stroke. Yaitu untuk
menentukan status defisit neurologis pasien dan penunjang stadium

I. Manajemen keperawatan atau pembedahan


1. Medis
a) Hemoragik
Pembedahan (Surgical Intervention), contoh pembedahan nya adalah
carotid endarterectomy dan carotid stenting. Pembedahan hanya efektif
bila lokasi perdarahan dekat dengan permukaan otak.

17
b) Iskemik
 Pembedahan (Surgical Intervention)
Pembedahan yang dilakukan meliputi carotid endarcerectomy dan
pembedahan lain. Tujuan terapi pembedahan adalah mencegah
kekambuhan TIA (transient ischemic attack) dengan menghilangkan
sumber penyumbatan.
 Intervensi Endovaskuler
Intervensi Endovaskuler terdiri dari: angioplasty dan stenting,
mechanical clot disruption dan clot extraction. Tujuan dari intervensi
endovaskuler adalah menghilangkan trombus dari arteri intrakranial.
2. Keperawatan
a. Phase Akut :
 Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi
dan sirkulasi.
 Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30
menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian
dexamethason.
 Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan
kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral
berkurang.
b. Post phase akut :
 Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
 Program fisiotherapi
 Penanganan masalah psikososial

J. Rehabilitasi
Rehabilitasi stroke adalah pengelolan medik dan rehabilitasi yang
komprehensif terhadap disabilitas yang diakibatkan oleh stroke agar
penyandang stroke mampu melakukan aktivitas fungsional secara mandiri,
dapat beradaptasi dengan lingkungan dan mencapai hidup yang

18
berkualitas.Setelah terjadi stroke maka intervensi selanjutnya yaitu mencegah
komplikasi penurunan neurologis dan imobilitas
Program tersebut mencakup latihan fisik dari yang paling sederhana,
seperti menggerakkan jari, hingga berdiri dan berjalan. Anda juga bisa belajar
menggunakan alat bantu mobilitas, seperti tongkat dan kursi roda. Terapi
lainnya mencakup terapi wicara untuk berkomunikasi dan terapi okupasi
untuk membantu meningkatkan kekuatan dan koordinasi otot.
Rehabilitasi medik untuk pasien pasca stroke rutin dilakukan beberapa kali
dalam sepekan, bisa dua hingga tiga kali. Tingkat keberhasilan pemulihan
bergantung pada kondisi masing-masing pasien, termasuk motivasi dan
semangat menjalani program rehabilitasi hingga tuntas

K. Aspek Legal Etis


1. Otonomi (autonomy)
Yaitu hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembelaan
diri.
2. Berbuat baik ( beneficience)
Yaitu melakukan sesuatu yang baik, kebaikan, memerlukan pencegahan
dari kesalahan atau kejahatan.
3. Keadilan (justice)
Yaitu prinsip Adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip moral,
legal dan kemanusiaan.
4. Tidak merugikan (nonmaleficence)
Yaitu prinsip Tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.
5. Kejujuran (veracity)
Prinsip yang berarti penuh dengan kebenaran, mengatakan segala yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
6. Menepati janji (fidelity)

19
Prinsip yang dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
7. Kerahasiaan (confidentiality)
Informasi klien harus dijaga, segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien.
8. Akuntabilitas (accountability)
Merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidal jelas atau tanpa terkecuali.

L. Fungsi Advokasi
1. Otonomi, memberikan hak kemandirian kepada klien untuk melakukan
kegiatan yang masih dapat ia lakukan misalnya, mandi, gosok gigi, dll.
Untuk tindakan yang akan diberikan pada klien seperti diberi obat anti
nyeri untuk diminum namun klien menolak maka perawat tidak bisa
memaksakan klien untuk tetap minum obat tetapi perawat dapat
melakukan pendekatan secara bertahap.
2. Berbuat baik, memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dan dapat
meningkatkan derajat kesehatannya misalnya: pemberian obat nyeri untuk
meringankan rasa nyeri.
3. Keadilan, memberikan pelayanan kesehatan kepada klien dan tidak
memandang usia ataupun jenis kelaminnya.
4. Tidak merugikan, menjaga keamanan lingkungan pasien seperti memasang
pengaman di tempat tidur.
5. Kejujuran, memberikan informasi yang sesungguhnya tentang penyakit
pasien jika pasien bertanya-tanya
6. Menepati janji, memberikan pelayan kesehatan sesuai janji yang telah
dilakukan dengan klien.
7. Kerahasian, merahasiakan segala sesuatu yang terjadi pada pasien bila
pasien yang memintanya, dan termasuk keluarganya tidak boleh
mengetahui.

20
8. Akuntabilitas, perawat memberikan pelayanan secara professional kepada
pasien sehingga pasien merasa nyaman.

M. Healt Education
1. Mengatur pola makan yang sehat dengan Mengurangi konsumsi natrium
dan meningkatkan konsumsi kalium. Dietary approach to stop
hypertension (DASH) direkomendasikan untuk menurunkan berat badan.
Diet dengan banyak buah dan sayur yang tinggi kalium dapat mengurangi
risiko stroke.
2. Mengutamakan makanan yang berserat, protein nabati, sayuran dan buah
buahan
3. Jangan makan berlebihan dan perhatikan menu seimbang
4. Berhenti merokok
5. Hindari meminim alkohol dan penyalahgunaan obat penggunaan obat
seperti heroin
6. Kontrol rutin tekanan darah, jika tekanan darah naik maka dapat meminum
obat antihipertensi

N. Teori Asuhan Keperawatan


Pengkajian keperawatan pada klien stroke hemoragik adalah sebagai berikut :
1. Anamnesis (Khaira, 2018)
a. Identitas Klien
b. Umur
Stroke dapat menyerang semua umur, tetapi lebih sering dijumpai pada
populasi usia tua. Setelah berumur 55 tahun, risikonya berlipat ganda
setiap kurun waktu sepuluh tahun. Pada stroke hemoragik dengan
perdarahan intraserebral lebih sering ditemukan pada usia 45-60 tahun,
sedangkan stroke hemoragik dengan perdarahan subarachnoid lebih
sering ditemukan pada usia 20-40 tahun.
c. Jenis Kelamin
Laki-laki lebih cenderung terkena stroke lebih tinggi dibandingkan
wanita, dengan perbandingan 1,3 : 1, kecuali pada usia lanjut laki-laki

21
dan wanita hampir tidak berbeda. Laki-laki yang berumur 45 tahun
bila bertahan hidup sampai 85 tahun kemungkinan terkena stroke 25%,
sedangkan risiko bagi wanita hanya 20%. Pada laki-laki cenderung
terkena stroke iskemik sedangkan wanita lebih sering menderita stroke
hemoragic subarachnoid dan kematiannya 2 kali lebih tinggi
dibandingkan laki-laki.
d. Pekerjaan
Stroke dapat menyerang jenis pekerjaan lainnya dan beberapa ahli
menyebutkan bahwa stroke cenderung diderita oleh golongan dengan
sosial ekonomi yang tinggi karena berhubungan dengan pola hidup,
pola makan, istirahat dan aktivitas. Hasil penelitian menunjukkan
sebagaian besar (50%) berpendidikan sarjana, yang memiliki
kecenderungan adanya perubahan gaya dan pola hidup yang dapat
memicu terjadinya stroke
2. Keluhan Utama
Keluhan yang didapatkan biasanya gangguan motorik kelemahan anggota
gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, nyeri
kepala, gangguan sensorik, kejang, penurunan kesadaran (Gefani, 2017).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak pada
saat pasien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar selain gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain (Rahmayanti, 2019).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat diabetes mellitus, penyakit jantung,
anemia, trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat
antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. Selain
itu, pada riwayat penyakit dahulu juga ditemukan riwayat tinggi
kolesterol, merokok, riwayat pemakaian kontrasepsi yang disertai
hipertensi dan meningkatnya kadar estrogen, dan riwayat konsumsi
alcohol (Khaira, 2018).

22
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
mellitus atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu (Khaira, 2018).
6. Pola Fungsi Kesehatan (Wati, 2019)
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Kesehatan
Berkaitan dengan fungsi peran yang tergambar dari penyesuaian atau
pencerminan diri yang tidak adekuat terhadap peran baru setelah stroke
serta masih menerapkan pola tidak sehat yang dapat memicu serangan
stroke berulang. Pengkajian perilaku adaptasi interdependen pada
pasien paska stroke antara lain identifikasi sistem dukungan sosial
pasien baik dari keluarga, teman, maupun masyarakat
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pasien stroke sering mengalami disfagia yang menyebabkan gangguan
intake dan pola nutisi. Respons adaptasi tidak efektif yang sering
ditunjukkan pasien antara lain mual, muntah, penurunan asupan nutrisi
dan perubahan pola nutrisi. Stimulus fokal yang sering menyebabkan
respons adaptasi tidak efektif pada pola nutrisi pasien stroke yaitu
disfagia dan penurunan kemampuan mencerna makanan. Stimulus
konstekstual yaitu kelumpuhan saraf kranial, faktor usia dan
kurangnya pengetahuan tentang cara pemberian makanan pada pasien
stroke yang mengalami disfagia. Stimulus residual yaitu faktor budaya
serta pemahaman pasien dan keluarga tentang manfaat nutrisi bagi
tubuh.
c. Pola Eliminasi
Pengkajian eliminasi meliputi BAB dan BAK, konsistensi feses,
jumlah dan warna urin, inkontinensia urin, inkontinensia bowel, dan
konstipasi. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermitten
dengan teknik steril. Inkontinensia urin yang berlanjut menunjukkan
kerusakan neurologis luas.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Sulit beraktivitas, kehilangan sensasi penglihatan, gangguan tonus otot,
gangguan tingkat kesadaran.

23
e. Pola Tidur dan Istirahat
Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
f. Pola Hubungan dan Peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara
g. Pola Sensori dan Kognitif
Sinkop atau pingsan, vertigo, sakit kepala, penglihatan berkurang atau
ganda, hilang rasa sensorik kontralateral, afasia motorik, reaksi pupil
tidak sama
7. Pemeriksaan Fisik (Amanda, 2018)
a. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran menurun karena terjadinya perdarahan yang
menyebabkan kerusakan otak kemudian menekan batang otak.
Evaluasi tingkat kesadaran secara sederhana dapat dibagi atas :
b. Tanda-Tanda Vital
Ditemukan nafas cepat dan tekanan darah tinggi
c. Pemeriksaan Head To Toe
1) Pemeriksaan Kepala
a) Kepala : Pada umumnya bentuk kepala pada pasien stroke
normocephalik
b) Rambut : Pada umumnya tidak ada kelainan pada rambut pasien
c) Wajah : Biasanya pada wajah klien stroke terlihat miring
kesalah satu sisi.
2) Pemeriksaan Integumen
a) Kulit : Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan
tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan
jelek.
b) Kuku : Biasanya pada pasien stroke hemoragik ini capilarry
refill timenya < 3 detik bila ditangani secara cepat dan baik
3) Pemeriksaan Dada
Pada inspeksi biasanya didapatkan klien batuk, peningkatan
produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan

24
peningkatan frekuensi pernafasan. Pada auskultasi biasanya
terdengar bunyi nafas tambahan seperti ronchi pada klien dengan
peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk menurun yang
sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat
kesadaran koma. Pada klien dengan tingkat kesdaran compos
mentis, pada pengkajian inspeksi biasanya pernafasan tidak ada
kelainan. Palpasi thoraks didapatkan fremitus kiri dan kanan, dan
pada ausklutasi tidak didapatkan bunyi nafas tambahan
4) Pemeriksaan Abdomen
Biasanya pada klien stroke didapatkan distensi pada abdomen,
dapatkan penurunan peristaltik usus, dan kadang-kadang perut
klien terasa kembung.
5) Pemeriksaan Genitalia
Biasanya klien stroke dapat mengalami inkontinensia urinarius
sementara karena konfusi dan ketidakmampuan mengungkapkan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal
karena kerusakan control motorik dan postural. Kadang- kadang
kontrol sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang. Selama
periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril,
inkontenesia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.
6) Pemeriksaan Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
Biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT biasanya
normal yaitu < 2 detik.Pada pemeriksaan nervus XI (aksesorius) :
biasanya pasien stroke hemoragik tidak dapat melawan tahanan
pada bahu yang diberikan perawat. Pada pemeriksaan reflek,
biasanya saat siku diketuk tidak ada respon apa-apa dari siku,
tidak fleksi maupun ekstensi (reflek bicep (-)) dan pada
pemeriksaan tricep respon tidak ada fleksi dan supinasi (reflek
bicep (-)). Sedangkan pada pemeriksaan reflek hoffman tromer

25
biasanya jari tidak mengembang ketika diberi reflek (reflek
Hoffman tromer (+)).
b) Ekstremitas Bawah Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat
pemeriksaan bluedzensky I kaki kiri pasien fleksi ( bluedzensky
(+)). Pada saat telapak kaki digores biasanya jari tidak
mengembang (reflek babinsky (+)). Pada saat dorsum pedis
digores biasanya jari kaki juga tidak beresponn (reflek caddok
(+)). Pada saat tulang kering digurut dari atas ke bawah biasanya
tidak ada respon fleksi atau ekstensi (reflek openheim (+)) dan
pada saat betis diremas dengan kuat biasanya pasien tidak
merasakan apa-apa (reflek gordon (+)). Pada saat dilakukan
reflek patella biasanya femur tidak bereaksi saat di ketukkan
(reflek patella (+)).
7) Pemeriksaan Neurologis
Biasanya ada gangguan di nervus IV yaitu penurunan kemampuan
koordinasi gerakan mengunyah

Diagnosa keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri atau vena d.d nadi
perifer menurun

2. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d aneurisma serebri

3. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan d.d pola nafas
abnormal (takipneu, bradipneu)

4. Resiko aspirasi b.d penurunan tingkat kesadaran

5. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d otot menelan


lemah

6. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d kekuatan otot
menurun

7. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan neuromuscular d.d afasia

Intervensi

26
No SDKI SLKI SIKI

1. Perfusi perifer Perfusi perifer Perawatan sirkulasi


tidak efektif
b.d penurunan Observasi
aliran arteri INDIKATOR  Periksa sirkulasi perifer
atau vena d.d  Identifikasi faktor resiko gangguan
nadi perifer Denyut nadi perifer sirkulasi ( mis. hipertensi)
menurun Edema perifer Terapeutik

Kelemahan otot  Lakukan pencegahan infeksi


 Lakukan hidrasi
Tekanan darah sistolik Edukasi
Tekanan darah distolik  Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah, dll, jika
perlu
 Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
 Anjurkan program rehibilitasi
vascular
 Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi ( mis. rendah
lemak jenuh, minyak ikan, dll)
2. Resiko perfusi Perfusi serebral Manajemen peningkatan tekanan
serebral tidak intracranial
efektif b.d
aneurisma Observasi
INDIKATOR
serebri  Identifikasi penyebab peningkatan
Tingkat kesadaran TIK (mis. edema serebral)
Tekanan intra kranial  Monitor tanda/gejala peningkatan
TIK (mis. tekanan darah meningkat,
Sakit kepala kesadaran menurun,dll)
 Monitor ICP ( intra cranial
Nilai rata-rata tekanan darah pressure), jika perlu
 Monitor CPP ( cerebral perfusion
Kesadaran
preasure)
Terapeutik

 Minimalkan stimulus dengan


menyediakan lingkungan yang
tenang
 Cegah terjadinya kejang
 Atur ventilator agar PaCO2 optimal

27
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian sedasi dan


anti konvulsan, jika perlu
3. Pola nafas Pola napas Pemantauan respirasi
tidak efektif
b.d depresi Observasi
pusat INDIKATOR  Monitor frekuensi,
pernafasan d.d irama,kedalaman dan upaya nafas
pola nafas Kapasitas vital  Monitor pola nafas ( mis.
abnormal Tekanan ekspirasi bradipneu, takipneu, dll)
(takipneu,  Monitor adanya sumbatan jalan
bradipneu) Tekanan inspirasi nafas
 Monitor saturasi oksigen
Dyspnea  Monitor hasil x-ray thorak
Terapeutik
Frekuensi napas
 Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
 Dokumentasi hasil pemantuan
Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu

4. Resiko Tingkat aspirasi Pencegahan aspirasi


aspirasi b.d
penurunan Observasi
tingkat INDIKATOR  Monitor tingkat kesadaran, batuk,
kesadaran muntah dan kemampuan menelan
Tingkat kesadaran  Monitor status pernafasan
Kemampuan menelan Terapeutik

Dispneu  Posiskan semi fowler (30-45


derajat) 30 menit sebelum memberi
Kelemahan otot asupan oral
 Pertahankan kepatenan jalan nafas (
Akumulasi secret misl, teknik head tilt chin lift, jaw
thrust, in line)
 Lakukan penghisapan jalan nafas,
jika produksi sekret meningkat
 Berikan makanan dengan ukuran
kecil atau lunak

28
 Berikan obat oral dalam bentuk cair
Edukasi

 Anjurkan makan secara perlahan


 Ajarkan strategi mencegah aspirasi
 Ajarkan teknik menguyah atau
menelan, jika perlu
5. Defisit nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi
b.d
ketidakmamp Observasi
uan menelan INDIKATOR  Identifikasi status nutrisi
makanan d.d  Identifikasi alergi dan intoleransi
otot menelan Kekuatan otot menguyah makannan
lemah Kekuatan otot menelan  Identifikasi makanan yang di sukai
 Identifikasi perlunya pengganggu
Berat badan selang nasogastrik
 Monitor asupan makan
Frekuensi makan  Monitor berat badan
Nyeri abdomen  Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik

 Lakukan oral hygine sebelum


makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet
(misl, piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
 Berikan tinggi kalorin dan tinggi
protein
 Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogatrik jika asupan oral
dapat di toleransi
Edukasi

 Anjurkan posisi duduk, jika perlu


 Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian medikasi


sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antlemetik,), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
jumlah kalori dan jenis nutrien yang
di butuhkan, jika perlu
6. Gangguan Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi

29
mobilitas fisik Observasi
b.d penurunan
kekuatan otot INDIKATOR  Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
d.d kekuatan Pergerakan ekstremitas  Monitor kondisi umum selama
otot menurun melakukan mobilisasi
Kekuatan otot
Terapeutik
Rentang gerak (ROM)
 Fasilitasi aktivitas mobilisasi
Nyeri dengan alat bantu ( mis. pagar
tempat tidur)
Kelemehan fisik  Fasilitasi melakukan pergerakan,
jika perlu
 Libatkan keluargav pasien
Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur


mobilisasi
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, dll)

BAB III

30
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit yang cukup berbahaya. Penyakit ini termasuk
penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan
kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini
bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh
darah. Stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang
diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari
itu (Suparjo, 2013 dalam faridah.2018).
B. Saran
Pendidikan terhadap pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu
ditingkatkan baik secara formal dan informal khususnya pengetahuan yang
berhubungan dengan keperawatan medikal bedah III tentang asuhan
keperawatan pada pasien stroke dengan harapan institusi pendidikan mampu
mengerjakan pengenalan terhadap berbagai keperawatan medikal bedah.
Semoga makalah tentang keperawatan medikal bedah ini dapat bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

31
Bakri, A., Irwandy, F., & Linggi, E. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Tentang Perawatan Pasien Stroke Di Rumah Terhadap Tingkat Pengetahuan
Keluarga. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1 SE-
Articles).https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.299

Hardianto, Y., Rijal, R., & Adliah, F. (2020). Gambaran Efektivitas Penerapan
Program Rehabilitasi Stroke Berbasis Rumah di Kota Makassar. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 18–23.

Nony L. Poana, Weny I. Wiyono, Deby A. Mpila (2020) Pola Penggunaan Obat
Pada Pasien Stroke Hemoragik Di Rsup Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
Periode Januaridesember 2018
Suharyanti S, Hartati S, Kresnawan T, Sunarti S, Hudayani F, Darmarini F.
2020. Penuntun Diet Dan Terapi Gizi. 4th ed. EGC
Syah Reza Manefo, Endang Budiati, Dwi Yulia Maritasari. 2021. Karakteristik
Pasien Berdasarkan Indikasi Pembedahan Penderita Stroke Hemoragik. Jurnal
Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah Stikes Kendal. Vol.11. No.2

Umi Faridah, Sukarmin, Sri Kuati. 2018. Pengaruh Rom Exercise Bola Karet
Terhadap Kekuatan Otot Genggam Pasien Stroke Di Rsud Raa Soewondo
Pati. Indonesia Jurnal Perawat Vol.3 No.1

32

Anda mungkin juga menyukai