Wahabi dan 'Bukan Wahabi' di Aceh » The Globe Journal
Beranda Foto Politik Sosial Hukum Ekonomi Teknologi Kesehatan Pendidikan Infotainment Lingkungan Seni Budaya Indeks Berita
atau informasi yang ingin diterbitkan di Koran Online THE GLOBE JOURNAL, silahkan mengirimkankan langsung ke email redaksi@theglobejournal.com atau via fax 06517557304.
Type search here... SEARCH
Memahami Wahabi dan 'Bukan Wahabi' di Aceh 06:12 WIB
Oleh AlChaidar Bandara Silangit akan Diperlebar dan Perpanjang
Minggu, 12 Juli 2015 14:00 WIB
Sabtu, 20 Agustus 2016 12:52 WIB
Setelah insiden "kudeta mimbar" Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh pada hari
68.117 Jamaah Haji Indonesia Tiba di Madinah
Jumat 19 Juni 2015 yang baru lalu, yang dilakukan oleh para ulama dayah tradisional
Senin, 15 Agustus 2016 09:01 WIB
yang tergabung dalam HUDA (Himpunan Ulama Dayah Aceh), MUNA (Majelis Ulama
Pabrik Sabu di Aceh Utara Pakai Bahan Baku Obat
Nanggroe Aceh), dan FPI (Front Pembela Islam) yang menuntut tata laksana shalat Asma
Jumat yang harus sesuai dengan mazhab Syafi'iyah dan Maturidiyah, maka merebaklah
Senin, 15 Agustus 2016 14:17 WIB
perbincangan di kalangan masyarakat arus bawah tentang Wahabisme.
Pemerintah Pusat Respon Isi MoU Helsinki, Tapi
Tidak Tidaklanjuti
"Kudeta mimbar" masjid itu menyuratkan tuntutan teologis yang spesifik, bahwa Sabtu, 20 Agustus 2016 08:13 WIB
pelaksanaan shalat Jumat mustilah sesuai dengan tradisi ritual kongregasi dari mazhab Dua Polisi Ini Terlibat Jaringan Narkoba Freddy
Syafi'iyah yang dalam rumpun teologis Ahlussunah wal Jamaah harus ada kumandang Budiman
azan dua kali, khatib memegang tongkat berbentuk tombak trisula dan mengulang Sabtu, 20 Agustus 2016 07:33 WIB
pembacaan doa pada khutbah kedua. Indonesia Harapkan Turki Bisa Bersatu
Rabu, 17 Agustus 2016 06:04 WIB
Tuntutan dari para aktor "kudeta mimbar" masjid ini selanjutnya adalah tentang Gubernur Zaini Abdullah Kukuhkan Paskibraka
pelaksanaan shalat tarawih yang harus 20 rakaat ditutup dengan tiga rakaat witir, Aceh
shalawat sayyidina dan pembacaan doadoa untuk para pelaksana pemerintahan di Selasa, 16 Agustus 2016 18:16 WIB
Aceh. Intinya, mereka menolak tatalaksana ritual yang mereka anggap sebagai Maintaining Peace for Development in Aceh
menguatnya aliran atau mazhab Wahabi yang sangat mewabah kini di Aceh. Kamis, 18 Agustus 2016 11:32 WIB
Aceh Allows Civil Servants 6Month Maternity Leave
Kini masyarakat ramai membicarakan insiden tak berdarah tersebut sebagai kondisi
perpecahan antar mazhab yang biasanya terjadi secara sangat kentara di kampung Cities
kampung yang multimazhab. Banyak kalangan membicarakan tentang Wahabi, ciri
cirinya (bahkan hingga ke ciri fisik kelompok), tatacara beribadahnya, bacaanbacaan Sabtu, 13 Agustus 2016 20:08 WIB
dalam ritual dan doa dan juga shalawat, tokohtokohnya, saluran medianya hingga ke Maher Zain Sapa Warga Jakarta
orientasi misoginis dan pemikiran yang dianggap radikal.
Salah satu pemikiran yang dianggap kalangan tradisional sebagai pemikiran radikal kaum Kamis, 11 Agustus 2016 01:05 WIB
Wahabi adalah sikap takfiri (mengkafirkan) terhadap orang di luar kelompoknya dan Jamaah Haji Aceh Berangkat, 78.115
ghuluw (bersikap ekstrim) terhadap sesama muslim. Orientasi pemikiran lain yang Orang Masuk Waiting List
dianggap tidak sesuai dengan tradisi Islam Aceh adalah adanya anggapan bahwa maulid
Nabi Muhammad SAW sebagai bid'ah; setiap yang bid'ah pasti sesat, dan setiap
Rabu, 03 Agustus 2016 09:26 WIB
kesesatan pasti bermuara ke neraka. Taksi Tanpa Pengemudi akan Diuji di
Singapura
Wahabi adalah paham keagamaan yang dianut kalangan yang tidak suka kepada adat
istiadat dan kebiasaan yang menyimpang yang mengharap kekuatan leluhur, melanggar
Kamis, 26 Mei 2016 13:53 WIB
tradisi adat, tidak mau ikut maulidan Nabi, tidak percaya kepada sunan, wali dan keramat
Pesawat EgyptAir MS804 Ditabrak
keramatnya, anti tahyul, khurafat dan bid'ah. Meteor?
Wahabi digagas oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab (17031792), seorang reformis
Seni dan Budaya
(mujaddid) Islam dari Najd, Arab Saudi yang muncul di tengah galaunya ummat Islam
yang lama terasuh di bawah empat mazhab statis (Syafii, Maliki, Hambali dan Hanafi). Ia Minggu, 14 Agustus 2016 11:13 WIB
adalah seorang mufti dari Daulah Suudiyah, cikal bakal Kerajaan Arab Saudi yang kita Reza Saputra Qurratu Falmuriat,
kenal sekarang. Muhammad bin Abdul Wahab menyeru kaumnya kepada tauhid, hanya Agam Inong Aceh Besar 2016
berdoa memohon kepada Allah tanpa perantara, tidak mengagungkan para wali dan
orang alim atau ulama atau orangorang sholeh sebagai orang yang lebih istimewa dan Selasa, 09 Agustus 2016 18:35 WIB
menolak menyembah kuburan. Wahabi menganut prinsip egaliter dalam beribadah. Anugerah Buku Puisi Berhadiah Rp 100
Juta Kembali Digelar
Kata Wahabi adalah nisbat kepada Muhammad bin Abdul Wahab, padahal Abdul Wahab
adalah nama ayahnya yang tidak pernah menulis satu kitab fiqh pun. Nisbat kepada
Sabtu, 06 Agustus 2016 10:59 WIB
nama Abdul Wahab ini dibuat oleh kalangan ilmuwan Barat yang biasanya mengambil
Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Ziarahi Makam
nama belakang untuk katalogisasi kepustakaan. Laksamana Malahayati
http://theglobejournal.com/opini/memahamiwahabidanbukanwahabidiaceh/index.php 1/5
8/21/2016 Memahami Wahabi dan 'Bukan Wahabi' di Aceh » The Globe Journal
Keresahan Kaum Tradisional
Banyak ulama Aceh tradisional yang merasa resah dengan berkembangnya aliran
Wahabi yang mengklaim dirinya tak bermazhab ini. Suasana masyarakat yang tadinya
Kamis, 28 Juli 2016 16:11 WIB
guyub dan bersahaja, mulai terbelah ke dalam dua kutub yang saling menganggap
Disbudpar Gandeng Blogger
dirinya benar. Di kalangan bawah, masyarakat akar rumput bahkan mengalami konflik ini Kampanyekan The Light of Aceh
sudah berdarahdarah.
JalanJalan
Di Sawang, Aceh Utara, beberapa waktu lalu terjadi penikaman terhadap seorang warga
kampung yang mengejek seorang ulama tradisional di kampung tersebut dan rumahnya Kamis, 18 Agustus 2016 08:52 WIB
dibakar warga. Di Kutablang, Kabupaten Bireuen, pada saat hari raya Idul Qurban, Mie Aceh Menu Spesical di Resto The
RitzCarlton Mega Kuningan
jamaah masjid bahkan ada yang bersembahyang dengan menggunakan sistem shift
(pergiliran) meskipun ruang meunasah (masjid kampung) masih sangat lapang untuk
semuanya beribadah shalat jamaah secara bersamasama. Rabu, 17 Agustus 2016 09:07 WIB
Nikmatnya Durian Sawang
Bahkan ketika mengumpulkan zakat qurban pun, masingmasing kelompok
mengumpulkan untuk kelompoknya sendirisendiri dan membagikannya untuk kalangan
yang mereka anggap memiliki keyakinan teologis yang sama dengan mereka.
Sabtu, 06 Agustus 2016 18:38 WIB
Kapal Cruise Paling Banyak Kunjungi
Banyak kalangan ulama dan masyarakat yang sedih dan resah dengan situasi Sabang
perpecahan internal ummat di kampungnya. Ada yang bertanya dalam lantunan lirik lagu
Ordinary World dari DuranDuran: ?What?s happened to us? Crazy some said. Where is the life
Jum`at, 08 Juli 2016 16:28 WIB
that I recognize?? Suasana yang menyesakkan dada ini bertambah pilu ketika dalam satu
Tujuh Oleholeh Khas Aceh
rumah terdapat dua atau tiga mazhab yang berbeda. Mazhab telah membelah keluarga
sebagai komponen masyarakat terkecil; ada yang masih menjalankan tradisi ritual lama
seperti maulid Nabi, membaca doa qunut dan membaca shalawat sayyidina; ada yang
anti qunut dan tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan maulid Nabi dan kendurikenduri
seremonial adat lainnya.
Pada awalnya, sekitar tahuntahun 1980an, perbedaan ini belum mengarah ke benturan
atau friksi antar mazhab, namun kini benturan ini sangat jelas terasa.
Masjid atau meunasah adalah arena benturan ini terjadi selain di tempattempat lainnya.
Meunasah atau masjid yang tadinya menjadi arena berkumpul, bersukacita dan berduka
cita masyarakat dalam berbagai kegiatan komunal seperti maulid, ceramah, penyuluhan
dari posyandu, pertemuan aparat desa, kelompok tani dan nelayan, shalat jamaah Jumat,
fardhu kifayah (pengurusan orang yang meninggal) dan juga pertemuanpertemuan
resmi dengan aparat kecamatan dan tempat dimana masyarakat menerima mahasiswa
yang melaksanakan kuliah kerja nyata bahkan menjadi rendezvous dengan LSM
membahas program pemberdayaan masyarakat pun berlangsung di meunasah atau
masjid.
Kini tempat berkumpul itu tidak lagi seperti dulu. Mirip seperti yang digambarkan oleh AA
Navis (1976) dalam ?Robohnya Surau Kami?, meunasah telah menjadi arena
bertemunya ideide yang hostile dan konfliktual. Suasana yang tadinya damai dan penuh
keakraban khas Aceh kini berubah dengan sikap saling curiga dan lontaranlontaran
pemikiran monolitik yang memercik ke semua jamaah.
Perubahan sosial ini tentunya sangat meresahkan kaum tradisional Islam di kampung
kampung dan juga di wilayah urban dimana kaum tradisional bermazhab Syafiiyah ini
berada.
Mazhab Syafiiyah yang telah berkembang dan hidup lama menemani keguyuban
masyarakat Aceh ini adalah mazhab dominan Ahlussunah wal Jamaah di Asia Tenggara.
MPU Aceh pun pernah mengeluarkan fatwa 13 kriteria aliran sesat (2007) yang
mencantumkan sikap mengkafirkan orang di luar kelompoknya sebagai antitesa atas
merebaknya Wahabi.
Pun demikian halnya dengan Wahabisme, aliran yang menolak untuk disamakan dengan
mazhab. Kalangan panganut Wahabisme di Aceh ada yang modern ada juga yang tampil
dengan gaya sarungan dan pakaian jubah a la Pakistan dan fashion Timur Tengah.
Kehadiran mereka yang sangat asertif ini terkadang terlihat dengan gaya celana
cingkrang, jenggot yang terbiarkan, minyak wangi semerbak dan baju khas yang tampak
berbeda dengan gaya orang kampung yang sederhana di sekitarnya.
http://theglobejournal.com/opini/memahamiwahabidanbukanwahabidiaceh/index.php 2/5
8/21/2016 Memahami Wahabi dan 'Bukan Wahabi' di Aceh » The Globe Journal
Pada awalnya kehadiran kaum Wahabi ini diterima di gamponggampong dalam suasana
saling menghargai dan dalam semangat silaturrahmi keberislaman yang kental.
Meunasahmeunasah seakan dibajak oleh mereka yang lebih sering berada di masjid
ketimbang penduduk asli yang banyak menghabiskan waktunya di sawah, ladang, tambak
atau di laut lepas. Sedikit demi sedikit kebiasaan ritual tertentu mulai bergeser.
Beberapa bacaan doa pun mulai ditinggalkan, berganti dengan spelling yang lebih upto
date yang diklaim sudah diverifikasi oleh para Syeikh di Arab.
Tipologi Wahabisme
Wahabi sebenarnya adalah istilah yang generik untuk menyebut atau merujuk kepada
kelompok Salafi. Namun karena kaum tradisional dayah pun mengklaim dirinya sebagai
Salafi (yang melaksanakan tradisi Salafussholeh), maka label Wahabi dipilih agar mudah
membedakannya secara teologis dengan kelompokkelompok yang bukan Wahabi.
Terminologi Wahabi pun dipakai sebagai euphemisme karena ada kelompok tertentu yang
sangat sensitif dengan nama Salafi. Secara antropologis, terdapat setidaknya tiga tipologi
Wahabisme di Aceh yang bisa saya amati.
Pertama, Wahabi Shururi atau Wahabi yang dianggap anti maulid, anti azan dua kali, anti
tahlil, anti ziarah kubur dan anti jihad dan sering menganggap masyarakat yang melawan
pemerintah sebagai bughot (pemberontak).
Kedua, Wahabi Jihadi, yaitu kelompok yang lebih fokus pada jihad dan berusaha
melawan setiap kebijakan pemerintah, juga memiliki sikap penolakan yang sama dengan
kelompok pertama. Wahabi Jihadi pernah muncul dengan nama Tanzhim Al Qaeda
Serambi Mekkah (TQSM) dan banyak aktvisinya yang tertangkap setelah terbongkarnya
kegiatan idad (persiapan/latihan perang) di Bukit Jalin, Aceh Besar pada 2010. Kelompok
Wahabi Jihadi ini kini lebih kalem dan memilih jalur dakwah bil hikmah dalam kegiatan
kesehariannya.
Ketiga, Wahabi Takfiri yang suka menuduh orang lain di luar kelompoknya sebagai pelaku
bid'ah atau malah kafir. Kelompok ini ada di Aceh saat ini dan masih setia dengan baiat
nya untuk mendukung Negara Islam Irak dan Syam (NIIS) atau lebih dikenal dengan ISIS.
Di internal kalangan Wahabi ini sendiri juga terjadi saling tuding dan saling tuduh sesat
menyesatkan. Kalangan Wahabi Shururi sering menuduh Wahabi Jihadi sebagai bughot.
Wahabi Jihadi lebih banyak pasif dan tak bereaksi secara sosial dan politik. Wahabi Jihadi
lebih mengutamakan ibadahibadah mahdhoh (ritual) dan menghindari friksi dengan
pihak manapun, aktif dalam berbagai acara penyadaran tauhid ummat.
Sementara kalangan Wahabi Takfiri sangat hiperaktif dalam dakwahnya dan menuduh
banyak kalangan Jihadi sebagai bidah, sesat atau kafir terhadap banyak kelompok
karena tidak mau menerima khilafah AlBaghdadi di Suriah dan Iraq. Melalui media sosial
kelompok Wahabi Takfiri ini mengumbar seruanseruannya yang berisik dan penuh
ancaman dan memperlihatkan sikap intolerannya secara asertif.
Wahabi Aceh
Berbagai taksonomi atau kategorisasi kaum Wahabisme di Aceh di atas masih belum
lengkap tanpa menyertakan kelompok Wahabi Aceh (Achenized Wahabist) yang jauh
berbeda dengan umumnya kelompok Wahabi. Natana DeLongBas (2004:56)
menunjukkan banyak aspek ideologi Wahabi modern yang berbahaya pada abad 20 dan
21 sekarang ini. Dalam ideologi Wahabi dikenal adanya cosmografi darul Islam (negara
Islam) dan darul kuffar (negara kafir). Siapa saja yang tidak berasal dari darul Islam harus
diperangi.
Ekstrimisme lainnya dari Wahabi di Arab adalah penekanan pada jihad, misogyny, martir,
dan militansi.
Banyak kelompok Wahabi Aceh yang terasuh di bawah ilmuilmu modern namun mereka
tidak memandang Barat sebagai musuh atau darul kufur. Meski mereka bersifat
misoginis, setidaknya dalam pemikiran, namun hampir tak ada dari mereka yang hidup
dalam sistem kekerabatan yang poligamis dan bias gender.
http://theglobejournal.com/opini/memahamiwahabidanbukanwahabidiaceh/index.php 3/5
8/21/2016 Memahami Wahabi dan 'Bukan Wahabi' di Aceh » The Globe Journal
Kaum Wahabi Aceh ini memang berbeda secara diametral dengan kaum tradisional
dayah, namun mereka bisa hidup konsisten secara damai dengan berbagai kalangan dari
mazhab yang berbeda.
Kaum Wahabi Aceh umumnya adalah kalangan yang bisa menyerap tradisi maulid, tahlil
dan ziarah kubur, serta modernisme dan tak mempersoalkannya.
Bahkan mereka pun mampu berdamai dengan sejawat ideologisnya dari kalangan Syiah
yang memiliki tradisi dan keyakinan yang tidak sama dengan kalangan Sunni pada
umumnya. Hubungan asimtot ini terus terjalin dan tidak pernah sedikitpun terjadi friksi
atau pergesekan apalagi benturan diametral dengan berbagai kalangan.
Wahabi Aceh umumnya adalah kalangan ulama yang memahami ilmuilmu keislaman dan
memadukannya dengan ilmu pengetahuan modern di kampuskampus.
Kalangan Wahabi Aceh lebih menyerupai kelompok Islam pluralis di Jawa atau kelompok
Islam Nusantara yang lebih mengutamakan toleransi, perdamaian, kerjasama inklusif
dan saling menghargai perbedaan keyakinan personal masingmasing.
Redaksi: redaksi@theglobejournal.com
Informasi pemasangan iklan
Hubungi: iklan@theglobejournal.com
Telp. (0651) 741 4556
Fax. (0651) 755 7304
SMS. 0819 739 00 730
Recommend this
Like Share 3 people like this. Be the first of your friends.
Komentar Anda
Add a comment...
Facebook Comments Plugin
Berita Foto
http://theglobejournal.com/opini/memahamiwahabidanbukanwahabidiaceh/index.php 4/5
8/21/2016 Memahami Wahabi dan 'Bukan Wahabi' di Aceh » The Globe Journal
Politik Sosial Hukum Ekonomi Teknologi Kesehatan Pendidikan Varia Infotainment Lingkungan Seni dan Budaya
Opini Feature Foto Redaksi Pedoman Media Siber
© 2007 2016 PT. The Globe Journal
Jl. Tgk. Direuleung, Gampong Ilie, Banda Aceh, Indonesia 23119
Telp: (0651) 7414556, 7557304, Fax: (0651) 7557304, SMS: 081973900730
Hak Cipta Dilindungi Undangundang
http://theglobejournal.com/opini/memahamiwahabidanbukanwahabidiaceh/index.php 5/5