Anda di halaman 1dari 5

KASUS

Nona W, berusia 41 tahun, sudah bercerai, merupakan wanita kaukasian dengan keluhan kurang
tidur selama 2,5 tahun. Ia memiliki kesulitan untuk tertidur (30-45 menit sleep onset latency) dan
terbangun setiap 1 atau 2 jam setelah onset tidur. Lama terbangun biasanya berkisar antara 15
menit sampai dengan beberapa jam, dan ia memiliki waktu tidur rata-rata 4,5 jam tiap malam.
Dia jarang tidur siang meskipun merasa lelah dan gelisah. Pasien mendeskripsikan masalah
tidurnya dengan kata-kata ini “Sepertinya saya tidak pernah tidur dengan nyenyak (deep sleep).
Saya memang bukan heavy sleeper, tetapi sekarang suara sesedikit apapun dapat membangunkan
saya. Kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk menutup pikiran saya”. Dia memandang
kamar tidurnya sebagai tempat yang tidak menyenangkan untuk tidak bisa tidur dan menyatakan:
"Saya mencoba untuk tinggal di rumah teman yang sepi, tapi kemudian saya tidak bisa tidur
karena kesunyiannya".
Kadang-kadang, nona W tidak yakin apakah dia sedang tidur atau terjaga. Dia memiliki riwayat
menonton jam (untuk menghitung waktu terjaganya) namun berhenti melakukan hal tersebut
ketika dia menyadari bahwa hal tersebut berkontribusi pada masalahnya. Dilaporkan,
insomnianya tidak terkait dengan perubahan musim, siklus menstruasi, atau translokasi zona
waktu. Kebersihan tidur dasarnya baik. Nafsu makan dan libido tidak berubah. Dia menyangkal
adanya gangguan mood, kecuali karena cukup frustrasi dan prihatin tentang masalah sulit
tidurnya dan pengaruhnya terhadap pekerjaannya. Pekerjaan pasien melibatkan kegiatan duduk
di depan mikroskop selama 6 jam dari 9 jam waktu kerja perharinya serta mendokumentasikan
temuannya dengan cermat. Output kerjanya tidak menurun, tapi dia harus "mengecek ulang"
keakuratannya.
Dia menggambarkan dirinya sebagai seorang yang worrier dan memiliki kepribadian tipe-A.
Pasien tidak tahu bagaimana cara bersantai. Misalnya, pada saat liburan dia terus-menerus
mengkhawatirkan hal-hal yang buruk yang mungkin dapat terjadi dan tidak akan berhenti sampai
dia tiba di tempat tujuan, check in, dan unpack barang. Bahkan sampai saat itu pula, pasien
masih tidak bisa rileks.
Riwayat medis biasa-biasa saja kecuali tonsilektomi (usia 16 tahun). Sakit kepala migrain (saat
ini), dan hiperkolesterolemia yang dikontrol diet. Dia mengonsumsi naproxen (Naprosyn) sesuai
kebutuhan untuk sakit kepala. Saat ini pasien tidak minum minuman berkafein, merokok, atau
minum minuman beralkohol. Dia juga tidak menggunakan narkoba.
Masalah insomnia dimulai setelah ia melakukan relokasi ke kota baru dimana ia bekerja. Dia
mengaitkan insomnianya dengan lingkungan yang bising di mana dia tinggal. Pasien pertama
kali mencari pengobatan pada 18 bulan yang lalu. Dokter keluarganya mendiagnosisnya dengan
depresi dan ia diberikan terapi fluoxetine. Ini membuatnya "memanjat dinding". Berikutnya
dicoba antihistamin dengan hasil yang serupa. Obatnya kemudian dialihkan ke tradozone dosis
rendah (Desyrel) (untuk tidur) dan pasien mengalami mual karenanya. Setelah intervensi medis
tersebut, dia mencari perawatan medis di tempat lain. Zolpidem (Ambien) 5 mg akhirnya
diresepkan, namun obat tersebut membuatnya merasa disedasi. Setelah pasien melakukan
penghentian, dia mengalami withdrawal effect. Dokter praktik keluarga lain mendiagnosis
"gangguan kecemasan nonspesifik" dan mulai merawatnya dengan buspirone (BuSpar); sebuah
pengalaman yang dia gambarkan sebagai "memiliki alien yang mencoba keluar dari kulit saya."
Perawatan buspirone akhirnya dihentikan. Paroxetine (Paxil) juga dicoba selama 8 minggu tanpa
menghasilkan efek. Akhirnya, ia berkonsultasi dengan seorang psikiater, yang mendiagnosisnya
dengan gangguan defisit perhatian orang dewasa (tanpa hiperaktif) dan menyarankan pengobatan
dengan methylphenidate. Pada titik ini, pasien yakin bahwa stimulan tidak akan membantu
insomnianya dan meminta rujukan ke pusat gangguan tidur.
ANALISIS KASUS

Anamnesis
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh kesulitan tidur sehingga merasa kurang tidur sejak 2,5 tahun yang
lalu. Masalah insomnianya dimulai setelah ia melakukan relokasi ke kota baru dimana ia
bekerja sekarang. Dia mengaitkan insomnianya dengan lingkungan yang bising di mana
dia tinggal. Pasien memiliki kesulitan untuk tertidur dengan 30-45 menit sleep onset
latency dan terbangun setiap 1 atau 2 jam setelah onset tidur. Lama terbangun biasanya
berkisar antara 15 menit sampai dengan beberapa jam, dan ia memiliki waktu tidur rata-
rata 4,5 jam tiap malam. Pasien jarang tidur siang meskipun merasa lelah dan gelisah.
Pasien merasa bahwa ia tidak pernah tidur dengan nyenyak (deep sleep) dan suara
sesedikit apapun dapat membangunkan pasien. Kadang-kadang pasien mengalami
kesulitan untuk menutup pikirannya. Dia memandang kamar tidurnya sebagai tempat
yang tidak menyenangkan untuk tidak bisa tidur. Pasien pernah mencoba untuk tinggal di
rumah temannya yang sepi, namun ia tidak bisa tidur karena kesunyiannya.
Kadang-kadang, pasien tidak yakin apakah dia sedang tidur atau terjaga. Pasien
pernah menonton jam untuk menghitung waktu terjaganya namun berhenti melakukan hal
tersebut. Insomnianya tidak terkait dengan perubahan musim, siklus menstruasi, atau
translokasi zona waktu. Nafsu makan dan libido pasien tidak berubah. Dia menyangkal
adanya gangguan mood, kecuali karena frustrasi dan prihatin mengenai masalah sulit
tidurnya dan pengaruhnya terhadap pekerjaannya. Output kerjanya tidak menurun, tapi
pasien harus selalu mengecek ulang pekerjaannya akibat masalah tidurnya ini.
Pasien menggambarkan dirinya sebagai seorang yang worrier dan tidak tahu
bagaimana cara bersantai.

2. Riwayar Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat tonsilektomi pada usia 16 tahun, sakit kepala migrain (saat
ini), dan hiperkolesterolemia yang dikontrol diet.
3. Riwayat Obat
Saat ini, iia mengonsumsi naproxen (Naprosyn) sesuai kebutuhan untuk sakit kepala.
Untuk keluhan masalah tidurnya, pasien pertama kali mencari pengobatan pada 18
bulan yang lalu. Dokter keluarganya mendiagnosisnya dengan depresi dan ia
diberikan terapi fluoxetine, namun menghasilkan efek yang tidak diinginkan.
Kemudian ia diberikan antihistamin dan memberikan hasil yang serupa. Obatnya
kemudian dialihkan ke tradozone dosis rendah (Desyrel), namun mengakibatkan
pasien mual. Pasien kemudian mencari perawatan medis di tempat lain dan
diresepkan Zolpidem (Ambien) 5 mg, namun obat tersebut membuatnya merasa
disedasi dan mengalami withdrawal effect ketika pasien menghentikan
pengobatannya. Ia kemudian berobat dengan dokter lain dan didiagnosis "gangguan
kecemasan nonspesifik" dan diberikan buspirone (BuSpar), penggunaan obat ini
mengakibatkan pengalaman tidak menyenangkan pada pasien sehingga perawatan
buspirone akhirnya dihentikan. Kemudian pasien dicoba untuk diberikan paroxetine
(Paxil) selama 8 minggu namun tidak memberikan efek apapun.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak disebutkan

5. Riwayat Psikososial
Kebersihan tidur dasarnya baik. Saat ini pasien tidak minum minuman berkafein,
merokok, atau minum minuman beralkohol.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Status Generalis :
- Kulit : Tidak tampak pucat, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik
- Kepala : Normosefal
- Mata : Pupil bulat, isokhor, simetris, refleks cahaya +/+, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-
- Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, sekret -/-
- Telinga : Normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
- Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), tonsil T1/T1, tonsil/faring
hiperemis (-)
- Leher : Tidak teraba perbesaran KGB dan tiroid
- Paru :
Inspeksi : Dada simetris, retraksi (-)
Paplpasi : Fremitus normal
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak ada perbesaran
Ekstremitas : Akral hangat, edem-/-, CRT < 2s
- Status Neurologis
Saraf Kranial : Dalam batas normal
Tanda rangsang meningeal : Tidak ada
Refleks fisiologis : Dalam batas normal
Refleks patologis : Tidak ada
Motorik : Dalam batas normal
Sensorik : Dalam batas normal
Fungsi Luhur : Baik
Gangguan Khusus : Tidak ada
Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), normotonus, resting tremor
(-)

Anda mungkin juga menyukai