Askep Bronkopnemonia
Askep Bronkopnemonia
Bronkopneumonia
1.Pengertian
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai
alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh
kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara
lobularis yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh
(terdengar adanya ronkhi basah), muntah, diare, batuk kering dan produktif
2. Etiologi
influenza, jamur (seperti candida albicans) dan virus. Pada bayi dan anak kecil
ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab yang berat, serius dan sangat
3. Patofisiologis
peradangan pada terminal jalan nafas dan alveoli. Proses tersebut akan menyebabkan
infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus, terjadi destruksi sel dengan
alveolar dan jalan napas. Pada kondisi akut maupun kronik seperti AIDS, cystic
fibrosis, aspirasi benda asing dan konginetal yang dapat meningkatkan resiko
pneumonia (Marni,2014)
terdapat didalam paru dapat menyebar ke bronkus. Setelah terjadi fase peradangan
lumen bronkus menyebabkan sel radang akut, terisi eksudat (nanah) dengan sel epitel
rusak. Bronkus dan sekitarnya penuh dengan netrofil (bagian leukosit yang banyak
pada saat awal peradangan dan bersifat fagositosis) dan sedikit eksudat fibrinosa.
Bronkus rusak akan mengalami fibrosis dan pelebaran akibat tumpukan nanah sehingga
dapat timbul bronkiektasis. Selain itu organisasi eksudat dapat terjadi karena absorpsi
yang lambat. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh, mengandung banyak
menjadi purulen dan menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus. Sumbatan tersebut
dapat mengurangi asupan oksigen dari luar sehingga penderita mnegalami sesk napas.
peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia pada lumen bronkus
sehingga timbul peningkatan flek- flek batuk. Perjalanan patofisiologis diatas bisa
berlangsung sebaliknya yaitu di dahului dulu dengan infeksi pada bronkus kemudian
4. Komplikasi
Akibat penyakit ini tidak mendapat penanganan yang tepat maka akan timbul
pertukaran gas, obstruksi jalan napas, gagal napas, efusi pleura yang luas, syok dan
dalam Marni, 2014). Pengobatan suportif bila virus pneumonia , bila kondisi anak
berat harus dirawat di rumah sakit. Selanjutnya berikan oksigen sesuai kebutuhan
anak dan sesuai program pengobatan , lakukan fisioterapi dada untuk membantu
anak mengeluarkan dahak, setiap empat jam atau sesuai petunjuk, berikan cairan
antibiotik yang dipakai untuk mengobati pneumonia yaitu golongan penicillin dan
organisme, dan cairan berbau tidak enak maka lakukan pemasangan chest tube.
Pemberian zink dapat mencegah terjadinya pneumonia pada anak walaupun jika
unutk terapi zink kurang bermanfaat. Pemberian zink 20 mg/hari pada anak
pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas, dan laju pernapasan
(Riyadi,2012).
6. Pemeriksaan penunjang
adalah pemeriksaan leukosit, akan tetapi jika pemeriksaan darah tepi menunjukkan
yang semakin memburuk. Kultur darah positif pada sebagian kasus, akan
parenkim paru, pada pewarnaan gram pada dahak terhadap organisme dan
pemeriksaan WBC (White Blood Cell) biasanya akan didapatkan kurang dari
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat penyakit sekarang
Ibu klien mengatakan sesak sejak 3 hari, batuk sejak 1 bulan, dan demam sejak 3
hari
Keterangan
= Laki-laki = Pasien
= Perempuan
C.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Leukosit 15.6 5.0 - 15.0 10^3/uL
Eritrosit 3.54 3.20 – 4.20 10^3/uL
Hemoglobin 10.6 9.9 – 12.5 g/dL
Hematokrit 31.9 28.0 – 42.0 %
Trombosit 225 210 – 650 10^3/uL
MCH 29.9 27.0 – 33.0 Pg
MCHC 33.2 28.5 – 35.5 g/dL
MCV 90.1 87.0 – 103.0 fL
Kimia Klinik
Ureum darah 21 10 – 40 mg/dL
Creatinin darah 0.3 0.5 – 1.5 mg/dL
Albumin 4.53 3.50 – 5.70 g/dL
Imunologi
FT 4 1.39 0.70 – 1.55 ng/dL
FT 3 2.95 4.10 – 6.70 pmo1/L
Terapi /Obat
Nama Obat/Terapi Cara Pemberian Dosis
KAEN 4B IV 9 ml
Cefotaxime IV 16 mg
Gentamicin IV 25 mg
Dexamethasone IV 0,5 mg
Susu IV 8 x 20 ml
Paracetamol IV 30 mg
D. ANALISA DATA
N Data fokus Etiologi Masalah
O
1 DS: Hambatan upaya Pola napas tidak
Ibu klien mengatakan sesak napas efektif (D.0005)
sejak 3 hari, batuk sudah 1
bulan.
DO:
- Kesadaran : compos
mentis
- Keadaan umum sedang
- N : 164x/menit
- R : 62x/menit
- SpO2 : 99%
- Terpasang O2 nasal 0,5
l/m
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
2. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan
3. Resiko aspirasi d.d terpasang sekang nasogastrik
F. INTERVENSI KEPERAWARTAN
NO SDKI SLKI SIKI
1 Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
efektif (D.0005) b.d keperawatan selama 3 x 8 (I.01011)
hambatan upaya napas jam diharapkan pola nafas Observasi
d.d sesak sejak 3 hari, klien membaik dengan - Monitor pola
batuk sudah 1 bulan, kriteria hasil : napas (frekuensi,
demam sejak 3 hari. (L.01004) Pola Napas kedalaman, usaha
DO:
- penggunaan otot bantu napas)
- Kesadaran :
compos mentis napas cukup menurun (4) - Monitor bunyi
- Keadaan umum - frekuensi napas cukup napas tambahan
sedang membaik (4) (mis. Gurgling,
- N : 164x/menit mengi, wheezing,
- R : 62x/menit ronkhi kering)
- SpO2 : 99% Terapeutik
- Terpasang 02
- Posisikan semi-
nasal 05 l/m
fowler atau fowler
- Berikan oksigen,
jika perlu