Anda di halaman 1dari 125

SKRIPSI

HUBUNGAN MOTIVASI DIRI DENGAN KEPATUHAN MINUM


OBAT TB PADA PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS PURI
KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO

Studi Cross Sectional di Poli TB Paru Puskesmas Puri


Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto

LUCKY FAJAR ARDIANTO


NIM : 201401208

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2018
SKRIPSI

HUBUNGAN MOTIVASI DIRI DENGAN KEPATUHAN


MINUM OBAT TB PADA PASIEN TB PARU DI
PUSKESMAS PURI KECAMATAN PURI
KABUPATEN MOJOKERTO

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI
Kabupaten Mojokerto

Oleh :
LUCKY FAJAR ARDIANTO
NIM : 201401208

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2018

i
ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul

“HUBUNGAN MOTIVASI DIRI DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT

TB PADA PASIEN TB PARU DI PUKESMAS PURI KECAMATAN PURI

KABUPATEN MOJOKERTO ”. Selesainya penulisan Skripsi ini tak lepas dari

bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati tulus kepada:

1. Dr. Retno Dhanarwarih.A selaku kepala Puskesmas Puri yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan studi pendahuluan

2. Dr. M. Sajidin, S.Kp, M.Kes selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI

Kabupaten Mojokerto

3. Ifa Roifah, S.Kep.Ns, M.Kes selaku Ka. Prodi S1 Keperawatan

4. Emyk Windartik, S.kep,Ns.,M.kes selaku dosen penguji yang telah menguji

dan memeberi masukan kepada penulis

5. Hj. Lilik Ma’rifatul. A, S.Kep. Ns., M.Kes selaku pembimbing I Skripsi yang

telah meluangkan waktu dalam bimbingan kepada penulis

6. Heni Frilasari SST., M.Kes selaku pembimbing II Skripsi yang telah

meluangkan waktu dalam bimbingan kepada penulis

7. Staff Dosen dan Karyawan STIKes Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto.

8. Responden yang telah meluangkan waktu dan bekerja sama untuk meberikan

data yang dibutuhkan oleh peneliti

iii
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna

sehingga memerlukan kritik dan saran untuk menyempurnakan penyususnan

Skripsi ini.

Mojokerto, 12 Juli 2018

Penulis

iv
MOTTO

“SAYANGI DIRI
DENGAN
MENGAMALKAN POLA
HIDUP SEHAT”

v
PERSEMBAHAN

Segala puji shukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT dan tak lupa sholawat serta salam

kita junjung kepada nabi kita Muhammad SAW, karenanya skripsi ini dapat

terselesaikan. Penuh ke ikhlasan dan kerendahan hati skripsi ini saya persembahkan

untuk:

1. Buat kedua orang tuaku Bapak dan Ibu yang telah lelah memeras keringat,

menunda semua yang mereka inginkan hanya untuk melihat anaknya berhasil.

Tiada kata yang pantas saya haturkan untuk membalas jasa budi kalian berdua.

2. Buat keluarga saya semuanya adik,kakek,nenek,kakak trimakasih atas

support motivasinya dan semangatnya.

3. Trimakasih buat dosen pembimbing saya (Hj.Lilik Ma’rifatul A, S.kep,Ns.

M.kes & Heni frilasari SST, M.kes) yang dengan sabar membimbing saya dalam

proses awal pembuatan skripsi hingga akhir, dan tidak lupa saya ucapkan

trimakasih kepada Emyk Windartik, S.kep,Ns.,M.kes sebagai penguji saya.

4. Trimakasih untuk grub Tuyul Melenium 118 telah banyak memberi dorongan

dan motivasi dari awal kuliah sampai sekrang ini. Trimakasih atas segala

pengorbanan, bantuan, dan kasih sayang semua . semoga kedepanya kita sama-sama

medapatkan kesuksesan, serta bisa membahagiakan orang tua . Amin yarabal

alamin.

5. Trimakasih untuk kelas 4E Sudah menemani disaat susah senang selama 4 tahun

ini.

vi
ABSTRACT
SELF-MOTIVATION RELATIONSHIP WITH
COMBINATION OF DRUG DRUG DRUGS IN PATIENTS IN
PUSKESMAS PURI PURI DISTRICT PURI DISTRICT
MOJOKERTO

By:
LUCKY FAJAR ARDIANTO

One of the main reasons for the failure of treatment or non-adherence of patients
with pulmonary TB in the treatment of the lack of motivation to recover in taking
TB medication because patients feel tired of taking the drug and many side
effects.Tujuan this study to determine the relationship of self-motivation with
adherence to taking TB drugs in Puskesmas Puri Kecamatan Puri Kabupaten
Mojokerto. The research design used in this study is quantitative research with
cross-sectional study design, in this study using Non-Probability Sampling Type
Total sampling technique. Measuring tool used two kinds of instruments that are
self-motivation and compliance, conducted on November 14, 2017, with amount
sample 54 respondents. After the data collection done data processing by editing,
coding, scoring. tabulation by using frequency distribution with cross tabulation
(crosstab). The result of the research was tested with the descriptive text, the
following is the highest score / the most have the weak motivation as many as 38
respondents for the most disobedient 38 respondents (70,4%) and for the
respondent obedient no 0 respondent. Based on the above cross tabulation shows
that the better self-motivation of the patient will be more obedient respondents in
taking pulmonary TB drugs so that the results of this study indicate there is a
relationship between the relationship of self-motivation with compliance to take
medication TB Lung at Puskesmas Puri Mojokerto means respondents have a
strong motivation will be regular in taking medicine or obedient, and vice versa
respondents who have a weak motivation than in the adherence to drugs are also
not obedient. Because self-motivation is a fundamental thing that stimulates the
emergence of a behavior to take action.

Keywords: Self Motivation, Compliance, Pulmonary TB

vii
ABSTRAK
HUBUNGAN MOTIVASI DIRI DENGAN KEPATUHAN MINUM
OBAT TB PADA PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS PURI
KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO

Oleh :
LUCKY FAJAR ARDIANTO

Salah satu alasan utama gagalnya pengobatan atau ketidakpatuhan


penderita TB Paru dalam pengobatan yaitu kurangnya motivasi untuk sembuh
dalam meminum obat TB karena pasien merasa bosan minum obat dan banyak
efek sampingnya.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan motivasi diri
dengan kepatuhan minum obat TB Paru di Puskesmas Puri Kecamatan Puri
Kabupaten Mojokerto. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross- sectional,pada penelitian
ini menggunakan teknik Non Probabiliy Sampling tipe Total sampling. Alat ukur
yang digunakan dua macam kuisoner yaitu motivasi diri dan kepatuhan, yang
dilakukan pada tanggal 14 November 2017 dengan jumblah sample 54
responden. Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data secara editing,
coding, scoring. tabulasi dengan menggunakan distribusi frekuensi dengan
tabulasi silang (crosstab). Hasil penelitian di uji dengan uji deskriptif, berikut ini
untuk nilai tertinggi/terbanyak mempunyai motivasi lemah sebanyak 38
responden untuk paling banyak tidak patuh 38 responden (70,4%) dan untuk
responden yang patuh tidak ada 0 responden. Berdasarkan tabulasi silang di atas
menunjukkan bahwa semakin baik motivasi diri penderita maka akan semakin
patuh responden dalam meminum obat TB Paru sehingga hasil penelitian ini
menunjukkan terdapat hubungan antara hubungan motivasi diri dengan
kepatuhan minum obat TB Paru di Puskesmas Puri Mojokerto artinya responden
memiliki motivasi yang kuat maka akan teratur dalam meminum obat atau patuh,
begitu juga sebaliknya responden yang memiliki motivasi yang lemah maka
dalam kepatuhan minum obat juga tidak patuh. Karena motivasi diri adalah hal
yang mendasar yang merangsang timbulnya suatu perilaku untuk melakukan
tindakan.
Kata kunci : Motivasi diri, Kepatuhan, TB Paru

viii
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM.......................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
MOTTO............................................................................................................ vi
LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... vii
ABSTRACT..................................................................................................... viii
ABSTRAK........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar TB Paru.............................................................................. 7
2.1.1 Pengertian TB Paru........................................................................... 7
2.1.2 Etiologi............................................................................................. 7
2.1.3 Manifestasi Klinis............................................................................. 8
2.1.4 Patogenesis Dan Penularan............................................................... 8
2.1.5 Klasifikasi TB................................................................................... 10
2.1.6 Pemeriksaan TB Paru....................................................................... 11
2.1.7 Konsep Dasar Pengobatan TB Paru.................................................. 13
2.2 Konsep Dasar Kepatuhan.......................................................................... 19
2.2.1 Pengertian Kepatuhan....................................................................... 19
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan................................. 20
2.2.3 Tingkat Kepatuhan Minum Obat...................................................... 22

ix
2.2.4 Tingkat Ketidakpatuhan.................................................................... 22
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketidakpatuhan......................... 23
2.2.6 Indikator kepatuhan minum obat TB Paru........................................ 23
2.2.7 Pengkuran kepatuhan minum obat.................................................... 24
2.3 Konsep Dasar Motivasi Diri...................................................................... 26
2.3.1 Konsep Motivasi............................................................................... 26
2.3.2 Jenis-jenis Motivasi.......................................................................... 27
2.3.3 Klasifikasi Motivsi............................................................................ 28
2.3.4 Sumber Motivasi............................................................................... 29
2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi ............................................. 29
2.3.6 Unsur dari Motivasi......................................................................... 32
2.3.7 Komponen Motivasi........................................................................ 33
2.3.8 Cara Meningkatkan Motivasi ......................................................... 34
2.3.9 Teori Motivasi................................................................................. 34
2.3.10 Pengukuran Motivasi...................................................................... 41
2.3.11 Proses Terjadinya Motivasi............................................................ 43
2.4 Kerangka Teori.......................................................................................... 45
2.5 Kerangka Konseptual................................................................................. 46
2.6 Hipotesis Penelitian................................................................................... 47

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Desain penelitian........................................................................................ 48
3.2 Populasi,sampling dan sampel.................................................................... 48
3.2.1Populasi................................................................................................ 48
3.2.2Sampling.............................................................................................. 49
3.2.3Sampel................................................................................................. 49
3.3 Identifikasi Variabel penelitian dan definisi operasional........................... 49
3.3.1 Identifikasi Variabel........................................................................... 49
3.3.2 Definisi Operasional........................................................................... 50
3.4 Prosedur penelitian..................................................................................... 51
3.5 Kerangka Kerja........................................................................................... 54
3.6 Pengumpulan Data...................................................................................... 55
3.6.1 Instrumen............................................................................................ 55
3.6.2 Validitas.............................................................................................. 56

x
3.6.3 Reliabilitas.......................................................................................... 56
3.6.4 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 57
3.7 Pengolahan Data......................................................................................... 57
3.8 Etika Penelitian........................................................................................... 59
3.9 Keterbatasan............................................................................................... 61
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian........................................................................................... 62
4.1.1 Gambaran lokasi penelitian............................................................... 62
4.1.2 Data umum......................................................................................... 63
4.1.3 Data khusus........................................................................................ 64
4.2 Pembahasan................................................................................................ 66
4.2.1 Motivasi diri pada penderita TB paru................................................ 66
4.2.2 Kepatuhan penderita TB paru dalam minum obat............................. 69
4.2.3 Hubungan motivasi diri dengan kepatuhan minum obat................... 69
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan................................................................................................. 72
5.2 Saran .......................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 74

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengelompokan OAT.......................................................................

15

Tabel 2.2 Dosis Panduan OAT-KDT Kategori 1.............................................

16

Tabel 2.3 Dosis Panduan OAT-KDT Kategori 2.............................................

17

Tabel 2.4 Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis............................................

18

Tabel 3.1 Definisi Oprasional Hubungan Motivasi Diri Dengan Kepatuhan

Minum Obat TB Pada Pasien TB Paru............................................

50

Tabel 4.1 Data Distribusi Responden Berdasarkan Usia Dipuskesmas Puri. . .

63

Tabel 4.2 Data Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan.........................

63

Tabel 4.3 Data Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan.......................

64

Tabel 4.4 Data distribusi responden berdasarkan jenis kelamin......................

64

Tabel 4.5 Data Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Diri...................

64

Tabel 4.6 Data Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan.......................

65

xii
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Hubungan Motivasi Diri Dengan Kepatuhan.........

65

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.5 Kerangka Teori Hubungan Motivasi Diri Dengan Kepatuhan

Minum Obat TB Pada Pasien TB Paru.....................................

45

Gambar 2.6 Kerangka Konsep Hubungan Motivasi Diri Dengan

Kepatuhan Minum Obat TB pada Pasien TB Paru...................

46

Gambar 3.5 Kerangka Kerja Hubungan Motivasi Diri Dengan Kepatuhan

Minum Obat TB Pada Pasien TB Paru.....................................

54

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian...................................................................... 76

Lampiran 2: Surat Balasan Penelitian............................................................... 77

Lampiran 3: Lembar Persetujuan Menjadi Responden.................................... 81

Lampiran 4: Lembar Kuisioner........................................................................ 82

Lampiran 5: Kisi-Kisi Kuesioner...................................................................... 85

Lampiran 6: Tabulasi Data............................................................................... 88

Lampiran 7: Hasil SPSS................................................................................... 94

Lampiran 8: Lembar Konsultasi....................................................................... 97

Lampiran 9: Dokumentasi................................................................................ 100

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO dalam konferensi bulan Juni, 2001 menyebutkan

bahwa patuh atau kepatuhan merupakan kecenderungan penderita melakukan

instruksi medikasi yang dianjurkan (National Institute for Health and Clinical

Excellence dalam Gough, 2011). Kepatuhan diartikan sebagai riwayat

pengobatan penderita berdasarkan pengobatan yang sudah ditetapkan.

Kepatuhan minum obat sendiri kembali kepada kesesuaian penderita dengan

rekomendasi pemberi pelayanan yang berhubungan dengan waktu, dosis, dan

frekuensi pengobatan selama jangka waktu pengobatan yang dianjurkan.

Sebaliknya, “ketekunan” mengacu pada tindakan untuk melanjutkan

pengobatan untuk jangka waktu yang ditentukan sehingga dapat didefinisikan

sebagai total panjang waktu penderita mengambil obat, dibatasi oleh waktu

antara dosis pertama dan terakhir (Petorson dalam Agency for Healthcare

Research and Quality,2012). Salah satu alasan utama gagalnya pengobatan

atau ketidakpatuhan penderita TB paru dalam pengobatan yaitu kurangnya

motivasi untuk sembuh sehingga pasien merasa bosan harus minum \ banyak

obat setiap hari selama beberapa bulan dan juga karena efek samping

OAT yang menyebabkan mual, muntah dan pusing. (Smeltzer dan Bare,

2002)

Capaian indikator program, Provinsi Jawa Timur menempati

urutan kedua di Indonesia dalam jumlah penemuan penderita TB BTA positif

1
2

kasus baru (di bawah Jawa Barat). Jumlah kasus TB BTA positif sebesar 607

dengan angka kematian selama pengobatan per 100.000 penduduk sebesar

0,55 dengan jumlah kematian sebesar 6 jiwa. Angka keberhasilan pengobatan

sebesar 95,85%. Terjadi peningkatan penemuan kasus TB hal ini dikarenakan

terjadi peningkatan layanan TB DOTS selain di Puskesmas dan Rumah Sakit

Pemerintah, RS Swasta juga mulai melaksanakan MOU Program TB DOTS,

Sehingga akses layanan TB DOTS lebih mudah di dapatkan oleh masyarakat.

Angka kesembuhan pada tahun 2016 adalah 91,89% dengan jumlah BTA

positif diobati sebanyak 530 dan yang mendapat pengobatan lengkap

sebanyak 21 jiwa. (Kemenkes, 2016) .

Pengendalian TB di kabupaten Mojokerto memakai statregi

directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Dengan progam ini kita

berusaha mencapai target penemuan penderita sebesar 70% dari perkiraan

penderita TB BTA positif kasus baru dengan tingkat ke sembuhan sebesar

85%. salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah

Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumblah pasien TBA positif yang

ditemukan dan di obati terhadap jumblah pasien baru BTA positif yang

diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Jumblah penderita TB BTA positif

Paru baru Kab.Mojokerto tahun 2011 sampai dengan tahun 2016. Jumblah

kasus TB BTA positif sebesar 607 dengan angka kematian selama

pengobatan per 100.000 penduduk sebesar 0,55 dengan jumblah kematian

sebesar 6 jiwa. Angka kesembuhan pada tahun 2016 adalah 91,89% dengan
3

jumblah BTA positif di obati sebanyak 530 dan yang mendapat pengobatan

lenkap sebanyak 21 jiwa. (Dinkes Kota Mojokerto, 2016).

Sementara dari rekam medik Pukesmas Puri selama tahun 2017

bulan Januari-Oktober jumblah penderita TB Paru Sebanyak 54 orang dan

yang DO (Droup Out) penderita TB paru sebanyak 2 pasien. Berdasarkan

survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 14 November 2017 dengan

metode wawancara terhadap 6 orang penderita TB Paru yang berobat di

Pukesmas Puri, diketahui 4 orang minum obat dengan teratur, 2 orang tidak

teratur minum obat karena mual dan muntah. Mereka mengatakan malas

minum obat karena efek sampingnya yaitu mual,muntah dan ngantuk.

Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan

penderita TB dalam mengkonsumsi OAT. Menurut Niven (2005), faktor-

faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang yaitu faktor penderita

atau individu (motivasi ingin sembuh dan keyakinan), dukungan keluarga,

dukungan sosial dan dukungan petugas kesehatan. Motivasi ingin sembuh

merupakan motivasi yang berasal dari dalam individu sendiri.. Tidak patuh,

tidak hanya diartikan sebagai tidak minum obat, namun bisa memuntahkan

obat atau mengkonsumsi obat dengan dosis yang salah sehingga

menimbulkan Multi Drug Resistance (MDR). Perbedaan secara siginifikan

antara patuh dan tidak patuh belum ada, sehingga banyak peneliti yang

mendefinisikan patuh sebagai berhasil tidaknya suatu pengobatan dengan

melihat hasil, serta melihat proses dari pengobatan itu sendiri. Hal-hal yang

dapat meningkatkan faktor ketidakpatuhan bisa karena sebab yang disengaja


4

dan yang tidak disengajaan (Clifford, Barber, & Horne dalam Chambers,

2010). Ketidakpatuhan yang tidak disengaja terlihat pada penderita yang

gagal mengingat, atau dalam beberapa kasus yang membutuhkan pengaturan

fisik, untuk meminum obat yang sudah diresepkan. Beberapa penelitian

tentang pengobatan mengatakan bahwa ketidakpatuhan berfokus pada

pengobatan itu sendiri (Pound et al, dalam Chambers, 2010). Lamanya

pengobatan TB Paru menyebabkan kurangnya kepatuhan penderita dalam

meminum obat dan menyebabkan penderita resisten terhadap obat. Perlu

diingat bahwa dampak dari penghentian minum obat sebelum waktunya akan

menyebabkan penyakit sulit di obati dan dapat kambuh setiap saat

ketidakpatuhan pasien dalam meminum obatnya (Kemenkes, 2013).

Salah satu upaya penanggulangan dan pemberantasan TB Paru yang

dilakukan secara nasional adalah dengan sistem TOSS (temukan obati sampai

sembuh) dan meningkatkan penyuluhan baik melalui lintas sektor maupun

lintas progam, menyebarkan leflet, spanduk dan melalui media cetak selain

itu juga memberikan motivasi kepada penderita TB Paru dalam meminum

obatnya. solusinya dengan memberiakan informasi komunikasi terapeutik

pada pasien minum obat TB pada penderita TB sehingga penderita patuh

dalam meminum obatnya (Kemenkes, 2014) .

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengangkat masalah Hubungan motivasi diri dengan kepatuhan minum obat

pasien TB Paru di wilayah kerja Upt Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto.


5

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pertanyaan Masalah

Adakah hubungan motivasi diri dengan kepatuhan minum obat pada

pasien TB Paru di Pukesmas Puri?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan Motivasi diri dengan Kepatuhan

minum obat pada pasien TB Paru di Puskesmas Puri Kabupaten

Mojokerto.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi Motivasi diri pada pasien TB paru Di

Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto

2) Mengidentifikasi Kepatuhan minum obat pada pasien TB Paru

Di Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto.

3) Menganalisis hubungan motivasi diri dengan kepatuhan minum

Obat TB Paru Di Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Bagi Pasien TB paru

Sebagai tambahan pengetahuan bagi penderita TB Paru akan

pentingnya meningkatkan motivasi diri dalam meningkatkan kepatuhan

minum obat TB Paru.


6

2) Bagi Keluarga

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada keluaga dalam

memberikan informasi kepada pasien TB Paru dalam meminum obatnya.

3) Bagi Institusi/Petugas Kesehatan

Sebagai masukan data dan sumbangan pemikiran perkembangan dan

pengetahuan untuk peneliti selanjutnya dan diharapkan dapat dijadikan

bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan progam DOTS, dan

meberikan masukan kepada petugas kesehatan tentang pentingnya

kepatuhan minum obat penderita TB Paru.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang (1) Konsep Dasar TB Paru,

(2) Konsep Dasar Kepatuhan, (3) Konsep Dasar motivasi, (4) Kerangka Teori, (5)

Kerangka Konseptual, (6) Hipotesis.

2.1 Konsep Dasar TB Paru

2.1.1 Pengertian TB Paru

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan

oleh kuman dari kelompok mycobacterium yaitu mycobacterium

tuberculose. (Kemenkes RI,2014)

Tuberkulosis adlah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman mycobacterium tuberculose, sebagian besar kuman

tuberkulose menyerang paru tetapi dapat mengenai organ tubuh lainya.

(Ns.Abd.Wahid,Dkk, 2013)

2.1.2 Etiologi

Penyebab TB paru adalah mycobacterium tuberculose, sejenis

kuman berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung dengan

panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm, tidak berspora dan tidak

berkapsul, dinding mycobacterium tuberculose sangat komplek terdiri

dari lapisan lemak yang cukup tinggi (60%), dan bersifat tahan asam

dengan perwanaan dengan metode ziehlneelsen. (Kemenkes RI, 2014)

7
8

2.1.3 Manifestasi Klinis

Gejala yang dirasakan penderita TB Paru dapat bermacam-

macam antara lain :

1) Gejala Utama

Batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih.

2) Gejala tambahan yang sering dijumpai

a) Dahak bercampur darah

b) Batuk Darah

c) Sesak nafas

d) Badan lemas

e) Nafsu makan menurun

f) Berat badan menurun

g) Malaise

h) Berkeringan malam hari tanpa aktivitas fisik

i) Demam meriang lebih satu bulan (Kemenkes RI, 2014)

2.1.4 Patogenesis dan penularan

TB Paru pada manusia dapat dijumpai dalam dua bentuk yaitu :

1) TB Primer

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran nafas akan

bersarang di paru, dimana akan membentuk suatu sarang

pneumonik yang disebut dengan sarang primer dan bisa timbul di

bagian mana saja dalam paru. Dari sarang primer akan kelihatan

peradangan saluran getah bening menuju hilus. Peradangan


9

tersebut di ikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus

(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan

limfadenitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks

primer akan mengalami salah satunya sebagai berikut :

a) Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali

b) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas

c) Menyebar dengan cara perkontinuitatum, bronkogen ataupun

hematogen dan limfogen

2) TB Post Primer

Dari tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun

kemudian tuberkulosis post primer, biasanya pada usia 15- 40

tahun. Tuberkulosis post primer dimulai dari sarang dini di segmen

apical dari lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini

awalnya berbentuk sarang pnemonik kecil, sarang pneumonik ini

akan mengikuti salah satunya jalan sebagai berikut :

a) Diresopsi Kembali, dan sembuh kembali tanpa meninggalkan

cacat

b) Sarang meluas, tetapi segera terjadi proses penyembuhan

jaringan fribosis

c) Jaringan Pneumonik meluas membentuk jaringan kasesoa,

kaviti awalnya berdiinding tipis kemudian didinnya menjadi

tebal (kaviti sklerotik). (PDPI, 2007)


10

Penularan TB Paru terjadi karena penderita TB yang

dahaknya mengandung kuman TB BTA positif pada waktu batuk

atau bersin, penderita akan menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk percikan dahak, sekali batuk dapat menyebarkan 3000

kuman dalam percikan dahak. Penularan terjadi melalui percikan

dahak yang dapat bertahan selam beberpa jam dalam ruangan yang

tidak terkena sinar matahari dan lembab. Semakin banyak kuman

yang ditemukan dalam tubuh pasien, semakin besar kemungkinan

menularkan kepada orang lain. (Depkes RI, 2009)

2.1.5 Klasifikasi TB

Penderita TB Paru di klasifikasikan menurut :

1) Lokasi anatomi dari penyakit

a) Tuberkulosis Paru

b) Tuberkulosis Ekstra Paru

2) Riwayat pengobatan sebelumnya

a) Pasien baru TB

b) Pasien yang pernah di obati TB

c) Pasien yang riwayat pengobatannya sebelumnya tidak

diketahui

3) Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat

a) Mono Resisten (TB MR)

b) Poli Resisten (TB PR)

c) Multi Drug Resisten (TB MDR)


11

d) Extensive Drug resisten (TB XDR)

e) Resisten Rifamfisin (TB RR)

4) Status HIV

a) Pasien TB dengan HIV positif

b) Pasien TB dengan HIV negatif

c) Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui

2.1.6 Pemeriksaan TB Paru

2.1.6.1 Pemeriksaan fisik

Pada TB Paru kelainan yang didapat tergantung luas

kelainan struktur paru, kelainan pada umumnya terletak pada

lobus superior terutama darah apex dan segmen posterior.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara

nafas bronkial, amforik, suara nafas melemah, ronki basah,

tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.

(PDPI, 2007)

2.1.6.2 Pemeriksaan Bakteriologik

Pemeriksaan ini untuk menemukan kuman

tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam

menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan

bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,

liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung,

kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin,


12

faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum

halus/BJH).

2.1.6.3 Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan

atau tanpa foto lateral. Pemeriksaan lain atas indikasi : foto

apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto

toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-

macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik yang

dicurigai sebagai lesi TB aktif : Bayangan berawan atau

nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan

segmen superior lobus bawah,kaviti, terutama lebih dari satu,

dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular,

bayangan bercak milier, efusi pleura unilateral (umumnya)

atau bilateral (jarang).

Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB

inaktif, yaitu sebagai berikut:

a) Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas

b) Kalsifikasi atau fibrotik

c) Kompleks ranke

d) Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan

pleura

2.1.6.4 Pemeriksaan Penunjang

a) Polymerase Chain Reaction (PCR)


13

b) Pemeriksaan serologi

c) Pemeriksaan BACTEC

d) Pemeriksaan cairan pleura

e) Pemeriksaan histopatologi

f) Pemeriksaan darah

g) Uji tuberculin (PDPI, 2007)

2.1.7 Konsep Dasar Pengobatan TB Paru

OAT (Obat Anti Tuberkulosis) adalah komponen terpenting

dalam pengobatan TB. Pengobatan TB merupakan salah satuupaya

paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman

TB. (Kemenkes RI, 2013)

2.1.7.1 Tujuan pengobatan TB adalah :

a) Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktifatas

serta kualitas hidup

b) Mencegah terjadinya kematian karena TB atau dampak

buruk selanjutnya

c) Mencegah terjadinya kekambuhan TB

d) Menurunkan penularan TB

e) Mencegah terjadinya dan menurunkan penularan TB

resisten obat

2.1.7.2 Prinsip pengobatan TB :

a) Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang

tepat mengandung minimal 4 macam obat untuk


14

mencegah terjadinya resistensi.

b) Diberikan dalam dosis yang tepat.

c) Ditelan secara teratur dan di awasi secara langsung oleh

PMO (Pengawas Menelan Obat) Sampai selesai

pengobatan.

d) Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup

terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk

mencegah kekambuhan.

2.1.7.3 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu:

a. Tahap awal (intensif)

Pada tahap ini penderita mendapatkan obat setiap

hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah

terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif

tersebut diberikan secara tepat, kemungkinan besar

pasien dengan BTA positif menjadi BTA negatif

(konversi) dalam 2 bulan.

b. Tahap lanjutan

Pada tahap ini penderita mendapat jenis obat

lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih

lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman

persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

(KemenkesRI, 2016)
15

2.1.7.4 Pengelompokan OAT

Tabel 2.1 Pengelompokan OAT

Golongan Obat Nama Obat


Golongan-1 Obat Lini - Isoniazid (H) - Pirazinamid (Z)

pertama - Ethambutol (E) - Rifampicin (R)

- Sreptomycin (S)
Golongan-2 / Obat - Kanamycin (Km) - Amikacin (Am)

suntik/Suntikan lini - Capreomycin

kedua (Cm)
Golongan-3 / Golongan - Ofloxacin (Ofx) Moxifloxacin (Mfx)

Floroquinolone

- Levofloxacin (Lfx)
Golongan-4 / Obat -Ethionamide (Eto) - Para amino salisilat

Bakteriostatik lini (PAS)

kedua -Prothionamide (Pto)

- Terizidone (Trd)

- Cycloserine (Cs)
Golongan-5 / Obat - Clofazimine -Thioacetazone

yang belum terbukti (Thz)

efikasinya dan tidak - Linezolid

direkomendasikan oleh -Clarthromycin (Clr)

WHO - Amoxilin-

Clavulanate(Amx - Imipenem (Ipm)

anc)
16

2.1.7.5 Paduan minum OAT

Dalam buku Perhimpunan Dokter, pengobatan tuberkulosis

dibagi menjadi:

1. Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)

Paduan ini dianjurkan untuk TB paru kasus baru dengan

BTA positif, pasien TB paru BTA negatif foto thoraks

positif, dan pasien TB ekstra paru.

Tabel 2.2 Dosis untuk paduan OAT-KDT kategori 1

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari Tahap Lanjutan 3 kali


selama 56 hari RHZE seminggu selama 16
minggu

30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT


38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2 KDT

≥ 71 kg 5 tablet4KDT 5 tablet 2KDT

2. Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang

telah diobati sebelumnya, seperti pasien kambuh, pasien

gagal, dan pasien dengan pengobatan setelah putus obat

(default).
17

Tabel 2.3 Dosis untuk paduan OAT-KDT kategori 2

Tahap Intensif tiap hari RHZE Tahap lanjutan 3 kali

(150/75/400/275) + S seminggu RH (150/150)

Berat Badan + E(400)


Selama 56 Selama 28
Selama 20 minggu
hari hari
30-37 kg 2 tab 2 tab 4KDT 2 tab 2 KDT + 2 tab

4KDT+500 Etambutol

mg

Streptomisin

Inj.
38-54 kg 3 tab 4KDT + 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT + 3 tab

750 mg Etambutol

Streptomisin

Inj.
55-70 kg 4 tab 4KDT + 4 tab 4KDT 4tab 2KDT + 4 tab

100 mg Etambutol

Streptomisin

Inj.
≥71 kg 5 tab + 100 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5 tab

Streptomisin Etambutol
18

2.1.7.6 Efek Samping OAT

Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan

pengobatan tanpa efek samping, namun sebagian kecil akan

mengalami efek samping. Efek samping yang terjadi bias

ringan ataupun berat, bila efek samping ringan dan dapat di

obati dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat

dilanjutkan.

2.4 Efek samping obat anti Tuberkulosis

No Jenis Obat Efek Samping


1 Isoniazid Mual, muntah, kesemutan, rasa terbakar
pada kaki, hepatotoksik
2 Pirazinamid Mual, muntah, nyeri sendi, hepatotoksik
3 Rifampisin Mual,muntah,BAK berwarna merah,
purpura, syok, hepatotoksik
4 Etambutol Mual,muntah,neuritis retrobulbar,
Hepatotoksik
5 Streptomisin Mual, muntah, tuli, gangguan keseimbangan,
gatal kemerahan, hepatotoksik
19

2.1.7.7 Pencegahan TB Paru

Untuk mencegah TB Paru, kita harus berperilaku hidip

bersih dan sehat antara lain :

a) Makan makanan yang bergizi seimbang sehingga daya

tahan tubuh meningkat untuk membunuh kuman TB

b) Tidur dan istirahat yang cukup

c) Tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan

narkoba

d) Lingkungan yang bersih baik tempat tinggal maupun

lingkunganya

e) Membuka jendela agar msuk sinar matahari di semua

ruangan rumah karena kuman TB akan mati bila terkena

sinar matahari

f) Imunisasi BCG pada balita, yang tuajuanya untuk

mencegah agar kondisi balita tidak lebih parah bila

terinfeksi TB

g) Menyerankan agar apabila ada yang dicurigai sakit TB

agar segera memriksakan diri dan berobat sesuai aturan

sampai sembuh. (PPTI, 2010)

2.2 Konsep Dasar Kepatuhan

2.2.1 Pengertian Kepatuhan


20

Menurut sackett dikutip (NeilNiven, 2005 dalam bambang

hariono, 2017) Kepatuhan penderita adalah sejauh mana perilaku

penderita sesuai dengan ketentuan diberikan oleh profesional kesehatan.

Penderita yang patuh berobat adalah penderita yang

menyelesaikan pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa selama

minimal 6 bulan sampai 9 bulan. Penderita dikatakan lalai jika tidak

datang lebih dari 3 hari sampai 2 bulan dari perjanjian dan dikatakan

droup out jika lebih dari 2 berturut-turut tidak datang berobat setelah

dikunjungi petugas kesehatan. (Depkes RI, 2000)

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Menurut (Niven, 2005 dikutip Bambang hariono, 2017) bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi adalah :

a) Faktor penderita atau individu

1) Motivasi individu ingin sembuh

Motivasi individu ingin tetap mempertahankan

kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol

penyakitnya.

2) Keyakinan

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat

menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh pada

keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah

putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara


21

perilaku akan lebih baik. Kemampuan untuk melakukan kontrol

penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan penderita, di mana

penderita memiliki keyakinan yang kuat akan lebih tabah

terhadap anjuran dan larangan jika mengetahui akibatnya (Niven,

2005).

b) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang

paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa

senang dan tenteram apabila mendapat perhatian dan dukungan

keluarga, karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan

kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya

dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang

diberikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya.

(Niven, 2005)

c) Dukungan sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari

anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor yang penting dalam

kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat

mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan

dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan. (Niven, 2005)

d) Dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang

dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka berguna


22

terutama saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru

tersebut merupakan hal penting, begitu juga mereka dapat

mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias

mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara terus

menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang

telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya. (Niven,

2005)

2.2.3 Tingkat Kepatuhan Minum Obat

Sebelum memberikan obat kepada pasien, ada beberapa

persyaratan yang perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan dalam

pemberian obat, di antaranya : Kepatuhan minum obat sendiri kembali

kepada kesesuaian penderita dengan rekomendasi pemberi pelayanan

yang berhubungan dengan waktu, dosis, dan frekuensi pengobatan

selama jangka waktu pengobatan yang dianjurkan. Sebaliknya,

“ketekunan” mengacu pada tindakan untuk melanjutkan pengobatan

untuk jangka waktu yang ditentukan sehingga dapat didefinisikan

sebagai total panjang waktu penderita mengambil obat, dibatasi oleh

waktu antara dosis pertama dan terakhir (Petorson dalam Agency for

Healthcare Research and Quality, 2012).

2.2.4 Tingkat ketidakpatuhan

Derajat ketidakpatuhan menurut NeilNiven (2005) :

1) Kompleksitas prosedur pengobatan

2) Derajat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan


23

3) Lamanya waktu di mana pasien harus mematuhi nasihat tersebut

4) Apakah penyakit tersebut benar-benar menyakitkan

5) Apakah pengobatan tersebut terlihat berpotensi menyelamatkan

hidup

6) Keparahan penyakit yang diekspresikan sendiri oleh pasien dan

bukan profesional kesehatan

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat

digolongkan menjadi empat bagian menurut (Niven, 2005), antara lain:

1. Pemahaman tentang intruksi

Tak seorangpun dapat berpartisipasi, jika ia salah paham mengenai

intruksi yang diberikan kepadanya.

2. Kualitas interaksi

Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien

merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat

kepatuhan.

3. Isolasi sosial dan keluarga

keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalan

menentukan keyakinan dan kesehatan juga dapat menentukan

tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.

4. Keyakinan, sikap dan kepribadian

(Niven, 2002) telah membuat suatu pertanyaan untuk kesehatan yang

sudah ada ketidakpatuhan.


24

2.2.6 Indikator kepatuhan minum obat TB

1. Tepat minum obat

2. Tepat frekuensi obat/ Dosis

3. Tepat jumlah butir obat ( Jurnal Amelia hayati, 2011)

2.2.7 Pengukuran Kepatuhan

Instrumen kepatuhan dengan memberikan pernyataan dari

kuesioner baku Morinsky Medication Adherence Scale (MMAS) yang

terdiri dari 8 pernyataan yang sudah dialihbahasakan dan dimodifikasi

ke dalam bahasa Indonesia. Penentuan jawaban kuesioner

menggunakan skala Morisky ; dimana yaitu jawaban responden hanya

terbatas pada dua jawaban, ya atau tidak. skor : Kepatuhan rendah : >2

Kepatuhan sedang : 1-2 Kepatuhan tinggi: 0. Semakin sedikit total nilai

yang dijumblah menandakan kepatuhan yang baik (Morisky, 1986) .

2.2.7.1 Kuisoner baku menurut Morisky 8-item medication adherence

questionna
25

2.2.7.2 Pengukuran kepatuhan yang sudah dimodifikasi dalam bahasa

Indonesia.

No Pertanyaan Ya Tidak Skor


. (Ya=1/Tidak=0)
1. Pernahkah anda lupa minum obat ?
2. Selain lupa, apakah anda pernah tidak minum obat
karena alasan lain ,dalam 2 minggu terakhir ?
mengapa?
3. Pernahkah anda mengurangi atau berhenti minum
obat tanpa sepengetahuan dokter karena anda
merasa obat yang diberikan membuat keadaan anda
jadi lebih buruk ?
4. Pernahkah anda lupa membawa obat ketika
berpergian?
5. Apakah anda tidak meminum obat anda kemarin?
6. Apakah anda berhenti minum obat ketika anda
merasa gejala yang di alami telah teratasi?
7. Meminum obat setiap hari merupakan
ketidaknyamanan untuk beberapa orang. Apakah
anda merasa terganggu harus minum dengan dosis
obat yang ditentukan pada setiap hari?
8 Berapa sering anda lupa minum obat?
a. Tidak pernah d. Biasanya
b. Sesekali e. Selalu
c. Kadang-kadang
Ket :
Selalu : 7kali dalam seminggu
Biasanya : 4-6 kali dalam seminggu
Kadang-kadang : 2-3 kali dalam seminggu
Sesekali : 1 kali dalam seminggu
Tidak pernah : Tidak pernah lupa

A :0
B-E : 1
26

Total skor

2.3 Konsep Dasar Motivasi Diri

2.3.1 Konsep motivasi

Kepada tingkat komitmen seorang termasuk faktor yang

menyebabkan menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku

manusia dalam arah tekad (Nursalam , 2011). Walgito (2004),

mendefinisikan motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau

organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.

Menurut Sunaryo, (2008) motif merupakan suatu pengerak,

keinginan, rangsangan Motif atau motivasi berasal dari kata latin “

Moreve” yang berarti dorongan dalam diri manusia untuk bertindak

atau berprilaku pengertian motivasi tidak terlepas dari kebutuhan.

Kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu di

tanggapi atau di respon

(Notoatmojo, 2010) motivasi menurut Stoner dan freman adalah

karakteristik psikologi manusia yang memberikan kontribusi hasrat,

pembangkit tenaga dan dorongan dalam diri manusia yang

menyebabkan mereka, berbuat sesuatu secara singkat dalam diri

individu yang menyadari atau menentukan prilaku individu . kata lain

Motif adalah energi dasar yang terdapat dalam diri individu dan
27

menentukan individu dan menentukaan prilaku dan memberi tujuan

dan arah kepada prilaku manusia.

Motivasi adalah suatu usaha yang di sadari untuk mempengaruhi

tingkah laku seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak

melakukan suatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Di kalangan para ahli mncul berbagai pendapat tentang

motivasi. Meskipun demikian, ada juga semacam kesamaan pendapat

yang dapat ditarik mengenai pengertian motivasi, yaitu: dorongan dari

dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut

melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

Yang dapat diamati adalah kegiatan atau mungkin alasan-alasan

tindakan tersebut. (Notoatmodjo, 2010)

2.3.2 Jenis – Jenis Motivasi

Menurut Elliot et al (2000) dan Sue Howard (1999) dalam

Widayatun (2009), motivasi seseorang dapat timbul dan tumbuh

berkembang melalui dirinya sendiri, intrinsik dan dari lingkungan,

ekstrinsik

a. Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan dari diri-sendiri

untuk bertindak tanpa adanya ransanga dari luar (Elliot, 2000).

Motivasi intrinsik akan mendorng seseorang untuk berusaha

mencapai kepuasan serta memberi keajegan dalam belajar,

kebutuhan, harapan, dan minat dan sebagainya.


28

b. Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari

luar individu yang tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut

(Sue Howard, 1999). Elliot at al (2000). Mencontohkan dengan

nilai, hadiah dan atau penghargaan yang digunakan untuk

merangsang motivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan

dan lebih menguntungkan termasuk di dalamnya adalah hubungan

antar manusia (dorongan keluarga), lingkungan serta imbalan dan

sebagainya.

2.3.3 Klasifikasi Motivasi

a. Motivasi Kuat

Motivasi dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang dalam

kegiatan-kegiatan sehari-hari memiliki harapan yang positif,

mempunyai harapan yang tinggi, dan memiliki keyakinan yang

tinggi bahwa penderita akan menyelesaikan pengobatannya tepat

pada waktu yang telah ditentukan.

b. Motivasi Sedang

Motivasi dilakukan sedang apabila dalam diri manusia memiliki

keinginan yang positif, mempunyai harapan yang tinggi, namun

memiliki keyakinan yang rendah bahwa dirinya dapat bersosialisasi

dan mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

c. Motivasi Lemah

Motivasi dikatakan lemah apabila di dalam diri manusia memiliki

harapan dan keyakinan yang rendah, bahwa dirinya dapat


29

berprestasi. Misalnya bagi seseorang dorongan dan keinginan

mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru merupakan mutu

kehidupannya maupun mengisi waktu luangnya agar lebih

produktif dan berguna. (Wulandyanti febri eryanti, 2015 menurut

Irwanto, 2008 )

2.3.4 Sumber Motivasi

a. Motivasi instrinsik

Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.

Termasuk motivasi intrinsik adalah perasaan nyaman pada ibu nifas

ketika dia berada di rumah bersalin.

b. Motivasi ekstrinsik

Yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu, misalnya saja

dukungan verbal dan non verbal yang diberikan oleh teman dekat

atau keakraban sosial.

c. Motivasi terdesak

Yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya

serentak serta menghentak dan cepat sekali (Wulandyanti febri

eryanti, 2015 menurut Widayatun, 2008).

2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Handoko (1998) dan Widayatun (1999), ada dua faktor

yang mempengaruhi motivasi yaitu faktor internal dan eksternal.

a. Faktor internal
30

Faktor internal adalah motivasi yang berasal dari dalam diri

manusia, biasanya timbul dari poerilaku yang dapat memenuhi

kebutuhan sehingga menjadi puas. Faktor internal meliputi:

1) Faktor Fisik 

Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

kondisi fisik misal status kesehatan pasien. Fisik yang kurang

sehat dan cacat yang tidak dapat disembuhkan berbahaya bagi

penyesuaian pribadi dan sosial. Pasien yang mempunyai

hambatan fisik karena kesehatannya buruk sebagai akibat

mereka selalu frustasi terhadap kesehatannya.

2) Faktor proses mental

Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu

saja, tapi ada kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi

tersebut. Pasien dengan fungsi mental yang normal akan

menyebabkan bias yang positif terhadap diri. Seperti halnya

adanya kemampuan untuk mengontrol kejadian-kejadian

dalam hidup yang harus dihadapi, keadaan pemikiran dan

pandangan hidup yang positif dari diri pasien dalam reaksi

terhadap perawatan akan meningkatkan penerimaan diri serta

keyakinan diri sehingga mampu mengatasi kecemasan dan

selalu berpikir optimis untuk kesmbuhannya.

3) Faktor herediter
31

Bahwa manusia diciptakan dengan berbagai macam tipe

kepribadian yang secara herediter dibawa sejak lahir. Ada tipe

kepribadian tertentu yang mudah termotivasi atau sebaliknya.

Orang yang mudah sekali tergerak perasaannya, setiap

kejadian menimbulkan reaksi perasaan padanya. Sebaliknya

ada yang hanya bereaksi apabila menghadapi kejadia-kejadian

yang memang sungguh penting.

4) Keinginan dalam diri sendiri

Misalnya keinginan untuk lepas dari keadaan sakit yang

mengganggu aktivitasnya sehari-hari, masih ingin menikmati

prestasi yang masih dipuncak karir, merasa belum sepenuhnya

nebgembangkan potensi-otensi yang dimiliki.

5) Kematangan usia

Kematangan usia akan mempengaruhi pada proses berfikir dan

pengambilan keputusan dalam melakukan pengobatan yang

menunjang kesembuhan pasien.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor motivasi yang berasal dari

luar diri seseorang yang merupakan pengaruh dari orang lain atau

lingkungan. Faktor eksternal ini meluputi:

1) Faktor lingkungan

Lingkungan adalah suatu yang berada disekitar pasien baik

fisik, psikologis, maupun sosial (Notoatmodjo, 2010).


32

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap motivasi pasien

kusta untuk melakukan pengobatan.

2) Dukungan sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari

anggota keluarga yang lain, teman, waktu dan uang merupakan

faktor – faktor penting dalam kepatuhan terhadap program

medis. (Nevil Niven, 2002)

3) Fasilitas (sarana dan prasarana)

Ketersediaan fasilitas yang menunjang kesembuhan pasien

tersedia, mudah terjangkau menjadi motivasi pasien untuk

sembuh. Termasuk dalam fasilitas adanya pembebasan biaya

berobat untuk pasien kusta.

4) Media

Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan atau info

kesehatan (Sugiono, 1999). Dengan adanya media ini pasien

kusta akan menjadi lebih tahu tentang penyakit kusta dan pada

akhirnya akan menjadi motivasi untuk melakukan pengobatan.

2.3.6 Unsur dari Motivasi

Menurut Dirgagunarsa (1996), tingkah laku bermotivasi dapat

dirumuskan sebagai tingkah laku yang di latar belakangi oleh adanya


33

kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan, agar suatu

kebutuhan terpenuhi dan suatu kehendak terpuaskan (Sobur, 2011).

a. Kebutuhan

Motif pada dasarnya bukan hanya dorongan fisik, tetapi juga

orientasi kognitif elementer yang diarahkan pada pemuasan

kebutuhan.

b. Tingkah Laku

Sebenarnya, semua perilaku merupakan serentetan kegiatan.

Sebagai manusia kita selalu melakukan sesuatu seperti berjalan-

jalan, berbicara, makan, tidur, bekerja, dan sebagainya. Dan semua

itu pada dasarnya ditujukan untuk mencapai tujuan.

c. Tujuan

Unsur ketiga dari motivasi ialah tujuan yang berfungsi untuk

memotivasikan tingkah laku. Sebab, selain ditentukan oleh motif

dasar, tingkah laku juga ditentukan oleh keadaan dari tujuan. Jika

tujuannya menarik, individu akan lebih aktif bertingkah laku.

2.3.7 Komponen Motivasi menurut Sobur (2009) yaitu

a. Keinginan (Valency)

Valence juga dapat didefinisikan setiap hasil mempunyai nilai atau

daya tarik bagi orang tertentu.


34

b. Keyakinan (Outcome expectancy)

Outcome expectancy berarti setiap individu percaya bahwa

individu berperilaku dengan cara tertentu dan akan memperoleh

hal tertentu.

c. Harapan (Effort Expectancy)

Effort Expectancy berarti setiap hasil berkaitan dengan suatu

persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut.

2.3.8 Cara Meningkatkan Motivasi

1. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force,yaitu cara

memotivasi dengan ancaman hukuman atau kekerasan dasar yang

dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.

2. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement,yaitu cara

memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan

sesuatu harapan yang memberikan motivasi.

3. Memotivasi dengan identifikasi (motivating by identification on

egoinvoiremen), yaitu cara memotivasi dengan menanamkan

kesadaran. (Sunaryo, 2006).

2.3.9 Teori Motivasi

a. Teori hedonisme

Hedone dalam bahasa Yunani adalah kesukaan, kekuatan atau

kenikmatan, menurut pandangan hedonisme. Implikasi dari teori ini

adalah adanya anggapan bahwa orang akan cenderung menghindari


35

hal-hal yang sulit dan menyusahkan atau mengandung resiko berat

dan lebih suka melakukan suatu yang mendatangkan kesenangan

baginya.

b. Teori naluri

Bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok

yang dalam hal ini disebut juga dorongan nafsu (naluri)

mempertahankan diri, dorongan nafsu (naluri) mengembangkan

diri, nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan jenis.

c. Teori reaksi yang dipelajari

Teori berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak

berdasarkan naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang

dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Menurut teori

ini, apabila seorang pemimpin atau pendidik akan memotivasi anak

buah atau anak didiknya, pemimpin atau pendidik hendaknya

mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang

yang dipimpinnya.

d. Teori pendorong

Teori ini merupakan panduan antar teori naluri dengan "teori reaksi

yang dipelajari", daya dorong adalah semacam naluri tetapi hanya

suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang

umum. Oleh karena itu, menurut teori ini bila seseorang memimpin
36

atau mendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus

berdasarkan atas daya pendorong yaitu atas naluri dan juga reaksi

yang dipelajari dari kebudayaan yang dimilikinya.

e. Teori kebutuhan

Teori kebutuhan berfokus pada yang dibutuhkan orang untuk hidup

berkecukupan. Menurut teori kebutuhan bahwa manusia

mempunyai motivasi kalau dia belum mencapai tingkat kepuasan

tertentu dengan kehidupannya. Yang termasuk dalam teori

kebutuhan adalah :

1) Teori hierarki kebutuhan menurut Maslow

Menurut maslow, individu akan termotivasi untuk memenuhi

kebutuhannya yang paling menonjol atau yang paling kuat bagi

mereka pada waktu tertentu. Abrahan Naslow memandang

manusia sebagai hierarki lima macam kebutuhan, yaitu :

a) Kebutuhan fisiologis

(1)  Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam

Hirarki Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal

yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup.

(2) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas: Merupakan

kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk


37

kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan

hidup dan aktifitas berbagai organ atau sel.

(3)  Kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan:

Bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis

yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh

hampir 90% dari total berat badan tubuh.

(4)  Kebutuhan eliminasi urine dan alvi: Merupakan bagian

dari kebutuhan fisiologis dan bertujuan untuk

mengeluarkan bahan sisa

(5)  Kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan aktivitas: Untuk

memulihkan status kesehatan dan mempertahankan

kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi

(6)  Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh dan kebutuhan

seksual: Merupakan untuk memenuhi kebutuhan biologis

dan untuk memperbanyak keturunan (Hidayat, 2006).

b) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safely and

Security) adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis

maupun psikologis, kebutuhan meliputi :

(1)  Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas,

kecelakaan dan infeksi

(2)  Bebas dari rasa takut dan kecemasan

(3)  Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang

baru dan asing.


38

c) Kebutuhan sosial, yang meliputi antara lain :

(1)  Memberi dan menerima kasih sayang

(2)  Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan

orang lain

(3)  Kehangatan dan penuh persahabatan

(4)  Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok

serta lingkungan sosial.

d) Kebutuhan harga diri

(1)  Perasaan tidak bergantung pada orang lain

(2)  Kompeten

(3)  Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

e) Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization) antara

lain kebutuhan mempertinggi potensi – potensi dan ekspresi

diri meliputi:

(1) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan

memahami potensi diri)

(2)  Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri

(3)  Tidak emosional

(4)  Mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan

mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan

sebagainya (Mubarak, 2007).

2) Teori ERG
39

Teori ERG adalah teori motivasi yang menyatakan bahwa

orang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan tentang

existensi (Exsistence, kebutuhan mendasar dari Maslow),

kebutuhan keterkaitan (Relatedness, kebutuhan hubungan antar

pribadi) dan kebutuhan pertumbuhan (Growth, kebutuhan akan

kretivitas pribadi, atau pengaruh produktif). Teori ini

menyatakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi mengalami

kekecewaan, kebutuhan yang lebih rendah akan kembali,

walaupun sudah terpuaskan.

3) Teori tiga macam kebutuhan

John W. Atkinson, mengusulkan ada tiga macam dorongan

pada diri orang yang termotivasi, kebutuhan untuk mencapai

prestasi (need for achivement), kebutuhan kekuatan (need of

power), dan kebutuhan untuk berafiliasi atau berhubungan dekat

dengan orang lain (need for affiliation).

Penelitian Mc Chellend juga mengatakan bahwa manajer dapat

sampai tingkat tertentu, menaikkan untuk berprestasi dari

karyawan dengan menciptakan lingkungan kerja yang lain.

4) Teori motivasi dua faktor

Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg ia

meyakini bahwa karyawan dapat dimotivasi oleh pekaryaannya

sendiri dan didalamnya terdapat kepentingan yang disesuaikan

dengan tuuan organisasi. Herzberg menyimpulkan bahwa


40

ketidakpuasan dan kepuasan kerja dalam bekerja muncul dari

dua faktor yang terpisah yaitu:

a) Faktor penyebab ketidakpuasan termasuk dalam hal gaji,

kondisi kerja, dan kebijakan perusahaan, semuanya

mempengaruhi konteks tempat pekaryaan dilakukan.

b) Faktor penyebab kepuasan termasuk prestasi, pengakuan,

tanggung jawab dan kemajuan, semuanya berkaitan

dengan isi pekaryaan dan imbalan kerja (Purwanto, 2000)

f. Teori McGregor

Berdasarkan penelitian Mc Gregor menyimpilkan teori motivasi

itu dalam teori X dan teori Y. Teori X berdasarkan pandagan

konvensional atau klasik, pada umumnya manusia bersifat egois

dan kurang acuh terhadap organisasi sehingga perlu diperhatikan

ketat dan harus dipaksa untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Sedangkan teori Y bertumpu pada padangan atau pendekatan

modern, pada umumnya manusia ini selalu mengembangkan

dirinya untuk mencapai tujuan atau sasaran (Notoatmodjo, 2007).

g. Teori keadilan

Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama

dalam motivasi pekaryaan adalah evaluasi individu atau keadilan

dari penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi jika hal

yang mereka dapatkan seimbang dengan usaha yang mereka

kerjakan.
41

h. Teori penguatan

Teori penguatan, yang dikaitkan dengan ahli psikologi B.F

Skinner dengan teman–temannya, menunjukkan bagaimana

konsekuensi tingkah laku dimasa lampau akan mempengaruhi

tindakan di masa depan dalam proses belajar siklis (Nursalam,

2008)

2.3.10 Pengukuran Motivasi

Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung namun harus

diukur. Pada umumnya, yang banyak diukur adalah motivasi sosial

dan motivasi biologis. Ada beberapa cara untuk mengukur motivasi

yaitu dengan 1) tes proyektif, 2) kuesioner, dan 3) perilaku

(Notoadmodjo, 2010).

1. Tes Proyektif

Apa yang kita katakan adalah cerminan dari apa yang ada dalam

diri kita. Dengan demikian untuk memahami apa yang dipikirkan

orang, maka kita beri stimulus yang harus diinterprestasikan salah

satu teknik proyektif yang banyak dikenal adalah Thematic

Apperception Test (TAT). Dalam tes itu lien diberikan gambar dan

klien diminta untuk membuat cerita dari gambar tersebut. Dalam

teori Mc Leland Dikatakan, apakah manusia memiliki tiga

kebutuhan untuk berprestasi (n-ach), kebutuhan untuk power (n-

power), kebutuhan untuk berafiliasi (n-aff). Dari isi cerita tersebut


42

kita bisa menelaah motivasi yang mendasari dinamakan

berdasarkan konsep kebutuhan diatas Notoatmodjo 2010)

2. Kuesioner Salah satu cara untuk mendapatkan motivasi melalui

kuesioner adalah dengan meminta klien untuk mengisi kuesioner

yang bensi pertanyaan-pertanyaan yang bisa memancing motivasi

sebagi contoh adalah EPPS (Edheard's Personul Preferensi Jadwal)

Kucsioner tersebut terdin dan 210 nomer dimana pada

masingmarang nomor terdin dan dua perunyaan Klien diminta

memilih salah satu dan dua perunyaan itu yang lebih lengkap nya

Dan pengisian kunsioner tersebut kita bisa melihat dari ke-15 yenis

kebutuhan yang dalam tes itu, mana mana yang paling dominan

dan dalam din kita Contohnya antara lain, pertemuan untuk

berprestasi, kebutuhan akan keteraturan, kebutuhan unnuk

berafiliasi dengan orang lain, kebtuhan untuk membina hubungan

dengan lawan jenis bahkan kebutuhan untuk bertandai apresif

(notoatmodjo, 2010).

3. Observasi perilaku cara lain untuk mengukur otodidak adalah

dengan membuat situasi dapat klien dapat memunculian perilaku

yang serupa motivasinya Misalnya, untuk mengukur kernginan

untuk berprestasi, klien diminta untuk memproduksi origami

dengan batas waktu tenentu Peniaku yang diobservasi adalah,

apakah klien mengarakan umpan balik yang diberikan. mengambil

keputusan yang berisiko dan memenundan kualitas dan pada


43

kuantitas kerja (Notoatmodjo, 2010). Pengukuran motivasi

menggunakan kuisoner dengan skala likert yang berisi pertanyaan-

pertanyaan terpilih dan telah di uji validitas dan reabilitas. Adapun

per item soal diberikan nilai sebagai berikut:

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif

Sangat Setuju :4 Sangat tidak setuju : 1

Setuju :3 Tidak setuju :2

Tidak setuju :2 Setuju :3

Sangat tidak setuju : 1 Sangat Setuju :4

Kemudian nilai dari masing-masing soal dijumblahkan dan

dikalikan dengan 100 persen sehingga ditemukan hasil presentase

tersebut yang akan dijadikan dalam kreteria motivasi dengan

kategori sebagai berikut :

1. Motivasi kuat : 76-100%

2. Motivasi sedang : 56-75%

3. Motivasi lemah : <56% (Nursalam, 2013).

2.3.11 Proses terjadinya Motivasi

Motivasi itu ada atau terjadi karena adanya kebutuhan seseorang

yang harus segera beraktivitas segera. Untuk mencapai tujuan

motivasi sebagai motor pengerak maka bakarnya adalah kebutuhan

dan proses terjadinya motivasi digambarkan dalam bentuk lingkaran.


44

Terjadinya motivasi sesuai urutan kebutuhan yang harus dipenuhi

(Widayatun, 2010).

Ali Zaidin (2004) berpendapat lain, ia mengungkapkan bahwa

proses terjadinya motivasi adalah:

1. Dimulai dengan adanya kebutuhan dimana individu tersebut dalam

keadaan tegang ingin memenuhi kebutuhan tersebut.

2. Dilaksanakan aktivitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan

tersebut.

3. Apabila kebutuhan terpenuhi maka terjadi kepuasan dan

ketegangan berkurang.

4. Apabila kebutuhan tidak terpenuhi (tujuan tidak tercapai) dapat

menimbulkan konflik dalam dirinya.


45

2.4 Kerangka Teori

Kerangka Teori proses terjadi hubungan atara variabel yaitu berisi

prinsip-prinsip teori yang mempengaruhi pembahasan yang berguna untuk

membantu gambaran dan langkah kerja (Arifin, 2008) .


Pasien TB Gejala Batuk berdahak ≥2 Melakukan Diklasifikasikan
minggu pengobatan
a. Lokasi
1. Tepat minum Pengobatan dibagi anatomi
obat menjadi : Diberikan 2 tahap : dari
penyakit.
2. Tepat frekuensi a. Kategori-1 c. Tahap
b. Riwayat
obat/Dosis (2HRZE/4H intensif
pengobat
3R3) d. Tahap
3. Tepat jumblah an
b. Kategori-2 lanjutan
butir obat sebelumn
(2HRZES/H ya.
RZE/5H3R3 c. Hasil
E3) pemeriks
Kepatuhan Motivasi aan uji
kepekaan
obat.
Patuh rendah Jenis-jenis Motivasi :

a. Motivasi
Patuh sedang intrinsik
b. Motivasi
Patuh tinggi ekstrensik
46

Gambar 2.5 Kerangka Teori Hubungan Motivasi Diri dengan Kepatuhan


Minum Obat pasien TB Paru di pukesmas Puri.
2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu abtraksi realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antar variabel (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini

variabel independen berupa motivasi diri dan variabel dipenden berupa

kepatuhan minum obat.

Faktor Yang Mempengruhi Motivasi Diri


Pasien TB Paru
a. Faktor Internal
1. Faktor Fisik
Motivasi
2. Faktor Mental
3. Faktor Herediter 1. Motivasi intrinsik
b. Faktor Eksternal 2. Motivasi ekstrinsik
1. Faktor Sosial
2. Faktor Lingkungan
3. Fasilitas sarana dan prasarana Motivasi kuat Motivasi sedang Motivasi lemah
4. Media

Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan


Kriteria kepatuhan
Faktor pendiri
1. Motivasi 1. Tepat minum obat
2. Keyakinan 2. Tepat frekuensi obat/Dosis
3. Dukungan Keluarga 3. Tepat jumblah butir obat
4. Dukungan Sosial
5. Dukungan Petugas Kesehatan

Patuh rendah Patuh sedang Patuh tinggi


47

Keterangan: : Tidak diteliti

: Diteliti

Gambar 2.6 Kerangka Konsep Hubungan Motivasi Diri dengan Kepatuhan


Minum Obat pasien TB Paru di pukesmas Puri.

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). Pada Penelitian ini peneliti

merumuskan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Tidak ada hubungan antara Motivasi diri dengan kepatuhan minum obat

pasien TB Paru

H1 : Ada Hubungan antara Motivasi diri dengan kepatuhan minum obat

pasien TB Paru
48
BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara yang akan dilakukan dalam proses

penelitian. Pada bab ini akan dijelaskan: (1) Desain penelitian, (2)

Populasi,Sempel dan Sampling, (3) Identifikasi variabel dan definisi operasional,

(4) kerangka kerja (5) Pengumpulan data, (6) Pengolahan data, (7) Etika

penelitian, (8) Keterbatasan.

3.1 Desain/Rancangan Penelitian

Desain penelitian merupakan strategi pembuktian atau pengujian atas

variabel dilingkup penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-

sectional, di mana pengukuran terhadap variabel dapat dilakukan dalam

waktu bersamaan sehingga cukup efektif dan efisien (Hidayat, 2008). Dengan

metode ini diharapkan dapat diketahui hubungan motivasi diri dengan

kepatuhan minum obat pasien TB paru dalam menjalani pengobatan TB paru.

3.2 3.2 Populasi, Sampling dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. (Sugiyono, 2004 dalam Hidayat, 2013). Pada penelitian


50

ini Populasinya adalah seluruh penderita TB paru di wilayah kerja

Puskesmas Puri yang berjumlah 54 orang.

3.2.2 Sampling

Sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah

sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. (Hidayat, 2013).

Pada penelitian ini menggunakan teknik Non Probabiliy Sampling tipe

Total sampling atau sampling jenuh, yaitu dengan mengambil semua

anggota populasi menjadi sampel. (Hidayat, 2013)

3.2.3 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

2013). Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah penderita TB

paru yang menjalani pengobatan di Puskesmas Puri yang berjumlah 54

orang.

3.3 3.3 Identifikasi Variabel dan Definisi operasional

3.3.1 Identifikasi Variabel

Menurut Sudigdo Sastruasmoro, variabel merupakan

karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek

lainnya (Hidayat, 2013). Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu :

1. Variabel independen atau variabel bebas yaitu motivasi diri

2. Variabel dependen atau tergantung minum yaitu kepatuhan minum

obat penderita TB Paru.


51

3.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu obyek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan

berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian.

Sedangkan cara pengukur merupakan cara di mana variabel dapat diukur

dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2013).

Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan motivasi diri dengan kepatuhan


minum obat pada pasien TB Paru Di Pukesmas Puri.
Variabel Definisi Indikator Alat Skala Kriteria
Operasional Ukur

Motivasi Motivasi 1. Motivasi Kuisoner Ordinal Dikreteriakan


Diri Intrinsik dengan skor soal:
Diri ialah skala
suatu 2. Motivasi likert. Positif :
dorongan Ekstrensik
baik dari Sangat setuju :
dalam 4
maupun
Setuju :3
luar diri
pasien Tidak setuju :2
untuk
melakukan Sangat tidak
pengobatan. setuju :1
Negatif :
Sangat setuju :
1
Setuju :2
Tidak setuju :3
Sangat tidak
setuju :4
52

Kriteria
penilaian :
1. Motiva
si kuat : 76-
100%
2. Motiva
si sedang :
56-75%
3. Motiva
si Lemah :
<56%
(Nursalam,
2013).

Kepatuhan Sejauh 1. Tepat minum Kuisoner Ordinal Jawaban :


minum mana obat dengan Ya =1 Tidak=0
obat Tb perilaku 2. Tepat Skala 1. Kepatu
Paru pasien frekuensi Morisky han rendah :
mentaati obat/ Dosis >2
kententuan 3. Tepat 2. Kepatu
yang jumblah butir han sedang :
diberikan obat 1-2
petugas 3. Kepatu
kesehatan han tinggi : 0
dalam ( Morisky,
kepatuhan 1986)
minum
obat.

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti adlah sebagai berikut :

1. Sebelum melakukan penelitian peneliti mengajukan judul penelitian yang

akan dilakukan kepada kedua dosen pembimbing skripsi yang kemudian

dilnjutkan dengan meminta surat ke Stikes Bina Sehat PPNI.


53

2. Peneliti mendapat surat pada tanggal 25 oktober 2017. Pada tanggal 2

november 2017 diajaukan kepada BANKESBANPOL beserta bupati

Mojokerto.

3. Peneliti mengajukan surat kepada Dinas Kesehatan pada tanggal 2

November 2017, serta pada Puskesmas Puri tanggal 15 november 2017.

4. Pada tanggal 25 November peneliti mendapatkan surat persetujuan praktek

dari Kepala Puskesmas Puri.

5. Peneliti melakukan studi pendahuluan pada 26 November-27 November

di Poli TB Paru .

6. Uji validitas dilakukan 6 responden yang bukan terhadap responden untuk

penelitian.

7. Penelitian ini dilakukan selama 6 hari yang disesuaikan dengan jam buka

poli rawat jalan dan dalam satu hari peneliti bertemu dengan 3 sampai 6

responden.

8. Pada bulan februari-maret penelitian saya di poli TB pukesmas Puri,

kususnya hari selasa dan rabu pada tanggal 13,15,20,22 bulan februari dan

bulan maret tanggal 6,8,27,29. Peneliti menunggu responden di poli rawat

jalan sambil meminta informasi pada petugas tentang data pasien yang

menderita TB paru. Kemudian peneliti melakukan informed concent pada

responden sebelum responden diperiksa oleh dokter setelah responden

bersedia peneliti memberikan kuesioner dan ditunggu peneliti hingga

selesai dan setelah kuesioner dikembalikan pada peneliti, dan peneliti


54

memeriksa kembali kuesioner dan tidak terdapat kekurangan dalam

pengisian kuesioner sehingga kuesior tidak dikembalikan pada responden

dan saya melakukan kunjungan kerumah penderita TB di wilayah

Kecamatan puri untuk memastikan penderita tepat minum obat atau

tidak,dilakukan pada hari libur seperti hari minggu.

9. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data analisis

data dengan menggunakan tabulasi silang ,lalu di crosstab dan disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frequensi dengan uji deskriptif.


55

3.5 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah suatu abstrak, logika secara harfiah dan

membantu penelitian dalam menghubungkan hasil penemuan dengan body of

knowledge (Nursalam, 2013).


Populasi
Semua penderita TB Paru yang ada di wilayah kerja pukesmas Puri yang berjumblah 54
orang pada bulan januari-november 2017.

Sampling
Menggunakan sampling Non Probability tipe total sampling.

Sampel
Semua penderita TB Paru yang ada di wilayah kerja pukesmas Puri yang berjumblah 54
orang.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data mengguanakan alat ukur kuisoner pertanyaan untuk motivasi diri (skala
likert) dan kepatuhan minum obat TB (skala Morisky)

Analisa Data
Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dan analisa data dengan tabulasi silang.

Pengolahan Data
Setelah data terkumpul lalu diproses editing,coding,scoring,dan tabulating.

Penyajian Data
Penyajian data terdiri dari data umum dan data khusus dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dengan uji deskriptif.

Hasil Penelitian
Ada hubungan motivasi diri dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB Paru di
pukesmas Puri.

Gambar 3.1 Kerangka kerja Hubungan motivasi diri dengan kepatuhan


minum obat dengan pasien TB Paru di Pukesmas Puri.
56

3.6 Pengumpulan Data

3.6.1 Instrumen

Instrumen merupakan suat alat ukur pengumpulan data agar

memperkuat hasil penelitian, alat ukur pengumpulan data pada

penelitian ini adalah :

1. Instrumen pertama untuk Motivasi diri adalah dengan

menggunakan kuesioner dengan menggunakan rentang

memberikan pernyataan yang terdiri dari dua kelompok pernyataan

yakni, motivasi intinsik dan motivasi ekstrinsik. Untuk mengukur

tingkat motivasi responden yang melakukan pengobatan lanjut.

Penentuan jawaban kuisoner yaitu menggunakan skala likert

Kriteria penilaian :

1. Motivasi kuat : 76-100%

2. Motivasi sedang : 56-75%

3. Motivasi Lemah : <56% (Nursalam, 2013).

2. Instrumen kedua adalah kepatuhan, Penentuan jawaban kuesioner

menggunakan skala Morisky; dimana yaitu jawaban responden

hanya terbatas pada dua jawaban, ya atau tidak skor : Kepatuhan

rendah : >2 Kepatuhan sedang : 1-2 Kepatuhan tinggi: 0 . Semakin

sedikit total nilai yang dijumblah menandakan kepatuhan yang baik

(Morisky, 1986).
57

3.6.2 Validitas

Validitas atau kesahihan adalah pengukuran dan observasi yang

berarti prinsip keandalan instrument dalam pengumpulan data.

Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur

( Nursalam, 2013).

Dalam mengukur Kepatuhan minum obat menggunakan

instrument kuisoner dari Amelia hayati dengan hasil validitas 0,9.

Peneliti melakukan uji validitas ulang dengan menggunakan 10

responden di puskesmas Tawangsari dengan 8 soal. Hasil validitas yang

didapat sebesar valid 100% dengan rentang nilai 718-865 dengan nilai r

>0,632 .

Dalam mengukur motivasi diri menggunakan instrument

kuisoner likert dari julan hernadi dengan hasil validitas 0,92 Peneliti

melakukan uji validitas ulang dengan menggunakan 10 responden di

puskesmas Tawangsari dengan 10 soal. Hasil validitas yang didapat

sebesar valid 100% dengan rentang nilai 660-982 dengan nilai r>0,632.

3.6.3 Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

bila fakta atau ukuran hidup sebelumnya atau diamati berkali-kali

dalam waktu yang berlainan. (Nursalam, 2013) Cara untuk menentukan

angket itu reliable adalah dengan melihat ɑcronbach’’s > r tabel maka

angket reliable atau konsisten demikian sebaliknya, jika ɑcronbach’’s <

r tabel maka angket dinyatakan tidak reliable.


58

Uji reabilitas berdasarkan kuisoner yang digunakan peneliti

menyatakan bahawa kedua kuisoner reliable dengan menggunakan 10

sampel yang dilakukan peneliti. Data yang telah di isi responden,

peneliti ambil kemudian peneliti lakukan uji realibilitas dengan

menggunakan SPSS yang menyatakan kedua kuisioner ini reliable

dengan kepatuhan 916 dan 965 .

3.6.4 Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi yang dipilih pada penelitian ini adalah Puskesmas Puri di

Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto, sedangkan waktu penelitian

adalah pada tanggal 13,15,20,22 mei-6,8,27,29 maret 2018.

3.7 Pegolahan data

Pengolahan data merupakan proses yang penting dalam penelitian,oleh

karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar, menurut (Budiarso, 2002)

dalam pengolahan data mencakup beberapa hal sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali data yang tela

dikumpulkan, editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau

setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Hal ini dimaksud yang untuk

mempermudah dalam melakukan tabulasi dan ana data pemberian kode

sangat penting dan biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode
59

dan kata dalam satu buku untuk pilihan kembali variabel lokasi dan

variabel kode (Hidayat, 2007).

1. Umur : 4. Jenis kelamin :

1) 15-20 tahun =1 1) Laki-laki =1

2) 21-55 tahun =2 2) Perempuan = 2

3) >55 tahun =3

2. Pekerjaan : 5. Kepatuhan :

1) Swasta =1 4) Petani = 4 1) patuh rendah = 1

2) Wiraswasta =2 5) Buruh = 5 2) patuh sedang = 2

3) PNS =3 6) Pelajar = 6 3) patuh tinggi = 3

3. Pendidikan 6. Motivasi diri

1) Tidak sekolah =1 1) motivasi kuat =1

2) SD =2 2) motivasi sedang = 2

3) SMP =3 3) motivasi lemah = 3

4) SMA =4

5) Perguruan tinggi = 5

3. Skoring

1) Pengukuran Motivasi Diri

Pengukuran motivasi diri menggunakan dengan alternatif jawaban

menggunakan skala likert. Terdiri dari pertanyaan motivasi instrinsik

dan motivasi ekstrensik. Motivasi dikategorikan menjadi: Motivasi

kuat: 76-100%, Motivasi sedang : 56-75%, Motivasi Lemah : <56%

(Nursalam, 2013).
60

2) Pengukuran kepatuhan

Penentuan jawaban kuesioner menggunakan skala Guttman; dimana

yaitu jawaban responden hanya terbatas pada dua jawaban, ya : 1 atau

tidak : 0. skor : Kepatuhan rendah : >2 Kepatuhan sedang : 1-2

Kepatuhan tinggi: 0. Semakin sedikit total nilai yang dijumblah

menandakan kepatuhan yang baik (Morisky, 1986) .

3) Tabulasi

Setelah isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan data juga sudah di

coding, maka langkah selanjunya adalah data agar bisa dianalisis.

Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari

kuesioner ke paket program komputer.

4) Analisa Uji Statistik

Analisa data untuk tujuan penelitian dengan menggunakan tabulasi

silang dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan

kesimpulan hasil ada atau tidak ada motivasi diri dengan kepatuhan

minum obat pada pasien TB paru di Puskesmas Puri.

3.8 Etika Penelitian

Penelitian seharusnya banyak membawa manfaat bagi manusia.

Terdapat beberapa prinsip yang harus dipatuhi ketika melakukan penelitan

yaitu prinsip manfaat, menghormati martabat manusia, keadilan (Setiawan &

Saryono, 2010). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain :


61

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (Hidayat,

2010).

Lembar persetujuan diberikan kepada para pekerja yang akan diteliti

untuk bersedia menjadi responden. Peneliti menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian yang dilakukan. Jika ibu bersedia diteliti dan menjadi

responden, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan

tersebut. Akan tetapi, jika pekerja tersebut tidak bersedia diteliti dan

menolak menjadi responden, maka peneliti akan menghormati keputusan

yang diambil ibu dengan tidak memaksanya.

2. Anonimity

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2010).

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset (Hidayat, 2010).


62

Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh

peneliti. Hanya data tertentu saja (yang dibutuhkan) akan dicantumkan

sebagai hasil penelitian.

3.9 Keterbatasan

Keterbatasan adalah masalah-masalah atau hambatan yang di temui

peniliti dalam proses pengumpulan data (Notoadmojo, 2012).

Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi peneliti adalah :

1) Jumlah sampel yang sebenarnya adalah 59 responden yaitu pada tahun

2017, yang saya teliti berjumblah 5 responden dari study pendahuluan

saya dan untuk penelitian saya jadi 54 responden, terdapat responden yang

pindah pengobatan.

2) Responden yang di ambil hanya di Pukesmas Puri sehingga hasil

penelitian tidak dapat digeneralisasikan ke tempat lain.


BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas Puri merupakan instansi pelayanan kesehatan di wilayah

Kecamatan Puri yang berada dibawah naungan Dinas Kesehatan

Kabupaten Mojokerto. Puskesmas Puri berdiri sejak tahun 1998 dan

sampai saat ini melaksanakan 18 program puskesmas dan menyediakan

sarana dan prasarana yang memadai untuk membiayai pelayanan yang

prima terhadap masyarakat, selain itu Puskesmas Puri dan juga

pelayanan BPJS selaku pelaksana sistem kesehatan untuk seluruh warga

Indonesia. Sesuai dengan motto "Profesional Dalam Bekerja, Ikhlas

Dalam Mengabdi” dalam menjalankan pelayanan kesehatan serta

pengabdian kepada negara, kami mengedepankan integritas, SDM yang

berkualitas dan profesional, nilai-nilai etika, serta menjalin komunikasi

yang baik dengan seluruh elemen.


64

4.1.2 Data Umum

1) Karateristik Responden berdasarkan Usia

Tabel 4.1 Data Distribusi Responden Berdasarkan Usia di


Pukesmas Puri Februari 2018.
Umur Frekuensi Prosentase

15-20 Tahun 1 1,9


21-55 Tahun 27 50,0
>55 Tahun 26 48,1
Total 54 100.0

Berdasarkan data distribusi responden pada tabel 4.1

menunjukan mayoritas responden berusia 21-55 Tahun sebanyak 27

responden ( 50,0%) .

2) Karateristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.2 Data Distribusi Responden Berdasarkan


Pekerjaan di Pukesmas Puri Februari 2018.
Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%)
Petani 10 18,5
Buruh/Pegawai 12 22,2
PNS 2 3,7
Pelajar 1 1,9
Wiraswasta 29 53,7
Total 54 100,0

Berdasarkan data distribusi responden pada tabel 4.2

menunjukan hampir mayoritas responden bekerja sebanyak 29

responden ( 53,7%) .
65

3) Karateristik Responden berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.3 Data Distribusi Responden Berdasarkan


Pendidikan di Pukesmas Puri Februari 2018.
Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)
Tidak sekolah 7 13,0
SD 21 38,9
SMP 23 42,6
SMA 3 5,6
PT 0 0
Total 54 100,0

Berdasarkan data distribusi responden pada tabel 4.3

menunjukan hampir mayoritas responden mempunyai latar belakang

berpendidikan 23 responden (42,6%) .

4) Karateristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.4 Data Distribusi Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Prosentase
Laki-laki 22 40,7
Perempuan 32 59,3
Total 54 100,0

Berdasarkan data distribusi responden pada tabel 4.4

menunjukan hampir mayoritas responden perempuan sebanyak 32

responden ( 59,3%).

4.1.3 Data Khusus

1) Motivasi Diri terhadap penderita TB Paru

Tabel 4.5 Data Distribusi Responden berdasarkan Motivasi


Diri terhadap penderita TB Paru Dipukesmas Puri
bulan Februari 2018.
Motivasi Diri Frekuensi Prosentase (%)
Motivasi kuat 1 1,9
Motivasi sedan 15 27,8
Motivasi lemah 38 70,4
Total 54 100,0
66

Berdasarkan data distribusi responden pada tabel 4.5

menunjukkan bahwa sebagian besar penderita TB Paru mempunyai

Motivasi Diri rendah sebanyak 38 responden (70,4%).

2) Kepatuhan minum obat TB Paru

Tabel 4.6 Data Distribusi Responden berdasarkan


kepatuhan minum obat penderita TB Paru di
Pukesmas Puri Bulan februari 2018

Kepatuhan Frekuensi Prosentase (%)


Patuh rendah 49 90,7
Patuh sedang 5 9,3
Patuh tinggi 0 0
Total 54 100,0

Berdasarkan data distribusi responden pada tabel 4.6

menunjukkan bahwa sebagian besar responden patuh rendah dalam

minum obat TB Paru sebanyak 49 responden (90,7%).

3) Hubungan Motivasi diri dengan kepatuhan minum obat TB pada

pasien TB Paru

Tabel 4.7 Tabulasi silang hubungan motivasi diri dengan


kepatuhan minum obat TB Paru di Pukesmas
Puri bulan februari 2018.

Kepatuhan
Motivasi diri Patuh rendah Patuh sedang Patuh tinggi Total
f % f % f % f %
Motivasi kuat 0 0 1 1,9 0 0 1 100
Motivasi sedang 11 27,8 4 26,7 0 0 15 100
Motivasi lemah 38 70,4 0 0 0 0 38 100
Total 49 90,7 5 93,3 0 0 54 100

Bedasarkan data tabulasi silang pada tabel 4.7 menunjukan

bahwa dari 54 responden yang memperoleh motivasi kuat sebagian

patuh sedang dalam mengkosusmsi obat sebanyak 1 responden


67

(100%) dan tidak ada pasien yang tidak patuh dalam mengkonsusmsi

obat. Sedangkan yang memperoleh motivasi diri sedang sebagian

patuh rendah sebanyak 11 responden ( 73,3%) dan yang patuh

sedang sebanyak 4 responden (26,7%). Untuk responden yang

memperoleh motivasi lemah seluruhnya patuh rendah dalam

mengkonsumsi obat sebanyak 38 responden (100%).

Berdasarkan tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa

semakin baik motivasi diri penderita maka akan semakin patuh

responden dalam meminum obat TB Paru sehingga hasil penelitian

ini menunjukkan terdapat hubungan antara hubungsn motivasi diri

dengan kepatuhan minum obat TB Paru di Pukesmas Puri

Mojokerto.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Motivasi diri pada penderita TB paru

Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Puri Mojokerto

terhadap 54 responden diperoleh data bahwa sebagian besar penderita

TB Paru mempunyai motivasi lemah sebanyak 38 responden (70,4%)

untuk yang mempunyai sedang sebanyak 15 dengan prosentase (27,8)

dan untuk mempunyai motivasi kuat sebanyak 1 responden dengan

prosentase (1,9). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian

besar responden memiliki motivasi yang lemah dalam melakukan

kepatuahn minum obat TB Paru. Motivasi diri ini terjadi karena


68

responden masih belum memahami dengan baik dalam melakukan

kepatuhan minum obat TB Paru,

Motivasi merupakan keadaan dari dalam individu atau

organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan (Walgito, 2010).

Menurut Uno (2013) Motivasi merupakan dorongan yang terdapat

dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah

laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Motivasi

dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang dalam kegiatan-kegiatan

sehari-hari memiliki harapan yang positif, mempunyai harapann yang

tinggi dan memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penderita akan

menyelesaikan pengobatanya tepat pada waktu yang telah ditentukan .

Motivasi dikatakan sedang apabila dalam diri manusia memiliki

keinginan yang positif, mempunyai harapan yang tinggi namun

memiliki keyakinan yang rendah bahwa dirinya dapat bersosialisasi dan

mampu menyelesaikan persoaalan yang dihadapi. Motivasi dikatakan

lemah apabila didalam diri manusia memiliki harapan dan keyakinan

yang rendah, bahwa dirinya dapat berprestasi. Misalnya bagi seseorang

dorongan dan keinginan mempelajari pengetahuan dan ketrampilan

baru merupakan mutu kehidupanya maupun mengisi waktu luangnya

agar lebih produktif dan berguna (Irwanto, 2008).

Motivasi merupakan hal mendasar yang membuat seseorang

melakukan tindakan. Motivasi merupahan hal yang terpenting yang


69

membuat orang melakukan tindakan, sehingga jelas disini bahwa

motivasi yang kuat mempengaruhi kepatuhan minum obat TB Paru.

Dengan adanya media ini seseorang akan menjadi lebih tau

tentang suatu permasalahan dan pada akhirnya akan mempunyai

motivasi untuk melakukan penyelesaian terhadap masalah yang sedang

dihadapi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden mempunyai motivasi lemah, sehingga lingkup pergaulan

responden masih sempit atau bergaul dengan orang-orang disekitarnya.

Keadaan ini membuat responden kurang mempunyai informasi yang

cukup luas karena mereka hanya berdiam diri. Adanya informasi yang

kurang tentang kesehatan dalam keteraturan minum obat TB tersebut

membuat responden masih belum mempunyai motivasi yang kuat

dalam melakukan kepatuhan minum obat TB Paru.

4.2.2 Kepatuhan penderita TB paru dalam minum TB paru

Hasil penelitian yang dilakukan tentang kepatuhan minum obat

menunjukkan bahwa sebagian besar responden patuh rendah dalam

minum obat TB paru sebanyak 49 responden (90,7%) sedangkan yang

mempunyai kepatuhan sedang sebanyak 5 responden dengan prosentase

(9,3) dan untuk kepatuhan tinggi tidak ada 0% .

Kepatuhan adalah menuruti suatu perintah atau suatu aturan.

Kepatuhan mengambarkan sejauh mana pasien berperilaku untuk

melaksakan aturan dalam pengobatan dan perilaku yang di sarankan

oleh tenaga kesehatan (Niven, 2008). Kepatuhan (adherence) secara


70

umum didefinisikan sebagai tindakan seseorang yang mendapatkan

pengobatan, mengikuti diet, dan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi

pemberi pelayanan kesehatan (WHO, 2012)

Kepatuhan penderita TB paru menunjukkan bahwa banyak

penderita yang tidak mematuhi aturan meminum obat TB paru. hal ini

terjadi karena mereka hanya mengkonsumsi obat TB paru yang cukup

lama dan mereka enggan mengkonsumsinya. Hal ini dapat terjadi

karena banyak latar belakang yang mempengaruhi penderita TB paru

dalam bersikap dan berprilaku, yang sangat penting dalam mendukung

kondisi psikologis penderita TB Paru menjalani pengobatan yang

panjang dan lama.

4.2.3 Hubungan motivasi diri dengan kepatuhan minum obat TB Pada

penderita TB Paru

Berdasarkan data umum dan data khusus pada tabel 4.7

menunjukkan hal ini ditunjukkan dari 54 responden yang terbanyak

dalam penelitian ini adalah responden yang terbanyak berlatar belakang

pendidikan smp sebanyak 23 responden yang mempunyai kepatuhan

sedang dan lemah dengan persentase (42,6%), sedangkan faktor umur

responden yang terbnyak umur 21-55 tahun (50%). Berdasarkan

pekerjaan dan jenis kelamin responden diperoleh data pada tabel 4.2

menurut pekerjaan menunjukan bahwa dalam penelitian ini sebagian

besar responden wiraswasta yaitu sebanyak 29 responden (53,7%)

karena pekerjaannya menyita waktu sehingga lupa untuk minum obat,


71

untuk berlatar belakang pendidikan tabel 4.3 yang terbanyak tamat smp

sebnyak 23 responden (42,6) dan pada tabel 4.4 untuk jenis kelamin

perempuan yang terbanyak 32 responden (59,3%), Bedasarkan data

tabulasi silang pada tabel 4.7 menunjukan bahwa dari 54 responden

yang memperoleh motivasi kuat sebagian patuh sedang dalam

mengkosusmsi obat sebanyak 1 responden (100%) dan tidak ada pasien

patuh tinggi dan patuh rendah 0%, dalam mengkonsusmsi obat.

Sedangkan yang memperoleh motivasi diri sedang sebagian patuh

rendah sebanyak 11 responden ( 73,3%) dan yang patuh sedang

sebanyak 4 responden (26,7%). Untuk responden yang memperoleh

motivasi lemah seluruhnya patuh rendah dalam mengkonsumsi obat

sebanyak 38 responden (100%) patuh sedang dan patuh tinggi 0%.

Erawatyningsih dkk (2009) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi ketidakpatuhan berobat pada penderita tuberkulosis paru

yaitu pendidikan, pengetahuan, dan pendapatan yang signifikan

terhadap ketidakpatuhan yang berobat pada penderita TB paru dan yang

paling dominan adalah faktor pendidikan. Dari berbagai faktor

penyebab ketidakpatuhan minum obat penderita TB Paru, faktor

penderita sebagai penyebab utama dari ketidak patuhan minum obat

(Ivanti, 2010).

Berdasarkan tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa ada

motivasi individu yang kuat pada penderita TB paru maka akan

semakin patuh responden dalam minum obat TB paru. Sehingga hasil


72

penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara motivasi diri

dengan kepatuhan minum obat TB penderita TB Paru di Puskesmas

Puri Mojokerto. bahwa mereka memiliki pengetahuan dan pemahaman

yang baik tentang mengetahui peran dan kemampuan mereka dalam

pengobatan TB paru yang dapat memberikan manfaat. Demikian

baiknya hal-hal yang terjadi ini juga dapat disebabkan oleh faktor-

faktor internal dari responden itu sendiri, keyakinan dan perilaku,

tingkat pendidikan dan pengetahuan serta faktor-faktor pencetus seperti

kesakitan dan pengobatan. yang dialami oleh penderita TB paru.

Dengan faktor-faktor penguat responden yang berasal dari luar,

meskipun dalam faktor penguat responden itu cukup baik namun dalam

faktor lain seperti faktor pencetus atau faktor predisposisi responden

yang lemah, hal ini akan mempengaruhi tingkat responden itu sendiri.

Tingkat populasi pada saat ini sangat bervariasi karena faktor

responden, hal ini terjadi karena responden tetap berusaha untuk

meminum obat sesuai dengan ketentuan dari petugas kesehatan. karena

penderita sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang pengobatan

TB Paru yang harus dijalani.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa ada hubungan motivasi diri

dengan kepatuhan minum obat TB Paru di Pukesmas Puri Kecamatan Puri

Kabupaten Mojokerto, artinya responden memiliki motivasi yang kuat maka

akan teratur dalam meminum obat, begitu juga sebaliknya responden yang

memiliki motivasi yang lemah maka dalam kepatuhan minum obat juga tidak

patuh. Karena motivasi diri adalah hal yang mendasar yang merangsang

timbulnya suatu perilaku untuk melakukan tindakan.

5.2 Saran

1) Bagi pasien Tb Paru

Penderita TB paru-paru yang diperlukan untuk dapat meningkatkan

informasi: seperti melihat di media sosial Hp,buku kesehatan dan

meningkatkan wawasan/pengetahuan tentang pentingnya meminum obat

TB paru. sehingga mereka akan termotivasi dan mematuhi aturan konsumsi

obat sesuai petunjuk dari petugas kesehatan atau dokter.

2) Bagi Keluarga

Keluarga dapat lebih memberikan dukungan keluarga dalam bentuk

penghargaan diharapkan dapat meningkatkan perilaku hidup yang lebih

sehat pada penderita TB paru khususnya dalam masalah meminum obat TB

paru.
74

3) Bagi Tenaga Kesehatarn

Tenaga kesehatan dapat menambahkan peran serta dan melibatkan sebuah

kader dalam kegiatan promosi kesehatan, sehingga dapat memberikan

pelayanan kesehatan dengan lebih mudah dan dapat meningkatkan

pemahaman harus diberikan dalam menjalani proses pengobatan TB paru.

4) Bagi peneliti berikutnya

Bagi peneliti berikutnya hendaknya menggunkan jumblah sempel yang

lebih banyak dan menggunakan alat ukur atau instrument yang yang lebih

bersifat objektif, sehingga dapat mengembangkan ilmu keperawatan

tentang permasalahan TB Paru.


75

DAFTAR PUSTAKA

Agency for Healhtcare research and quality (2012).Medication Adherence


Intervations:
http://www.effectivehealthcare.ahrq.gov/ehc/products/296/1248/Evidece
Report208_CQGMedAdherence_FinalReport_20120905.pdf

Amalia hayati, 2011. Jurnal Kepatuhan minum obat Tuberkulosis.

Alex Sobur, 2011. Psikologi Umum, Bandung : cv pustaka setia.

Dinkes kota mojokerto, 2016. Profil data penderita TB di mojokerto. Profil


kesehatan Kabupaten Mojokerto. Mojokerto

Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan


RI 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkolosis. Jakarta

Hidayat, A. 2013. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data.


Jakarta. Salemba Medika.

Ikatan Dokter Indonesia. 2011. Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan


Tuberkulisis Di Indonesia. Jakarta

Kemenkes RI (2014). Standard internasional untuk pelayanan tuberculosis.


Jakarta.

Kemenkes, 2016. Capaian indikator penderita TB Paru di jawa timur

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian


Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan.2011. Rencana Aksi Nasional
Progamatic Manegement of Drug Resistance Tuberkulosis Pengendalian
Tuberkulosis, Indonesia 2011-2014. Jakarta.

Morisky DE, Green LW, Levine DM, 1986. Concurrent and predictive validity of
a self-reported measure of medication adherence.

Morisky, 2014. Intrumen pengukuran kepatuhan. Concurrent and predictive


validity of a self-reported measure of medication adherence.

Neil niven, 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum


obat.

Niven, N.2012. Psikologi Kesehatan: Pengantar untuk perawat dan Profesional


lain. Jakarta. EGC.

Niven N. Psikologi kesehatan pengantar untuk perawat dan profesional


kesehatan lain. Jakarta : EGC,2002. Hal 58- 63 .
76

Nursalam, 2011. Konsep dasar Motivasi. Penerbit salemba medika. Jakarta

Notoadmojo, 2010.Pengertian Motivasi menurut Stoner dan freman.

Nursalam, 2016. Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian ilmu


keperawatan, Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Rusmini, 2008. Teori Motivasi . Jakarta : Bintang Pustaka

Osterberg L, Blaschke T. (2005). Adherence to medication. N Engl J Med. 2005


Aug 4;353(5):487-97. PMID: 16079372.

Peterson dalam Agency for healthcare research and quality, 2012. Kepatuhan
minum obat Tubercolosis.

WHO. (2003). Adherence To Long-Term Therapies Evid Ence For Action diakses
dari http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/42682/1/9241545992.pdf

WHO. (2014). Global Tuberculosis Report, 20 Avenu Appia, 1211


Geneva27,Switzerland
2015,fromhttp://apps.who.int/iris/bitstream/10665/137094/197892415648
0_eng 9.pdf

Widayatun,Tri Rusmi.2009.Ilmu Perilaku. Sagung seto .Jakarta :115,126


77

Lampiran 1
78

Lampiran 2
79
80
81
82

Lampiran 3
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Dalam hal ini bersedia memberikan informasi tentang diri saya dan apa

yang saya ketahui pada penelitian yang berjudul “ Hubungan Motivasi Diri

Dengan Kepatuhan Minum Obat TB Paru Pada Pasien TB Paru di

Puskesmas Puri Kabupten Mojokerto 2018”.

Dalam memberikan informasi ini saya tidak merasa dipaksa oleh pihak

manapun. Informasi yang sya berikan agar digunakan sebagaimana mestinya dan

dijaga kerahasiaannya.

Mojokerto, Februari 2018

Hormat saya,

( Lucky Fajar Ardianto )


83

Lampiran 4
LEMBAR KUISONER

HUBUNGAN MOTIVASI DIRI DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT


TB PADA PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS PURI KECAMATAN PURI
KABUPATEN MOJOKERTO
PETUNJUK UMUM PENGISIAN KUISONER

1. Isilah biodata dengan benar


2. Bacalah dengan teliti pertanyaan dan jawaban yang tersedia
3. Pilih jawaban yang menurut anda benar dengan cara memberi tanda centang
( V ) pada jawaban yang tersedia
4. Jawaban yang dipilih hanya satu jawaban saja
5. Bila kurang jelas harap ditanyakan

A. Data Umum

1. No Responden : ………… (di isi oleh peneliti)

2. Umur : …………. Tahun

3. Pekerjaan : ( ) Petani

( ) Buruh

( ) PNS

( ) Wiraswasta

( ) Pelajar

( ) Swasta

4. Pendidikan Terakhir : ( ) SD

( ) SMP

( ) SMA

( ) PT

( ) TIDAK SEKOLAH
84

B. Data Khusus

PETUNJUK UMUM PENGISIAN KUESIONER

1. Isilah biodata dengan benar

2. Bacalah dengan teliti pertanyaan dan jawaban yang tersedia

3. Pilih jawaban yang menurut anda benar dengan cara memberi tanda

centang ( V ) Pada jawaban yang tersedia

4. Jawaban yang dipilih hanya satu jawaban saja

5. Bila kurang jelas harap ditanyakan

I. Motivasi Diri

Keterangan :

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

N Pernyataan SS S TS STS
O
1 Saya datang ke Puskesmas untuk kontrol /
mengambil obat pada hari yang telah ditentukan ( TB
Days).
2 Saya datang sendiri (tidak diwakilkan) ke Puskesmas
untuk mengambil obat.
3 Saya segera memeriksakan diri ke Puskesmas jika
mengalami keluhan yang berhubungan dengan reaksi
dari obat.
4 Saya berusaha untuk mencari informasi dari sumber
lain tentang penyakit saya, seperti koran, majalah,
pengalaman orang lain.
5 Saya diberi penjelasan oleh perawat/ dokter tentang
penyakit saya dan memberi solusi kepada saya agar
saya taat minum obat.
85

6 Saya merasa bosan/enggan untuk minum obat tiap


hari
7 Saya merasa malas untuk kontrol atau mengambil
obat ke puskesmas.
8 Saya merasa terbebani untuk minum obat tiap hari.
9 Saya di ingatkan oleh orang lain atau keluarga untuk
minum obat
10 Saya di ingatkan oleh orang lain atau keluarga untuk
kontrol ke puskesmas.
86

Lampiran 5

KISI-KISI

KUESIONER
HUBUNGAN MOTIVASI DIRI DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT
TB PADA PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS KECAMATAN PURI
KABUPATEN MOJOKERTO
No Indikator Motivasi Pertanyaan No Soal Skala Penelitian Skor
1 Motivasi intrinsik Positif 1,2,3,4 (SS)Sangat Setuju 4
(S)Setuju 3
(TS)Tidak Setuju 2
(STS)Sangat Tidak 1
Setuju
Negatif 6,7,8 (SS) Sangat Setuju 1
(S) Setuju 2
(TS) Tidak Setuju 3
(STS) Sangat Tidak 4
Setuju
2 Motivasi Ekstrensik Positif 5 (SS) Sangat Setuju 4
(S) Setuju 3
(TS) Tidak Setuju 2
(STS) Sangat Tidak 1
Setuju

Negatif 9,10 (SS)Sangat Setuju 1


(S)Setuju 2
(TS)Tidak Setuju 3
(STS)Sangat Tidak 4
Setuju
87

II. Kepatuhan Minum Obat

No Pertanyaan Ya Tidak Skor


. (Ya=1/Tidak=0)
1. Pernahkah anda lupa minum obat ?
2. Selain lupa, apakah anda pernah tidak minum obat
karena alasan lain ,dalam 2 minggu terakhir ?
mengapa?
3. Pernahkah anda mengurangi atau berhenti minum
obat tanpa sepengetahuan dokter karena anda
merasa obat yang diberikan membuat keadaan anda
jadi lebih buruk ?
4. Pernahkah anda lupa membawa obat ketika
berpergian?
5. Apakah anda tidak meminum obat anda kemarin?
6. Apakah anda berhenti minum obat ketika anda
merasa gejala yang di alami telah teratasi?
7. Meminum obat setiap hari merupakan
ketidaknyamanan untuk beberapa orang. Apakah
anda merasa terganggu harus minum dengan dosis
obat yang ditentukan pada setiap hari?
8 Berapa sering anda lupa minum obat?
a.Tidak pernah d. Biasanya
b.Sesekali e. Selalu
c.Kadang-kadang
Ket :
Selalu : 7kali dalam seminggu
Biasanya : 4-6 kali dalam seminggu
Kadang-kadang : 2-3 kali dalam seminggu
Sesekali : 1 kali dalam seminggu
Tidak pernah : Tidak pernah lupa

A:0
B-E : 1

Total skor
88

KISI-KISI KEPATUHAN MINUM OBAT

No Indikator No Jumlah

1. Tepat minum obat 1,2,4,5,6,8 6

2. Tepat frekuensi obat/ Dosis 7 1

3. Tepat jumlah butir obat 3 1


89

Lampiran 6
TABULASI DATA
HUBUNGAN MOTIVASI DIRI DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT
TB PADA PASIEN TB PARU DI PUKESMAS PURI KECAMATAN PURI
KABUPATEN MOJOKERTO
Pendidikan Jenis Motivasi
Umur Pekerjaan Terakhir Kelamin Diri Kepatuhan
1 5 3 2 3 1
2 5 2 1 3 1
2 5 3 2 3 1
3 2 2 1 2 2
2 2 3 2 3 1
1 6 4 1 2 1
2 2 4 1 3 1
2 2 3 2 2 1
2 7 4 2 3 1
3 2 1 1 2 2
2 2 2 2 3 1
2 2 3 2 2 1
2 5 3 2 3 1
2 2 2 2 3 1
3 2 3 2 3 1
3 2 2 1 2 2
2 5 2 2 3 1
3 3 3 1 2 1
2 2 2 2 3 1
2 2 2 2 3 1
3 2 2 2 2 1
1 2 2 2 3 1
2 2 2 2 2 1
3 5 3 2 3 1
3 5 3 2 3 1
3 5 3 1 3 1
2 2 2 1 3 1
2 2 1 1 3 1
2 2 1 2 2 1
2 2 2 2 3 2
3 5 3 1 1 1
2 2 2 2 3 1
2 4 3 1 3 1
3 4 3 2 2 1
90

2 4 3 1 2 1
2 2 3 1 3 1
2 3 2 2 2 1
2 2 2 2 3 1
3 2 2 1 3 1
2 5 3 2 3 1
3 5 3 1 3 1
2 5 3 2 3 1
3 4 1 1 3 1
3 4 1 2 3 1
3 2 1 1 3 1
3 2 1 2 3 1
2 2 2 1 3 1
2 2 2 2 2 1
2 2 2 1 3 1
2 4 3 2 3 1
2 4 3 2 2 2
3 4 2 2 3 1
2 4 3 1 3 1
3 4 3 1 3 1

1. Umur : 2 Pekerjaan: 3. Pendidikan :


1) 15-20 tahun : 1 1) Swasta : 1 1) Tidak Sekolah : 1
2) 21-50 tahun : 2 2) Wiraswasta : 2 2) SD :2
3) >55 tahun : 3 3) PNS : 3 3) SMP :3
4) Petani : 4 4) SMA :4
5) Buruh : 5 5) Perguruan tinggi: 5
6) Pelajar : 6

4. Jenis Kelamin : 5. Motivasi diri : 6. Kepatuhan :


1) Laki-laki : 1 1) Kuat :1 1) Patuh rendah : 1
2) Perempuan : 2 2) Sedang : 2 2) Patuh sedang : 2
3) Lemah :3 3) patuh tinggi : 3
91

TABULASI DATA MOTIVASI DIRI


Lembar kuisoner motivasi diri Total Hasil Kategori Kode
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 22 55 lemah 3

2 1 1 2 3 1 2 4 1 3 4 22 55 lemah 3

3 3 3 4 3 3 1 1 1 2 1 22 55 lemah 3

4 1 4 3 3 3 2 3 2 3 2 26 65 sedang 2

5 3 2 1 2 1 3 3 3 2 2 22 55 lemah 3

6 4 3 4 3 3 3 2 2 2 2 28 70 sedang 2

7 1 1 3 3 1 2 3 2 2 2 20 50 lemah 3

8 3 1 3 1 4 3 3 3 2 2 25 62.5 sedang 2

9 2 1 3 1 3 1 3 2 4 2 22 55 lemah 3

10 4 3 4 3 4 2 4 4 1 1 30 75 sedang 2

11 2 3 2 3 3 2 2 2 2 1 22 55 lemah 3

12 3 4 2 3 2 2 2 3 3 2 26 65 sedang 2

13 1 2 2 3 2 3 2 2 3 1 21 52.5 lemah 3

14 3 2 2 2 3 2 2 3 1 2 22 55 lemah 3

15 3 2 3 1 3 2 2 2 2 1 21 52.5 lemah 3

16 3 3 3 3 2 2 2 3 4 1 26 65 sedang 2

17 2 1 2 2 2 2 2 3 4 2 22 55 lemah 3

18 3 3 2 3 3 2 3 2 4 1 26 65 sedang 2

19 1 3 2 4 3 2 2 2 1 1 21 52.5 lemah 3

20 3 1 2 3 1 2 3 2 4 1 22 55 lemah 3

21 3 4 3 4 2 2 3 2 1 1 25 62.5 sedang 2

22 3 1 2 3 3 2 3 2 1 1 21 52.5 lemah 3

23 4 3 2 4 2 1 3 3 1 2 25 62.5 sedang 2
92

24 2 3 1 3 2 2 3 2 1 2 21 52.5 lemah 3

25 3 2 3 1 2 2 3 2 1 2 21 52.5 lemah 3

26 2 3 3 2 3 1 3 2 1 2 22 55 lemah 3

27 3 3 2 2 2 1 2 3 2 2 22 55 lemah 3

28 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 21 52.5 lemah 3

29 3 3 4 3 2 1 3 3 4 3 29 72.5 sedang 2

30 3 3 3 3 3 1 2 1 2 1 22 55 lemah 3

31 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 32 80 kuat 1

32 2 3 3 2 3 2 3 1 1 1 21 52.5 lemah 3

33 1 2 2 3 2 2 1 3 2 3 21 52.5 lemah 3

34 3 3 2 3 3 2 3 3 4 1 27 67.5 sedang 2

35 3 4 2 3 2 2 4 2 4 3 29 72.5 sedang 2

36 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 22 55 lemah 3

37 3 4 2 3 2 2 4 2 4 4 30 75 sedang 2

38 1 2 3 3 1 4 1 2 1 3 21 52.5 lemah 3

39 3 1 2 1 2 1 4 2 1 3 20 50 lemah 3

40 3 1 3 1 3 3 2 2 1 3 22 55 lemah 3

41 3 3 3 3 2 2 2 1 1 2 22 55 lemah 3

42 3 2 3 1 3 2 1 2 1 2 20 50 lemah 3

43 3 2 1 2 2 2 3 3 2 1 21 52.5 lemah 3

44 4 1 2 2 1 2 4 1 3 2 22 55 lemah 3

45 4 1 3 2 3 2 3 1 2 1 22 55 lemah 3

46 4 2 3 2 3 2 2 2 1 1 22 55 lemah 3

47 3 2 3 2 1 3 2 1 1 2 20 50 lemah 3

48 4 2 3 2 3 2 3 4 3 2 28 70 sedang 2

49 3 2 3 2 2 3 2 1 1 2 21 52.5 lemah 3
93

50 3 2 2 2 2 3 1 2 3 2 22 55 lemah 3

51 4 2 3 3 3 2 3 3 2 2 27 67.5 sedang 2

52 4 2 1 3 2 2 1 2 2 1 20 50 lemah 3

53 3 1 1 3 2 4 3 1 2 1 21 52.5 lemah 3

54 3 3 3 3 2 1 2 2 2 1 22 55 lemah 3

1. Kategori Motivasi :

1) Kuat :1

2) Sedang :2

3) Lemah :3

TABULASI KEPATUHAN MINUM OBAT TB PARU


Lembar kuisoer kepatuhan minum
Total Kategori Kode
No obat
1 2 3 4 5 6 7 8
94

1 1 0 1 0 1 0 0 0 3 Patuh rendah 1
2 0 0 0 1 1 1 0 1 4 Patuh rendah 1
3 0 0 1 0 1 1 0 0 3 Patuh rendah 1
4 0 0 0 1 0 0 0 0 1 Patuh sedang 2
5 1 1 0 0 1 0 0 0 3 Patuh rendah 1
6 1 0 0 1 0 0 0 1 3 Patuh rendah 1
7 0 0 0 1 1 0 1 0 3 Patuh rendah 1
8 0 0 1 0 1 0 1 0 3 Patuh rendah 1
9 0 0 1 0 1 1 0 0 3 Patuh rendah 1
10 0 0 0 0 0 1 0 0 1 Patuh sedang 2
11 1 0 0 1 0 0 1 0 3 Patuh rendah 1
12 1 0 1 0 1 0 0 0 3 Patuh rendah 1
13 0 0 0 1 0 1 0 1 3 Patuh rendah 1
14 1 0 1 0 0 0 1 0 3 Patuh rendah 1
15 0 0 0 1 0 1 1 0 3 Patuh rendah 1
16 0 1 0 0 0 0 1 0 2 Patuh sedang 2
17 0 1 0 1 0 0 1 0 3 Patuh rendah 1
18 1 1 0 0 0 1 0 0 3 Patuh rendah 1
19 0 1 0 0 1 1 0 0 3 Patuh rendah 1
20 1 0 0 1 0 1 1 0 4 Patuh rendah 1
21 1 0 0 1 0 1 1 0 4 Patuh rendah 1
22 0 1 0 0 0 1 1 0 3 Patuh rendah 1
23 0 0 0 1 0 1 0 1 3 Patuh rendah 1
24 1 0 1 0 0 1 0 0 3 Patuh rendah 1
25 0 0 1 0 1 1 0 0 3 Patuh rendah 1
26 0 0 1 0 0 1 0 1 3 Patuh rendah 1
27 0 1 0 1 0 1 0 1 4 Patuh rendah 1
28 0 0 1 0 1 0 0 1 3 patuh rendah 1
29 1 0 0 1 0 0 1 0 3 Patuh rendah 1
30 1 0 0 0 1 0 1 0 3 patuh rendah 1
31 0 0 0 0 1 0 0 0 1 Patuh sedang 2
32 1 1 0 1 0 1 0 0 4 Patuh rendah 1
33 1 0 0 1 0 1 0 1 4 patuh rendah 1
34 1 0 0 0 1 0 0 1 3 Patuh rendah 1
35 1 0 0 1 0 1 0 0 3 Patuh rendah 1
36 1 0 1 0 1 0 0 1 4 Patuh rendah 1
37 0 1 0 1 0 1 0 0 3 Patuh rendah 1
38 1 0 0 1 0 0 1 0 3 Patuh rendah 1
39 0 1 0 0 1 0 0 1 3 patuh rendah 1
40 0 0 0 0 1 1 0 1 3 Patuh rendah 1
41 0 0 0 0 1 1 0 1 3 Patuh rendah 1
42 0 1 0 0 1 0 1 1 4 Patuh rendah 1
95

43 1 0 1 0 0 0 0 1 3 Patuh rendah 1
44 0 1 0 1 0 0 0 1 3 Patuh rendah 1
45 0 0 0 1 0 1 0 1 3 Patuh rendah 1
46 1 0 0 1 0 1 0 0 3 Patuh rendah 1
47 1 0 1 0 0 1 0 0 3 Patuh rendah 1
48 1 0 0 1 0 0 0 1 3 Patuh rendah 1
49 1 0 0 0 0 1 0 1 3 Patuh rendah 1
50 1 0 0 0 0 1 0 1 3 Patuh rendah 1
51 0 0 0 0 0 1 0 0 1 Patuh sedang 2
52 1 0 0 1 0 0 0 1 3 Patuh rendah 1
53 0 1 0 1 0 0 1 0 3 Patuh rendah 1
54 1 0 0 0 0 1 0 1 3 Patuh rendah 1

1. Skor :
a). patuh rendah : 1
b). patuh sedang : 2
c). patuh tinggi : 3
96

Lampiran 7
LEMBAR PERHITUNGAN STATISTIK

Frequency Table
Statistics

motivasi_diri Kepatuhan

N Valid 54 54

Missing 0 0

Median 3.00 2.00

Mode 3 2

Motivasi_diri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kuat 1 1.9 1.9 1.9

Sedang 15 27.8 27.8 29.6

Lemah 38 70.4 70.4 100.0

Total 54 100.0 100.0

Kepatuhan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid patuh rendah 49 90.7 90.7 90.7

patuh sedang 5 9.3 9.3 100.0

Total 54 100.0 100.0


97

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 15-20 1 1.9 1.9 1.9

21-55 27 50.0 50.0 51.9

>55 26 48.1 48.1 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Wiraswasta 29 53.7 53.7 53.7

Pns 2 3.7 3.7 57.4

Petani 10 18.5 18.5 75.9

Buruh 12 22.2 22.2 98.1

Pelajar 1 1.9 1.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak sekolah 7 13.0 13.0 13.0

Sd 21 38.9 38.9 51.9

Smp 23 42.6 42.6 94.4

Sma 3 5.6 5.6 100.0

Total 54 100.0 100.0


98

Jenis_kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 22 40.7 40.7 40.7

Perempuan 32 59.3 59.3 100.0

Total 54 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

motivasi_diri * kepatuhan 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%

motivasi_diri * kepatuhan Crosstabulation

kepatuhan

patuh rendah patuh sedang Total

motivasi_diri kuat Count 0 1 1

% within motivasi_diri .0% 100.0% 100.0%

% within kepatuhan .0% 20.0% 1.9%

% of Total .0% 1.9% 1.9%

sedang Count 11 4 15

% within motivasi_diri 73.3% 26.7% 100.0%

% within kepatuhan 22.4% 80.0% 27.8%

% of Total 20.4% 7.4% 27.8%

lemah Count 38 0 38

% within motivasi_diri 100.0% .0% 100.0%


99

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

% within kepatuhan 77.6% .0% 70.4%

% of Total 70.4% .0% 70.4%

Total Count 49 5 54

% within motivasi_diri 90.7% 9.3% 100.0%

% within kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 90.7% 9.3% 100.0%


100
101
102
103
104

lampiran 8
105
106
107

lampiran 9

Dokumentasi penelitian pada responden

a. Kunjungan rumah responden


108

b. Kunjungan penelitian di poli TB paru di pukesmas Puri


109

Anda mungkin juga menyukai