CJR B.konseling Yogi F
CJR B.konseling Yogi F
Oleh,
YOGI FEBRIAN
(0304182138)
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Penulis,
Yogi Febrian
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
BAB II RINGKASAN JURNAL....................................................................................4
A. Identitas Jurnal..................................................................................................4
B. Bagian Jurnal.....................................................................................................4
2.1 Pembahasan.............................................................................................................7
A. Broken Home dan Ciri-ciri Anak Broken Home.........................................7
B. Peran Konselor dalam Mengatasi Keluarga Broken Home........................9
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................................11
A. Relevansi.............................................................................................................11
B. Argumentasi.......................................................................................................11
C. Pemilihan Kajian Teori......................................................................................12
D. Metodologi Penelitian dan Relevansinya.......................................................12
E. Kerangka Berfikir Penulis Pada Pembahasan Journal..................................12
F. Pembahasan.................................................................................................................13
BAB VI PENUTUP..................................................................................................................14
A. Kesimpulan........................................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1
anak tetap membutuhkan kedekatan dengan orangtua. Oleh karena itu, keluarga
dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak,
karena didalam keluarga lah anak mendapat pengasuhan pertama dan
pendidikan yang pertama. Pandangan tersebut memanglah tepat untuk
melukiskan peran keluarga karena, orang tua merupakan orang pertama yang
memberikan contoh tingkah laku dan tutur bahasa yang baik maupun kurang
baik pada anak.
Dari pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa keluarga merupakan
himpunan kecil dari pengelompokan individu yang terdiri dari ayah, ibu, anak,
paman dan tante, kakek, nenek dan lain-lain. Keluarga khususnya orang tua
merupakan pilar utama dalam pertumbuhan da perkembangan anak. Sedangkan
keluarga broken home yaitu kelompok sosial dalam rumah tangga yang hampir
setiap hari mengalami perselisihan dan pertengkaran di antara kedua orang tua,
sehingga hilanglah pendidikan utama yang sangat dibutuhkan anak dalam
proses pembentukan nilai-nilai kemanusiaan, akhlak dan perilaku, kerohanian,
dan pendidikan agama sebagai dimensi penting bagi anak.
Menurut Golden dan Sherwood (dalam latpun, 2001) konseling keluarga
adalah metode yang dirancang dan difokuskan pada masalah-masalah keluarga
dalam usaha untuk membantu memecahkan masalah pribadi klien. Masalah ini
pada dasarnya bersifat pribadi karena yang dialami oleh klien sendiri. Akan
tetapi, konselor menganggap permasalahan yang dialami klien tidak semata
disebabkan oleh klien sendiri melainkan dipengaruhi oleh system yang terdapat
dalam keluarga klien sehingga keluarga diharapkan ikut serta dalam menggali
dan menyelesaikan masalah klien.
Konseling keluarga memandang keluarga sebagai kelompok tunggal
yang tidak dapat terpisahkan sehingga diperlukan sebagai satu kesatuan.
Maksudnya adalah apabila terdapat salah satu anggota keluarga yang memiliki
masalah maka hal ini dianggap sebagai symptom dari sakitnya keluarga, karena
kondisi emosi salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota
lainnya. Anggota keluarga yang mengembangkan symptom ini disebut sebagai
“identified patient” yang merupakan product dan kontributor dari gangguan
interpersonal keluarga.
Maka dalam hal ini sangat dibutuhkan seorang konselor pada lingkungan
keluarga apalagi pada lingkungan keluarga yang broken home. Karena
konseling keluarga menekankan permasalahan klien sebagai masalah yang ada
dalam keluarga sehingga memandang klien sebagai bagian dari kelompok
tunggal atau satu kesatuan dengan keluarganya.
BAB II
RINGKASAN JURNAL
A. Identitas Jurnal
Judul : Broken Home Pada Remaja dan Peran
Konselor
Volume dan Halaman : 2 (1-6)
Tahun 2017
Penulis : 1. Sabilla Hasanah
2. Elvi Sahaara
3. Indah Permata Sari
4. Sri Wulandari
5. Kamil Pardomuan Hutasuhut
Reviewer : Yogi Febrian
Tanggal Review : 12 Februari 2021
B. Bagian Jurnal
Pendahuluan
Keluarga merupakan taman pendidikan pertama(Indonesia, 2003),
terpenting dan terdekat yang bisa dinikmati anak. Anak akan tumbuh
menjadi remaja yang merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan
manusia. Masa remaja sering digambarkan sebagai masa yang paling
indah, dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan dan
tantangan. Namun masa remaja juga identik dengan kata
‘pemberontakan’(Fadli, 2014).
Masalah dalam keluarga atau di rumah seperti interaksi anggota
keluarga kurang harmonis, perpecahan rumah tangga (broken home),
keadaan ekonomi yang terlalu kurang atau terlalu mewah, perhatian
orangtua yang kurang terhadap prestasi belajar di sekolah atau dalam
belajar di rumah misalnya motivasi belajar yang kurang atau menuntut
terlalau banyak (Simanjuntak, 2013).
Begitu juga masalah dengan remaja yang broken home tentunya
beda dengan tiap remaja yang mengalaminya, itu semua banyak faktor
yang menyebabkan remaja broken home berprilaku negatif karena
kejiwaan remaja yang broken home sangat mudah terpengaruh oleh hal-
hal yang negatif. Broken home menyebabkan pertengkaran dan berakhir
dengan perceraian (Sulistiyanto, 2017). Keadaan broken home seperti
perceraian, akan menimbulkan dampak negatif terhadap semua anggota
keluarga.
Kajian Teori
Judul yang penulis review, yaitu bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya broken home, dampak dari
broken home, ciri-ciri remaja yang broken home dan peran konselor
dalam mengatasi keluarga yang broken home. Serta menemukan jawaban
dari permasalahan yang telah dihadapi oleh beberapa konselor dari
terjadinya broken home di lingkungan keluarga, mengurangi dampak
buruk dari broken home terhadap sang anak. Pentingnya juga dalam
mengenal ciri-ciri remaja yang mengalami broken home, agar tidak salah
dalam mengambil sikap dalam menghadapi sang anak.
Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini melibatkan beberapa remaja, orang
tua, anggota keluarga yang dihadapi oleh peniliti secara langsung, hal-hal
yang telah dialami oleh beberapa konselor dan yang di alami oleh
berbagai orang yang mengalami keluarga broken home. Rentang usia
pada remaja yaitu umur 12 tahun sampai dengan 22 tahun. Dalam hal ini
juga berfokus pada perubahan sikap dan karakteristik anak,
perkembangan anak, kegelisahan dan pertentangan dari anak, menghayal
serta keinginan untuk mencoba sesuatu.
Alat Ukur
Instrumen yang digunakan dalam penelitian terdiri dari tiga alat
ukur yaitu alat ukur sosiometri, observasi dan kuesioner. Tiga hal ini
bertujuan sebagai berikut, Sosiometri untuk mengukur hubungan sosial
antara struktur sosial dan kesejahteraan psikologis. Observasi yaitu alat
ukur yang di lakukan sebagai metode mengamati dan mendeskripsikan
tingkah laku subjek. Kuesioner adalah alat ukur yang dilakukan dengan
cara instrumen penelitian yang terdiri dari beberapa dan rangkaian
pertanyaan untuk mengumplkan beberapa informasi dari responden.
Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan sebuah cara untuk hasil dari
sebuah permasalahan yang secara spesifik, dimana permasalahan
tersebut disebut juga dengan permasalahan penelitian. Peneliti
menggunakan berbagai kriteria yang berbeda untuk memecahkan suatu
masalah penelitian yang ada. Penggunaan metode juga merupakan salah
satu cara untuk memecahkan suatu masalah. Dalam metodologi terdapat
dua metodologi penelitian, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif.
Metodologi penelitian yang digunakan oleh penulis jurnal ialah
metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif merupakan salah
satu jenis metode penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis,
terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan
desain penelitiannya. Selain itu penulis jurnal juga menerapkan metode
kualitatif dikarenakan hal ini bersifat umum, fleksibel dan dinamis,
dimana penelitian ini berkembang selama proses penelitian berlangsung.
Metode ini banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasil
data tersebut. Kedua metode ini juga umumnya dilakukan pada individu
tertentu secara random ataupun acak.
2.1 PEMBAHASAN