Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Tauhid

Dosen Pengampu :

Agus Khunaifi, M.Ag.

Disusun Oleh :

Vella Sevilla Sari ( 1403066052 )

Dina Shofiya ( 1403066059 )

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siapapun pasti akan merasakan jatuh cinta. Cinta adalah sebuah anugerah
Tuhan pada setiap makhluknya tanpa terkecuali. Cinta adalah sebuah fitrah yang
ada pada setiap makhluk. Cinta tidak memandang siapapun dan apapun. Ia akan
hinggap pada tiap-tiap makhluk dengan caranya sendiri.
Kajian tentang cinta selalu mendapat respon yang begitu besar. Buku,
majalah, artikel, lagu, sinetron bahkan hal-hal kecil tak pernah luput dari cinta.
Untuk mengiklankan sebuah permen saja dibutuhkan cinta. Sungguh cinta ingin
menunjukkan betapa hebatnya ia sehingga setiap orang harus membawanya
kemanapun ia pergi.
Islam memandang cinta sebagai salah satu wujud dari iman. Cinta dalam
islam menjadi salah satu alat untuk dapat mengimani Allah beserta lima komponen
iman lainnya. Ketika seorang muslim tengah jatuh cinta pada Allah, maka
komponen iman lainnya secara perlahan turut serta atas rasa cinta yang tumbuh
pada diri seorang muslim tersebut.
Oleh sebab itu manusia hanya bisa berujar bahwa cinta dan bencinya karena
Allah. Bukan berarti statemen ini menafikan cinta makhluk kepada Allah. Namun
bentuk manifestasi cinta kepada Allah adalah dengan cinta dan benci karenaNya.
Untuk mewujudkan rasa cinta dan benci karena Allah bukanlah hal yang mudah
sebagaimana mudah diucapkan. Cinta dan benci karena Allah lebih diarahkan pada
cinta dan benci yang timbul pada hati. Hal-hal yang berkaitan dengan hati bukanlah
hal yang ada pada ranah akal. Namun demikian ada langkah-langkah yang dapat
ditempuh untuk mewujudkan sehingga cinta dan benci karena Allah dapat
terwujudkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian cinta dan benci karena Allah ?
2. Bagaimana cara memposisikan cinta dan benci karena Allah ?
3. Bagaimana cara memanage cinta dan benci ?
4. Bagaimana pembagian kadar cinta dan benci kepada sesama manusia ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Cinta Dan Benci

Cinta adalah sebuah anugerah Allah yang baik. Namun kehadiran benci tidak dapat
dinafikan begitu saja. Dua hal ini selalu beriringan. Ketika seseorang tengah jatuh
cinta, maka benci harus diwaspadai. Ketika seseorang tengah benci pada seseorang,
cinta akan datang dan menghapus perasaan benci yang timbul. Demikian dua hal ini
selalu menghiasi hati seseorang dengan kadarnya sendiri.

Cinta yang merupakan fitrah pada setiap manusia, tidak bisa timbul dengan
sendirirnya. Demikian halnya dengan benci. Namun yang perlu diwaspadai adalah
nafsu yang dapat menyusup diantara cinta dan benci. Manusia memiliki tiga nafsu,
yaitu nafsu muthmainnah, nafsu ammarah, dan nafsu lawwamah. Ketika cinta dating
maka nafsu muthmainnah yang berperan. Nafsu ammarah berperan ketika benci tengah
merasuk pada diri manusia. Di dalam Lisan al-‘Arabi disebutkan bahwa Hubb (cinta)
antonim dari Bughd (benci). Mahabbah (cinta) menurut Imam al-Ghazali berasal dari
kata Hubb yang artinya biji atau inti. Sedangkan sebagian sufi mengatakan Hubb terdiri
dari dua kata, Ha dan Ba. Huruf Ha artinya ruh, dan Ba berarti badan. Karena itu, Hubb
َ ‫ يَ ْب ُغ‬dari madli ‫ض‬
merupakan ruh dan badan dari proses keagamaan kita. Dan ‫ض‬ َ ‫ بَ ُغ‬yang
berarti membenci. Atau dapat yang berarti ّ‫( نَقِيضُ الحب‬lawan cinta). Kadar cinta dan
benci pada manusia sejatinya dapat berkurang dan bertambah sebagaimana iman.
Segala hal yang berkaitan denagn hati tentunya akan mengalami kegoncangan, sebab
sifat hati yang labil. Hal ini berlaku pada manusia secara umum. Berbeda dengan
mereka para ulama’, auliya’, serta nabi dan rasul yang imanya selalu bertambah serta
malaikat yang konsisten dengan imannya.

Maka, cinta adalah tanda kehidupan spiritual dalam akidah orang mukmin dalam
kehidupan udara islami, dalam agama, sosial, dan kepercayaannya.1 Cinta secara luas
diartikan dengan segala macam bentuk kesenangan atau kegembiraan serta
kebahagian. Sebaliknya benci secara luas diartikan sebagai sebuah bentuk
ketidaksenangan secara umum. Kagum muncul serta merta iri. Rajin muncul serta
merta malas. Konteks cinta dan benci karena Allah bukanlah sebagaimana analogi tadi,

1
Mahmud bin Asy-syarif, Nilai Cinta Dalam Qur’an (pustaka mantiq). Hal 14
melainkan lebih pada sebuah bentuk wujud keimanan kepada Allah. Cinta kepada
Allah bukan hanya sekedar slogan, tetapi adalah hakikat yang membutuhkan adanya
bukti, Allah menunjukkan cara untuk membuktikan kecintaan kepada-Nya dengan
firman-Nya. Ayat yang berbicara tentang benci:

‫ب َعلَ ْي ُك ُم ْالقِتَا ُل َوهُ َو ُكرْ هٌ لَ ُك ْم َو َع َسى أَ ْن تَ ْك َرهُوا َش ْيئًا َوه َُو خَ ْي ٌر لَ ُك ْم َو َع َسى أَ ْن تُ ِحبُّوا َش ْيئًا َوه َُو َش ٌّر لَ ُك ْم َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم‬
َ ِ‫ُكت‬
‫وأَ ْنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُمون‬  َ

B. Memposisikan Cinta Dan Benci Karena Allah

Pada ranah inilah peran hati begitu urgen. Konteks tasawuf membagi manusia
dengan dua sifatnya, sifat kemanusiaan serta sifat kebinatangan. Manusia dengan sifat
kebinatangannya selalu memiliki hasrat untuk memiliki tanpa ingin memberi,
menguasai secara komprehensif, menjadi yang terbaik serta sifat-sifat individual yang
terkesan buruk. Sifat inilah yang seharusnya dibuang jauh-jauh dari diri manusia baik
secara potensi maupun aksinya. Ketika manusia benar-benar memiliki sifat-sifat
kemanusiaanya secara utuh, rasa cinta yang tumbuh dan berkembang adalah rasa cinta
yang benar-benar tulus tanpa ada tendensi apapun. Ketika cinta yang ada tumbuh, maka
cinta tersebut tidak akan pernah mengharapkan timbal balik apapun dari yang
dicintainya. Hal ini disebabkan rasa cinta yang benar-benar murni. Maka ketika
manusia mencintai segala hal karena rasa cintanya kepada Allah, ia akan mendapat
balasan yang tak pernah diharapkan sebelumnya dalam artian balasan yang baik. Sebab
dengan mendasari segala cinta dengan cinta kepada Allah, manusia akan menampilkan
cintanya secara penuh serta mendedikasikannya sepenuh hati kepada yang dicintainya
sebab cintanya kepada Allah.
Ketika cinta, benci, memberi serta melarang didasari rasa cinta kepada Allah, iman
seseorang akan menjadi sempurna. Namun untuk melakukan segala hal dengan didasari
rasa cinta kepada Allah bukanlah hal mudah. Memunculkan cinta sejati karena Allah
butuh beberapa proses tersendiri sehingga nantinya cinta tersebut tumbuh secara
alamiyah sesuai proses yang dilaluinya. Bagaimanakah dengan benci karena Allah ?
bukankah Allah adalah dzat yang maha baik dari segala sifat-sifat buruk ? Allah adalah
dzat yang memang baik dari segala sifat-sifat buruk. Benci karena Allah bukan berarti
menjadikan Allah sebagai kambing hitam atas rasa benci yang ada, melainkan
menjadikan Allah sebagai alasan utama terhadap sesuatu yang memang dibenci Allah.
Allah dengan segala sifat-sifat baiknya membenci segala perbuatan buruk manusia.
Ketika manusia mampu membenci karena Allah juga membenci perbuatan tersebut
maka manusia tersebut telah mampu mewujudkan salah satu cabang iman dalam wujud
benci dan cinta karena Allah bukan karena nafsu kebinatangannya. Menjadikan Allah
sebagai alasan untuk cinta dan benci bukanlah mencari alasan agar cinta dan benci
yang dimiliki menjadi benar. Benci dan cinta karena Allah sejatinya adalah mendasari
perasaan cinta dan benci karena berlandaskan iman kepada Allah. Perasaan benci dan
cinta karena dasar iman kepada Allah tentu akan memunculkan suatu kebaikan baik
bagi yang menyatakan ataupun orang yang menerima pernyataan tersebut. Cinta dan
benci yang ada merupakan representasi dari cinta dan benci sebagaimana cinta dan
bencinya Allah, bukan representasi dari cinta dan bencinya seorang manusia. Kecintaan
Allah serta kebencian Allah telah jelas. Allah tentu cinta terhadap segala bentuk
kebaikan serta benci akan segala bentuk keburukan. Sebisa mungkin bagi seorang
muslim untuk melatih dirinya untuk membiasakan diri dengan segala perbuatan yang
disenangi Allah serta menjauhi segala perbuatan yang dibenci olehNya. Adanya
pembiasaan ini merupakan sebuah bentuk konkrit upaya preventif pada diri seorang
muslim serta penanam benih-benih kebaikan sehingga dalam perilaku sehari-harinya ia
dapat merepresentasikan cinta dan benci yang Allah tunjukkan. Cinta yang paling
tinggi dan paling wajib serta yang paling bermanfaat mutlak adalah cinta kepada Allah
Ta’ala semata, diiringi terbentuknya jiwa oleh sikap hanya menuhankan Allah Ta’ala
saja. Karena yang namanya Tuhan adalah sesuatu yang hati manusia condong
kepadanya dengan penuh rasa cinta dengan meng-agungkan dan membesarkannya,
tunduk dan pasrah secara total serta menghamba kepadaNya. Allah Ta’ala wajib
dicintai karena DzatNya sendiri,sedangkan yang selain Allah Ta’ala dicintai hanya
sebagai konsekuensi dari rasa cinta kepada Allah Ta’ala.2

Cinta dan benci karena Allah. Dengan kecintaan semacam itulah seorang hamba
akan bisa meraih manisnya iman. Setiap mukmin tentu mencintai Allah. Karena Allah
lah yang paling berjasa kepada umat manusia dan alam semesta seluruhnya.
Konsekuensi dari kecintaannya kepada Allah adalah dia akan mencintai apa yang Allah
cintai dan membenci apa yang Allah benci. Maka, dia akan mencintai keimanan,
ketaatan, dan sunnah. Sebagaimana dia akan membenci kekafiran, kemaksiatan, dan
bid’ah. Oleh sebab itu orang yang beriman (bertauhid) akan mencintai orang beriman
yang lain. Dan sosok yang paling layak dia cintai adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi

2
Mashu’ah hadis al-Syarief oleh Islamic Spirit.com
wa sallam. Sesudah itu, adalah para Sahabat radhiyallahu’anhum; sebab merekalah
yang mengantarkan kepada kita risalah Islam ini dalam keadaan terang-benderang
sebagaimana diajarkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.3

C. Manajemen Cinta Dan Benci Karena Allah

Mendiskusikan cinta dan benci tentu melibatkan segenap perasaan yang dimiliki.
Perkara-perkara hati bukanlah menjadi ranah akal sepenuhnya, namun menjadi milik
hati hampir seratus persen. Hal ini terjadi disebabkan muara dari cinta dan benci adalah
hati. Secerdas apapun akal manusia mencari solusi, tidak akan pernah terealisasi secara
maksimal sebab terkadang akan bertolak belakang dengan hati. Sangat jelas bahwa hati
menjadi pusat dari diri manusia. Jika hati rusak maka rusaklah keseluruhan komponen
manusia. Demikian sebaliknya, jika hati baik, maka seluruh komponen akan menjadi
baik, Manajemen hati lebih diupayakan dari pengaruh eksternal masing-masing
individu. Menjaga hati wajib hukumnya agar terhindar dari sifat-sifat tercela.
Manajemen cinta dan benci berpusat pada hati. Jika hati mensugestikan cinta terlebih
dahulu maka aura pertama yang ditimbulkan adalah rasa sayang sebab cinta tersebut.
Namun jika sugesti awal adalah benci, maka aura negatif akan tumbuh sebab benci
tersebut. Demikian halnya jika manusia benci dan cinta karena Allah. Persepsi awal
yang harus dimiliki adalah persepsi positif dalam menyikapi segala hal. Meskipun hal
yang kita hadapi merupakan hal yang dibenci Allah sebab Allah tidak serta merta
membenci kondisi makhluknya tanpa adanya proses menjadi baik. Benci yang Allah
maksudkan adalah kondisi terakhir dari manusia tersebut.4

D. Pembagian Kadar Cinta Dan Benci Kepada Sesama Manusia

Anas bin Malik radhiyallahu’anhu menceritakan, suatu ketika seorang Arab Badui
berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kapan hari kiamat terjadi?”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Apa yang kamu
persiapkan untuk menghadapinya?”. Ia menjawab, “Kecintaan kepada Allah dan

3
http://wordpress.com/Tauhid
4
Mashu’ah hadis al-Syarief oleh Islamic Spirit.com
Rasul-Nya.” Nabi bersabda, “Kamu akan bersama orang yang kamu cintai.” Anas
berkata, “Tidaklah kami bergembira setelah masuk Islam dengan kegembiraan yang
lebih besar selain tatkala mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kamu
akan bersama dengan orang yang kamu cintai.” Maka aku mencintai Allah, Rasul-Nya,
Abu Bakar, dan Umar. Aku berharap bersama mereka (di akherat) meskipun aku tidak
bisa beramal seperti mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)5

Hadits di atas menunjukkan bahwa kecintaan yang bermanfaat itu meliputi:

1. Cinta kepada Allah yang sejati, bukan sekedar klaim atau omong kosong,
2. Mencintai apa saja yang Allah cintai,
3. Cinta terhadap sesuatu atau seseorang karena Allah (hubb lillah wa fillah)
Kecintaan kepada Allah harus dibuktikan dengan mengikuti ajaran Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah: Jika
kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku.” (QS. Ali Imran: 31).

Kadar kecintaan dan kebencian yang harus dicurahkan terbagi menjadi tiga
kelompok :

 Orang-orang yang dicurahkan kepadanya kasih sayang dan kecintaan secara utuh.
Mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya,
melaksanakan ajaran Islam dan tonggak-tonggaknya dengan ilmu dan keyakinan
yang teguh . Mereka adalah orang-orang yang mengikhlaskan segala perbuatan dan
ucapannya untuk Allah semata. Mereka adalah orang-orang yang tunduk lagi patuh
terhadap perintah-perintah Allah dan RasulNya serta menahan diri dari segala yng
dilarang oleh Allah dan Rasulnya. Mereka adalah orang-orang yang mencurahkan
kecintaan, kebencian dan permusuhan karena Allah ta’ala serta mendahulukan
perkataan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam atas yang lainnya siapapun
orangnya.

 Orang-orang yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi lainnya. Mereka
adalah orang yang mencampuradukan antara amalan yang baik dengan amalan
yang buruk, maka mereka dicintai dan dikasihani dengan kadar kebaikan yang ada
pada diri mereka sendiri, dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kadar kejelekan
yang ada pada diri mereka. Dalam hal ini kita harus dapat memilah-milah, seperti
5
Ibid. hal 14
muamalah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam terhadap seorang sahabat yang
bernama Abdullah bin Himar. Saat itu Abdulllah bin Himar dalam keadaan minum
khamr maka dibawalah dia kehadapan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, tiba-
tiba sorang laki-laki melaknatnya kemudian berkata: “betapa sering dia
didatangkan kehadapan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dalam keadaan
mabuk.” Rasulullah bersabda: “janganlah engkau melaknatnya. Sesungguhnya dia
adalah orang yang cinta kepada Allah dan RasulNya (Shohih Al-Bukhari kitab Al-
Hudud). Pada hal jama’ah yang berbahagia, dalam riwayat Abu Dawud dalam kitab
Al-Asyribah juz 4 yang dishahihkan oleh Al-Bani dalam shahih Al-Jami Ash
Shaghir hadits nomer 4967 Rasulullah dan melaknat khamr, orang yang
meminumnya, orang yang menjualnya, orang yang memerasnya dan orang yang
minta diperaskan, orang yang membawanya dan orang yang dibawakan khamr
kepadanya.

 Orang–orang yang dicurahkan kebencian dan permusuhan kepadanya secara utuh.


Mereka adalah orang yang tidak beriman kepada rukun iman dan orang yang
mengingkari rukun Islam baik sebagian atau keseluruhan dengan rasa mantap,
orang yang mengingkari asma’ wa sifat Allah ta’ala, atau orang yang meleburkan
diri dengan ahlu bida’ yang sesat dan menyesatkan, atau orang yang melakukan
hal-hal yang membatalkan keIslamannya. Terhadap orang ini wajib bagi kita untuk
membenci secara utuh, karena mereka adalah musuh Allah dan RasulNya
Shalallaahu alaihi wasalam.

Ada beberapa faktor yang dapat mengkokohkan kecintaan dijalan Allah, antara lain:

 Saling menyebarkan salam.

َّ ‫ أَ ْفشُوا ال‬،‫ أَ َوالَ أَ ُدلُّ ُك ْم َعلَى ش َْي ٍء إِ َذا فَ َع ْلتُ ُم ْوهُ ت ََحابَ ْبتُ ْم‬،‫الَ تَد ُْخلُ ْونَ ا ْل َجنَّةَ َحتَّى تُؤْ ِمنُ ْوا َوالَ تُؤْ ِمنُ ْوا َحتَّى ت ََحابُّ ْوا‬
‫سالَ َم‬
.)2/35 ،‫ (رواه مسلم‬.‫بَ ْينَ ُك ْم‬

“Tidaklah kalian masuk Surga sehingga kalian beriman, tidakkah kalian beriman
sehingga kalian saling mencintai, Maukah kamu aku tunjukkan tentang sesuatu
yang apabila kalian melakukan-nya akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di
antara kalian.” (HR. Muslim 2/35).
 Meninggalkan dosa-dosa.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda:

.‫ب يُ ْح ِدثُهُ أَ َح ُد ُه َما‬


ٍ ‫ق بَ ْينَ ُه َما إِالَّ بِ َذ ْن‬ ْ ‫َما تَ َوا َّد ا ْثنَا ِن فِي هللاِ َع َّز َو َج َّل أَ ْو فِي ْا ِإل‬
ُ ‫سالَ ِم فَيَ ْف ُر‬

.)‫ وهو حديث حسن‬84 ‫(رواه البخاري في األدب المفرد ص‬

“Tidaklah dua orang yang saling mencintai karena Allah atau karena Islam
kemudian berpisah kecuali salah satu dari ke duanya telah melakukan dosa.” (HR.
Al-Bukhari dalam kitabnya Al-Adab AlMufrad hal.84)

 Meninggalkan perbuatan ghibah (membicarakan sesuatu tentang saudaranya di saat


tidak ada, dan jika saudaranya tersebut mendengarkan dia marah-marah atau tidak
suka). Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah
sebagian kamu menggunjingkan (ghibah) sebagian yang lain,sukakah salah seorang
di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentunya
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Penerima tubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat:12)

ْ َ‫ أَقُ ْو ُل قَ ْولِ ْي َه َذا َوأ‬.‫الذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم‬


‫ستَ ْغفِ ُر‬ ِّ ‫ت َو‬ ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َوإِيَّا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه ِمنَ ْاآليَا‬،‫اركَ هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْرآ ِن ا ْل َع ِظ ْي ِم‬
َ َ‫ب‬
.‫ إِنَّهُ ُه َو ا ْل َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم‬،ُ‫ستَ ْغفِ ُر ْوه‬ ٍ ‫سلِ ِميْنَ ِمنْ ُك ِّل َذ ْن‬
ْ ‫ فَا‬.‫ب‬ ْ ‫سائِ ِر ا ْل ُم‬َ ِ‫هللا ا ْل َع ِظ ْي َم لِ ْي َولَ ُك ْم َول‬

Kewajiban saling mencintai dijalan Allah bukanlah suatu perintah yang tidak
membawa hasil apa-apa. Allah memerintahkan sesuatu itu pasti ada manfaatnya.
Manfaat dari saling mencintai di jalan Allah di antaranya adalah:

 Mendapatkan kecintaan Allah.


 Mendapatkan Kemuliaan dari Allah.
 Mendapatkan naungan Arsy Allah di hari kiamat, pada saat tidak ada naungan
kecuali naungan Allah.
 Merasakan manisnya iman
 Meraih kesempurnaan iman.
 Masuk Surga
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Cinta adalah tanda kehidupan spiritual dalam akidah orang mukmin dalam
kehidupan udara islami, dalam agama, sosial, dan kepercayaannya. Cinta secara luas
diartikan dengan segala macam bentuk kesenangan atau kegembiraan serta
kebahagiaan. Sebaliknya benci secara luas diartikan sebagai sebuah bentuk
ketidaksenangan secara umum.
Ketika manusia mencintai segala hal karena rasa cintanya kepada Allah, ia akan
mendapat balasan yang tak pernah diharapkan sebelumnya dalam artian balasan yang
baik. Sebab dengan mendasari segala cinta dengan cinta kepada Allah, manusia akan
menampilkan cintanya secara penuh serta mendedikasikannya sepenuh hati kepada
yang dicintainya sebab cintanya kepada Allah.
Menjaga hati wajib hukumnya agar terhindar dari sifat-sifat tercela. Manajemen
cinta dan benci berpusat pada hati. Jika hati mensugestikan cinta terlebih dahulu maka
aura pertama yang ditimbulkan adalah rasa sayang sebab cinta tersebut. Namun jika
sugesti awal adalah benci, maka aura negatif akan tumbuh sebab benci tersebut.
Kadar kecintaan dan kebencian yang harus dicurahkan terbagi menjadi tiga
kelompok :
1. Orang-orang yang dicurahkan kepadanya kasih sayang dan kecintaan secara utuh.
2. Orang-orang yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi lainnya.
3. Orang–orang yang dicurahkan kebencian dan permusuhan kepadanya secara utuh.

Ada beberapa faktor yang dapat mengkokohkan kecintaan dijalan Allah, antara lain:

1. Saling menyebarkan salam.


2. Meninggalkan dosa-dosa.
3. Meninggalkan perbuatan ghibah

Manfaat dari saling mencintai di jalan Allah di antaranya adalah:

 Mendapatkan kecintaan Allah.


 Mendapatkan Kemuliaan dari Allah.
 Mendapatkan naungan Arsy Allah di hari kiamat, pada saat tidak ada naungan
kecuali naungan Allah.
 Merasakan manisnya iman
 Meraih kesempurnaan iman
 Masuk Surga

B. PENUTUP

Demikian makalah yang dapat kami presentasikan apabila ada kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan makalah ini, penulis mohon maaf yang sebanyak-
banyaknya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri yang
telah menyusun makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Mahmud bin Asy-Syarif. Nilai Cinta dalam Al Qur’an, Penerbit: Pustaka Mantiq

http://www.wawasanpendidikan.com/2014/10/contoh-makalah-tentang-cinta-dan-
benci.html diakses 12 Desember 2014 l 17.30 WIB

Mashu’ah hadis al-Syarief oleh Islamic Spirit.com

http://wordpress.com/Tauhid diakses 15 Desember 2014 3.13 WIB

Anda mungkin juga menyukai