Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Gangguan hemoragik pada bayi baru lahir adalah gangguan perdarahan


yang bermanifestasi dalam beberapa minggu pertama kehidupan setelah
melahirkan. Istilah gangguan hemoragik pada bayi baru lahir mencakup semua
penyakit hemoragik, yaitu karena defisiensi vitamin K, trauma, defisiensi faktor
pembekuan, dll. Bila penyebabnya adalah defisiensi vitamin K, maka disebut
perdarahan defisiensi vitamin K atau VKDB. Vitamin K adalah vitamin yang larut
dalam lemak terutama disintesis pada orang dewasa oleh bakteri usus. Bayi baru
lahir, bagaimanapun, memiliki cadangan vitamin K minimal di hati mereka selama
waktu melahirkan dan tidak dapat mensintesis vitamin K karena usus yang steril.
Oleh karena itu mereka berisiko terkena penyakit hemoragik pada bayi baru lahir.
Salah satu fungsi utama vitamin K adalah gamma-karboksilasi faktor koagulan-
2,7,9 dan 10. Ini mengubah faktor pembekuan tidak aktif menjadi keadaan aktif.
Kekurangan menyebabkan aktivitas yang tidak memadai dari faktor-faktor
pembekuan ini, yang mengakibatkan perdarahan.

 Awal: Terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran, dapat juga terjadi dalam
kandungan atau selama persalinan.
 Klasik: 1 minggu kehidupan neonatal (hari ke-2 hingga ke-7)
 Terlambat: Dari 8 hari hingga 6-12 bulan.
ETIOLOGI

Etiologi penyebab idiopatik tidak diketahui, tetapi beberapa penyebab


sekunder telah dieksplorasi. Kekurangan vitamin K menyebabkan penurunan
aktivitas faktor pembekuan, yang mengakibatkan penyakit hemoragik pada bayi
baru lahir. Orang dewasa dapat mensintesis vitamin K di usus besar melalui
bakteri usus, tetapi neonatus telah mengurangi simpanan vitamin K karena
transfer plasenta yang tidak mencukupi, usus steril yang gagal mensintesis tingkat
Vitamin K yang diperlukan, ASI kekurangan vitamin K dan penyimpanan hati yang
buruk. Keadaan yang berhubungan dengan defisiensi faktor pembekuan yang
bergantung pada vitamin K adalah :
a. Prematuritas
Kadar faktor pembekuan yang tergantung pada vitamin K pada waktu lahir
berbanding lurus dengan umur kehamilan dan berat pada waktu lahir.
b. Asupan makanan yang tidak adekuat
c. Terlambatnya kolonisasi kuman
d. Komplikasi obstetric dan perinatal
e. Kekurangan vitamin K pada ibu

Suatu keadaan khusus yang dikenal sebagai Hemorrhagic Disease of the


Newborn (HDN), merupakan suatu keadaan akibat dari kekuranan vitamin K pada
masa neonatus. Terdapat penurunan kadar faktor II, VII, IX, X yang merupakan
faktor pembekuan darah yang tergantung pada vitamin K dalam derajat sedang
pada semua neonatus yang berumur 48-72 jam dan kadar faktor-faktor tersebut
secara berangsur-angsur akan kembali normal pada umur 7-10 hari. Keadaan
transien ini mungkin diakibatkan karena kurangnya vitamin K pada ibu dan tidak
adanya flora normal usus yang bertanggung jawab terhadap sintesis vitamin K.
Pada keadaan obstruksi billiaris baik intrahepatik maupun ekstrahepatik
akan terjadi kekurangan vitamin K karena tidak adanya garam empedu pada usus
yangdiperlukan untuk absorpsi vitamin K, terutama vitamin K1 dan K2. Obstruksi
yang komplit akan mengakibatkan gangguan proses pembekuan dan perdarahan
setelah 2-4 minggu.
Sindrom malabsorpsi serta gangguan saluran cerna kronis dapat
menyebabkan kekurangan vitamin K akibat dari berkurangnya absorpsi vitamin K.
Obat yang bersifat antagonis terhadap vitamin K seperti coumarin,
menghambat kerja vitamin K secara kompetetif, yaitu dengan cara menghambat
siklus vitamin K antara bentuk teroksidasi dan tereduksi sehingga terjadi
akumulasi dari vitamin K2 dan K3, epokside dan pelepasan g-karboksilasi yang
hasil akhirnya akan menghambat pembentukan faktor pembekuan.
Pemberian antibiotic yang lama menyebabkan penurunan produksi vitamin
K dengan cara menghambat sintesis vitamin K2 oleh bakteri, atau dapat juga
secara langsung mempengaruhi reaksi karboksilase.
Kekurangan vitamin K dapat juga disebabkan penggunaan obat kolestiramin
yang efek kerjanya mengikat garam empedu sehingga akan mengurangi absorpsi
vitamin K yang memerlukan garam empedu pada proses absorbsinya.

Kekurangan vitamin K dapat bermanifestasi pada bayi yang lahir dari ibu
yang menggunakan obat anti tuberkulosis (isoniazid, rifampisin), antiepilepsi
(fenitoin, barbiturat, dan karbamazepin), antibiotik spektrum luas (sefalosporin)
atau antagonis vitamin K seperti warfarin.[2] Bayi yang lahir dengan penyakit
malabsorpsi seperti cystic fibrosis atau penyakit hepatobilier seperti atresia bilier
juga telah terbukti mengalami defisiensi vitamin K. Mutasi pada gen yang
mengkode gamma-glutamil karboksilase dan epoksida reduktase juga telah
dilaporkan.

EPIDEMIOLOGI

Semua bayi tanpa memandang ras, jenis kelamin, warna kulit, agama, asal
negara, dll diketahui terkena perdarahan akibat kekurangan vitamin K. Namun,
dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada 50 bayi baru lahir, VKDB ditemukan
memiliki insiden yang meningkat di antara bayi laki-laki, bayi yang disusui, dan
mereka yang lahir melalui persalinan pervaginam spontan.[6]

Pada VKDB awal, insiden pada bayi yang belum menerima profilaksis
vitamin K berkisar antara 6% hingga 12%. Dalam VKDB klasik, insiden telah turun
dari 0,25% menjadi 1,5% pada penelitian sebelumnya menjadi 0,01 menjadi
0,44% dalam penelitian terbaru. Ini telah dicapai karena dimasukkannya
profilaksis vitamin K dalam perawatan rutin bayi baru lahir. Pada VKDB lanjut,
insidennya adalah 1 dalam 15.000 hingga 1 dari 20.000 kelahiran dan terlihat
terutama pada bayi yang disusui secara eksklusif atau bayi dengan kolestasis atau
malabsorpsi (karena penyerapan vitamin K bergantung pada empedu). Gejala
yang paling umum dari VKDB lanjut adalah perdarahan intrakranial, yang memiliki
mortalitas 20-50% dan morbiditas terkait.

KLASIFIKASI

Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK) dibagi menjadi early, clasiccal dan late
berdasarkan pada umur saat kelainan tersebut bermanifestasi
1. Early Vitamin K defisience bleeding (VKDB) (PDVK dini), timbul pada hari
pertama kehidupan. Kelainan ini jarang sekali dan biasanya terjadi pada
bayi dari ibu yang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu
metabolisme vitamin K. Insidens yang dilaporkan atas bayi dari ibu yang
tidak mendapat suplementasi vitamin K adalah antara 6 hingga 12% 7,8.

2. Classical VKDB (PDVK klasik), timbul pada hari ke 1 sampai 7 setelah lahir
dan lebih sering terjadi pada bayi yang kondisinya tidak optimal pada waktu
lahir atau yang terlambat mendapatkan suplementasi makanan. Insidens
dilaporkan bervariasi, antara 0 sampai 0,44% kelahiran. Tidak adanya angka
rata-rata kejadian PDVK klasik yang pasti karena jarang ditemukan kriteria
diagnosis yang menyeluruh

3. Late VKDB (PDVK lambat), timbul pada hari ke 8 sampai 6 bulan setelah
lahir, sebagian besar timbul pada umur 1 sampai 3 bulan. Kira-kira setengah
dari pasien ini mempunyai kelainan hati sebagai penyakit dasar atau
kelainan malabsorpsi. Perdarahan intrakranial yang serius timbul pada 30-
50%. Pada bayi berisiko mungkin ditemukan tanda-tanda penyakit hati atau
kolestasis seperti ikterus yang memanjang, warna feses pucat, dan
hepatosplenomegali. Angka rata-rata kejadian PDVK pada bayi yang tidak
mendapatkan profilaksis vitamin K adalah 5-20 per 100.000 kelahiran
dengan angka mortalitas sebesar 30%
MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi perdarahan akibat defisiensi vitamin K tidak spesifik dan


bervariasi mulai dari memar ringan sampai dengan ekimosis generalisata,
perdarahan kullit, gastrointestinal, vagina sampai perdarahan intracranial yang
dapat mengancam jiwa.

Manifestasi klinis yang sering ditemukan adalah perdarahan, pucat dan hepatomegali
ringan. Perdarahan dapat terjadi spontan atau akibat trauma,terutama trauma lahir. Pada
kebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit,mata, hidung dan saluran cerna.
Perdarahan kulit sering berupa purpura,ekimosis atau perdarahan melalui bekas tusukan
jarum suntik. Pada neonatus perdarahan dapat timbul dalam bentuk perdarahan di scalp,
hematoma sefal yang besar, perdarahan intracranial, perdarahan dari tali pusat, perdarahan
pada bekas sirkumsisi, oozing pada bekas suntikan dan terkadang perdarahan
gastrointestinal.
DIAGNOSIS

Pendekatan diagnosis VKDB melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


laboratorium. Anamnesis dilakukan untuk mencari informasi tentang onset
perdarahan, lokasi perdarahan, pola pemberian makanan, serta riwayat
pemberian obat-obatan pada ibu selama kehamilan. Pemeriksaan fisik ditujukan
untuk melihat keadaan umum bayi dan lokasi perdarahan pada tempat-tempat
tertentu seperti GIT, umbilikus, hidung, bekas sirkumsisi, dan lain sebagainya.
Anamnesis
 Bayi kecil (usia 1-6 bulan) yang sebelumnya sehat, tiba-tiba tampak pucat,
malas minum, lemah, banyak tidur.
 Minum ASI, tidak mendapat vitamin K1 saat lahir.
 Kejang fokal
Pemeriksaan Fisis
 Pucat tanpa perdarahan yang nyata.
 Peningkatan tekanan intrakranial: UUB membonjol, penurunan kesadaran,
papil edema.
 Defisit neurologi: kejang fokal, hemiparesis, paresis nervus kranialis

Pemeriksaan Penunjang

 Darah perifer lengkap: anemia berat dengan jumlah trombosit normal


 Pemeriksaan PT memanjang dan APTT dapat normal atau memanjang
 USG kepala/CTScan kepala: perdarahan intrakranial

Pemeriksaan laboratorim menunjukkan penurunan aktivitas faktor II, VII, IX,


dan X sedangkan faktor koagulasi lain normal sesuai dengan usia. Terdapat
pemanjangan waktu pembekuan, Prothrombin Time (PT) dan Partial
Thromboplastin Time (PTT), sedangkan Thrombin Time (TT) dan masa perdarahan
normal. Pemeriksaan lain seperti USG, CT scan atau MRI dapat dilakukan untuk
melihat lokasi perdarahan misalnya jika dicurigai adanya perdarahan misalnya jika
dicurigai adanya perdarahan intrakranial. Selain itu respon yang baik terhadap
pemberian vitamin K memperkuat diagnosis VKDB.

DIAGNOSIS BANDING

Perbedaan yang paling umum untuk VKDB adalah cedera traumatis atau non-
kecelakaan. Diferensial lainnya termasuk:

1. Defisiensi faktor pembekuan seperti hemofilia A atau hemofilia B. Kondisi


yang tidak membaik meskipun telah diberikan faktor pembekuan dapat
membantu menentukan penyebab pastinya.
2. Koagulasi intravaskular diseminata (DIC) - menjalankan studi laboratorium
akan membantu membedakan antara DIC dan VKDB.
3. Trombositopenia, terutama trombositopenia imun maternal sebagai
antibodi terhadap trombosit, dapat melewati plasenta dan menurunkan
jumlah trombosit bayi yang bermanifestasi sebagai purpura. Namun, pada
VKDB, jumlah trombosit umumnya normal.
4. Untuk bayi yang mengalami perdarahan gastrointestinal terisolasi,
intususepsi dapat menjadi perbedaan.

Namun, berdasarkan penelitian laboratorium, menjadi lebih mudah untuk


sampai pada diagnosis dan mengobati penyakit yang sesuai.
TREATMENT PLANNING

Untuk bentuk awal dan klasik penyakit hemoragik pada bayi baru lahir,
vitamin K oral (dosis 2 mg) diulang pada 2-4 minggu dan pada 6-8 minggu.

Untuk penyakit bentuk lanjut, vitamin K oral tidak seefektif parenteral, dan
karenanya saat ini, dosis tunggal IM 0,5-1mg diberikan kepada bayi dalam waktu 6
jam setelah lahir.

Untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gram, diberikan dosis
tunggal 0,5 mg IM.

Untuk bayi dengan berat lebih dari 1500gm, 1mg dosis tunggal IM
diberikan.

Semua bayi yang disusui dengan diare dan malabsorpsi memerlukan dosis
vitamin K tambahan setelah melahirkan untuk mencegah perdarahan akibat
defisiensi vitamin K.

Dalam kasus perdarahan yang mengancam jiwa, 10-20ml/kg plasma beku


segar juga harus diberikan.

Lebih dari 20% kehilangan darah dan gejala syok memerlukan transfusi
darah segera.

PROGNOSIS

Profilaksis vitamin K saat lahir telah terbukti secara signifikan meningkatkan


prognosis dengan menurunkan angka kematian. Pasien dengan perdarahan
intrakranial mungkin memiliki morbiditas terkait dalam bentuk kerusakan
neurologis. Namun, vitamin K telah mengurangi kejadian penyakit hemoragik
pada bayi baru lahir, dan penggunaannya harus dilanjutkan sebagai profilaksis
yang efektif.

KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling penting dari penyakit hemoragik pada bayi baru
lahir adalah perdarahan, yang seringkali dapat berakibat fatal pada bayi. Ini
adalah salah satu penyebab paling penting dari perdarahan intrakranial pada
tahun pertama kehidupan.

Morbiditas umumnya terlihat dengan perdarahan defisiensi Vitamin K yang


terlambat, dan bermanifestasi sebagai cacat neurologis seperti hidrosefalus,
ensefalopati, atrofi serebral, kejang, dan keterlambatan perkembangan yang
parah.

PENCEGAHAN DAN EDUKASI PASIEN

Petugas kesehatan harus bekerja sama dengan orang tua untuk membuat
mereka memahami perlunya profilaksis vitamin K dan tingkat keparahan penyakit.
Manfaat menggunakan suntikan vitamin K IM harus dijelaskan kepada orang tua.
Bagi mereka yang menolak injeksi, konseling tentang efek samping kekurangan
vitamin K harus dijelaskan. Dosis oral alternatif (2mg) juga harus
direkomendasikan, bersamaan dengan pengulangan dosis pada usia 2 hingga 4
dan 6 hingga 8 minggu.
BAB III

PENUTUP

Perdarahan akibat kekurangan vitamin K adalah terjadinya perdarahan


spontan atau perdarahan karena proses lain seperti pengambilan darah vena atau
operasi yang disebabkan karena berkurangnya aktivitas faktor koagulasi yang
tergantung vitamin K (faktor II, VII, IX dan X).Klasifikasi perdarahan akibat
kekurang vitamin K antara lain adalah bentuk perdarahan dini, klasik dan lambat.
Dignosis perdarahan akibat kekurangan vitamin K dapat dilakukan dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.

Bila cepat diterapi dengan pemberian vitamin K, penyakit gangguan


pembekuan darah akibat kekurangan vitamin K prognosisnya sangat baik. Gejala
klinis biasanya menghilang setelah pemberian vitamin K paling lambat 24 jam
pasca pemberian terapi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sankar MJ, Chandrasekaran A, Kumar P, Thukral A, Agarwal R, Paul VK.


Vitamin K prophylaxis for prevention of vitamin K deficiency bleeding: a
systematic review. J Perinatol. 2016 May;36 Suppl 1:S29-35.
2. Marchili MR, Santoro E, Marchesi A, Bianchi S, Rotondi Aufiero L, Villani A.
Vitamin K deficiency: a case report and review of current guidelines. Ital J
Pediatr. 2018 Mar 14;44(1):36. 
3. Gröber U, Reichrath J, Holick MF, Kisters K. Vitamin K: an old vitamin in a
new perspective. Dermatoendocrinol. 2014 Jan-Dec;6(1):e968490.
4. Holla RG, Prasad AN. Haemorrhagic Disease of Newborn presenting as
Subdural Hematoma. Med J Armed Forces India. 2010 Jan;66(1):86-7.
5. Rajeev A, Chawla N. Unusual presentation of late vitamin K deficiency
bleeding in an infant. Med J Armed Forces India. 2016 Dec;72(Suppl
1):S142-S143.
BAB I

PENDAHULUAN

Vitamin K merupakan mikronutrien yang penting bagi sistem pembekuan


darah. Vitamin ini diperlukan di hati untuk sintesa faktor II (protombin), faktor VII
(prokonvertin), faktor IX (thromboplastin), dan faktor X. Defisiensi vitamin K dan
gangguan pada hati dapat menyebabkan terjadinya defisiensi faktor-faktor
pembekuan darah, karena hampir seluruh faktor pembekuan darah diproduksi di
hati.

Dalam keadaan normal setiap bayi baru lahir mengalami penurunan faktor-
faktor pembekuan darah yang tergantung vitamin K, yaitu faktor pembekuan II,
VII, IX, dan X. Kadar faktor-faktor pembekuan ini dalam plasma menurun sampai
mencapai kadar terendah pada hari ke 2-5 kehidupan, kemudian meningkat
kembali pada umur 7-14 hari dan mendekati kadar normal orang dewasa setelah
bayi berumur sekitar 3 bulan. Rangkaian fenomena ini adalah normal dan tidak
menimbulkan gangguan proses pembekuan darah yang berakibat perdarahan.
Keadaan transien ini mungkin diakibatkan karena kurangnya vitamin K pada ibu
dan tidak adanya flora normal usus yang bertanggung jawab terhadap sintesis
vitamin K.

Namun dalam keadaan tertentu pada bayi baru lahir, penurunan kadar
faktor-faktor pembekuan darah tersebut lebih besar daripada penurunan
fisiologik serta peningkatannya lambat dan tidak sempurna sehingga
mengakibatkan gangguan pembekuan dan perdarahan. Keadaan inilah yang
disebut dengan Penyakit Perdarahan pada Bayi Baru Lahir atau Hemorrhagic
Disease of The Newborn (HDN).

HDN adalah penyakit perdarahan yang terjadi pada bayi baru lahir yang
disebabkan karena berkurangnya faktor pembekuan (koagulasi) yang tergantung
pada vitamin K.

Anda mungkin juga menyukai