Nurul Fitri - Sedekah
Nurul Fitri - Sedekah
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Hadis Maudhu’i
Disusun oleh:
Nurul Fitri
(17210876)
Dosen pengampu:
Sofyan Effendy M.A
Assalamu`alaikumWarahmatullahiWabarakatuuh
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas UAS dengan tepat waktu. Tanpa
pertologan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yakni Nabi Muhammad saw yang kita nantikan syafa`atnya di akhirat
nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu
menyelesaikan pembuatan tugas akhir dari mata kuliah‘‘HADIS MADHU`I‘‘dengan
judul‘‘HADIS TENTANG SEDEKAH”.
Saya menyadari bahwasannya makalah ini jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Saya mengucap
terimakasih kepada dosen Hadis Maudhui kami yaitu Bpk. Sofyan Effendy M,A
yang telah membimbing saya dalam menulis makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................i
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................1
PEMBAHASAN....................................................................................................................1
A. Pengertian Sedekah...............................................................................................1
B. Hadis tentang Perintah Sedekah............................................................................1
C. Hadis tentang Harta yang disedekahkan dan Ukurannya.....................................1
D. Hadis Sedekah Secara Terang-Terangan dan Sembunyi-Sembunyi.......................1
E. Hadis Tentang Orang-Orang yang Berhak Menerima Sedekah.............................1
F. Hadis Tentang Keutamaan Bersedekah.................................................................1
G. Hadis tentang bentuk bentuk sedekah selain dengan harta.................................1
H. Hadis tentang perkara yang membatalkan sedekah.............................................1
BAB III................................................................................................................................1
PENUTUP........................................................................................................................1
Kesimpulan....................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sedekah?
2. Apa saja hadis yang menganjurkan sedekah?
3. Apa saja hadis harta yang sebaiknya disedekahkan dan berapa
ukurannya?
4. Apa saja hadis-hadis yang berkaitan dengan sedekah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui makna sedekah
1
2. Untuk mengetahui hadis yang berkaitan dengan sedekah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sedekah
Secara bahasa kata sedekah berasal dari bahasa Arab صدقةyang secara
bahasa berarti tindakan yang benar. Pada awal pertembuhan Islam, sedekah
diartikan sebagai pemberian yang disunnahkan. Tetapi, setelah kewajiban
zakat disyariatkan yang dalam Al-Qur’an yang dalam Al-Qur’an disebutkan
dengan kata shadaqah maka shadaqah mempunyai dua arti. Pertama,
shadaqah sunnah/tathawwu’ (sedekah) dan wajib (zakat).
Secara syara’ (terminology), sedekah diartikan sebagai sebagai sebuah
pemberian seseorang secara ikhlas kepada orang yang berhak menerima yang
diiringi juga oleh pahala dari Allah. Contoh, memberikan sejumlah uang,
beras, atau benda-benda lain yang bermanfaat kepada orang lain yang
membutuhkan.1 Dan dalam makalah ini akan dijelaskan hadis-hadis yang
berkaitan dengan shadaqah sunnah/tathawwu’ (sedekah).
:ال َ َ ق،ب ٍ ت َحا ِرثَ ةَ بْ َن َو ْه ُ َس ِم ْع:الَ َ ق، َح َّد َثنَا َم ْعبَ ُد بْ ُن َخالِ ٍد،ُ َح َّد َثنَا ُش ْعبَة،آد ُمَ َح َّد َثنَا
فَِإنَّهُ يَ أْتِي َعلَْي ُك ْم َزَم ا ٌن يَ ْم ِش ي،ص َّدقُواَ َ " ت:ولُ ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َي ُق َ ت النَّبِ َّيُ َس ِم ْع
فَأ ََّما،س لََقبِلُْت َه ا َ َو ِج ْئ
ِ ت بِ َه ا بِ األ َْم ْ ل:الر ُج ُل
َّ ولُ َي ُق، فَالَ يَ ِج ُد َم ْن َي ْقَبلُ َه ا،ص َدقَتِ ِه َ ِالر ُج ُل ب
َّ
" اجةَ لِي بِ َها َ فَالَ َح،الي ْوَم َ
“Adam menyampaikan kepada kami dari Syu’bah, dari Ma’bad bin Khallid,
dari Haritsah bin Wahb yang berkata, aku mendengan Nabi saw. bersabda,
‘Bersedekahlah kalian! Sebab akan kepada kalian suatu zaman saat orang
(yang hendak bersedekah) berjalan dengan membawa sedekahnya tetapi dia
1
Abdul Rahman Ghazaly, dkk., Fiqh Muamalat, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), h. 149
2
tidak menemukan seorang pun yang mau menerimanya. Orang (yang
hendak diberi sedekah) berkata, ‘seandainya engkau membawa sedekah itu
kemarin, aku pasti mau menerimanya. Hari ini aku tidak memerlukannya.”
(HR. Bukhari)2
Status Hadis: Shahih
Syarah Hadis
ِ ( فَالَ حadapun hari ini aku tidak membutuhkannya). Secara
َ اجةَ لي بِ َها فَأ ََّما
الي ْوَم َ َ
zahir hal ini terjadi pada saat harta banyak dan melimpah menjelang hari
kiamat, seperti dikatakan Ibnu Baththal.
2
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits; Shahih al-Bukhari 1, terj.
Mahsyar, Muhammad Suhadi, (Jakarta: Almahira, 2011), h. 314
3
Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi, Ensiklopedia Hadis 3; Shahih Muslim 1, terj.
Ferdinand Hasmand, dkk, (Jakarta: Almahira, 2012), h. 462
3
dan menenangkan hati orang lain, atau dengan satu perbuatan. Karena, itu
merupakan penyelamat dari neraka.4
Fiqh Hadis:
Rasul memerintahkan agar umatnya bersedekah meskipun dalam jumlah yang
sedikit.5
4
Nawawi Al-Bantani, Tanqih Al-Qaul, terj. Fuad Syaifuddin Nur, (Jakarta: Wali Pustaka, 2019), h. 142
5
Abdul Rahman Ghazaly, dkk., Fiqh Muamalat, h. 150
6
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Kumpulan Hadis Shahih Bukhari-Muslim, terj. Arif Rahman Hakim,
(Sukoharjo: Insan Kamil Solo, 2013), h. 263
4
Adapun yang dimaksud dengan “usaha” disini adalah hasil yang
diusahakan, dan ini mencakup harta yang didapat melalui proses usaha
maupun yang tidak melalui proses, seperti harta warisan. Sedangkan yang
dimaksud dengan “yang baik” adalah yang halal.7
Dengan tangan kanannya; ungkapan dengan tangan kanan karena ia
menggambarkan kemuliaan, berbeda dengan tangan kiri yang
menggambarkan kehinaan.8
Fiqih Hadis
Allah SWT tidak menerima sedekah dari harta haram.
2. Sedekah seorang perempuan dengan harta suaminya
ت ِ «إِذَا أَطْعم:ال النَّبِ ُّي ص لَّى اهلل َعلَْي ِه وس لَّم َ َ ق:َت ْ قَ ال،ض َي اللَّهُ َع ْن َه ا ِ َعن َعائِ َش ةَ ر
ََ َ ََ ُ َ َ ْ
ُ لَه،كَ ِ َولِ ْل َخ ا ِز ِن ِمثْ ُل َذل،َُج ُرَه ا َولَهُ ِم ْثلُ ه ٍ ِ
ْ َكا َن ل ََها أ،ت َزْو ِج َها غَْي َر ُم ْفس َدة ِ المرأَةُ ِمن ب ْي
َ ْ َْ
»ت ْ ب َول ََها بِ َما أَْن َف َق ِ
َ ب َما ا ْكتَ َس
“Dari Aisyah ra, dia berkata: ‘Nabi saw. Bersabda, ‘Apabila istri memberi
makan dari rumah suaminya tanpa membuat kerusakan, maka ia
mendapatkan pahalanya, dan bagi (suami)nya sama seperti itu, begitu
juga bagi khazin (bendahara). Bago (suami)nya (pahala) atas usaha yang
ia lakukan, dan baginya (istri) pahala atas apa yang ia sedekahkan”(HR.
Bukhari)
Status Hadis: Shahih
Syarah Hadis
ِ ت امل رأَةُ ِمن بي
ِ
Adapun riwayat A’masy disebutkan dengan lafazh ت َْ ْ َْ إِ َذا أَطْ َع َم
( َزْوِج َهاapabila istri memberimakan dari rumah suaminya). Menurut Imam
At-Tirmidzi riwayat Manshur dan al-A’masy yang menyebutkan Masruq di
7
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari, terj. Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), h. 55
8
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Kumpulan Hadis Shahih Bukhari-Muslim, h. 263
5
dalam sanadnya memiliki status yang lebih akurat dibandingkan dengan
hadis lain yang juga membahas terkait hal ini.
ِ
ُ( َولَ هُ م ْثلُ هdan bagi suaminya sama sepertinya), yakni sama seperti pahala
istrinya. Sedangkan perkataan “dan bagi khazin sama seperti itu”, yakni
berdasarkan syarat-syarat yang tersebut dalam hadis Abu Musa. Secara
zahir hal itu menunjukan bahwa masing-maasing mendapatkan pahala yang
sama. Namun ada pula kemungkinan bahwa yang dimaksud dengan lafzh
“sama seperti” adalah masing-masing mendapat pahala, meskipun pada
dasarnya pahala bagi yang mengusahakannya adalah lebih besar. Akan
tetapi kalimat yang terdapat dalam hadis Abu Hurairah فَلَهَا نِصفُ أَجْ ِر ِه
(baginya setengah pahala suaminya) mengisyaratkan adanya persamaan.9
“Hannad menyampaikan kepada kami dari Ismail bin Ayyasy, dari Syurahbil
bin Muslim al-Khaulani bahwa Abu Umamah al-Bahili berkata, “Aku
mendengar Rasulullah saw. dalam khutbahnya pada waktu Haji Wada’,
beliau bersabda, ‘Tidak boleh seorang wanita menginfakkan sesuatu dari
rumah suaminya, kecuali seizing suaminya’. Beliau ditanya, ‘Termasuk
9
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari, h. 131-132
6
makanan, wahai Rasulullah?’ beliau menjawab, ‘Itu merupakan harta kami
yang paling baik.’
Terkait dengan bab ini ada pula hadis riwayat Sa’d bin Abu Waqqash,
Asma’ binti Abu Bakar, Abu Hurairah, Abdullah bin Amr, dan Aisyah. Abu Isa
berkata, ‘Hadis Abu Umamah merupakan hadis hasan.’” (HR. At-Tirmidzi)10
Fiqh Hadis
Jika seorang istri menyedekahkan harta suaminya tanpa persetujuan sang
suami, hal itu haram hukumnya. Sedekah yang dikeluarkannya berakibat
dosa yang harus ditanggungnya, sedangkan sang suami mendapatkan
pahala. Tetapi jika ia bersedekah seizing sang suami, maka ia dan suaminya
sama-sama mendapatkan pahala. Sebagai pemilik harta, sang suamilah
yang berwenang mengizinkannya.
Namun, terdapat hadis yang memberikan pengertian bahwa seorang
wanita yang bersedakah dengan menggunakan harta sang suami tanpa
seizinnya, ia mendapatkan separuh pahala. Ini berarti ia tidak berdosa sama
sekali. Lafazh hadis Al-Bukhari ialah, “Apabila seorang wanita menafkahkan
dari harta penghasilan suaminya tanpa perintahnya maka ia mendapatkan
separuh pahalanya”.
sebagian ulama mencoba untuk mengkompromikan hadis yang terkesan
bertentangan tersebut. Menurut mereka; seorang wanita yang bersedakah
dengan seizing suaminya ia hanya mendapatkan pahala separuh, dengan
syarat suaminya bukan orang yang miskin atau orang yang kikir. Jika si
suami miskin atau kikir yang notabene sendengan tidak mengizinkannya,
maka apa yang ia lakukan itu hukumnya haram.11
3. Sedekah sesuai kemampuan
10
Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6; Jami’ at-Tirmidzi, (Jakarta:
Almahira, 2013), h. 249
11
Hasan Ayyub, Fiqih Ibadah, h. 585
7
:الَ َ ق،اج بْ ُن ُم َح َّم ٍد ِ ِ
ُ َح َّد َثنَا َح َّج: قَ ااَل،ارو ُن بْ ُن َع ْب د اهلل
ِ ِ
ُ َو َه،وح َّدثَني ُم َح َّم ُد بْ ُن َح ات ٍم َ
أَ ْخَب َرهُ َع ْن،الزَب ْي ِر ِ اد بْن َع ْب ِد
ُّ اهلل بْ ِن َّ أ،َ أَ ْخَب َرنِي ابْ ُن أَبِي ُملَْي َك ة:ال ابْ ُن ُج َريْ ٍج
َ َ ََّن َعب َ َق
س ِ ِ
َ ل َْي، يَا نَب َّي اهلل:َت ْ َف َقال،صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِ أ ََّن َها ج،ت أَبِي ب ْك ٍر
َ اءت النَّبِ َّي ََ َ
ِ َسماء بِْن
َ َْأ
:الَ ض َخ ِم َّما يُ ْد ِخ ُل َعلَ َّي؟ َف َقَ اح أَ ْن أ َْر ُّ لِي َش ْيءٌ إِاَّل َم ا أَ ْد َخ َل َعلَ َّي
ٌ َالزَب ْي ُر َف َه ْل َعلَ َّي ُجن
»ك ِ وعي اهلل َعلَْي ِ ِ ِ ْ ض ِخي ما
ُ َ ُ َواَل تُوعي َفي،استَطَ ْعت َ َ «ار ْ
“Muhammad bin Hatim dan Harun bin Abdullah menyampaikan kepadaku
dari Hajjaj bin Muhammad, dari Ibnu Juraij, dari Ibnu Abu Mulaikah yang
mengabarkan dari Abbad bin Abdullah bin Az-Zubair, dari Asma’ binti Abu
Bakar bahwa dia mendatangi Nabi saw. seraya bertanya, ‘Wahai
Nabiyullah, aku tidak memilliki apa-apa untuk disedekahkan selain uang
belanja yang diberikan az-Zubair (suami) kepadaku. Bersedekah jika aku
menyisihkan sedikit uang belanja itu untuk sedekah?’ Rasulullah saw
menjawab, ‘Sisihkanlah sedikit dari uang belanja itu untuk bersedekah
sesuai kemampuan dan janganlah engkau menyimpannya! (sebab, jika
engkau menyimpannya) Allah akan menyimpan (pemberian dan pahala-
Nya) atasmu’.” (HR. Muslim)12
Status Hadis: Shahih
D. Hadis Sedekah Secara Terang-Terangan dan Sembunyi-Sembunyi
Sedekah secara terang-terangan
] اآليَةَ إِلَى274 :َّه ا ِر ِس ًّرا َو َعالَنِيَ ةً} [البقرة ِ {الَّ ِذ:و َقولِ ِه
َ ين ُي ْنف ُقو َن أ َْم َوال َُه ْم بِاللَّْي ِل َوالن
َ ْ َ
]38 :{والَ ُه ْم يَ ْح َزنُو َن} [البقرة ِِ
َ :َق ْوله
13
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari, h. 84
14
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits; Shahih al-Bukhari 1, h. 317
9
sedekah secara sembunyi-sembunyi. Sedangkan ayat tersebut sangat jelas
menyatakan keutamaan sedekah secara sembunyi-sembunyi. Akan tetapi
jumhur ulama berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan
sedekah sunah. Ath-Thabari dan ulama lainnya menukil adanya
kesepakatan bahwa mengeluarkan sedekah wajib (zakat) secara terang-
terangan lebih utama daripada mengeluarkannya secara sembunyi-
sembunyi, sedangkan sedekah sunah lebih utama dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Pendapat ini disangkal oleh Yazid bin Abi Hubaib.
Menurutnya, ayat tersebut turun berkenaan dengan sedekah kepada
orang-orang Yahudi dan Nasrani. Maksudnya, apabila kalian memberikan
sedekah kepada Ahli kitab secara terang-terangan, maka kalian akan
mendapatkan keutamaan; dan apabila kalian memberikannya kepada
orang-orang miskin diantara kalian secara sembunyi-sembunyi, maka itu
lebih baik. Menurutnya, Nabi saw. telah memerintahkan untuk bersedekah
dengan sembunyi-sembunyi secara mutlak.15
Fiqih Hadis
Abu Ishaq az-Zajjaj menukil bahwa mengeluarkan zakat secara sembunyi-
sembunyi pada zaman Nabi saw. Adalah lebih utama. Adapun sesudah
beliau, maka orang yang menyembunyikannya akan menjadi sasaran buruk
sangka. Oleh sebab itu, mengeluarkan zakat wajib secara terang-terangan
adalah lebih utama.
Ibnu Athiyah berkata, “Pada zaman ini mengeluarkan sedekah wajib secara
sembunyi-sembunyi adalah lebih utama, karena orang-orang yang tidak
mengeluarkannya sudah cukup banyak, sehingga mengeluarkan zakat itu
menjadi fenomena riya.” Di samping itu, mereka telah memberikan zakat
kepada para petugas yang mengambilnya, dan orang yang
15
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari, h. 86
10
mengeluarkannya secara sembunyi-sembunyi dituduh tidak membayar
zakat. Adapun hari ini setiap orang telah mengeluarkan zakatnya masing-
masing, maka menyembunyikannya adalah lebih utama.
Ibnu al-Manayyar berkata, “Tidak mustahil jika dikatakan bahwa
keutamaan itu berbeda-beda sesuai situasi dan kondisi.”16
E. Hadis Tentang Orang-Orang yang Berhak Menerima Sedekah
1. Sedekah kepada keluarga dan kerabat dekat
َع ْن أَبِي،ي ِّ َع ِن ال َْم ْقبُ ِر، َع ْن ُم َح َّم ِد بْ ِن َع ْجاَل َن، أَ ْخَب َرنَ ا ُس ْفيَا ُن،َح َّد َثنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن َكثِ ي ٍر
ِع ْن ِدي،ول اللَّ ِه َ يَا َر ُس:ال َر ُج ٌل َ َف َق،الص َدقَ ِة
َّ ِصلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم بَ أ ََم َر النَّبِ ُّي:الَ َ ق،ُه َرْي َرَة
َّق بِ ِه َعلَى
ْ صد َ َ «ت:ال َ َ ق، ِع ْن ِدي آ َخ ُر:ال َ َ ق،»ك َ َّق بِ ِه َعلَى َن ْف ِس ْ صد َ َ «ت:ال َ َف َق،ارٌ َدين
ِ
،- »ك َ «زْو ِج َ :ال َ َ أ َْو ق- »ك َ َِّق بِ ِه َعلَى َزْو َجت ْ صد َ َ «ت:ال َ َ ق، ِع ْن ِدي آ َخ ُر:ال َ َ ق،»َد َك ِ ول
َ
َ ْ «أَن:ال
ت َ َ ق، ِع ْن ِدي آ َخ ُر:ال َ َ ق،»ك َ اد ِم ِ َّق بِ ِه َعلَى َخ ْ صد َ َ «ت:الَ َ ق، ِع ْن ِدي آ َخ ُر:ال َ َق
»ص ُر َ ْأَب
Syarah Hadis
16
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari, h. 86-87
17
Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Azdi as-Sijistani, Ensiklopedia Hadis 5; Sunan Abu Dawud,
terj. Muhammad Ghazali dkk, (Jakarta: Almahira, 2013), h. 352
11
Kalimat pelayan disebut sesudah kalimat anak dalam riwayat tadi, ini
memberikan pemahaman bahwa lelaki tersebut sudah tidak punya bapak
dan ibu dalam hidupnya. Sebab seandainya masih punya, tentu mereka
berdua lebih didahulukan.
Dalam hadis lain:
َع ْن، َع ِن ابْ ِن َع ْو ٍن، َح َّد َثنَا َوكِي ٌع: قَ ااَل، َو َعلِ ُّي بْ ُن ُم َح َّم ٍد،ََح َّد َثنَا أَبُ و بَ ْك ِر بْ ُن أَبِي َش ْيبَة
َّ َع ْن َس ل َْما َن بْ ِن َع ِام ٍر،ص لَْي ٍع
،الض بِّ ِّي ِ ِ
ُ اب أ ُِّم ال َّرائ ِح بِْنت ِ َالرب
َّ َع ِن،ين ِ ِ ِ ح ْف
َ ص ةَ ب ْنت س ي ِر َ َ
َو َعلَى ِذي،ٌص َدقَة ِ
َ الص َدقَةُ َعلَى ال ِْم ْسكي ِن َّ " :صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِ ُ ال رس
َ ول اللَّه ُ َ َ َ ق:ال َ َق
" ٌصلَة ِ ص َدقَةٌ و:ان ِ َالْ َقراب ِة ا ْثنَت
َ َ ََ
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, dan Ali bin
Muhammad, keduanya berkata telah meceritakan kepada kami Waki’ dari
Ibnu ‘Aun dari Hafsah binti Sirrin dari al-Rabab Umm al-Ra’ih bin Sulai’, dari
Salman bin Amir al-Dhabbi berkata, Rasulullah saw. bersabda: sedekah
kepada orang miskin mendapatkan satu pahala sedekah, dan kepada
kerabat mendapatkan dua pahala, (pahala) sedekah dan menyambung
silaturrahim.” (HR. Ibnu Majah)
Status Hadis: Shahih
Syarah Hadis
Orang yang paling utama untuk diberi sedekah ialah, kaum kerabat dekat
dan handai taulan, karena memberikan sedekah kepada mereka memiliki
makna ganda. Selain makna sedekah sekaligus juga merupakan
silaturrahim. Tidak patut bagi seorang muslim yang mendapati isteri, anak-
anak, ayah, ibu, kakak, adik, paman tante, dan kerabat-kerabat dekat
lainnya dalam keadaan sebagai orang-orang fakir yang membutuhkan
bantuan, namun ia membiarkan mereka dan lebih memilih membawa serta
membagi-bagikan harta sedekahnya kepada orang-orang lain.18
Hasan Ayyub, Fiqih Ibadah, terj. Abdul Rosyad Shiddiq, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), h.583
18
Hasan Ayyub, Fiqih Ibadah, h. 583
12
2. Sedekah kepada anak yatim
َع ْن، َع ْن ِع ْم َرا َن الْبَ ا ِرقِ ِّي، َح َّد َثنَا ُس ْفيَا ُن، َح َّد َثنَا ال ِْف ْريَابِ ُّي،ف الطَّائِ ُّي ٍ ح َّد َثنَا مح َّم ُد بن َعو
ْ ُْ َ ُ َ
َّ «اَل تَ ِح ُّل:ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ِ ُ ال رس ٍ َعن أَبِي س ِع،ََع ِطيَّة
ُالص َدقَة َ ول اللَّه ُ َ َ َ ق:ال َ َ ق،يد َ ْ
َ َ َفُي ْه ِدي ل،ص َّد ُق َعلَْي ِه
ك أ َْو ِ
َ َ أ َْو َج ا ٍر فَق ي ٍر ُيت،يل ِ ِالس بَّ أَ ِو ابْ ِن،يل اللَّ ِه ِ ِلِغَنِ ٍّي إِاَّل فِي َس ب
َع ِن،يدٍ َعن أَبِي س ِع،َ َعن َع ِطيَّة، وابن أَبِي لَيلَى، ورواهُ فِ راس:ال أَب و َداو َد
َ ْ ْ ْ ُ ْ َ ٌ َ َ َ َ ُ ُ َ َ ق،»وك َ ُيَ ْدع
ِ
ُصلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم م ْثلَه
َ النَّبِ ِّي
21
Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6; Jami’ at-Tirmidzi, h. 246-247
22
Nawawi Al-Bantani, Tanqih Al-Qaul, h. 141
15
الصدقَةُ َت ُر ُّد البَاَل َء َو تَطَِّو ُل العُ ُم َر
َّ
“Sedekah itu menolak bencana dan memanjangkan umur.”
Syarah Hadis
Maksudnya, membuat hidup berkah untuk sehingga hidup digunakan
untuk ibadah. Dalam riwayat Abu Nu’aim dari Ali dengan sanad Dha’if
disebutkan: “sedekah, berbuat kebaikan, berbakti kepada kedua orang
tua dan menyambung tali kekeluargaan itu merubah malapetaka
menjadi beruntung, menambah usia dan menjauhkan dari kematian.23
3. Orang yang bersedekah senantiasa didoakan oleh kedua malaikat
َع ْن، َع ْن ُم َعا ِويَ ةَ بْ ِن أَبِي ُم َزِّرٍد، َع ْن ُس لَْي َما َن،َخي ِ ح َّدثَنِي أ:ال ِ ِ
َ َ َ ق،يل ُ َح َّد َثنَا إ ْس َماع
" :ال َ َص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق َ َن النَّبِ َّي
َّ أ،ُضي اللَّهُ َع ْنه ِ ِ ِ ُ أَبِي
َ َع ْن أَبي ُه َرْي َرَة َر،الحبَاب
اللَّ ُه َّم أَ ْع ِط ُم ْن ِف ًق ا:َح ُد ُه َما ِ إِاَّل ملَ َك،اد فِ ِيه
ُ َفَي ُق،ان َي ْن ِزالَ ِن ِ صبِح ٍ ِ
َ ول أ َ ُ َالعب ُ ْ َُما م ْن َي ْوم ي
" اللَّ ُه َّم أَ ْع ِط ُم ْم ِس ًكا َتلَ ًفا:ول اآل َخ ُر
ُ َوَي ُق،َخلَ ًفا
( اللَّ ُه َّم أ َْع ِط ُمْن ِفقَ َم ٍال َخلَ ًفاYa Allah, berikan ganti kepada orang yang
menyedekahkan hartanya). Menurut Al-Karmani, “Hadis ini
mempunyai keterkaitan langsung dengan ayat, tanpa menyebutkan
23
Nawawi Al-Bantani, Tanqih Al-Qaul, h. 144
24
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits; Shahih al-Bukhari 1, h. 321-
322
16
kata penghubungnya, dan yang demikian sangat banyak ditemukan
dalam bahasa Arab. Hadis ini disebutkan untuk menjelaskan kata
‘kebaikan’ dalam ayat tersebut, yakni minimal kebaikan yang disiapkan
bagi orang yang bersedekah adalah bahwa harta yang dikeluarkannya
akan diganti oleh Allah.”
( أ َْع ِط مُمْ ِس ًكا َتلَ ًفاberikan kebinasaan kepada yang menahan tidak mau
bersedekah]). Penggunaan kata “memberi” pada kalimat ini hanya
untuk penyeragaman lafazh, karena pada dasarnya kebinasaan itu
bukan pemberian. Hadis Abu Hurairah menunjukkan bahwa ucapan
tersebut terbagi pada kedua malaikat termaksud.25
َع ْن،يهِ ِ َعن أَب،َ ح َّد َثنَا س ِعي ُد بن أَبِي ب ر َدة،ُ ح َّد َثنَا ُش ْعبة،ح َّد َثنَا مس لِم بن إِب ر ِاهيم
ْ ُْ ُْ َ َ َ َ َ َْ ُْ ُ ْ ُ َ
ِ َ َص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق ِ
َ «علَى ُك ِّل ُم ْس ل ٍم
يَا: َف َق الُوا،»ٌص َدقَة َ :ال َ َع ِن النَّبِ ِّي،َج دِّه
ِِ َ ََم يَ ِج ْد؟ ق ِ ِ
َم َ َ َفَي ْن َف ُع َن ْف َسهُ َوَيت،«ي ْع َم ُل بِيَده
ْ فَِإ ْن ل:ص َّد ُق» قَالُوا َ :ال ْ فَ َم ْن ل،نَب َّي اللَّه
َ ََم يَ ِج ْد؟ ق ِ «ي ِعين َذا الح:ال ِ
« َفلَْي ْع َم ْل:ال ْ فَ ِإ ْن ل:وف» قَ الُوا َ المل ُْه َ اج ة َ َ ُ ُ َ َيَج ْد؟ ق
ْ َولْيُ ْم ِس،وف ِ بِالْمعر
»ٌص َدقَة َ ُ فَِإ َّن َها لَه،الش ِّر
َّ ك َع ِن ُْ َ
“Muslim bin Ibrahim menyampaikan kepada kami dari Syu’bah, dari
Sa’id bin Abu Burdah, dari ayahnya, dari kakeknya bahwa Nabi saw.
bersabda, ‘Setiap muslim harus bersedekah.’ Para sahabat bertanya,
‘Wahai Nabi Allah! Bagaimana jika dia tidak punya?’ beliau bersabda,
‘Dia (harus) bekerja dengan tangannya untuk mendapatkan
keuntungan bagi dirinya sendiri, lalu bersedekah.’ Mereka bertanya
lagi, ‘bagaimana jika dia tidak bias memperolehnya?’ beliau bersabda,
‘Dia (harus) membantu orang yang memiliki kebutuhan yang sangat
mendesak.’ Mereka bertanya lagi, ‘Bagaimana jika dia tidak mampu
membantunya?’ beliau bersabda, ‘Hendaklah dia melakukan eprbuatan
25
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari, h. 134-135
17
baik dan menahan diri dari perbuatan jahat. Itu adalah sedekah
baginya.’” (HR. Bukhari)26
Status Hadis: Shahih
Syarah Hadis
ِ
َ َعلَى ُك ِّل ُم ْس ل ٍمIbnu Al-Manayyar berkata, “Menahan diri dari
ٌص َدقَة
perbuatan buruk dapat bernilai sedekah jika pelkunya berniat untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menahan diri dari perbuatan
buruk bukan hanya berhubungan dengan diri sendiri, tapi juga
mempunyai keterkaitan dengan orang lain. Dalam hubungannya
dengan orang lain, seakan-akan seseorang bersedekah kepada orang
itu dengan cara menghindarkannya dari keburukan. Adapun bila
keburukan yang ia lakukan terbatas pada dirinya sendiri, maka berarti
ia telah bersedekah kepada dirinya dengan cara menghindarkannya
dari perbuatan dosa”.
Maksud dari hadis ini, bahwa pahala perbuatan yang baik adalah
seperti pahala sedekah, terutama bagi mereka yang tidak mampu
bersedekah dengan harta. Di samping itu, dapat juga dipahami bahwa
sedekah dengan harta bagi orang yang mampu melakukannya lebih
utama daripada perbuatan yang manfaatnya terbatas pada pelakunya
saja.27
Dalam hadis lain dijelaskan:
َع ْن أَبِي ُه َرْي َرَة، َع ْن َه َّم ٍام، أَ ْخَب َرنَ ا َم ْع َم ٌر،َّاق ِ أَ ْخبرنَ ا َع ْب ُد ال َّرز،ح َّدثَنِي إِ ْس حا ُق
ََ َ َ
« ُك ُّل ُس الَ َمى ِم َن:ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ِ ُ ال رس
َ ول اللَّه ُ َ َ َ ق:ال َ َ ق،ُض َي اللَّهُ َع ْن ه ِر
َ
ين ِ
ُ َويُع،ٌص َدقَة
اِل ِ
َ َي ْع د ُل َب ْي َن ا ْثَن ْي ِن،س َّ ُك َّل َي ْوٍم تَطْلُ ُع فِ ِيه،ٌص َدقَة
ُ الش ْم
ِ ِ الن
َ َّاس َعلَْيه
ُ َوال َكلِ َم ةُ الطَّيِّبَ ة،ٌص َدقَة َ َ أ َْو َي ْرفَ ُع َعلَْي َه ا َمت،الر ُج َل َعلَى َدابَّتِ ِه َفيَ ْح ِم ُل َعلَْي َه ا
َ ُاع ه َّ
26
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits; Shahih al-Bukhari 1, h. 322
27
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari, h. 145-146
18
ُ َويُ ِمي،ٌص َدقَة
ط األَذَى َع ِن الطَّ ِري ِق ِ َّ وُك ُّل ُخطْ وٍة ي ْخطُوه ا إِلَى،ٌص َدقَة
َ الص الَة َ َ َ َ َ
»ٌص َدقَة
َ
28
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits; Shahih al-Bukhari 1, h. 693
29
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits; Shahih al-Bukhari 1, h. 533
19
ُ « َفيُ ْم ِس:ال ِ «بِ الْمعر:ال
َ َ « َفيَأ ُْم ُر بِال َخ ْي ِر» أ َْو ق:ال
ك ْ فَِإ ْن ل:ال
َ ََم َي ْف َع ْل؟ ق َ َوف» ق ُْ َ َ َق
َ ُالش ِّر فَِإنَّهُ لَه
»ٌص َدقَة َّ َع ِن
“Adam menyampaikan kepada kami dari Syu’bah, dari Sa’id bin Abu
Burdah bin Abu Musa Al-Asy’ari, dari ayahnya, bahwa kakeknya
berkata, ‘Nabi saw. bersabda, ‘Setiap muslim wajib bersedekah.’ Orang-
orang bertanya, ‘Bagaimana jika tidak punya?’ Beliau bersabda, ‘Dia
bekerja dengan kedua tangannya, dengan begitu dia bisa memberikan
manfaat bagi dirinya dan bisa bersedekah.’ Seseorang
bertanya,’Bagaimana jika dia tidak mampu atau tidak bisa
melakukannya?’ beliau bersabda, ‘Dia bisa menolong orang yang
sangat membutuhkan.’ Dia bertanya, ‘Bagaimana jika dia tidak bisa
melakukannya?’ Beliau bersabda, ‘Hendaklah dia menyeru kepada
kebaikan-atau yang ma’ruf’. Dia bertanya, ‘Bagaimana jika dia tidak
bisa melakukannya?’ Beliau bersabda, ‘hendaklah dia tidak berbuat
jahat. Sungguh, dengan begitu dia mendapatkan pahala sedekah.’” (HR.
Bukhari)30
Status Hadis: Shahih
31
Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6; Jami’ at-Tirmidzi, , h. 661-662
32
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits; Shahih al-Bukhari 1, h. 518
21
َمطَ ٌر:]264 :{وابِ ٌل} [البق رة ِ َ َ «ص ْل ًدا لَيس علَي ِه َش يء» وق:ع ْنهم ا
َ " :ُال ع ْك ِرَم ة َ ٌْ َْ َ ْ َ َُ َ
" النَّ َدى: َوالطَّ ُّل،َش ِدي ٌد
“Allah berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
merusak sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan penerima),’ sampai ‘Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang kafir,’ (QS. 2:264)
Ibnu Abbas berkata, ‘Lafaz ‘shaldan’ (QS. 2:264) artinya tidak ada apapun
di atas. Ikrimah berkata, ‘lafaz ‘wabil’ (QS. 2:264) artinya hujan deras, lafaz
‘ath-Thall’ artinya gerimis’”. (HR. BUkhari)33
Status Hadis: Shahih
Syarah Hadis
Ibnu Rasyid berkata, “Imam Bukhari cukup menyebutkan ayat di atas
(tanpa menyebutkan hadis Nabi saw.). maksudnya bahwa musyabbah
(yang diserupakan) lebih samar daripada musyabbah bihi (yang diserupai).
Karena sesuatu yang samar terkadang diserupakan dengan perkara yang
jelas dengan tujuan menghilangkan kesamarannya dan menempatkannya
pada posisi yang jelas. Karena infak yang disertai riya’ oleh selain mukmin
sangat jelas membatalkan sedekahnya, maka batalnya sedekah akibat
menyebut pemberian dan menyakiti hati penerimanya diserupakan
dengannya. Artinya, kondisi orang-orang mukmin yang bersedekah seraya
menyebut pemberian dan menyakiti hati penerimanya sama dengan
kondisi orang-orang kafir yang bersedekah atas dorongan riya’, karena
disaat seseorang menyebut-nyebut pemberiannya Nampak bahwa dia
tidak ikhlas dalam bersedekah.34
33
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits; Shahih al-Bukhari 1, h. 314
34
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari, h. 48-49
22
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sedekah diartikan sebagai sebagai sebuah pemberian seseorang secara
ikhlas kepada orang yang berhak menerima yang diiringi juga oleh pahala dari
Allah, salah satu orang yang berhak menerimanya yaitu keluaga dan kerabat dekat.
Tidak perlu menunggu kaya untuk kita bersedekah karena di dalam hadis
dijelaskan mengenai sedekah semampu kita. Sedekah pun bisa dilakukan dengan
berbagai bentuk, tidak hanya dalam bentuk materi seperti berbuat baik dan
senyum kepada orang lain.
23
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asqalani. Ibnu Hajar. Fathul Baari. Terj. Amiruddin. Jakarta: Pustaka Azzam.
2011
Al-Bantani, Nawawi Tanqih Al-Qaul. Terj. Fuad Syaifuddin Nur. Jakarta: Wali
Pustaka. 2019
Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. Ensiklopedia Hadits; Shahih al-
Bukhari 1. Terj. Mahsyar, Muhammad Suhadi. Jakarta: Almahira. 2011
At-Tirmidzi, Abu Isa Muhammad bin Isa. Ensiklopedia Hadits 6; Jami’ at-Tirmidzi.
Jakarta: Almahira. 2013
Ayyub, Hasan. Fiqih Ibadah. Terj. Abdul Rosyad Shiddiq. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar. 2003
Baqi, Muhammad Fu’ad Abdul. Kumpulan Hadis Shahih Bukhari-Muslim. Terj. Arif
Rahman Hakim. Sukoharjo: Insan Kamil Solo. 2013
Ghazaly, Abdul Rahman dkk. Fiqh Muamalat. Jakarta: Prenadamedia Group. 2010
24