Nur Khanifa Rahmatika-Tertimpa Musibah Sedih
Nur Khanifa Rahmatika-Tertimpa Musibah Sedih
Disusun oleh:
Nur Khanifa Rahmatika (17210872)
Dosen Pengampu:
Sofyan Effendi S.Th.I, MA
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah menganugerahkan kita semua
kehidupan di dunia ini sehingga kita masih dapat menuntut ilmu sampai saat
ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad Saw. yang InsyaAllah akan memberikan syafa’at bagi umatnya
di hari kiamat kelak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II........................................................................................................................2
PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Hadis Ketika Tertimpa Musibah.....................................................................2
1. Hadis ketika seorang Nabi tertimpa musibah atau sakit............................3
2. Hadis ketika tertimpa musibah atau sakit maka baginya pahala (kebaikan)
dan akan dihapuskan dosa-dosanya..................................................................8
3. Hadis tentang sabar ketika tertimpa musibah atau sakit.........................11
4. Hadis ketika orang tua ditinggal mati anaknya........................................14
5. Hadis tentang doa ketika tertimpa musibah atau sakit............................19
6. Hadis tentang cara penyembuhan ketika menderita sakit.......................22
B. Hadis ketika sedih........................................................................................25
BAB III.....................................................................................................................29
Penutup..................................................................................................................29
Kesimpulan..........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis adalah segala perkataan atau perbuatan yang dilakukan oleh
Rasulullah saw. Kita sebagai umat Rasulullah saw. Dianjurkan untuk
mengikuti sunah-sunahnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
mengikuti sunah-sunah beliau, diharapkan akan mengubah hidup kita
menjadi lebih baik dari segi manapun dan hidup kita akan menjadi lebih
disiplin dan teratur.
B. Rumusan Masalah
Apa saja hadis ketika seseorang tertimpa musibah dan sedih?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui Apa saja hadis-hadis yang menjelaskan ketika
seseorang tertimpa musibah dan sedih
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
ditimpa musibah atau sakit maka Allah tidak akan menggantikannya
selain dengan kebaikan dan akan menghapuskan dosa-dosanya.
3
berkata,’Wahai Rasulullah demammu bertambah parah.’Rasulullah
menjawab,’Memang demamku seperti demam dua orang (dua kali
lipat) dari kalian.’Aku berkata lagi,’Karena itulah engkau mendapat
pahala dua kali lipat.’Beliau menjawa,’Betul’ Kemudian Rasulullah
bersabda,’Tidaklah seorang muslim mendapat cobaan berupa sakit
dan sebagainya, melainkan dosa-dosanya digugurkan oleh Allah,
seperti sebatang pohon menggugurkan daunnya.” (HR. Muslim No.
2571)1
Penjelasan Hadis
ِس بْ نِ َت َع ْن أَن ٍ ِان ح َّد َث نَ ا مَحَّ اد ب ن َزي ٍد ع ن ثَ اب ِ الن ع م
َْ ْ ُْ ُ َ َ ْ ُّ َخ َب َرنَ ا أَبُ و
ْأ
ْ ت أَ ْن ُف ُس ُك ْم أ
َن حَتْ ثُ وا َع لَ ى ْ َف طَ اب
َ س َك ْي
ِ َّ ك أ ٍ ِم ال
ُ َت يَ ا أَن ْ ََن فَ اط َم ةَ قَ ال َ
ت يَ ا أ ََب تَ ْاه ِم ْن َربِّ ِه َم ا
ْ َاب َوقَ ال ُّ ص لَّ ى اللَّ هُ َع لَ ْي ِه َو َس لَّ َم
َ الت َر
ِ ِ
َ َر ُس ول اللَّ ه
1
Muslim bin Al-Hajjaj, Ensiklopedia 4: Shahih Muslim 2, (Jakarta: Al-Mahira, 2012), Hal. 555.
2
Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Widya
Cahaya, 2009), Jilid 4, Hal. 343.
4
أ ََب تَ ْاه إِ ىَل ِج رْبِ ي َل َن ْن َع ْاه َوا أ َْد نَ ْاه َوا أ ََب تَ ْاه َج نَّ ةُ الْ ِف ْر َد ْو ِس َم أْ َو ْاه َوا
ِ ٌ َّال مَح
ال
َ َت بَ َك ى و ق ٌ ِث ثَ اب َ َح َّد ني
َ اد ح َ َاب َربًّ ا َد َع ْاه ق َ َج َ أ ََب تَ ْاه أ
س بَ َك ى َ ني َح َّد ِ ِثَ اب
ٌ َث أَن َ تح ٌ
“Telah menceritakan kepada kami [Abu An Nu'man] telah
menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Tsabit] dari
[Anas bin Malik] Radliyallahu'anhu Bahwasannya [Fatimah]
Radliyallahu'anha bertanya: " Wahai Anas, bagaimana dirimu
senang menaburkan tanah pada (makam) Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam? Dan Fatimah seraya melantunkan uneg-unegnya:
"Wahai ayahku yang alangkah dekatnya dengan Rabbnya, wahai
ayahku yang surga firdaus adalah tempat kembalinya, wahai ayahku
yang kepada Jibril 'Aalaihissalam kami memberitahukan
kematiannya, wahai ayahku yang dia memenuhi Rabb(nya) ketika
memanggilnya". Hammad Rahimahullah berkata: "Ketika Tsabit
menyampaikan hadits ini, ia menangis". Tsabit berkata: "Anas
Radliyallahu'anhu ketika menyampaikan hadits ini beliau menangis.”
Penjelasan Hadis
3
Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an dan Hadits, Hal. 342.
5
4) Nabi saw. selalu sabar dan selalu ingat kepada Allah ketika
menghadapi kesulitan-kesulitan.
5) Hadis ini menunjukan betapa kecintaan para sahabat kepada Nabi
saw. dan betapa pula dekatnya Fatimah dengan ayahnya.
6) Demi melaksanakan ajaran-ajaran agama tidak perlu mengikuti
perasaan orang.
4
Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an dan Hadits, 342-343.
6
a. Kesabaran dan keteguhan para Nabi dalam menerima gangguan
dalam rangka menyampaikan dakwah kepada manusia.
b. Sebagian dari akhlak para Nabi adalah menghadapi orang-orang
bodoh dengan sikap toleran dan memohonkan ampun.
c. Tidak membalas tindakan bodoh orang jahil dengan tindakan
serupa.
d. Meneladani akhlak Rasulullah saw. dalam menanggung derita.
Kendati wajahnya robek dan darahnya mengalir dari tubunya dalam
Perang Uhud, namun Rasulullah saw. hanya berucap:”Ya Allah,
ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahuinya.”
e. Orang yang mengerti hendaknya bersabar menghadapi orang
bodoh.
f. Kebodohan itu adalah hina dan berakibat yang tidak baik.
g. Sabar itu sesuai kadar iman.
h. Sabar itu selalu dituntut dalam semua hal.
i. Iman itu dapat mengalahkan semua penderitaan hidup.
7
berkata, "Ketika beliau sakit yang membawanya pada kematian,
beliau mengigau. Dan aku mendengar beliau mengucapkan: "
(bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati
syahid, dan orang-orang shalih), " maka aku tahu bahwa beliau diberi
dua pilihan. "
َح َّد َثنَا، ُزَهْي ٌر: قَ َال، مَجِ ًيع ا َع ْن َج ِري ٍر،يم ِ ِ ُ وإِس ح،ب ٍ
َ اق بْ ُن إ ْب َراه َ ْ َ َح َّد َثنَا ُزَهْي ُر بْ ُن َح ْر
ش َعلَى ٍ ْاب ِم ْن ُق َري ِ ع ِن اأْل، عن إِب ر ِاهيم، عن مْنص وٍر،ج ِري ر
ٌ َ َد َخ َل َش ب: قَ َال،َس َود ْ َ َ َْ َْ ُ َ َْ ٌ َ
فُاَل ٌن َخ َّر َعلَى:ض ِح ُك ُك ْم؟ قَ الُوا ْ ُ َم ا ي:ت ْ َ َف َق ال،ض َح ُكو َن ْ َ َوُه ْم ي، َعائِ َش ةَ َوِه َي مِبِىًن
فَ ِإيِّن،ض َح ُكوا ٍ ِ ُطُن
ْ َ اَل ت:ت َ أ َْو َعْينُ هُ أَ ْن تَ ْذ َه،ُت عُُن ُق ه
ْ َ َف َق ال،ب ْ فَ َك َاد،ب فُ ْس طَاط
ُ «ما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم يُ َش
فَ َما َف ْوَق َها،ًاك َش ْوَكة ِ
َ : قَ َال،صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم
ِ َ مَسِ عت رس
َ ول اهلل َُ ُ ْ
»ٌت َعْنهُ هِبَا َخ ِطيئَة ِ هِب
ْ َ َوحُم ي،ٌت لَهُ َا َد َر َجة
ِ
ْ َإِاَّل ُكتب
“Zubair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim menyampaikan kepda kami
dari Jarir-Zuhair berkata,Jarirmenyampaikan kepada kami-dari
Mansur, dari Ibrahim bahwa Al-Aswadberkata,’Pada suatu hari
beberapa pemuda Quraisy mengunjungi Aisyah istri Rasulullah, saat
itu dia sedang berada di Mina. Kemudian, parapemuda itu tertawa.
Kemudian Aisyah bertanya, ’Mengapa kalian tertawa?’ Mereka
menjawab, ’Si Fulan jatuh karena tersandung tali kemah hingga
leher atau matanya hampir lepas.’ Aisyah berkata, ’Janganlah kalian
menertawakannya. Sesungguhnya aku pernah mendengar
8
Rasulullah bersabda, ’Tidaklah seorang Muslim tertusuk duri atau
yang dari itu, melainkan akan ditulis baginya satu pahala dan akan
dihapus darinya satu kesalahan.” (HR. Muslim No. 2572)5
“Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib menyampaikan kepada
kami-lafaz milik mereka berdua, dalam sanad lain Ishaq Al-Hanzali
menyampaikankepada kami-Ishaq menggunakan lafaz ‘akhbarana’
sedangkan perawi;ainnya menggunakan lafaz ‘haddatsana’-dari Abu
Muawiyah, dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari Aisyah
bahwa Rasulullah bersabda,’Tidak satu pun cobaan yang menimpa
seorang muslim (bahkan) berupa duri yang menusuknya atau lebih
dari itu, melainkan dengannya Allah akan mengangkat satu derajat
atau menhapus kesalahannya.” (HR. Muslim No. 6562)
ظُ َواللَّ ْف- َ كِاَل مُهَ ا َع ِن ابْ ِن عَُيْينَ ة،َ َوأَبُ و بَ ْك ِر بْ ُن أَيْب َش ْيبَة،يد ٍ ِح َّد َثنا ُقتيب ةُ بن س ع
َ ُ ْ َْ َ َ َ
س بْ ِن ِ ش مَسِ َع حُمَ َّم َد بْ َن َقْيٍ ْ َش ْي ٍخ ِم ْن ُق َري،ص ٍن ِ ع ِن اب ِن حُم ي، ح َّدثَنَا س ْفيا ُن- َلُِقَتيب ة
َْ ْ َ َ ُ َ َْ
:{م ْن َي ْع َم ْل ُس وءًا جُيْ َز بِ ِه} [النس اء َ ت ْ َ لَ َّما َن َزل: قَ َال،ِّث َع ْن أَيِب ُهَرْي َرَة
ُ حُيَ د،َخَمَْرَم ة
:ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ِ ُ َف َق َال رس،يدا
َ ول اهلل َُ ً ني َمْبلَغً ا َش ِد ِِ
َ ت م َن الْ ُم ْس لم
ِ َ] بلَغ123
ْ َ
أَ ِو، َحىَّت النَّكْبَ ِة يُْن َكُب َه ا،ٌَّارة ِ ِ ِ فَِفي ُك ِّل م ا يص، وس دِّدوا،«قَ ا ِربوا
َ اب ب ه الْ ُم ْس ل ُم َكف ُ َُ َ ُ ََ ُ
»الش َّْوَك ِة يُ َشا ُك َها
5
Muslim bin Al-Hajjaj, Ensiklopedia 4: Shahih Muslim 2, (Jakarta: Al-Mahira, 2012), Hal. 556.
9
“Qutaibah bin Said dan Abu Bakar bin Syaibah menyampaikan
kepada kami dari Ibnu Uyainah, lafaz milik Qutaibah, dari Sufyan,
dari Ibnu Muhaishin, seorang syeikh suku Quraisy yang mendengar
dari Muhammad bin Qais bin Makhramah bahwa Abu Hurairah
berkata,’Tatkala turun ayat Al-Qur’an yang berbunyi,’Barang siapa
mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan
kejahatan itu.(QS. An-Nisa [4]:123). Kaum muslimpun merasa sedih.
Kemudian Rasulullah bersabda,’Beramallah kalian, tetapi jangan
berlebihan, berbuat baiklah sesuai kesanggupan kalian.
Sesungguhnya setiap musibah yang menimpa seorang muslim
menjadi penghapus dosa baginya, termasuk jika dia tertimpa
musibah atau bahkan tertusuk duri.” (HR. Muslim No. 2574)
6
Muslim bin Al-Hajjaj, Ensiklopedia 4: Shahih Muslim 2, (Jakarta: Al-Mahira, 2012), Hal. 557.
10
Penjelasan Hadis
Hadis di atas menjelaskan tentang larangan mencela sakit demam
(makruh). Makna atau maksud dari hadis tersebut adalah:7
a. Sesungguhnya penyakit dan derita merupakan sebab untuk
menghapuskan dosa dan menambah kebaikan.
b. Makruh mencela penyakit yang menimpa, karena hal itu
merupakan ungkapan kekecewaan dan keluhan terhadap takdir
Allah swt. Padahal penyakit membawa kebaikan dan manfaat bagi
manusia, seperti yang telah dijelaskan di atas. Sebaliknya, ini tidak
berarti harus pasrah terhadap penyakit dan meninggalkan obat,
karena berobat diperintah dalam syariat.
7
Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Widya
Cahaya, 2009), Jilid 5, Hal. 509-510.
11
“Ubaidullah bin Umar Al-Qawariri menyampaikan kepada kami, dari
Yahya bin Said dan Bisyr bin Al-Mufadha, dar Imran Abu Bakar
bahwa Atha bin Rabah berkata,’Ibnu Abbas berkata, Ibnu Abbas
berkata kepadaku,’Maukah kuberi tahu padamu seorang wanita
yang termasuk penghuni surga?’ Aku menjawab.’Ya’ Ibnu Abbas
berkata,’Seorang wanita berkulit hitam datang kepada nabi seraya
berkata.’Sesungguhnya aku terkena ayan dan auratku tersingkap
(karena kambuh), berdoalah kepada Allah (agar menyembuhkanku).’
Jika engkau mau bersabar maka bagimu surga, dan jika engkau ingin
maka aku akan berdoa kepda Allah agar menyembuhkanmu.’ Dia
berkata,’Aku akan bersabar. Namun auratku sering tersingkap (ketika
ayanku kambuh), berdoalah kepada Allah agar auratku tidak
tersingkap,kemudian beliau mendoakannya.” (HR. Muslim No. 2576)
Penjelasan Hadis
Abu Isa At-Turmudzi berkata, “Hadis hasan gharib.” Hadis gharib
adalah hadis yang pada sebagian tingkatan sanadnya ada satu perawi
meskipun tempatnya berbilang. Sifat gharib pada hadis ini tidak
12
membuat hadis tersebut dhaif apabila tingkatan orang-orang yang
bersendiri tersebut termasuk para perawi shahih atau hasan.8
اهلل صلى اهلل عليه وسلم ِ ول َ َن َر ُس َّ َع ْن َعطَ ِاء بْ ِن يَ َس ا ٍر؛ أ،َس لَ َم ِ
ْ َع ْن َزيْ د بْ ِن أ،ك ٌ َِمال
) َم ا َذا1 ( انْظُ َرا: َف َق َال. ِ ث اهللُ َتبَ َارَك َوَت َع اىَل إِلَْي ِه َملَ َكنْي َ «إِ َذا َم ِر:قَ َال
َ ض الْ َعْب ُد َب َع
ِ ك إِىَل ِ ِ ِ ِ ُ ي ُق
َوُه َو.اهلل َ َرَف َع ا ذل. مَحِ َد اهللَ َوأَْثىَن َعلَْي ِه- ُ إِذَا َج ُاؤه- فَ ِإ ْن ُه َو.ول لعُ َّواده َ
)2( ُ َوإِ ْن أَنَا َش َفْيتُهُ أَ ْن أُبْ ِدلَه.َ أَ ْن أ ُْد ِخلَهُ اجْلَنَّة،ُ إِ ْن َت َوَّفْيتُه، لِ َعْب ِدي َعلَ َّي:ولُ َفَي ُق.أ َْعلَ ُم
» َوأَ ْن أُ َكفَِّر َعْنهُ َسيِّئَاتِِه. َوَدماً خَرْي اً ِم ْن َد ِم ِه،حَلْماً خَرْي اً ِم ْن حَلْ ِم ِه
13
menyanjung Allah maka kedua malaikat itu mengangkat hal itu
kepada Allah padahal dia lebih mengetahui. Kemudian Allah
berfirman ‘Bagi hamba-ku mempunyai ha katas diri-Ku, apabila au
mewafatkannya, Aku akan memasukkannya ke surga, dan apabila
Aku memberikan kesembuhan kepadanya, maka Aku akan
menggantinya daging yang lebih baik dari daging semula, darah
yang lebh baik dari darahnya semula, dan Aku akan hapuskan
kejelekan-kejelekannya.” (HR. Imam Malik No. 738/3465)
Penjelasan hadis
Hadis yang diriwayatkan oleh Atha bin yasar tidak disebutkan
secara jelas sebagai hadi marfu’ kepada nabi, sehingga menimbulkan
kesan baha hadis itu mauquf (terhenti) saampai kepada Atha’ bin
Yasar saja. Yang bukan termasuk sahabat sehingga hadis itu adalah
ucapannya. Akan tetapi hadis di atas bukan semata-mata pendapat
Atha’ karena ia sandarkan kepada firman Allah, padahal hal demikian
ini tidak mungkin diketahui kecuali mendengar dari Rasulullah saw.
Ulama berpendapat bahwa seorang sahabat jika mengatakan
suatu perkataan yang tidak dimasuki pendapat pribadinya, maka
perkataan itu dihukumi marfu’ apabila dia tidak mengambil dari
kitab-kitab ahli ktab. Oleh karena itu, boleh jadi Atha’ mendengar
dari seorang sahabat sehingga hadis di atas termasuk marfu’ atau
bias jadi hadis di atas adalah mauquf atau hadis yang terputus.
Meskipun demikian, keutamaan orang sakit dan bahwa penyakit
dapat melebur dosa telah dijelaskan dalam banyak hadis yang
termuat dalam shahih Bukhari, shahih Muslim dan yang lainnya.10
10
Miftahul Khoiri dan Mohammad Asmawi, Kumpulan Hadis Qudsi Beserta Penjelasannya,
Hal. 382-383.
14
4. Hadis ketika orang tua ditinggal mati anaknya
Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Hanya
saja waktunya yang berbeda –beda sesuai takdir yang sudah Allah
tuliskan. Ketika seseorang ditinggal mati keluarga atau orang yang
disayanginya pasti akan merasakan kesedihan yang mendalam
terutama jika ini terjadi kepada orang tua yang ditinggal mati
anaknya. Akan tetapi dalam beberapa hadis dijelaskan tentang
balasan berupa surga untuk kedua orang tua yang ditinggal mati
anaknya dan menghadapinya dengan berikap sabar. Hadis-hadisnya
antara lain:
15
، َح َّد َثنَا أَبُو َغ َّس ا َن: قَااَل،اق أَبُو بَ ْك ٍر الْبَ َّكائِ ُّي
َ َوحُمَ َّم ُد بْ ُن إِ ْس َح، َح َّد َثنَا حُمَ َّم ُد بْ ُن حَيْىَي
ِ ِت َع اب
،َس بْ ِن َربِ َيع ة ِ عن أَمْس اء بِْن، ع ِن احْل س ِن ب ِن احْل َك ِم النَّخعِي، ح َّد َثنَا مْن َد ٌل:قَ َال
َ َ ْ َ ِّ َ َ ْ ََ َ َ َ
ِ ط لَي ر ِّ " إِ َّن:صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِ ُ قَ َال رس: قَ َال، عن علِي،عن أَبِيها
اغ ُم َ ُ َ الس ْق َ ول اللَّه َُ ٍّ َ ْ َ َ ْ َ
،َك اجْلَنَّة َ ْاغ ُم َربَّهُ أ َْد ِخ ْل أ ََب َوي
ِ ط الْم ر
َ ُ ُ الس ْق ِّ أَيُّ َه ا:ال
ُ َفُي َق،َّار ِ ِ
َ إذَا أ َْد َخ َل أ ََب َويْ ه الن،َُربَّه
" َ َحىَّت يُ ْد ِخلَ ُه َما اجْلَنَّة،َفيَ ُجُّرمُهَا بِ َسَرِرِه
“Muhammad bin Yahya menyampaikan kepada kami, dan
Muhammad bin Ishaq Abu bakar Al-Baqa’I dia berkata Abu Ghossan
menyampaikan kepada kami, dia berkata Mandal menyampaikan
kepada kami, dari Hasan bin Hakam An-Naho’I, dari Asma binti
Abbas bin Rabi’ah, dari ayahnya, dari Ali ra ia berkata, Rasulullah
saw. Bersabda,’Sesungguhnya anak yang lahir karena keguguran
akan marah dan mengadu kepada Rabbnya apabila Dia memasukan
kedua orang tuanya ke neraka. Dikatakan kepadanya,’Hai anak yang
keguguran yang mengadu pada Rabbnya, masukkanlah kedua orang
tuamu ke surga.’ Kemudian dia menarik kedua orang tuanya dengan
tali pusarnya hingga dia memasukkan keduanya ke surga.” (HR. Ibnu
Majah No. 1608)
Penjelasan Hadis
Al-Qasthalani menjelaskan identitas jajaran para perawi di atas
bahwa Ya’qub ibnu Abdirrahman adalah al-Farisi Al-Madani yang
bertempat tinggal di Iskandariyah. Amr adalah Ibnu Abi Amr budak
yang dimerdekakan Al-Muthalib.
Orang yang bersikap sabar ketika orang yang dicintainya
meninggal dunia seraya mengaharap pahala dari Allah swt. Maka
allah akan memberinya balasan berupa surga karena kesabarannya
itu. Yang dimaksud orang yang dicintainya adalah anak, saudara, dan
semua orang yang dicintainya di antara penduduk dunia.11
11
Miftahul Khoiri dan Mohammad Asmawi, Kumpulan Hadis Qudsi Beserta Penjelasannya,
Hal. 379.
16
َع ْن أَيِب،َ َع ْن مَحَّ ِاد بْ ِن َس لَ َمة، َح َّدثَنَا َعْب ُد اللَّ ِه بْ ُن املبَ َار ِك:ص ٍر قَ َال ْ ََح َّدثَنَا ُس َويْ ُد بْ ُن ن
ُ
َفلَ َّما، ِس َعلَى َش ِف ِري ال َقرْب ِ يِن
ٌ َوأَبُ و طَْل َح ةَ اخلَ ْواَل ُّ َج ال،ت ابْيِن س نَانًا
ِ
ُ َد َفْن: قَ َال،س نَان
ٍ ِ
ٍ ِ ِ
َح َّدثَيِن: َف َق َال، َبلَى:ت ُ أَاَل أُبَشُِّرَك يَا أَبَا س نَان؟ ُق ْل: َف َق َال،َخ َذ بِيَدي َ وج أ
َ ت اخلُُر ُ أ ََرْد
ص لَّى ِ َ َن رس
َ ول اللَّه ُ َ َّ أ،ي ِّ َش َع ِر
ْ وس ى األ ٍ
َ َع ْن أَيِب ُم،الرمْح َ ِن بْ ِن َع ْرَزب َّ اك بْ ُن َعْب ِد ُ الض َّح
َّ
،ض تُ ْم َولَ َد َعْب ِدي ْ َ َقب:العْب ِد قَ َال اللَّهُ لِ َماَل ئِ َكتِ ِه
َ ات َولَ ُد
ِ
َ " إِذَا َم:اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم قَ َال
َم اذَا قَ َال َعْب ِدي؟:ول ُ َفَي ُق، َن َع ْم: َفَي ُقولُو َن،ضتُ ْم مَثََرَة ُف َؤ ِاد ِه
ْ َ َقب:ول
ُ َفَي ُق، َن َع ْم:َفَي ُقولُو َن
ت احلَ ْم ِد ِ ِ ِ
َ َومَسُّوهُ َبْي، ْابنُ وا ل َعْب دي َبْيتً ا يِف اجلَنَّة:ُول اللَّه ُ َفَي ُق،اسَتْر َج َع ِ
ْ مَح َد َك َو:َفَي ُقولُو َن
"
“Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra sesungguhnya Rasulullah saw.
Bersabd,’Apabila mati anak seorang hamba, Allah berfirman kepada
para malaikatNya,’Kalian mencabut nyawa anak hambaku?’ Mereka
menjawab ‘Ya’. Allah berfirman ‘Kalian mengambil buah hatinya?’
Mereka menjawab ‘Ya’. Allah berfirman ‘Apa yang dikatakan
hambaku’. Mereka menjawab ‘Mereka memujimu dan menyatakan
sebuah pernyataan Kembali (kepada-Mu)’. Allah berfirman
‘Bangunlah Rumah untuk hamba-Ku di Surga dan beri nama ia
rumah pujian.” (HR. At-Turmudzi No. 1021)
Penjelasan Hadis
At-Turmudzi berkata hadis ini hasan gharib. Hadis gharib adalah
hadis yang pada sebagian tingkatan sanadnya terdapat seorang
perawi dan hal itu tidak membuat hadis menjadi dhaif apabila
seorang perawi tersebut adalah tsiqah dhabit. Oleh karena itulah At-
turmudzi menghukumi hadis tersebut sebagai hadis hasan.
Firman Allah swt “Apakah kalian mencabut nyawa anak hamba-
Ku? Mereka menjawab ‘Ya’. Allah berfirman ‘Kalian mengambil buah
hatinya?’ Kalimat dalam hadis ini adaah kalimat Tanya, namun
17
maksudnya bukan pertanyaan sesungguhnya. Maksudnya adalah
sebagai pendahuluan untuk memperhatikan kalimat selanjutnya.
Hadis ini menegaskan pahaa bagi orang yang ditiggal mati anaknya
dan juga untuk memperlihatkan kemuliaannya kepada para malaikat.
Maksud baitul-hamd ada tiga kemungkinan. Pertama, dua kata itu
merupakan kata majemuk (idhafah) yang menunjukan hubungan
sebab akibat. Artinya rumah di dalam surga itu diberikan kepada
orang tersebut karena ketika terkena musibah berupa kematian
anaknya, ia mampu bersabar, memuji allah dan mengucapkan
kalimat istirja (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un). Kedua, dua kata itu
merupakan kata mejemuk yang menunjukan hubungan nama rumah
yang disebut. Ketiga, baitul-hamd adalah penyebutan sebagai
penghormatan seperti halnya Baitullah untuk menyebut Ka’bah.12
12
Miftahul Khoiri dan Mohammad Asmawi, Kumpulan Hadis Qudsi Beserta Penjelasannya,
Hal. 380-381.
18
pelindung baginya dari api neraka di akhirat kelak.” (HR. Ibnu Majah
No. 3470)
“Dari Anas bin Malik, dari Rasulullah saw. Dari Jibril as, Allah
berfirman “Jika terjadi musibah kepada seorang hamba menenai
badannya, hartanya atau anaknya, lalu dia hadapi musibah itu
dengan kesabaran yang baik, maka pada hari kiamat timbangan
amalnya tidak akan ditegakkan baginya atau catatan amalnya tidak
akan dibukakan baginya.”
Penjelasan Hadis
Dalam hadis yang lain berbunyi bahwa Rasulullah
bersabda,’Allah swt berfirman (hadis qudsi,’Jika Aku hadapkan
musibah kepada seorang hamba dari hamba-hambaku pada
badannya, hartanya atau anaknya, lalu ia menerima musiabah
tersebut dengan sikap sabar yang baik, maka Aku akan merasa malu
pada hari kiamat menegakkan timbangan amal baginya atau untuk
membukakan catatan amal-amal baginya.’ Hadis tersebut
diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dari anas ra dengan snad yang
lemah. Ada yang mengatakan bahwa sabar yang utama itu ialah
19
orang yang menerima musibah tersebut lalu tidak diketahui oleh
manusia lainnya.
Dalam hadis riwayat Imam Baihaqi dan Al-Quda’I dari Anas ra
berbunyi,’Ibadah yang paling utama itu ialah menantikan kelapangan
dari Allah swt.’Maksudnya jika diturunka kepada seseorang suatu
musibah, lalu dia tidak mengeluh dan bersikap sabar, serta
menantikan kelapangan ‘keterbukaan’ dari Allah swt.13
Penjelasan Hadis
Maksud dari hadis ini adalah Rasulullah menganjurkan kepada
orang yang sakit untuk membaca doa tersebut. Sufyan bin Uyainah
perawi hadis ini meletakan jari telunjuknya ke tanah, kemudian
diusapkan ke tempat yang sakit sambil membaca doa tersebut.
13
Nawawi, Tanqihul Qaul Al-Hatdis, (Bandung: Trigenda Karya, 1994), Hal. 392-393.
20
Pelajaran hadis
1. Sesungguhnya Rasulullah saw. Selalu mengharapkan kesembuhan
bagi orang yang sakit, sehingga beliau mengobatinya dengan ludah
dan debu yang bersih dan akhirnya orang tersebut benar-benar
sembuh dengan izin Allah.
2. Anjuran untu berusaha mencari kesembuhan dan menanyakan
kepada mereka yang berkompeten, namun tetap disertai keyakinan
bahwa yang menyembuhkan adalah Allah swt.
3. Seorang kepala atau atasan adalah menjadi tumpuan bawahan
4. Adapun yang dikerjakan Rasulullah adalah acuan bagi kita. Karena itu
kita harus siap mengikuti, sekalipun kita tidak mengerti maksud
sebenarnya.14
Penjelasan Hadis
Ulama fikih berkata sungguhpun kita disuruh mengajarkan
kalimat tauhid kepadanya, tetapi jangan sering dan berturut-turut,
karena berturut-turut akan membuatnya bosan. Maka apabila telah
diajarkan satu kali, jangan diulangi lagi, kecuali sesudah
mengucapkan perkataan yang lain.
21
اش تَ َّد
ْ ث َف لَ َّم ا
ُ ات َو َي ْن ُف ِ اش تَ َك ى ي ْق رأُ يِف َن ْف ِس ِه بِ الْ م ع ِّو َذ ْ ان إِ َذ ا
َ َك
َُ َ َ
ت أَ ْق َرأُ َع لَ ْي ِه َوأ َْم َس ُح َع لَ ْي ِه بِ يَ ِد ِه َر َج اءَ َب َرَك تِ َه ا
ُ َو َج عُ هُ ُك ْن
“Telah menceritakan kepada kami [Al Qa'nabi] dari [Malik] dari [Ibnu
Syihab] dari ['Urwah] dari [Aisyah] isteri Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam apabila
sakit maka beliau membacakan surat-surat mu'awwidzat (Al-Alaq
dan An-Nas) dan meniupkannya. Ketika sakit beliau semakin keras,
maka aku yang membacakan kepada beliau dan aku usapkan
kepadanya dengan tangan beliau, dengan harapan mendapatkan
berkahnya." (HR. Abu Daud No. 3403)
23
pernah berbekam di kepalanya karena rasa sakit yang di deritanya
sementara beliau sedang berihram, ketika itu beliau singgah di dekat
mata air yang bernama Lahyil Jamal." [Muhammad bin Sawa'] juga
berkata; telah mengabarkan kepada kami [Hisyam] dari [Ikrimah]
dari [Ibnu Abbas] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
pernah berbekam di kepalanya karena rasa sakit yang di deritanya
ketika sedang berihram." (HR. Bukhari No. 5266)
ِ ٍ ِ
ً َح َّد ثَ نَ ا أَبُ و بَ ْك ِر بْ ُن أَ يِب َش ْي بَ ةَ َو َع ْم ٌرو النَّ اق ُد َو ُز َه ْي ُر بْ ُن َح ْرب مَج
يع ا
ُ ُّان بْ ُن عُ َي ْي نَ ةَ َح َّد ثَ نَ ا أَي
وب ُ َال أَبُ و بَ ْك ٍر َح َّد ثَ نَ ا ُس ْف ي
َ ََع ْن ابْ ِن عُ َي ْي نَ ةَ ق
ان َح ىَّتَ ان بْ ِن عُ ثْ َم َ َال َخ َر ْج نَ ا َم َع أَب َ َب ق ٍ وس ى َع ْن نُ َب ْي ِه بْ ِن و ْه َ بْ ُن ُم
َ
ِالر وح اء ِ ِ ِ ِ ْ إِ ذَ ا ُك نَّ ا مِب َ لَ ٍل
َ ْ َّ اش تَ َك ى عُ َم ُر بْ ُن عُ َب ْي د اللَّ ه َع ْي َن ْي ه َف لَ َّم ا ُك نَّ ا ب
ْ ان يَ ْس أَلُ هُ فَ أ َْر َس َل إِ لَ ْي ِه أ
َن َ ان بْ ِن عُ ثْ َم َ َاش تَ َّد َو َج عُ هُ فَ أ َْر َس َل إِ ىَل أَبْ
ِول اللَّ ه ِ ث َع ن رس ِ َ الص رِب ِ فَ ِإ َّن ع ثْ م َّ ِاض ِم ْد مُهَ ا ب
ُ َ ْ َ ان َرض َي اللَّ هُ َع ْن هُ َح َّد َ ُ ْ
ِ ْ الر ُج ِل إِ َذ ا َّ ص لَّ ى اللَّ هُ َع لَ ْي ِه َو َس لَّ َم يِف
ٌاش تَ َك ى َع ْي َن ْي ه َو ُه َو حُمْ ِرم َ
ِ الص رِب
َّ ِض َّم َد مُهَ ا بَ
“Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan
[Amru An Naqid] dan [Zuhair bin Harb] semuanya dari [Ibnu
Uyainah] - [Abu Bakr] berkata- Telah menceritakan kepada kami
[Sufyan bin Uyainah] telah menceritakan kepada kami [Ayyub bin
Musa] dari [Nubaih bin Wahb] ia berkata; Kami naik haji besama-
sama dengan [Aban bin Utsman]. Setelah sampai di Malal, Umar bin
Ubaidullah sakit kedua matanya, dan ketika tiba di Rauha`, sakit
matanya bertambah parah. Lalu ditanyakannya obatnya kepada
Aban bin Utsman. Aban menyarankan supaya mengobatinya dengan
daun sabir, karena ia ingat bahwa [Utsman] radliallahu 'anhu
pernah mengabarkan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
perihal seorang laki-laki yang sakit mata ketika ihram, lalu
diobatinya dengan daun Sabir.” (HR. Muslim No. 2089)
24
َب أَ يِب قِ اَل بَ ة ِ ُوب ِم ْن ُك تَ ُّال قُ ِريءَ َع لَ ى أَي َ َاد ق ِ َح َّد ثَ نَ ا َع
ٌ َّار ٌم َح َّد ثَ نَ ا مَح
ٍ َاب َع ْن أَن
س ِ َان َه َذ ا يِف الْ ِك ت َ ئ َع لَ ْي ِه َوَك َ ث بِ ِه َو ِم ْن هُ َم ا قُ ِرَ ِم ْن هُ َم ا َح َّد
َ َض ِر َك َويَ اهُ َوَك َواهُ أَبُ و طَ ْل َح ةَ بِ يَ ِد ِه َوق
ال ْ َّس بْ َن الن َ َأَن أَبَ ا طَ ْل َح ةَ َوأَن
َّ
ٍ ِس ب ِن م ال ِ ٍ ص
ال
َ َك ق َ ْ ِ َوب َع ْن أَ يِب ق اَل بَ ةَ َع ْن أَن َ ُّور َع ْن أَي ُ اد بْ ُن َم ْن
ُ ََّع ب
ِ ص ِ ٍ أِل ِ ِ ُ َذ َن رس ِ
َن
ْ ار أ َ ْص لَّ ى اللَّ هُ َع لَ ْي ه َو َس لَّ َم َ ْه ِل َب ْي ت م ْن ا أْل َ ن َ ول اللَّ ه َُ أ
ول
ُ ب َو َر ُس ِ َال أَنَ س ُك ِويت ِم ن ذ
ِ ات ا جْلَ ْن ِ ِ ِ
ْ ُ ٌ َ ََي ْرقُ وا م ْن ا حْلُ َم ة َوا أْل ُ ذُ ن ق
ِض ر
ْ َّس بْ ُن الن ِ يِن َّ ِ َّ َّ َ اللَّ ِه
ُ َص ل ى الل هُ َع لَ ْي ه َو َس ل َم َح ٌّي َو َش ه َد أَبُو طَ ْل َح ةَ َوأَن
ت َوأَبُو طَ ْل َح ةَ َك وا يِن ٍ ِو َزي ُد ب ن ثَ اب
َ ُْ ْ َ
“Telah menceritakan kepada kami ['Arim] telah menceritakan
kepada kami [Hammad] dia berkata; dibacakan di hadapan [Ayyub]
dari kitabnya [Abu Qilabah], di antaranya ada sesuatu yang
dibacakan dan ada sesuatu yang di dengar, sementara hal ini
terdapat dalam kitabnya dari [Anas] bahwa Abu Thalhah dan Anas
bin Nadlr pernah melakukan terapi kay (menempelkan besi panas
pada daerah yang luka atau sakit) sementara Abu Thalhah juga
pernah melakukan terapi kay (menempelkan besi panas pada daerah
yang luka atau sakit) dengan tangannya sendiri." ['Abbad bin
Manshur] mengatakan dari [Abu Qilabah] dari [Anas bin Malik] dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi izin kepada
keluarga beliau dari Anshar untuk meruqyah dari penyakit demam
dan sakit telinga. Anas mengatakan; "Aku juga pernah melakukan
kay (menempelkan besi panas pada daerah yang luka atau sakit)
pada penyakit radang selaput dada, sedangkan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam masih hidup. Abu Thalhah, Anas bin
Nadlr, Zaid bin Tsabit juga pernah menyaksikanku ketika aku diterapi
dengan kay (menempelkan besi panas pada daerah yang sakit) oleh
Abu Thalhah." (HR. Bukhari No. 5280)
25
B. Hadis ketika sedih
Setiap manusia pasti pernah merasakan kesedihan. Begitu juga
dengan Rasulullah dan para sahabatnya. Berikut ini hadis ketika
seseorang merasakan sedih:
َّ ام أ ِ ِ ِ
ال
َ ََخ َب َر ُه ْم ق ْ َن ابْ َن ُج َريْ ٍج أ ٌ وس ى َح َّد ثَ نَ ا ه َش َ يم بْ ُن ُمُ َح َّد ثَ نَ ا إ ْب َراه
ِ ِال ج لَ س ت إِ ىَل س ع ِ ِ
ِيد بْ ن َ ُ ْ َ َ ََخ َب َريِن َع ْب ُد ا حْلَ م ي د بْ ُن ُج َب رْيِ بْ ِن َش ْي بَ ةَ ق ْأ
َّ ِ َّ َّ َ ِّ َن َج َّد هُ َح ْزنً ا قَ ِد َم َع لَ ى النَّ يِب ِ َّالْ م س ي
َّ ب فَ َح َّد ثَ يِن أ
َص ل ى الل هُ َع لَ ْي ه َو َس ل م َ ُ
ٍ ال َم ا أَنَ ا مِب ُ غَ رِّي َ َت َس ْه ٌل ق َ ْال بَ ْل أَن َ َال ا مْسِ ي َح ْز ٌن ق َ َك ق َ ُال َم ا ا مْس َ َف َق
ت فِ ينَ ا ا حْلُ ُزونَ ةُ بَ ع ِ َّال ابْ ن الْ م س ي
ْ َب فَ َم ا َزال
ِِ
َ ُ ُ َ َا مْسً ا مَسَّ ان يه أَ يِب ق
“Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Musa] telah
menceritakan kepada kami [Hisyam] bahwa [Ibnu Juraij] telah
mengabarkan kepada orang-orang, katanya; telah mengabarkan
kepadaku [Abdul Hamid bin Jubair bin Syaibah] dia berkata; saya duduk
di hadapan [Sa'id bin Musayyab] maka dia menceritakan kepadaku,
bahwa kakeknya datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
dalam keadaan sedih, lalu beliau bertanya; "Siapakah namamu?" dia
menjawab; "Namaku Hazn (sedih), " beliau bersabda: "Bahkan
namamu adalah Sahl." Namun dia berkata; "Tidak, aku tidak akan
merubah nama yang pernah di berikan oleh ayahku." Ibnu Musayyib
berkata; "Maka dia masih saja terlihat sedih setelah peristiwa itu." (HR.
Bukhari No. 5725)
َع ْن كِ ِح َّد ثَ نَ ا َع لِ ُّي ب ن حُمَ َّم ٍد ح َّد ثَ نَ ا وكِ ي ع ح َّد ثَ نَ ا إِ مْسَ عِ يل ب ن َع ب ِد الْ م ل
َ ْ ُْ ُ َ ٌ َ َ ُْ َ
ِم ْن ص لَّ ى اللَّ هُ َع لَ ْي ِه َو َس لَّ َم
َ ُّ ت َخ َر َج النَّ يِب
ِ
ْ َابْ ِن أَ يِب ُم لَ ْي َك ةَ َع ْن َع ائ َش ةَ قَ ال
ِ ِ ِ ِ
ت يَ ا
ُ ين َف ُق ْلٌ س مُثَّ َر َج َع إ يَلَّ َو ُه َو َح ِز ِ الن ْف
َّ ب ُ ِّع ْن د ي َو ُه َو قَ ِري ُر الْ َع نْي طَ ي
ِ ِ ِ ول اللَّ ِه خ رج
ٌ ت َح ِز
ين َ ْت َوأَن َ ت قَ ِري ُر الْ َع نْي ِ َو َر َج ْعَ ْت م ْن ع ْن د ي َوأَن َ ََْ َ َر ُس
26
ِ
َن
ْ اف أ َ ت إِ يِّن أ
ُ َخ ُ ت أَ يِّن مَلْ أ
ُ َك ْن َف َع ْل ُ ال إِ يِّن َد َخ ْل
ُ ت الْ َك ْع بَ ةَ َو َود ْد َ َف َق
ت أ َُّم يِت ِم ْن َب ْع ِد ي
ُ ون أَ ْت َع ْب
َ َك
ُأ
27
ظ ُ ان َواللَّ ْف َ وخ كِ اَل مُهَ ا َع ْن ُس لَ ْي َم َ ان بْ ُن َف ُّرُ َاب بْ ُن َخ الِ ٍد َو َش ْي ب ُ َح َّد َث نَ ا َه َّد
ِس بْ ن ِ َت الْ ُب نَ ا يِن ُّ َع ْن أَن ِ ِ
ٌ ِان بْ ُن الْ ُم غ َرية َح َّد ثَ نَ ا ثَ اب ُ ان َح َّد ثَ نَ ا ُس لَ ْي َم َ َلِ َش ْي ب
ِ ِ ِ ُ ال رس ٍ ِم ال
ٌص لَّ ى اللَّ هُ َع لَ ْي ه َو َس لَّ َم ُول َد يِل اللَّ ْي لَ ةَ غُ اَل م َ ول اللَّ ه ُ َ َ َال ق َ َك ق َ
ُ ف ْام َرأ َِة َق نْي ٍ يُ َق ٍ ُم س ْي ِ ِ ِ ِ ْ ِفَ س َّم ْي تُ هُ ب
ُال لَ ه َ ِّ يم مُثَّ َد َف َع هُ إ ىَل أ َ اس م أَ يِب إ ْب َراه َ
ف َو ُه َو َي ْن ُف ُخ ٍ ف فَ انْ طَ لَ َق ي أْ تِ ي ِه و َّات ب ْع تُ هُ فَ ا ْن َت ه ْي نَ ا إِ ىَل أَ يِب س ْي ٍ أَب و س ْي
َ َ َ َ َ َ ُ
ِول اللَّ ه ِ بِ ِك ِريِه قَ ْد ام تَ أَل َ الْ ب ي ت ُد خ انً ا فَ أَس ر ْع ت الْ م ْش ي ب نْي َ ي َد ي رس
َُ ْ َ َ َ َ ُ َْ َ ُ َْ ْ
ص لَّ ى ِ ُ ك ج اء رس ِ ٍ ِ
َ ول اللَّ ه ُ َ َ َ ْ ت يَ ا أَبَ ا َس ْي ف أ َْم س ُ ص لَّ ى اللَّ هُ َع لَ ْي ه َو َس لَّ َم َف ُق ْلَ
َّ ِص لَّ ى اللَّ هُ َع لَ ْي ِه َو َس لَّ َم ب
ِّ الص يِب َ ُّ ك فَ َد َع ا النَّ يِب َ اللَّ هُ َع لَ ْي ِه َو َس لَّ َم فَ أ َْم َس
س لَ َق ْد َرأ َْي تُ هُ َو ُه َو ٌ َال أَن َ ول َف َق َ َن َي ُق ْ ال َم ا َش اءَ اللَّ هُ أ َ َض َّم هُ إِ لَ ْي ِه َوق َ َف
ِ ِ ِ ِِ ُ يَ ِك
ت َع ْي نَ ا ْ ص لَّ ى اللَّ هُ َع لَ ْي ه َو َس لَّ َم فَ َد َم َع َ يد بِ َن ْف س ه َب نْي َ يَ َد ْي َر ُس ول اللَّ ه
ب َواَل ُ ال تَ ْد َم ُع الْ َع نْي ُ َوحَيْ َز ُن الْ َق ْل َ ص لَّ ى اللَّ هُ َع لَ ْي ِه َو َس لَّ َم َف َق ِ ِ
َ َر ُس ول اللَّ ه
ِ ِ ِ َّ
ون
َ ُك لَ َم ْح ُزون َ ِيم إِ نَّا ب
ُ ض ى َربُّ نَ ا َوالل ه يَ ا إ ْب َراه َ ول إِ اَّل َم ا َي ْرُ َن ُق
”Telah menceritakan kepada kami [Haddab bin Khalid] dan [Syaiban bin
Farrukh] keduanya dari [Sulaiman] dan lafazh ini milik Syaiban; Telah
menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Al Mughirah]; Telah
menceritakan kepada kami [Tsabit Al Bunani] dari [Anas bin Malik] dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:
"Pada suatu malam anakku lahir, yaitu seorang bayi laki-laki, lalu
kuberi nama dengan nama bapakku, Ibrahim. Kemudian anak itu beliau
berikan kepada Ummu Saif, isteri seorang pandai besi, yang bernama
Abu Saif. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatanginya dan
aku ikut menyertai beliau. Ketika kami sampai di rumah Abu Saif, aku
dapatkan dia sedang meniup Kirnya (alat pemadam besi) sehingga
rumah itu penuh dengan asap. Maka aku segera berjalan di depan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu kuberi tahu Abu Saif; "Hai,
Abu Saif! Berhentilah! Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah
datang!" Maka dia pun berhenti. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam menanyakan bayinya, lalu diserahkan ke pangkuan beliau.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan kata-kata sayang apa
28
saja yang Allah kehendaki. Kata Anas; "Kulihat bayi itu begitu tenang di
pangkuan beliau saat ajal datang kepadanya. Maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menangis mengucurkan air mata. Kata
beliau: "Air mata boleh mengalir, hati boleh sedih, tetapi kita tidak
boleh berkata-kata kecuali yang diridlai Rabb kita. Demi Allah, wahai
Ibrahim, kami sungguh sedih karenamu!" (HR. Muslim No. 4279)
29
BAB III
Penutup
Kesimpulan
30
DAFTAR PUSTAKA
31