KEPERAWATAN MATERNITAS
DISUSUN OLEH
NIM : 201000414901168
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar (Manuaba, 1998). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu
hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi
sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2002). Pemeriksaan
kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta
menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga
keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental
antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai
2009)
Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara teratur
dan tertentu. Dengan usaha itu ternata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi
jelas menurun.
mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas,
sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi
juga mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama sehatnya atau
lebih sehat;
b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati,
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan
kembang bayi;
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi,
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan,
e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat
b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan
a. Kunjungan Pertama
6) Pemeriksaan obstetric
8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya
9) Penyuluhan/konseling.
4) Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan atau bila
Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting.
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
5) Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya
(tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi
Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda.
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi
Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil
yang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh
a. Kebijakan Program
AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe
Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri Essensial.
Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai
dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan
kunci yaitu :
keguguran.
3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4). (Depkes, 2009)
b. Kebijakan teknis
profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan
teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko
4) Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
komplikasi.
Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini dilaksanakan
1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA,
dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok Kelas Ibu
Hamil.
dan Dukun.
3) Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.
(Depkes, 2009)
kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam
a. Intervensi Dasar
ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa
calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali (TT ulang). Untuk
pemberian
yang tepat.
c) Jadwal pemberian TT
Tabel : 2.1Jadwal Pemberian TT
Interval Lama
%
Antigen (selang waktu perlindungan
perlindungan
minimal)
TT1 Pada kunjungan
antenatal pertama
TT2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 99
tahun/seum
ur hidup
keterangan : artinya apabila dalam waktu 3 tahun Wanita Usia Subur (WUS)
tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari Tetanus
hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.
b) Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual
60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet
besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu
c. Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil
a) Umur
(1) Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun
c) Paritas
d) Interval
2) Komplikasi Kehamilan
(1) Perdarahan
(2) Hepatitis
(4) Anemia
(5) Malaria
1998:75).
Pelayanan kegiatan pelayanan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu dokter
umum dan dokter spesialis dan tenaga paramedic yaitu bidan, perawat yang sudah
pembantu, posyandu, Bidan Praktik Swasta, polindes, rumah sakit bersalin dan rumah
Peran serta ibu dalam hal ini ibu-ibu hamil di dalam memanfaatkan pelayanan
sikap yang positif. Selanjutnya sikap positif akan mempengaruhi niat untuk ikut serta
dalam pemeriksaan kehamilan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah disebut perilaku.
DISUSUN OLEH
NIM : 201000414901168
terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu) ,lahir spontan dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan , disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.(FK UNPAD, 1983)
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara
spontan tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang berlansung
proses pengeluaran janin yang dapat hidup dari dalam uterus dan keluar
melalui vagina secara spontan pada kehamilan cukup bulan tanpa bantuan
alat dan tidak terjadi komplikasi pada ibu ataupun pada janin dengan
Alat / organ reproduksi wanita terdiri atas alat / organ eksternal dan
7
1. Genetalia Ekasterna
Vulva tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi
perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris,
dinding vagina.
b. Labia mayora
c. Labia minora
serabut saraf.
d. Clitoris
8
vagina. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak
e. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral
septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat
9
g. Vagina
dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang
haid.
h. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-
10
dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah
ruptur.
2. Genetalia Interna
serviks uteri.
11
a. Serviks uteri
dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan
b. Corpus uteri
12
Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior,
ligamentum rectouterina.
d. Vaskularisasi uterus
ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga
13
adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik
f. Ovarium
jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
14
3. Organ Reproduksi / Organ Seksual Ekstragonadal
a. Payudara
pascapersalinan.
b. Kulit
15
4. Hormon-hormon Reproduksi
Hormone)
menghasilkan progesteron.
16
Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi
d. Estrogen
ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi
tubuh.
e. Progesteron
17
diproduksi di plasenta. Progesteron menyebabkan terjadinya proses
Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda
18
laktasi / pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek inhibisi
1. Faktor hormonal
relaksasi otot polos. Sehingga aliran darah berkurang dan hal ini
berakibat degenerasi.
2. Faktor syaraf
19
4. Faktor nutrisi
dikeluarkan.
5. Faktor partus
D. Penyebab
2. Teori oxytosin :
Pada akhir kehamilan kadar oxytocsin bertambah. Oleh karena itu timbul
3. Keregangan otot-otot :
mengeluarkan isinya.
20
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin
4. Pengaruh janin :
peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari
biasa.
5. Teori Prostaglandin :
myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di sokong dengan
adanya kadar Prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun
persalinan.
3. Pola kesuria dan sasuk miksi karena kandung kemih tertekan bagian
bawah janin.
21
4. False labair pain yaitu perasaan sakit diperut dan pinggang karena
1. Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
hebat.
1. Power
2. Passageway
Jalan lahir terdiri panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus ( lubang luar vagina ) janin harus dapat
22
3. Passanger
4. Psikologikal respon
perlukan.
5. Posisi ibu
1. Kala I
Proses ini berlangsung antara 18-24 jam ,terbagi dalam 2 fase yaitu:
23
1) Fase akselerasi: dalam waktu 3 jam pembukaan 3cm tersebut
menjadi 4cm
terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi
osteum uteri internum sudah sedikit terbuka. Osteum uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang
sama.
hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum
24
Kala I selesai apabila pembukaan seviks uteri telah lengkap. Pada
2. Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2
sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini janin sudah masuk
ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar
merasa pula tekanan pada rectum dan hendak buang air besar. Kemudian
perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka, labia
mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam
vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala
tidak masuk lagi di luar his, dengan his dan kekuatan mengedan maksimal
muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai
lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primi gravida kala
II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
3. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak
25
15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada
4. Kala IV
Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Rata-rata
perdarahan normal adalah 250 cc. Perdarahan persalinan yang lebih dari
( Prawirohardjo,2007)
1. Engagement
2. Penurunan
terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan
langsung kontraksi fundus pada janin, dan kontraksi diafragma serta otot-
26
3. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul,
atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika. Setiap
kali terjadi kontraksi kepala janin diarahkan ke bawah lengkung pubis, dan
5. Ekstensi
mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas. Putaran
paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan mirip
7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan
pubis.
27
J. Adapatasi/Perubahan Fisiologi dan Psikologi
1. Adaptasi janin
b. Sirkulasi janin
persalinan pervaginam)
4) PH arteri menurun
28
2. Adaptasi ibu
a. Perubahan kardiovaskuler
b. Perubahan pernafasan
menurun)
d. Perubahan integument
29
meregang namun dapat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit sekitar
laserasi.
e. Perubahan muskuloskeletal
f. Perubahan neuriologis
Menunjukkkan bahwa timbul stress dan rasa tidak nyaman pada masa
g. Perubahan pencernaan
Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernafas melalui
lengkap.
30
h. Perubahan endokrin
31
K. Pathways
- Faktor hormone
- Faktor syaraf
- Faktor kekuatan
plasenta
- Faktor nutrisi
- Faktor partus
Kala I
Nyeri
Kontraksi Hipoksia Resti akut
uterus jaringan kerusakan Resti penurnan
pertukara gas curah jantung
janin
32
Kala II
Kala III
Pembukaan cerviks
10 cm
Bayi lahir
Mengeran involunter
Kontraksi uterus
Resti kekurangan
trauma jaringan
Resti kekurangan Nyeri akut cairan
volume cairan
Kala IV
Nyeri akut
perdarahan Trauma
mekanis/edma
otot
Nyeri akut
Resti kekurangan volume cairan
33
L. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian kala I
a. fase laten
detik
umbilicus
4) Seksualitas :
b. fase aktif
34
2) Integritas ego :
30-40 menit
4) Keamanan :
posisi vertex.
5) Seksualitas :
35
c. Fase transisi
nadi meningkat.
2) Integritas ego :
a) perilaku peka.
lagi “ .
5) Nyeri / ketidaknyamanan :
60 detik.
36
e) Tremor kaki dapat terjadi.
6) Keamanan :
7) Seksualitas :
2. Pengkajian kala II
a. Aktivitas / istirahat :
1) Laporan kelelahan.
sendiri/teknik relaksasi.
3) Letargi.
37
c. Integritas ego :
fear/irritation/relief/ joy.
d. Eliminasi :
uterus.
e. Nyeri / ketidaknyamanan :
38
6) Dapat melawan kontraksi, khusunya bila ia tidak berpartisipasi
g. Keamanan :
h. Seksualitas :
keletihan
39
b. Sirkulasi :
anestesi.
jantung.
e. Keamanan :
f. Seksualitas :
40
4. Pengkajian kala IV
mengantuk.
b. Sirkulasi :
sesaria.
c. Integritas ego :
41
takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada
neonatal.
d. Eliminasi :
urinarius terpasang.
dan kelahiran.
f. Neurosensori :
klien primipara)
dengan “ menggigil “.
42
h. Keamanan :
rehidrasi).
i. Seksual :
umbilicus.
M. Diagnosa keperawatan
1. Kala I
43
b. Resiko tinggi cidera pada janin berhubungan dengan hipoksia jaringan
balik vena
2. Kala II
perdarahan
3. Kala III
pelepasan plasenta
4. Kala IV
44
N. Fokus intervensi
1. Kala I
ketidaknyamanan
Intervensi :
abnormal.
45
4) Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam. Palpasi di atas
blok saraf.
diindikasikan.
46
diberikan dengan rute IM memerlukan sampai 45 menit untuk
hiperkapnea.
Intervensi :
variasi DJJ.
47
3) Catat kemajuan persalinan.
dan cidera.
perintah.
hipotensi terlentang.
ambilan fetal.
48
c. Perubahan elimunasi urin berhubungan dengan perubahan hormonal
Intervensi :
derajat kepenuhan
4) Posisikan klien tegak, alirkan air kran, cucurkan air hangat di atas
kandung kemih.
49
Rasional kandung kemih terlalu distensi dapat menyebabkan atoni,
Tujuan : resiko tinggi kerusakan pertukaran gas pada janin tidak terjadi
normal
Intervensi :
uteroplasenta
hipoksia janin.
kemudian
50
4) Anjurkan klien tirah baring bila bagian tirah baring tidak masuk
aliran darah
Intervensi :
lanjut
51
3) Pantau DJJ selama dan diantara kontraksi
lanjut
reabsorbsi albumin
2. Kala II
Intervensi :
52
Rasional : memberikan informasi/dokumentasi legal tentang
kemajuan persalinan.
terlihat “.
vagina
persiapan kelahiran.
53
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukkan,
perdarahan
Intervensi :
variabilitas
54
4) Berikan cairan peroral atau parenetral
3. Kala III
Intervensi :
syok
55
Rasional : hemoragik dihubungkan dengan kehilangan cairan
2) Monitor TTV
hipertensi.
bekuan darah.
setelah melahirkan.
56
Hasil yang diharapkan : mengungkapkan penatalaksanaan/reduksi
nyeri
Intervensi :
penyembuhan.
57
4. Kala IV
memungkinkan
Intervensi :
58
Rasional : kontak mata dengan mata, penggunaan posisi
budaya Amerika.
meningkatkan ikatan.
59
Intervensi :
temuan
mengontrol perdarahan.
60
7) Kolaborasi dalam pemberian oksitosin atau preparat ergot.
Intervensi :
memperberat ketidaknymanan/nyeri.
periode pascapartum.
jahitan.
61
4) Kaji adanya tremor kaki atau tubuh atau gemetar yang tidak
terkontrol.
kesejahteraan
nyaman.
62
9) Kolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai kebutuhan.
63
STASE
KEPERAWATAN MATERNITAS
DISUSUN OLEH
NIM : 201000414901168
LAPORAN PENDAHULUAN
Tentang konsep dasar post partum yang terdiri dari definisi post partum,
adaptasi fisiologis post partum, adaptasi psikologis post partum, perawatan
pasca persalinan. Konsep dasar seksio sesaria terdiri dari definisi seksio
sesaria, klasifikasi seksio sesaria, indikasi seksio sesaria, manifestasi klinik
seksio sesaria, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan.
4) Lochea
Lochea adalah eksresi cairan uterus selama masa nifas dan
memiliki bau yang amis/anyir meskipun tidak terlallu
menyengat dan volumenya berbeda beda pada setiap wanita.
Lochea mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lochea dapat dibagi menjadi (Maryunani, 2009).
a) Lochea rubra, rabas berwarna merah terang ini berlangsung
selam 3 hari dan terutama terdiri atas darah dengan
sejumblah lender, partikel desidua, dan sisa sel dari tempat
plasenta.
b) Lochea serosa, rabas cair berwarna merah muda terjadi
seiring dengan perdarahan dari endometrium berkurang,
kondisi ini berlangsung sampai 10 hari setelah melahirkan
dan terdiri atas darah yang sudah lama, serum, lekosit, dan
sisa jaringan.
c) Lochea alba, rabas coklat keputih-putihan yang encer dan
lebih trasnparan ini terjadi setelah hari ke 10 dan
mengandung lekosit, sel-sel epitel, lender, serum. Pada
akhir minggu ke-3 rabas biasanya hilang, walaupun rabas
mukoid berwarna kecoklatan mungkin terjadi sampai
minggu ke-6 (Katz, 2007).
5) Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks mendatar dan sedikit tonus,
tampak lunak dan edema serta mengalami banyak laserasi
kecil.Serviks ukurannya mencapai 2 jari dan ketebalannya
sekitar 1cm. dalam 24 jam, serviks dengan cepat memendek
dan menjadi lebih keras dan lebih tebal. Mulut serviks secara
bertahap menutup, ukurannya 2 sampai 3 cm setelah beberapa
hari dan 1 cm dalam waktu 1 minggu.
6) Vagina dan Perinium
Vagina menjadi lunak dan membengkak dan memiliki tonus
yang buruk setelah persalinan.Setelah 3 minggu, vaskularisasi,
12
b. Sistem endokrin
Setelah kelahiran anak, kadar plasma horon yang diproduksi oleh
plasenta menurun secara cepat. Human plasenta lactogen, tidak
dapat terdeteksi dalam 24 jam dan kadar hormone gonodatropin
korionik turun dengan cepat. Kadar estrogen turun sampai 90%
dalam 3 jam setelah persalinan dan kemudian secara continue
menurun sampai hari ke 7 pascapartum saat estrogen mencapai
kadar yang terendah. Estrogen kembali ke kadar fase folikuler
sekitar 3 minggu pada wanita yang tdiak menyusui.
c. Sistem urinaria
Pada 12 jam setelah melahirkan, ibu akan mulai kehilangan cairan
berlebihan di jaringan yang berakumulasi selama kehamilan.
Daforesis sering kali terjadi terutama pada malam hari, dua sampai
tiga hari pertama post sc. Diuresis postpartum, yang disebabkan
oleh kadar estrogen yang berkurang, hilangnya tekanan vena
meningkat di ekstermitas bawah, dan hilangnya peningkatan
volume darah karena kehamilan, juga membantu tubuh untuk
membuang cairan berlebih. Hilangnya cairan lewat keringat dan
penigkatan urine berperan dalam hilangya berat badab sekitar 2,25
pada masa nifas.
Kombinasi trauma karena melahirkan, peningkatan kapasitas
kandung kemih setelah melahirkan, dan efek anastesi akan
menyebabkan penurunan dorongan untuk berkemih. Selain itu rasa
nyeri di panggul karena tekanan saat melahirkan, laserasi atau
epiostomi di vagina akan menurunan atau mengubah refleks
berkemih. Berkurangnya frekuensi berkemih dan dieresis post
partum akan menyebabkan distensi kandung kemih. Tonus
kandung kemih biasanya akan kembali normal dengan
pengosongan yang adekuat dalam 5-7 hari setelah melahirkan.
e. Payudara
Beberapa hormone hipofisis yang berperan dalam perkembangan
payudara di laktasi : prolaktin , hormone adrenokortikotropik,
hormone pertumbuhan manusia, tyroid simulatin hormone, follicle
stimuklating hormone (FSH), dan luteizing hormone (LH).
Prolaktin mempersiapkan payudara untuk laktasi dengan
meningkatkan ukuran payudara dan alveoli selama kehamilan.
Sejalan dengan lajunya usia kehamilan prolaktin menstimulasi
sekresi yang berasal dari sel-sel alveolar mamae, dan estrogen
menstimulasi pertumbuhan saluran dan alveolar, tetapi secara
bertentangan, astrogen dan progesterone menghambat sekresi air
susu.
Sekresi air susu dimulai dasar sel sel alveolar, tempat tetesan
terkecil dibentuk dan kemudan berimigrasi ke membrane sel.
Tetesan kecil ini dikeluarkan kedalam saluran alveolar untuk
disimpan. Pengeluaran air susu, atau let down, merupakan suatu
proses kontraksi sel miopitel payudara mendorong air susu
melewati saluran lalu masuk kedalam sinus laktiferus. Sinus ini
terletak dibawah areola dan air susu dikeluarkan dari sinus tersebut
dengan isapan bayi (Reeder, 2011).
Selama 24 jam pertama setelah melahirkan terjadi sedikit
perubahan di jaringan payudara. Kolostrum , cairan kuning jernih,
dapat keluar dari payudara. Payudara perlahan akan menjadi lebih
penuh dan berat ketika kolostrum berubah menjadi susu 72 sampai
96 jam setelah melahirkan. Payudara akan terasa hangat, kras dan
agak nyeri. Air susu putih kebiruan yang terlihat seperti susu-skim
(susu sebenernya) akan keluar dari payudara. Ketika kelenjar air
15
susu dan salurannya penuh dengan air susu, jaringan payudara akan
terasa bernodul atau berbenjol. Pada ibu yang tidak menyusui
pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya dan rasa tidak
nyaman biasanya berkurang dalam 24 – 36 jam
(Lowdermilk, 2013)
f. Sistem Kardiovaskuler
Kebanyakan perubahan signifikan yang disebabkan oleh kehamilan
menghilang pada akhir minggu kedua pascapartum. Dalam
beberapa hari setalah melahirkan tekana darah, frekuensi jantung,
konsumsi oksigen, dan jumblah cairan total umumnya kembali ke
kondisi sebelum hamil. Perubahan lainnya membutuhkan waktu
beberapa minggu untuk kembali kekeadaan sebelum hamil.
1. Volume darah
Perubahan volume darah setelah melahirkan berhubungan
dengan kehilangan darah dan dieresis pasca melahirkan. Rata
rata kehilangan darah pada persalinan dengan seksio sesaria,
kehilangan darah sering kali lebih dari 1.000 mL. Perubahan
fisiologis pascapartum memediasi respon terhadap kehilangan
darah dan melakukan fungsi perlindungan. Perubahan volume
darah pascapartum terjadi dengan cepat. Terjadi peningkatan
sementara sebesar 15% sampai 30% pada sirkulasi volume
darah antara 12 sampai 48 jam setelah melahirkan karena
perpindahan cairan ekstravaskular dan dieresis. Hal ini
menimbulkan efek hemodilusi, dengan penurunan kadar
hematokrit dan peningkatan curah jantung.
2. Curah jantung
Frekuensi denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung
akan meningkat selama kehamilan. Curah jantung akan tetap
meningkat minimal sampai 48 jam pertama pascapartum karena
peningkatan volume sekuncup. Peningkatan volume sekuncup
16
4. Komponen Darah
a. Hematokrit dan hemoglobinolume darah total akan
berkurang sekitar 16% dari nilai sebelum melahirkan,
sehingga terjadi anemia sementara. Namun , pada 8 minggu
setelah melahirkan jumblah sel darah merah akan
meningkat, dan sebagian besar wanita akan mempunyai
hematokrit normal.
b. Hitung jenis sel darah putih
Leukosit normal selama kehamilan rata-rata sekitar
12000/mm. Selama 10 sampai 12 hari pertama setelah
melahirkan, nilai sebesar 20000-25000/mm umum terjadi.
Neutrofil merupakan sel darah putih terbanyak.
Leukositosis dengan peningkatan laju endap darah yang
17
5. Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi saat
kehamilan akan dibalikkan saat masa nifas. Adaptasi ini
termasuk relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan
pusat gravitasi ibu sebagai respons terhadap uterus yang
membesar. Meskipun semua sendi lainnya kembali ke keadaan
sebelum hamil, sendi di kaki tidak akan kembali. Ibu mungkin
akan mendapatkan ukuran sepatunya membesar.
6. Sistem Integumen
Kloasma kehamilan biasanya menghilang pada akhir kehamilan
hiperpigmentasi areola dan linea nigra mungkin tidak akan
hilang sepenuhnya setelah melahirkan. Beberapa wanita akan
mempunyai warna yang lebih gelap secara permanen pada area
tersebut. Striie gravidarum (stretch mark) di payudara,
abdomen, pinggul, dan paha akan memudar tapi biasanya tidak
menghilang.
Pertumbuhan rambut akan menjadi lambat pada periode
postpartum. Beberapa wanita dapat mengalami rambut rontok
karena rambut yang rontok sementara lebih banyak dari pada
rambut yang tumbuh. Rambut- rambut halus yang banyak saat
18
a. Fase Talking In
Fase talking in (Dependent) adalah fase ketergantungan yang
berlangsung dari hari pertama sampai hari keduan setelah
melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering
berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat
untuk untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah
tersinggung. Pada fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra
makanan untuk proses pemulihan.
c. Fase Letting Go
Fase letting go (Independent)fase ini merupakan fase menerima
tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari
setelah melahirkan. Ibu sudah menyesuaikan diri dengan
ketegantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya
meningkat pada fase ini (Sunarsih, 2011).
d. Defekasi
Ibu diharapkan dapat BAB 3-4 hari pasca persalinan.Apabila
mengalami kesulitan BAB/konstipasi, lakukan diet teratur, cukup
cairan, konsumsi makanan tinggi serat, olahraga, berikan obat
rangsangan per oral/ per rectal atau lakukan klisma bilamana
diperlukan.
e. Perawatan payudara
Tujuan perawatan payudara adalah untuk mencegah infeksi,
menyangga payudara secara adekuat, dan kenyamanan ibu.
Perawatan mamae sudah di mulai sejak hamil supaya putting, susu
lemas tidak keras, dan kering sebagi persiapan untuk menyusui
bayinya. Dianjurkan ibu untuk menyusukan bayinya dengan baik
dan benar karena air susu ibu (ASI) sangat baik untuk bayinya.
f. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan
telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamae, yaitu
proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan
lemak bertambah. Keluarnya cairan susu, hipervaskularisasi, dan
setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesterone
hilang. Maka, timbul pengaruh oksitosin menyebabkan keluarnya
air susu ibu. Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan
miopitel kelenjar susu berkontraksi sehingga ASI keluar.
g. Pemeriksaan pasca persalinan
Bagi wanita dengan persalinan normal sebaliknya dilakukan
pemeriksaan kembali setelah 6 minggu persalinan.Namun, wanita
dengan persalinan yang bermasalah harus kontrol 1 minggu setelah
bersalin. Pemeriksaan post natal meliputi pemeriksaan umum pada
tekanan darah, nadi, keluhan,dan sebagainya. Selain itu, keadaan
umum suhu badan, selera makan, payudara (ASI dan putting susu),
dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum, secret yang
keluar, dan keadaan alat alat kandungan.
21
paling tebal pada korpus uterus. Hal ini terutama bermanfaat ketika
kandung kemih dan segmen bawah mengalami perlekatan yang
ekstensif akibat seksio sesaria sebelumnya. Kadang kala, tindakan
ini dipilih saat janin dalam posisi melintang atau pada kasusu
plasenta prevuia anterior.
Karena sesarea klasik lebih eksentsif, yang memberikan akses yang
cepat pada janin, metode ini merupakan pilihan ketikan terjadi
perdarahan akut atau pada situasi darurat lainnya pada saat waktu
sangat penting dan kehidupan wanita dan janin terancam. Lima
kondisi lain yang juga memerlukan insisi klasik
a) Janin preterm kurang dari 34 minggu dengan presentasi
bokong, karena segmen bawah masih belum terbentuk secara
adekuat dan insisi melintang mungkin terlalu sempit untuk
melakukan pelahiran janin tanpa menimbulkan trauma
b) Akses ke segmen bawah uterus terhambat karena adanya
jaringan fibrosa
c) Akan dilakukan tindakan histerektomi segera setelah seksio
sesaria
d) Seksio sesaria postmortem dalam usaha untuk menyelamatkan
janin yang hidup dari seorang ibu yang meninggal
e) Terdapat kanker serviks invasif
g. Distosia serviks
h. Pre- eklampsi dan hipertensi
i. Malpresentasi janin :
1) Letak melintang
a) bila adakesempitan panggul, maka seksio sesaria adalah
cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin
dan besar biasa.
b) Semua primigravida dengan letak lintang harus tolong
dengan seksio sesarea, walau tidak ada perkiraan panggul
sempit
c) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong
dengan cara cara lain
2) Letak bokong : Seksio sesaria dianjurkan pada letak bokong
bila ada :
a) Panggul sempit
b) Primigravida
c) Janin besar
3) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara
cara lain tidak berhasil
Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.
4) Seksio sesaria dianjurkan
a) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi janin bahu
(shoulder presentation)
b) Bila terjadi interlock (locking of the twins)
c) Distosia oleh karena tumor
d) Gawat janin
j. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan post seksio sesaria, menurut
(prawihrdjo, 2007) antara lain :
a) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
b) Terpasang kateter : urin jernih dan pucat.
c) Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
d) Bising usus tidak ada
e) Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
f) Balutan abdomen tampak sedikit noda.
g) Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebih dan banyak
27
k. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan tindakan seksio sesaria
menurut Mochtar, 2002 dalam buku adalah :
a) Pemeriksaan darah lengkap
b) Golongan darah (ABO), dan pencocokan silang
c) Urinalisasi : menentukan kadar albumin/glukosa.
d) Pelvimetri : menentukan CVD.
e) Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tpe II.
f) Ultrasonografi : melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan
kedudukan, dan presentasi janin.
g) Tes stress kontraksi atau tes non stress : mengkaji respon janin
terhadap gerakan/stress dari pola kontraksi uterus/pola abnormal
h) Penentuan elektronik selanjutnya : memastikan status
janin/aktivitas uterus.
l. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan seksio sesaria adalah
sebagai berikut :
a. Infeksi puerpuralis
1) Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2) Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai
dehidrasi atau perut sedikit kembung
3) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralirik. Hal ini
sering kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya
telah terjadi infeksi intrapartum karena ketuban yang telah
pecah terlalu lama.
b. Perdarahan disebabkan karena :
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2) Atonia uteri
3) Perdarahan pada placenta bled
c. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung
kemih bila reperitonalisasi terlalu tinggi
28
m. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio
caesarea menurut (Prawirohardjo, 2007), yaitu:
a. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.
b. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa
uterus tetap berkontraksi dengan kuat.
c. Pemberian analgetik dan antibiotik.
d. Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam.
e. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai
untuk 24 jam pertama setelah pembedahan.
f. Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar
dari tempat tidur dengan bantuan orang lain.
g. Perawatan luka: insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip)
diangkat pada hari keempat setelah pembedahan.
h. Pemeriksaan laboratorium: hematokrit diukur pagi hari setelah
pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau
mengisyaratkan hipovolemia.
C. Asuhan Keperawatan
Pengkajian merupakan langkah awal dalam landasan proses keperawatan,
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi dan menganalisa masalah pasien. Penulis hanya akan
menjelaskan pengkajian secara khusus pada pasien dengan kelahiran
seksio sesaria. Menurut (Donges, 2011) pengkajian pada post sesaria
adalah :
29
1. Pengkajian Dasar
a. Sirkulasi
Riwayat masalah jantung, edema pulmonal, penyakit vascular
perifer atau statis vascular (peningkatan pembentukan thrombus).
b. Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya faktor stress
multiple, dengan tanda tidak dapat beristirahat dan peningkatan
tegangan
c. Eliminasi
Terpasang kateter menetap, bising usus tidak ada, atau jelas
d. Makanan/ cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering, pembatasan puasa
praoperasi
e. Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstermitas bawah menurun pada adanya
analgesiakaudal/epidural.
f. Nyeri
Mengubah ketidkanyamanan/ nyeri dari berbagai sumber :
trauma/bedah insisi bedah, nyeri abdomen karena kontraksi uterus,
distensi kandung kemih, nyeri karna pembengkakan payudara.
g. Keamanan
Riwayat transfuse darah dan tanda munculnya proses infeksi.
h. Seksualitas
Seksualitas pascapartum dipengaruhi oleh derajat trauma perineum
selama kelahiran dan penurunan hormone steroid yang khas terjadi
pada awal masa pascapartum.
i. Aktivitas
Tampak berenergi, kelelahan/keletihan, mengantuk.
j. Pemeriksaan diagnostic
Jumlah darah lengkap, hemoglobin / hematokrit (Hb / Ht) :
mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek
kehilangan darah pada pembedahan.
30
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada ibu post sc antara lain
adalah :
a. Ketidak efektifan jalan nafas b.d akumulasi secret, efek anastesi
b. Nyeri akut b.d terputusnya jaringan saraf pada daerah luka bekas
operasi
c. Resiko infeksi b.d prosedur invasif
d. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri luka bekas operasi
e. Defesiensi pengetahuan tentang pembedahan seksio sesaria b.d
kurangnya informasi
f. Deficit perawatan diri mandi/kebersihan b.d kelemahan fisik
g. Kemandirian ibu dalam memilih alat kontrasepsi
3. Perencanaan Keperawatan
a. Ketidak efektifan bersihan jalan b.d akumulasi secret, efek anatesi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
bersihan jalan nafas efektif dengan status pernafasan adekuat
Kriteria Hasil :
1) Klien mudah untuk bernafas
2) Tidak ada sianosis, tidak ada dispneu
3) Mengeluarkan secret secara efektif
Intervensi
a) Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
b) Auskultasi bunyi nafas
c) Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suksion sesuai
kebutuhan
d) Anjurkan klien untuk bernafas pelan, nafas dalam dan batuk
31
b. Nyeri akut b.d agen injury fisik (pembedahan, trauma jalan lahir,
epiostomi)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
akut dapat teratasi dengan :
Kriteria Hasil :
1) Tanda tanda vital batas normal
2) Klien dapat mengungkapkan nyeri
3) Skala nyeri 0 – 1 (dari 0 – 10)
4) Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
5) Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan
6) Ekspresi wajah tenang
Intervensi
a) Observasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b) Observasi skala nyeri
c) Ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam
d) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri ( miring kanan kiri
e) Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Kriteria Hasil:
1) Tidak ada tanda tanda infeksi
2) Tanda tanda vital batas normal
3) Keadaan luka tetap kering dan bersih
Interversi
a) Kaji tanda tanda vital
b) Monitor tanda tanda infeksi
32
Kriteria Hasil :
1) Aktivitas fisik meningkat
2) Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dan kemampuan
dalam bergerak
Intervensi :
a) Monitor kemampuan klien dalam melakukan mobilitas
b) Lakukan penggantian pembalut klien
c) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan personal hygine
Kriteria Hasil :
1) Klien dan keluarga menyatakan pemahaman penyakit, kondisi,
program pengobatan
2) Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
sudah dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
Intervensi :
a) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang pembedahan yang
dilakukan
33
Kriteria Hasil :
1) Menerima bantauan atau perawatan total dari pemberi
perawatan jika diperlukan
2) Klien mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang
kebersihan tubuh dan hygiene
3) Klien mempertahankan mobilitas yang diperlukan
Intervensi :
a) Kaji kemampuan klien untuk menggunakan alat bantu
b) Pantau adanya perubahan kemampuasn fungsi
c) Pantau kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri
secara mandiri
d) Berikan bantuan sampai klien mampu melakukan perawatan
diri
e) Dukung kemandirian dalam melakukan mandi dan hygiene
mulut, bantu klien jika mungkin
Kriteria Hasil :
1) Ibu dapat menjelaskan pengertian alat kontrasepsi
2) Dapat memilih alat kontrasepsi
34
Intervensi :
a) Kaji pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi KB
b) Beri motivasi klien untuk memilih alat kontrasepsi
c) Perkuat ibu dalam pilihannya
d) Beri reword/ dukungan