Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI IKTERUS NEONATRUM DAN

MASALAH PADA PEMBERIAN ASI

DISUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Ikterus Neonatorum Patologis Dan Masalah Pemberian ASI”.

Penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari kaku teman
sejawat bidan di RS Budhi Asih Ruang Nifas Bougenville Barat dan pemberi semangat dalam
penyusunan makalah ini baik berupa dukungan moril maupun materil. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ns Maysarah, S.Kep. selaku kepala ruangan bougenville barat


2. Dr.Rosida, Sp.A selaku Kepala SMF Anak
3. Dr.Edi junaidi, Sp.OG kepala SMF Kebidanan
4. Bidan lantai 8 Bougenville Barat

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan penulisan makalah ini sangat
dibutuhkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca
pada umumnya.

Bekasi, 14 Juli 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................2
2.1 Ikterus neonatrum...............................................................................................2
2.2 Masalah Pemberian Minum..............................................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................................15
BAB IV PENUTUP......................................................................................................23
3.1 Kesimpulan............................................................................................................23
3.2 Saran......................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu dan bayi di indonesia masih cukup tinggi.Hal


ini merupakan momok tebesar bagi orang bidan dalam melaksanakan
pelayanan kebidanan.MDGs2015 telah menetapkan target untuk
menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1000 kelahiran
hidup.Sebenernya kematian ibu dan bayi ini dapat dicegah melalui deteksi
dini terjadinya kasus serta rujukan yang cepat dan tepat untuk setiap kasus
kegawatdarutan pada maternal dan neonatal.

Neonatus merupakan masa kritis,karena kehidpunnya merupakan


masa transisi dari intra uteri ke ekstra uteri.Dalam kandungan ,semua
kebutuhan terpenuhi dari ibu melalui plasenta (transplacenta) saat
menghirup udara luar/ekstra uteri maka semua organ yang ada pada
nonatus harus berfungsi.Dalam kehidupan diluar, bukan kondisi fisiknya
saja yang harus beradaptasi, yaitu diantaranya yaitu ikterus dan masalah
pemberian minum.

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui tentang ikterus neonatrum

1.2.2 Untuk mengetahui manajemen penanganan


kegawatdaruratan neonatal ikterus neonatrum

1.2.3 Untuk mengetahui tentang masalah pemberian minum.

1.2.4 Untuk mengetahui manajemen penanganan


kegawatdarutan neonatal ikterus neonatrium

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikterus neonatrum
Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50 % neonatus cukup bulan dan lebih
tinggi lagi pada neonatus kurang bulan (Saifudin,2006).Ikterus adalah pewarnaan kuning di
kulit ,konjungtiva dan muka yang terjadi karena meningkatnya kadar billirubin dalam
darah.Klinik ikterus tampak bila kadar bilirubin serum adalah  ≥ 5 mg /dl (85 mol/L).Disebut
hiperbillirubin adalah keadaan kadar bilirubin serum > 13 mg/Dl (Depkes,RI,2005).Ikterus
pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala patologis (Saifudin, 2006).

1. Ikterus Fisiologis

Saifudin (2006) Ikterus Fisiologis ialah :

a. Ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga.


b. Tidak mempunyai dasar patologis.
c. Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan.
d. Tidak mempunyai potensi menjadi kern-icterus.
e. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi

Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis apabila sudah pengamatan dan


pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukkan dasar patologis dan tidak mempunyai
potensi kembang menjadi kern-icterus.Kern-icterus (ensefalopati biliaris) ialah suatu
kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak (Saifudin,2006)

2.Ikterus patologis

Ikterus patologis ialah ikterus yang mempunyai dasainnnyar patologis dan kadar
bilirubin mencapai nilai hiperbilirubinemia.Ikterus patologis misalnya pada inkompabillitas
Rhesus dan ABO,sepsis,penyumbatan saluran empeu, dan sebagainya (Saifudin,2006)

WHO (2005) Ikterus abnormal dapat disebabkan oleh :

a. Infeksi bakteri berat.


b. Penyakit hemolitik yang disebabkan oh ketidakcocokan golongan darah atau
defisiensi G6PD.
c. Sifilis kongenital atau infeksi intrauteris lainnya.
d. Penyakit hati misalnya hepatitia atau atresia bilier.
e. Hipotiroidisme.

(FK UI,1985) Penyebab Ikterus yaitu :

a.Ikterus Prahepatik
Ikterus ini terjadi akibat produksi bilirubin yang meningkat,yang terjadi pada hemolisis
sel darah merah (ikterus hemolitik).kapasitas yang hati untuk mengadakan konjugasi terbatas
apalagi bila disertai oleh adanya difungsi sel hati.akibatnya bilirubin indirek akan meningkat.
Dalam batas tertentu,bilirubin direk juga meningkat dan akan segera diekskresikan ke dalam
saluran pencernaan,sehingga akan didapatkan peninggian kadar urobilinogen di dalam tinja.
(FK UI,1985).

(FK UI,1985) peningkatan pembentukan bilirubin dapat disebabkan oleh :

1. Kelainan pada sel darah merah

2 .Infeksi seperti malaria, sepsis dan lain-lain.

3. Toksin yang berasal dari luar tubuh seperti obat-obatan, maupun yang berasal dari

dalam tubuh seperti yang terjadi pada reaksi transfusi dan eritroblastosis fetalis.

b.Ikterus pascahepatik (Obstruktif)

Bendungan dalam saluran empedu akan menyebabkan peninggian bilirubin konjugasi


yang larut dalam air sitik sebagai akibat Bendungan, bilirubin ini akan mengalami reguler
regurgitasi kembali ke dalam sel hati dan terus memasuki peredaran darah putik selanjutnya
akan masuk ke ginjal dan diekskresikan oleh ginjal sehingga kita akan menemukan bilirubin
dalam urine. Sebaliknya karena ada Bendungan, maka pengeluaran bilirubin ke dalam saluran
pencernaan berkurang sehingga akibatnya tinja akan berwarna dempul karena tidak
mengandung sterkobilin.Urobilinogen dalam tinja dan dalam air kemih akan menurun.Akibat
penimbunan bilirubin direk, maka kulit dan sklera akan berwarna kuning kehijauan. Kulit
akan terasa gatal. Penyumbatan empedu (kolestasis) dibagi dua,yaitu intraintrahepatic bila
sumbatan terjadi didalm duktus koledokus.(FKUI ,1985)

c,Ikterus Hepatoseluler

Kerusakan sel hati akan menyebabkan konjugasi bilirubin terganggu, sehingga bilirubin
direk akan meningkat.Kerusakan sel hati juga akan menyebabkan bendungan di dalam hati
sehingga bilirubin darah akan mengandalkan regurgitasi ke dalam sel hati yang kemudian
akan menyebabkan peninggian kadar bilirubin konjugasi di dalam aliran darah.Bilirubin direk
ini akan larut dalam air sehingga mudah diekskresikan oleh ginjal ke dalam air kemih.
Adanya sumbatan intrahepatik akan menyebabkan penurunan ekskresi bilirubin dalam
saluran pencernaan yang kemudian akan menyebabkan tinja berwarna pucat,karena
sterkobilinogen menurun.(FKUI,1985).

(FKUI,1985) Kerusakan sel hati terjadi pada keadaan :

1) Hepatitis oleh virus, bakteri, Parasit.

3
2) Sirosis hepatis.
3) Tumor.
4) Bahan kimia seperti fosfor, arsen.
5) Penyakit lain seperti hemokromatosis, hipertiroid dan penyakit Niemen Pick.

A. Langkah Promotif/Preventiv

1. Menghindari penggunaan obat pada ibu hamil yang dapat mengakibatkan ikterus
(sulfa, antimalaria, nitro furantoin, aspirin.)
2. Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan BBLR
3. Penanganan infeksi Maternal, ketuban pecah dini.
4. Penanganan asfiksia, trauma persalinan.
5. Pemantauan kebutuhan nutrisi rumatan dengan minum ASI dini dan eksklusif.

B. Diagnostik

1. Anamnesis

a. Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan pada bayi baru lahir asal dengan
menggunakan pencahayaan yang memadai.Ikterus akan terlihat lebih berat bila
dilihat dengan sinar lampu dan bisa tidak dengan penerangan yang kurang. Tekan
kulit dengan dengan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit jaringan
subkutan:
1) Hari Sabtu tekan pada ujung hidung atau dahi;
2) Hari 2 tekan pada lengan atau tungkai;
3) Hari 3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki.

b . Ikterus muncul pertama daerah wajah, menjalar ke arah kaudal tubuh, dan
ekstremitas. Pemeriksaan penunjang kadar bilirubin serum total saat tanda klinis
ikterus pertama ditemukan sangat berguna untuk data dasar mengamati penjalaran
ikterus kearah caudatum.

c.Tentukan tingkat keparahan ikterus secara kasar dengan melihat pewarnaan kuning
pada tubuh metode Kramer. Pemeriksaan kadar bilirubin.

4
Gambar 1.Daerah kulit bayi yang berwarna kuning untuk penerapan rumus kramer

(Sumber : https://slideplayer.info/slide/2570871/release/woothee)

Tabel 1. Rumus Kramer

DAERAH LUAS IKTERUS KADAR BILIRUBIN


(LIHAT GAMBAR) (mg%)

1 KEPALA DAN LEHER 5

2 Daerah 1 9
(+)
Badan Bagian Atas

3 Daerah 1,2 11
(+)
Badan Bagian Bawah Dan
Tungkai

4 Daerah 1,2 12

5
(+)
Lengan Dan Kaki Di Bawah
Dengkul

5 DAERAH 1,2,3,4 16
(+)
Tangan Dan Kaki

Tabel 2. Perkiraan Klinis Derajat Ikterius

Usia Ikterus terlihat pada Klasifikasi

Hari 1 Setiap ikters terlihat Ikterus Berat

Hari 2 Lengan dan tungkai

Hari 3 Tangan dan kaki

a.Bila Ikterus terlihat di bagian mana saja dari tubuh bayi pada hari 1 menunjukkan kondisi i
bayi sangat serius. Lakukan terapi Sinar segera mungkin, jangan menunda terapi Sinar
dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum.

b. Bila Ikterus terlihat pada lengan dan tungkai sampai ke tangan dan kaki pada hari kedua,
menunjukkan kondisi bayi sangat serius. Lakukan terapi Sinar sesegera mungkin, jangan
menunda terapi Sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum.

c.Pemeriksaan tanda klinis lain seperti gangguan pemberian minum, keadaan umum,, suhu
yang labil, sangat membantu menegakkan diagnosis penyakit utama disamping keadaan
hiperbilirubin.

d.Tindak lanjut pada neonatus yang menderita hiperbilirubinemia harus dilakukan setelah bayi
dipulangkan pada 7 hari pertama pasca kelahiran.

e.Bila Ikterus menetap sampai minggu kedua pasca kelahiran, dianjurkan untuk pemeriksaan
kadar bilirubin serum total dan direk serta kadar bilirubin dalam urin.

3.Pemeriksaan Penunjang

Untuk Puskesmas fasilitas penunjang biasanya jarang tersedia, sehingga pemeriksaan


ataupenajaman klinis sangat diutamakan.

Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut.

6
a. Pemeriksaan golongan darah ibu saat kehamilan dan bayi saat kelahiran.
b. Bila Ibu memiliki golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali pusat pada
setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan.
c. Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan Ikterus pada 24 jam.

Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan Kemungkinan


penunjang atau diagnosis
diagnosis lain yang
sudah diketahui

 Timbul saat lahir Sangat Hb <13 g/d Ikterus hemolitik


sampai dengan L,Ht<39% akibat
hari kedua Ikterus inkompatibilitas
 Riwayat Ikterus Sangat pucat Bilirubin> 8 mg/d darah
pada bayi L
sebelumnya pada hari ke-1 atau
 Riwayat penyakit kadar bilirubin >13
keluarga. 2x mg/d Lpada hari ke-
terus,, 2 Ikterus/kadar
pembesaran bilirubin cepat
hati,pengangkata
n limpa defisiensi bila ada fasilitas:
G6PD
Defisiensi G6pd
Inkompatibilitas
Gol.
Darah ABO atau
RH

 Timbul saat lahir Sangat Lekositosis, Ikterus diduga


sampai dengan leukopeni, karena infeksi
hari kedua atau Ikterus trombositopenia berat/sepsis
lebih Tanda tersangka
 Riwayat infeksi (tangani dugaan
Maternal infeksi berat dan
Infeksi atau
fototerapi bila
sepsis
diperlukan)
(malas minum,
kurang aktif,
tangis lemah,
suhu tubuh
abnormal)

 Timbul pada hari Ikterus Ikterus karena obat


Satu
 Riwayat ibu
hamil
penggunaan obat

7
 Ikterus hebat Sangat Bila ada fasilitas: Ensefalopati
timbul pada hari bilirubin (kern
kedua Ikterus Hasil tes coombs ikterus)obati
 Ensefalopati positif kejang dan tangani
Kejang
timbul pada hari ensefalopati
ke 3-7 Postur abnormal, bilirubin
 Ikterus hebat letargi
yang tidak atau
terlambat diobati

 Ikterus menetap Ikterus Faktor pendukung: Terus


setelah usia 2 berlangsung >dua Urine gelap,Feses berkepanjangan
minggu minggu pada bayi pucat,Peningkatan (prolonged Ikterus)
cukup bulan dan bilirubin direk
>3 minggu pada
bayi kurang bulan

 Timbul hari Bayi tampak Ikterus pada bayi


kedua atau lebih sehat premi prematur
 Bayi berat lahir
rendah

(Sumber: 2 Depkes RI, 2005)

C.Penanganan

Padakern-icteruss,gejala klinis pada permulaan tidak jelas,antara lain dapat disembunyikan


yaitu bayi tidak menghisap, letargi,mata berputar, gerakan tidak menentu (involuntary
movements),kejang, tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus.untuk mencegah
terjadinya kern-icterus (ensefalopati biliaris)

1. Dalam hal ini yang penting ialah pengamatan yang ketat dan cermat perubahan
peningkatan kadar ikterus/bilirubin bayi baru lahir, khususnya Ikterus yang
kemungkinan besar menjadi patologis, yaitu:
2. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama
3. Ikterus dengan kadar bilirubin >12,5 mg % pada neonatus cukup bulan atau >10 mg
% pada neonatus kurang bulan
4. Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg %/hari

Mengatasi hiperbilirubinemia :

1. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi


2. Transfusi tukar darah

1. Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek >20 mg%


2. Kenaikan kadar bilirubin indirect yang cepat di, yaitu 0,3-1 mg% per jam
3. Anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung.

8
4. Kadar HB tali pusat<14 mg% uji coombs direk positif

Tabel 4. Pedoman pengelolaan Ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin

(modifikasi dari maisels 1972)

Bilirubin <24 jam 24-28 jam 49-72 jam >72 jam


(mg%)

<5 Pemberian makanan yang Dini

5-9 Transfusi bila Kalori cukup


hemolisis

10-14 Transfusi Terapi sinar


tukar*bila
hemolisis

15-19 Transfusi Transfusi tukar Terapi Sinar + +


takar* bila hemolisis

>20 Transfusi tukar +

(Sumber:saifudin,2006)
*sebelum dan sesudah transfusi →tukar beri terapi

+Bila taj berhasil →transfusi tukar

Bil <5mg% selalu observasi

Bil > 5mg% ikterus


Tabelperlu diselidiki ikterus bedasarkan kadar bilirubin serum
5. Penganan

Usia Terapi sinar Transfusi Tukar


Bayi sehat Faktor Resiko Bayi sehat Faktor resiko
Mg/Dl Mol/L Mg/Dl Mol/L Mg/Dl Mol/L
Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220
Hari 2 15 260 13 220 19 330 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340


Hari 4 20 340 17 290 30 510 20 340

Tabel 6. Penanganan ikterus bayi baru lahir

Tanda-Tanda Warna kuning pada kulit dan sklera mata (tanpa hepatomegali,
perdarahan kulit tomat dan kejang-kejang)

KATEGORI normal fisiologik patologik


PENILAIAN

9
DAERAH IKTERUS 1 1+2 1-5 1-5
(Rumus Kramer) 1-2 >3 >3 >3
Kuning hari ke : ≤ 5 mg% 5-9 mg % >15-20 >20 mg%
Kadar Bilirubin mg%
Penangan
Bidan Terus  Jamur di matahari pagi  Rujuk ke
Atau diberi jam 7- 9 selama 10 menit RS
Puskesmas ASI  Badan bayi telanjang mata  Banyak
ditutup minum
 Terus diberi ASI
 Banyak minum
Rumah sakit Sama Terapi Terapi
dengan sinar sinar
diatas
 Periksa golongan darah ibu dan
bayi
 Periksa kadar bilirubin
Nasihat Waspadai Tukar darah
bila bila kadar
semakin bilirubin
kuning, naik
kembali >0,5
mg/jam
coomb’s
test

(Sumber :Saifudin,2009)

Manajemen Ikterus

1. Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat rawat jalan dengan
nasehat untuk kembali jika jika ikterus terus berlangsung lebih dari 2 minggu.
2. Jika bayi dapat menghisap, anjuran ibu untuk menyusui secara Dini dan ASI eksklusif
lebih sering minimal setiap 2 jam detik
3. Jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat diberikan melalui pipa nasogastrik atau
dengan gelas dan sendok.
4. Letakkan bayi di tempat yang cukup mendapat sinar matahari pagi selama 30 menit
selama 3-4 hari titik jaga agar bayi tetap hangat.
5. Kelola faktor risiko (asfiksia dan infeksi)karena dapat menimbulkan ensefalopati
biliaris.
6. Tiap Ikterus yang timbul selama 24 jam pasca kelahiran adalah patologis dan
membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut,minimal kadar bilirubin serum total,
pemeriksaan kearah dan punya penyakit hemolisis.

10
7. Pada bayi dengan Ikterus kramer III atau lebih perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih
lengkap setelah keadaan bayi stabil.(Depkes RI,2005)

Tabel 7. Terapi Sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum

Jika Fasilitas Tersedia

Saat timbul Ikterus Bayi cukup bulan sehat Bayi dengan faktor resiko
(kadar bilirubin, mg/dl; (kadar bilirubin,mg/dl;
umol/l) umol/l)
Hari ke1 Setiap terlihat Ikterus Setiap terlihat Ikterus
Hari ke 2 15 (260) 13 (220)
Hari ke 3 18 (310) 16 (270)
Hari ke 4 dst 20 (340) 17 (290)

Faktor risiko: BBLR, penyakit hemolisis karena inkompatibilitas golongan darah, asfiksia
atau asidosis, hipoksia, trauma cerebral atau infeksi sistematik.

Pemulangan dan pemantauan lanjutan: nasehat ibunya mengenai pemberian minum dan
membawa kembali jika menjadi semakin kuning.

2.2 Masalah Pemberian Minum


A. Prinsip Dasar
1. Masalah pemberian minum sering terjadi pada bayi baru lahir, bayi berat lahir
rendah,atau sakit berat.
2. Masalah pemberian minum perlu mendapat perhatian khusus Selain untuk
mengurangi resiko terjadinya penyakit juga untuk memenuhi tumbuh kembang bayi.
(Depkes RI,2005)

B. Masalah paling sering terjadi


1. Bayi yang semula minum baik menjadi malas minum.
2. Bayi malas minum sejak lahir.
3. Berat bayi tidak naik.
4. Ibu cemas tentang cara pemberian minum, pertama pada bayi kecil, atau bayi kembar.
(Depkes RI,2005)

C.Langkah Pomotif/Preventif

1. Perawatan antenatal yang meliputi perawatan payudara.


2. Mengecek kelahiran BBLR.
3. Penanganan infeksi Maternal.
4. Perawatan pasca neonatal yang baik dan berkualitas.

D . Diagnostik

11
1. Anamnesis
a. Riwayat cara pemberian minum bayi.
b. Riwayat terjadinya masalah pemberian minum.
c. Riwayat penimbangan bayi.
d. Riwayat infeksi Maternal ketuban pecah dini .(Depkes RI,2005)
2. Pemeriksaan fisik
Pada tabel 8 dibawah ini dapat dilihat dan dipikirkan diagnosis banding bayi dengan
masalah minum

Tabel .8 diagnosis banding masalah minum

Anamnesis pemeriksaan Kemungkinan diagnosis


Malas atau tidak mau Bayi tampak sakit Curiga infeksi (sepsis)
minum
Sebelumnya minum Tanda infeksi:
dengan baik Kesulitan bernafas, suhu
Timbul malam jam atau tidak stabil, iritabel,
lebih setelah lahir kejang, tidak sadar,
Riwayat infeksi Maternal muntah
ketuban pecah dini
Malas atau tidak mau Bayi berat lahir <2500 Bayi kecil
minum,sebelumnya minum gram atau kehamilan
baik kurang dari 37 minggu
Timbul sejak lahir
Ibu tidak dapat menyusui Bayi kelihatan sehat Cara pemberian minum
atau tidak berhasil salah
menyusui Kecemasan pada ibu
Ibu cemas dan khawatir
tidak dapat menyusui
Waktu timbul 1 hari atau
lebih
Bayi regurgitasi, beberapa Celah antara palatum dan Celah langit-langit
kali tersedak dan batuk mulut atau keluar minum
setelah minum. lewat hidung
Timbul pada hari ke 1 atau
lebih
Bayi regurgitasi sejak Pipa lambung dapat Iritasi lambung
pertama minum masuk
Waktu timbul 1 hari Bayi kelihatan sehat
Air ketuban bercampur
mekonium
Bayi batuk tersedak dan Pipa lambung tidak dapat Kelainan bedah
regurgitasi Sejak pertama masuk,
kali minum Keluar air liur atau cairan
Minum dimuntahkan dari mulut walaupun
Waktu timbul sejak lahir tidak diberi minum
( Sumber: Depkes RI,2005)

12
E. Manajemen umum

1. Bila bayi bisa minum tanpa batuk, tersedak atau muntah sejak pertama kali minum
sesudah lahir, lanjutkan dengan kemungkinan diagnosis lain.
2. Bila bayi mengalami batuk tersedak atau muntah Sejak pertama diberi minum coba
pasang pipa lambung.
a. Bila tidak berhasil maka kemungkinan adanya kelainan bedah, pasang jarum infus
dengan cairan rumatan dan pemberian minum ditunda titik wujud menderita setelah
keadaan stabil.
b. Bila pipa lambang Brazil masuk, pastikan pipa masuk ke lambung lakukan aspirasi
cairan lambung dan Biarkan mengalir sendiri titik kemudian lanjut dengan
kemungkinan diagnosis lain.(Depkes RI ,2005)

F. Manajemen khusus

Pada ibu tidak dapat menyusui atau tidak berhasil menyusui kamu lakukan manajemen
sebagai berikut

1. Kecemasan pada ibu


a. Memberi pengertian dan cara pemberian ASI yang tepat.
b. Perhatikan dan catat berat bayi setiap hari.
c. Menjelaskan dan kerjasama dengan ibu mengenai teknik menyusui selama 3
hari.
1) Yakinkan Ibu bila cara ibu benar.
2) Bila cara belum benar, Nasehat Ibu cari yang sesuai.
3) Bila berat bayi meningkat minimal 60 gram dalam 3 hari ,sebagai
parsangkaan berat tidak naik dengan adekuat.(Depkes RI ,2005)

2.Persangkaan berat bayi tidak naik dengan adekuat

a. Kenaikan berat bayi tidak adekuat jika ditemukan kenaikan berat bayi kurang 60 gram
selama tiga hari berturut-turut
b. Periksa penyebab berat tidak naik sebelumnya
1. Apakah setelah diberi minum sesuai rencana, yakinkan bayi telah mendapat
minum dan cairan secukupnya.
2. Apakah suhu lingkungan bayi optimal
3. Cari tanda sepsis dan lakukan pengobatan
4. Pengobatan infeksi pada mulut jika ditemukan
c. Bila tidak ditemukan penyebab ASI kau melakukan tindakan meningkatkan jumlah
yang diterima bayi dengan cara:
1. Menaikkan frekuensi minum, menambah lamanya waktu menyusui
2. Pengganti payudara setiap mulai menyusui dan pastikan bayi dapat
mengosongkan satu payudara sebelum berpindah ke payudara yang lain
3. Ibu cukup minum, gizi dan tidak kelelahan

13
d. Bila kenaikan berat kurang dari 20 gram setiap hari
1. Hendaknya sesudah menyusui Ibu merasa ASI nya dan berikan pada bayi
dengan cara alternatif Sebagai tambahan Surabaya menyusui.
2. Bila tidak dapat memeras ASI, beri bayi 10 ml pengganti ASI (PASI)
3. PASI tidak harus diberikan kecuali jika yakin:
tersedia selama,mudah diperoleh, dapat digunakan secara aman, serta dapat
dipersiapkan cara setel sesuai petunjuk.
e. Pemberian PASI dilanjutkan hingga kenaikan berat bayi minimal 20 gram per hari
selama 3 hari berturut-turut, kemudian turunkan PASI sampai 5 m setiap kali minum
selama 2 hari.
1. Bila kenaikan berat badan cukup (>20 g/hari, selama 2 hari berikutnya
hentikan PASI seluruhnya.
2. Bila berat badan turun di bawah 20g/hari Mulai tambahkan kembali PASI
sebanyak 10 ml setiap kali minum, dan ulangi kembali proses diatas.
3. Setelah PASI dihentikan, monitor kenaikan berat badan bayi selama 3 hari
berikutnya. Jika kenaikan berat badan berlangsung dengan kecepatan yang
sama atau lebih baik, bayi dipulangkan ke rumah. (Depkes RI,2005)

3. Memberi minum bayi kecil

a. Terangkan bahwa ASI adalah minuman yang paling baik.


b. Beri penjelasan bahwa bayi kecil mungkin tidak dapat minum dengan baik pada
hari-hari pertama dan hal ini normal karena:
1) Mudah capek dan mengisap masih lemah.
2) Menghisap dengan singkat kemudian berhenti.
3) Tertidur Saat sedang minum.
4) Ada waktu jeda yang cukup panjang antara isapan.
5) Ingin minum lebih sering dibanding bayi yang lebih besar.

c. Yakinkan Ibu bahwa menyusui dengan ASI akan lebih mudah bila bayi sudah
besar
d. Hendaknya Ibu mengikuti prinsip umum menyusui ASI:
1) Yakin bahwa bayi disusui minimal 8 kali 24 jam( siang dan malam) sampai
berat 2500 gram. Bila bayi tidak dapat bangun sendiri sewaktu minum,
hendaknya ibu membangunkannya untuk menyusu.
2) Bila bayi melepaskan hisapannya dari satu payudara berikan payudara
lainnya.
3) Selalu memberi minum ASI sebelum memeras ASI.Bila perlu ibu dapat
meningkatkan aliran ASI dengan sedikit memeras sedikit asinya sebelum
menempelkan bayi ke payudara.
4) Biarkan bayi menyusu untuk waktu yang lama. Ibu harus membiarkan waktu
jeda yang cukup panjang antara hisapan atau hisapan yang pelan dan lama.

14
Jangan menghentikan bayi menyusu selama bayi masih berusaha atau ingin
tetap menyusui. Jangan memaksa bila bayi belum belum mau menyusu.
5) Ajarkan agar ibu hanya memberi ASI untuk empat sampai enam bulan
pertama.
e. Bila bayi tidak menghisap dengan baik untuk menerima sejumlah ASI cukup,
anjurkan ibu untuk pemberian ASI peras dengan menggunakan alternatif cara
pemberian minum dengan cangkir, sendok atau pipa lambung.
f. Bila suplai ASI cukup (dilihat bayi minum 6 kali atau lebih dalam 24 jam) tapi
berat bayi tidak naik dengan adekuat (kurang dari 60 gram selama 3 hari) Ibu
hendaknya memeras ASI selama dua cangkir yang berbeda titik hendaknya Ibu
memberikan pertama kali kepada bayinya pertama kalinya ASI peras dalam
cangkir kedua yang mengandung lebih kaya lemak kemudian baru aslinya yang
ada di dalam cangkir bila bayi masih memerlukan.(Depkes RI,2005)

4. Memberikan minum bayi kembar

1) Yakinkan nasinya cukup untuk 2 bayinya.


2) Bila bayi kecil, Terangkanlah kepada Ibu bahwa akan memerlukan
waktu yang cukup lama untuk memulai menyusui ASI dengan mantap.
3) Hendaknya Ibu mengikuti prinsip umum menyusui, Sebagai tambahan
ibu harus:
1) Memulai menyusui salah satu bayinya pada saat payudara sudah
siap untuk dua bayi nya.
2) Yakin bahwa bayi yang lebih lemah dapat cukup ASI.
3) Beri ASI peras dengan menggunakan Salah satu cara alternatif
pemberian ASI minum, sesudah selesai menyusu bila diperlukan.
4) Secara bergantian menggilir payudara setiap kali menyusui titik
(Depkes RI,2005)

BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL

Tempat : RSUD Budhi Asih

Tanggal/Jam : 14 Juli 2020

15
I. Data Subjektif

Biodata

Nama Bayi : Bayi M.Nabil

Tanggal lahir : 14 Juli 2020

No.RM : 01.19.3247

BB/BP waktu lahir: 2960 gr/49 cm

Nama ibu : Ny. R Nama ayah : Tn. C.S

Umur : 25 tahun Umur : 33 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa:Betawi/Indonesia

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan :Wiraswasta

Alamat/Telepon : Jl. Pisangan Lama III Rt.05 Rw.07 Kel. Pisangan


Timur,Kec.pulo Gadung,Jakarta Timur/08975929787

Keluhan Utama

1. Ibu mengatakan ASI nya keluar sedikit


2. Ibu mengatakan sibuk mengurus anak pertama yang ahmasih kecil usia 3
tahun
3. Ibu mengatakan banyak dibantu oleh neneknya dalam merawat bayinya
banyak dibatnu oleh neneknya dalam merawat bayinya dianjurkan memakai
gurit serta bedak di selangkangan/paha bayi oleh neneknya

Riwayat menstruasi

HPHT : 11 November 2019

Haid Sebelumnya : Teratur

Lamanya : 7 Hari

Tafsiran Persalinan : 18 Agustus 2020

ANC di : PKM Pulo Gadung ,Oleh : Bidan

16
Frekuensi ANC : 14 Kali,Teratur

Riwayat Persalinan

Anak Tahun Usia Jenis Penol Kompli Anak Nifas


Ke Lahir Kehami Persal ong kasi
Lan ian JK BB ASI ASI Peny
ulit
1 2016 38 minggu SC Dokter Sungsang L 3,4 48 Ya Tidak
Ada
2 2019 37 minggu SC Dokter Post SC L 2,9 49 Ya Tidak
ada

Riwayat penyakit yang pernah diderita

Tidak ada

Riwayat alergi obat

Tidak Ada

Riwayat Psikososial

Emosi : Baik

Respon terhadap persalinan : Baik

Hubungan dengan orang tua atau mertua : Baik

Jenis kelamin yang diinginkan : Baik

Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan,persalinan dan nifas : Tidak ada

Riwayat KB

17
KB suntik untuk 3 bulan : 2016-2019

II. Data Objektif

Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

Jenis kelamin : Laki-laki

BB/PB Sekarang : 2818gr/46 cm

LK/LD/LP sekarang : 35 cm/32 cm/35 cm

Suhu : 36,7 C

RR : 46x/menit

N : 130x/menit

BAB/BAK : (+/+)

Golongan darah bayi : A+

Golongan darah ibu : O+

Golongan darah ayah : A+

Hasil labotarium : Bilirubin total 14,80 U/L (11.15 WIB)

Hasil inspeksi : bayi nampak ikterik pada bagian kepala,leher,


badan bagian atas dan bawah, lengan dan kaki
serta,kedua buah mata bayi juga nampak
memakai gurita serta di pakaian bedak tabur di
daerah selangkangan/pangkal paha. Bayi
memiliki daya hisap yang kuat.

III Assessment

By. A usia 3 hari dengan ikterik patologis kramer 5 dan masalah dalam
pemberian ASI serta kurangnya pengetahuan ibu akan perawatan bayi.

IV. Planning

1. Memberitahukan Ibu bahwa hasil TTV dalam keadaan normal

E: Ibu mengerti bahwa hasil TTV dalam keadaan normal

2. Memberitahukan ibu untuk tidak memakaikan Gurita di tubuh bayi M.Nabil


supaya jalan nafas M.Nabil tidak terganggu

18
E: Ibu mengerti dan akan melakukannya

3. Memberitahukan ibu untuk tidak memakai kan bedak di daerah


selangkangan/pangkal paha m. Nabil supaya tidak mengalami iritasi

E:Ibu mengerti dan akan melakukannya

4. Mengajarkan Ibu cara massage payudara, dan pijat oksitosin untuk memenuhi
kebutuhan ASI bayi M.Nabil

E:Ibu mengerti dan dapat melakukannya sendiri

5. Melakukan stimulasi reflek hisap

E: Reflek hisap bayi dalam keadaan kuat

6. Memberitahukan ibu untuk mengkonsumsi makanan berserat dan bergizi serta


perbanyak istirahat untuk memenuhi produksi ASI lebih banyak

E: Ibu mengerti dan akan melakukannya

7. Memberitahukan suami untuk mendukung Ibu supaya produksi ASI nya


menambah dengan membantu pekerjaan rumah dan membantu ibu untuk
melakukan pijat oksitosin

E: Suami mengerti dan akan melakukannya

8. Memberitahukan ibu dan suami bahwa bayinya mengalami Ikterus


neonatorum yaitu Bahwa kuning yang tampak pada bagian kepala leher pada
bagian atas dan bawah, lengan dan kaki, serta ke dua buah mata untuk dan
menyarankan untuk melakukan pemeriksaan bilirubin di laboratorium

E: Ibu dan suami mengetahui kondisi kondisi bayi saat ini dan akan melakukan
cek laboratorium bayinya

9. Menjelaskan kepada ibu dan suami hasil pemeriksaan laboratorium yang telah
dilakukan pada pukul 11. 15 WIB

E: ibu dan suami mengetahuinya bahwa hasil bilirubin totalnya 14,80 U/L

19
10.Memberitahukan ibu dan suami bawa bayi M.Nabil perlu dilakukan perawatan
lanjut di ruang perinatologi karena hasil bilirubin total bayi M.Nabil 14,80 U/L
dan dikarenakan golongan darah ibu dan bayi yang berbeda

E: Ibu dan suami mengetahui tidak menyetujuinya dan bersedia tanda tangan
di Lembar penolakan perawatan di ruang perinatologi

11. Menjelaskan kepada ibu dan suami Apa yang terjadi bila M. Nabil tidak
dilakukan perawatan di ruang perinatologi yakni akan mengalami kejang
dengan demam, kecacatan, dan kebodohan

E: Ibu dan suami mengerti dan menyetujui jika bayi M.Nabil dilakukan
perawatan di perinatologi

12. Memberitahukan ibu dan suami untuk menyiapkan kebutuhan berupa


Pampers, tisu kering dan tisu basah

E: Ibu dan suami mengerti dan segera membelinya

13. Berkolaborasi dengan dokter DJP untuk pemeriksaan lab dan terapi sinar

E: Kolaborasi telah dilakukan

14. Melakukan observasi icteric dengan double light terapi

E: Double light therapy telah dilakukan

15. Melakukan observasi intake-output

E: intake dan output telah diobservasi, dengan hasil intake 190cc/24 jam dan
output 80 cc/24 jam

16. Memberitahukan ibu dan suami bawah m. Nabil akan diberikan susu formula
apabila ASI tidak mencukupi/on demand /2 jam

E: Ibu dan suami mengetahui dan menyetujui nya

17. Memberitahukan ibu dan suami untuk membawakan ASI beku selama
perawatan

E: Ibu dan suami mengerti dan dapat melakukannya

18. Melakukan penimbangan BB/24 jam

20
E: Penimbangan berat badan bayi telah dilakukan dan berat badannya sekarang
2657 gram

19. Memberitahukan ibu dan suami cara mencuci tangan yang baik dan benar

E: Ibu dan suami mengerti dan dapat melakukannya

20. Melakukan observasi keadaan umum, perkembangan TTV

E: observasi keadaan umum dan telah dilakukan dengan hasilnya normal

21. Melakukan pendokumentasian

E: Dokumentasi telah dilakukan

Tempat : RSUD Budhi Asih

Tanggal/jam :15 Juli 2020/06.500-00.00 WIB

I. Data Subjektif

Tidak dapat dikaji

21
II. Data Objektif

Keadaan umum : Sakit Sedang

Kesadaran : Composmentis

Jenis kelamin : laki-laki

BB/PB sekarang : 2657 gr/50 cm

Suhu : 36,8 C

RR : 50 x/menit

N : 144x/menit

BAB/BAK : (+/+)

Hasil Laboratorium : Bilirubin total 8190 U/L bilirubin direk 0,42 U/L
10.06 WIB

Hasil inspeksi : Ikterik tampak berkurang

III. Assasment

By.A usia 4 hari dengan estetik patologis kamar 4 dan masalah dalam
pemberian ASI

IV. Planning

1. Melakukan penimbangan BB/24 jam

E: Penimbangan berat badan bayi telah dilakukan dan berat badannya


sekarang 2657 gram

2. Memantau keadaan bilirubin dengan melakukan cek lab pada pukul 10.06
WIB dan hasilnya Mengalami penurunan (membaik)

E: Hasil bilirubin total 81,90 U/L dan bilirubin direk 0,42 U/L

3. Berkolaborasi dengan dokter DRJP untuk pemeriksaan lab dan terapi sinar

E: Kolaborasi telah dilakukan

4. Melakukan observasi area ikterik dengan dilakukan pemasangan double light


terapi

22
E: pemasangan double light terapi telah dilakukan

5. Melakukan stimulasi reflek hisap

E: Reflek hisap bayi dalam keadaan baik

6. Memberikan minum asi/Sufor On Demand/2 jam

E: pemberian ASI /Sufor On Demand/2 jam

7. Melakukan observasi keadaan umum, perkembangan ttv

E: observasi keadaan umum dan TTV telah dilakukan dan hasilnya normal

8. Mengubah posisi tidur bayi/3 jam

E: posisi tidur bayi telah diubah/3 jam

9. Mengobservasi intake dan output

E: intake dan output telah diobservasi, dengan hasil intake 400 cc/hari dan
output 208cc/ hari

10. Melakukan pendokumentasian

E: Dokumentasi telah dilakukan

BAB IV

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ikterus adalah pewarnaan kuning dikulit, konjungtiva dan muka yang terjadi karena
meningkatnya kadar bilirubin dalam darah titik penyebab Ikterus antara lain : hepatic coma
pasca hepatik dan hepatoseluler.manajemen Ikterus antara lain: 1) terus fisiologis tidak
memerlukan penanganan khusus dan dapat rawat jalan dengan nasehat untuk kembali jika
ikterus berlangsung Lebih Dari 2 minggu; 2) jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk
menyusui secara Dini dan ASI eksklusif lebih sering minimal setiap 2 jam; 3) jika bayi tidak
dapat menyusu, ASI dapat diberikan melalui pipa nasogastrik atau dengan gelas dan sendok;
4 Letakkan bayi di tempat yang cukup mendapat sinar matahari pagi selama 30 menit selama
3 - 4 hari. Jaga agar bayi tetap hangat; 5) kelola faktor risiko ( asfiksia dan infeksi) karena

23
dapat menimbulkan ensefalopati biliaris; 6) setiap Ikterus yang timbul sebelum 24 jam pasca
kelahiran adalah patologis dan membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut, minimal
kadar bilirubin serum total, pemeriksaan ke arah adanya penyakit hemolisis; 7) pada bayi
dengan Ikterus kramer III atau lebih perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap setelah
keadaan bayi stabil.

Masalah pemberian minum sering terjadi pada bayi baru lahir, bayi berat lahir rendah, atau
pada bayi sakit berat. Untuk menentukan diagnosis dalam masalah pemberian minum pada
bayi perlu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Adapun kemungkinan diagnostik
yang terjadi pada masalah pemberian minum yang curiga infeksi/sepsis bayi kecil, cara
pemberian minum salah, kecemasan pada ibu, iritasi lambung dan kelainan mudah.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan informasi
kepada pembaca tentang Ikterus neonatorum dan masalah pemberian minum. Dan kami
berharap pembaca dapat memberikan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.2003. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter,Bidan
Dan Perawat Di Rumah Sakit.

Depkes RI. 2005.Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Esensial


Dasar .Jakarta : Depkes RI

Saifudin, Abdul Bari.2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina PUSTAKA Sarwono Prawirohardjo.

Staf pengajar ilmu kesehatan anak FK UI. 1985. Ilmu kesehatan anak 2. Jakarta :
Infomedika.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai