DISUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Ikterus Neonatorum Patologis Dan Masalah Pemberian ASI”.
Penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari kaku teman
sejawat bidan di RS Budhi Asih Ruang Nifas Bougenville Barat dan pemberi semangat dalam
penyusunan makalah ini baik berupa dukungan moril maupun materil. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan penulisan makalah ini sangat
dibutuhkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................2
2.1 Ikterus neonatrum...............................................................................................2
2.2 Masalah Pemberian Minum..............................................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................................15
BAB IV PENUTUP......................................................................................................23
3.1 Kesimpulan............................................................................................................23
3.2 Saran......................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui tentang ikterus neonatrum
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikterus neonatrum
Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50 % neonatus cukup bulan dan lebih
tinggi lagi pada neonatus kurang bulan (Saifudin,2006).Ikterus adalah pewarnaan kuning di
kulit ,konjungtiva dan muka yang terjadi karena meningkatnya kadar billirubin dalam
darah.Klinik ikterus tampak bila kadar bilirubin serum adalah ≥ 5 mg /dl (85 mol/L).Disebut
hiperbillirubin adalah keadaan kadar bilirubin serum > 13 mg/Dl (Depkes,RI,2005).Ikterus
pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala patologis (Saifudin, 2006).
1. Ikterus Fisiologis
2.Ikterus patologis
Ikterus patologis ialah ikterus yang mempunyai dasainnnyar patologis dan kadar
bilirubin mencapai nilai hiperbilirubinemia.Ikterus patologis misalnya pada inkompabillitas
Rhesus dan ABO,sepsis,penyumbatan saluran empeu, dan sebagainya (Saifudin,2006)
a.Ikterus Prahepatik
Ikterus ini terjadi akibat produksi bilirubin yang meningkat,yang terjadi pada hemolisis
sel darah merah (ikterus hemolitik).kapasitas yang hati untuk mengadakan konjugasi terbatas
apalagi bila disertai oleh adanya difungsi sel hati.akibatnya bilirubin indirek akan meningkat.
Dalam batas tertentu,bilirubin direk juga meningkat dan akan segera diekskresikan ke dalam
saluran pencernaan,sehingga akan didapatkan peninggian kadar urobilinogen di dalam tinja.
(FK UI,1985).
3. Toksin yang berasal dari luar tubuh seperti obat-obatan, maupun yang berasal dari
dalam tubuh seperti yang terjadi pada reaksi transfusi dan eritroblastosis fetalis.
c,Ikterus Hepatoseluler
Kerusakan sel hati akan menyebabkan konjugasi bilirubin terganggu, sehingga bilirubin
direk akan meningkat.Kerusakan sel hati juga akan menyebabkan bendungan di dalam hati
sehingga bilirubin darah akan mengandalkan regurgitasi ke dalam sel hati yang kemudian
akan menyebabkan peninggian kadar bilirubin konjugasi di dalam aliran darah.Bilirubin direk
ini akan larut dalam air sehingga mudah diekskresikan oleh ginjal ke dalam air kemih.
Adanya sumbatan intrahepatik akan menyebabkan penurunan ekskresi bilirubin dalam
saluran pencernaan yang kemudian akan menyebabkan tinja berwarna pucat,karena
sterkobilinogen menurun.(FKUI,1985).
3
2) Sirosis hepatis.
3) Tumor.
4) Bahan kimia seperti fosfor, arsen.
5) Penyakit lain seperti hemokromatosis, hipertiroid dan penyakit Niemen Pick.
A. Langkah Promotif/Preventiv
1. Menghindari penggunaan obat pada ibu hamil yang dapat mengakibatkan ikterus
(sulfa, antimalaria, nitro furantoin, aspirin.)
2. Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan BBLR
3. Penanganan infeksi Maternal, ketuban pecah dini.
4. Penanganan asfiksia, trauma persalinan.
5. Pemantauan kebutuhan nutrisi rumatan dengan minum ASI dini dan eksklusif.
B. Diagnostik
1. Anamnesis
a. Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan pada bayi baru lahir asal dengan
menggunakan pencahayaan yang memadai.Ikterus akan terlihat lebih berat bila
dilihat dengan sinar lampu dan bisa tidak dengan penerangan yang kurang. Tekan
kulit dengan dengan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit jaringan
subkutan:
1) Hari Sabtu tekan pada ujung hidung atau dahi;
2) Hari 2 tekan pada lengan atau tungkai;
3) Hari 3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki.
b . Ikterus muncul pertama daerah wajah, menjalar ke arah kaudal tubuh, dan
ekstremitas. Pemeriksaan penunjang kadar bilirubin serum total saat tanda klinis
ikterus pertama ditemukan sangat berguna untuk data dasar mengamati penjalaran
ikterus kearah caudatum.
c.Tentukan tingkat keparahan ikterus secara kasar dengan melihat pewarnaan kuning
pada tubuh metode Kramer. Pemeriksaan kadar bilirubin.
4
Gambar 1.Daerah kulit bayi yang berwarna kuning untuk penerapan rumus kramer
(Sumber : https://slideplayer.info/slide/2570871/release/woothee)
2 Daerah 1 9
(+)
Badan Bagian Atas
3 Daerah 1,2 11
(+)
Badan Bagian Bawah Dan
Tungkai
4 Daerah 1,2 12
5
(+)
Lengan Dan Kaki Di Bawah
Dengkul
5 DAERAH 1,2,3,4 16
(+)
Tangan Dan Kaki
a.Bila Ikterus terlihat di bagian mana saja dari tubuh bayi pada hari 1 menunjukkan kondisi i
bayi sangat serius. Lakukan terapi Sinar segera mungkin, jangan menunda terapi Sinar
dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum.
b. Bila Ikterus terlihat pada lengan dan tungkai sampai ke tangan dan kaki pada hari kedua,
menunjukkan kondisi bayi sangat serius. Lakukan terapi Sinar sesegera mungkin, jangan
menunda terapi Sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum.
c.Pemeriksaan tanda klinis lain seperti gangguan pemberian minum, keadaan umum,, suhu
yang labil, sangat membantu menegakkan diagnosis penyakit utama disamping keadaan
hiperbilirubin.
d.Tindak lanjut pada neonatus yang menderita hiperbilirubinemia harus dilakukan setelah bayi
dipulangkan pada 7 hari pertama pasca kelahiran.
e.Bila Ikterus menetap sampai minggu kedua pasca kelahiran, dianjurkan untuk pemeriksaan
kadar bilirubin serum total dan direk serta kadar bilirubin dalam urin.
3.Pemeriksaan Penunjang
Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut.
6
a. Pemeriksaan golongan darah ibu saat kehamilan dan bayi saat kelahiran.
b. Bila Ibu memiliki golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali pusat pada
setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan.
c. Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan Ikterus pada 24 jam.
7
Ikterus hebat Sangat Bila ada fasilitas: Ensefalopati
timbul pada hari bilirubin (kern
kedua Ikterus Hasil tes coombs ikterus)obati
Ensefalopati positif kejang dan tangani
Kejang
timbul pada hari ensefalopati
ke 3-7 Postur abnormal, bilirubin
Ikterus hebat letargi
yang tidak atau
terlambat diobati
C.Penanganan
1. Dalam hal ini yang penting ialah pengamatan yang ketat dan cermat perubahan
peningkatan kadar ikterus/bilirubin bayi baru lahir, khususnya Ikterus yang
kemungkinan besar menjadi patologis, yaitu:
2. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama
3. Ikterus dengan kadar bilirubin >12,5 mg % pada neonatus cukup bulan atau >10 mg
% pada neonatus kurang bulan
4. Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg %/hari
Mengatasi hiperbilirubinemia :
8
4. Kadar HB tali pusat<14 mg% uji coombs direk positif
Tabel 4. Pedoman pengelolaan Ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin
(Sumber:saifudin,2006)
*sebelum dan sesudah transfusi →tukar beri terapi
Tanda-Tanda Warna kuning pada kulit dan sklera mata (tanpa hepatomegali,
perdarahan kulit tomat dan kejang-kejang)
9
DAERAH IKTERUS 1 1+2 1-5 1-5
(Rumus Kramer) 1-2 >3 >3 >3
Kuning hari ke : ≤ 5 mg% 5-9 mg % >15-20 >20 mg%
Kadar Bilirubin mg%
Penangan
Bidan Terus Jamur di matahari pagi Rujuk ke
Atau diberi jam 7- 9 selama 10 menit RS
Puskesmas ASI Badan bayi telanjang mata Banyak
ditutup minum
Terus diberi ASI
Banyak minum
Rumah sakit Sama Terapi Terapi
dengan sinar sinar
diatas
Periksa golongan darah ibu dan
bayi
Periksa kadar bilirubin
Nasihat Waspadai Tukar darah
bila bila kadar
semakin bilirubin
kuning, naik
kembali >0,5
mg/jam
coomb’s
test
(Sumber :Saifudin,2009)
Manajemen Ikterus
1. Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat rawat jalan dengan
nasehat untuk kembali jika jika ikterus terus berlangsung lebih dari 2 minggu.
2. Jika bayi dapat menghisap, anjuran ibu untuk menyusui secara Dini dan ASI eksklusif
lebih sering minimal setiap 2 jam detik
3. Jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat diberikan melalui pipa nasogastrik atau
dengan gelas dan sendok.
4. Letakkan bayi di tempat yang cukup mendapat sinar matahari pagi selama 30 menit
selama 3-4 hari titik jaga agar bayi tetap hangat.
5. Kelola faktor risiko (asfiksia dan infeksi)karena dapat menimbulkan ensefalopati
biliaris.
6. Tiap Ikterus yang timbul selama 24 jam pasca kelahiran adalah patologis dan
membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut,minimal kadar bilirubin serum total,
pemeriksaan kearah dan punya penyakit hemolisis.
10
7. Pada bayi dengan Ikterus kramer III atau lebih perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih
lengkap setelah keadaan bayi stabil.(Depkes RI,2005)
Saat timbul Ikterus Bayi cukup bulan sehat Bayi dengan faktor resiko
(kadar bilirubin, mg/dl; (kadar bilirubin,mg/dl;
umol/l) umol/l)
Hari ke1 Setiap terlihat Ikterus Setiap terlihat Ikterus
Hari ke 2 15 (260) 13 (220)
Hari ke 3 18 (310) 16 (270)
Hari ke 4 dst 20 (340) 17 (290)
Faktor risiko: BBLR, penyakit hemolisis karena inkompatibilitas golongan darah, asfiksia
atau asidosis, hipoksia, trauma cerebral atau infeksi sistematik.
Pemulangan dan pemantauan lanjutan: nasehat ibunya mengenai pemberian minum dan
membawa kembali jika menjadi semakin kuning.
C.Langkah Pomotif/Preventif
D . Diagnostik
11
1. Anamnesis
a. Riwayat cara pemberian minum bayi.
b. Riwayat terjadinya masalah pemberian minum.
c. Riwayat penimbangan bayi.
d. Riwayat infeksi Maternal ketuban pecah dini .(Depkes RI,2005)
2. Pemeriksaan fisik
Pada tabel 8 dibawah ini dapat dilihat dan dipikirkan diagnosis banding bayi dengan
masalah minum
12
E. Manajemen umum
1. Bila bayi bisa minum tanpa batuk, tersedak atau muntah sejak pertama kali minum
sesudah lahir, lanjutkan dengan kemungkinan diagnosis lain.
2. Bila bayi mengalami batuk tersedak atau muntah Sejak pertama diberi minum coba
pasang pipa lambung.
a. Bila tidak berhasil maka kemungkinan adanya kelainan bedah, pasang jarum infus
dengan cairan rumatan dan pemberian minum ditunda titik wujud menderita setelah
keadaan stabil.
b. Bila pipa lambang Brazil masuk, pastikan pipa masuk ke lambung lakukan aspirasi
cairan lambung dan Biarkan mengalir sendiri titik kemudian lanjut dengan
kemungkinan diagnosis lain.(Depkes RI ,2005)
F. Manajemen khusus
Pada ibu tidak dapat menyusui atau tidak berhasil menyusui kamu lakukan manajemen
sebagai berikut
a. Kenaikan berat bayi tidak adekuat jika ditemukan kenaikan berat bayi kurang 60 gram
selama tiga hari berturut-turut
b. Periksa penyebab berat tidak naik sebelumnya
1. Apakah setelah diberi minum sesuai rencana, yakinkan bayi telah mendapat
minum dan cairan secukupnya.
2. Apakah suhu lingkungan bayi optimal
3. Cari tanda sepsis dan lakukan pengobatan
4. Pengobatan infeksi pada mulut jika ditemukan
c. Bila tidak ditemukan penyebab ASI kau melakukan tindakan meningkatkan jumlah
yang diterima bayi dengan cara:
1. Menaikkan frekuensi minum, menambah lamanya waktu menyusui
2. Pengganti payudara setiap mulai menyusui dan pastikan bayi dapat
mengosongkan satu payudara sebelum berpindah ke payudara yang lain
3. Ibu cukup minum, gizi dan tidak kelelahan
13
d. Bila kenaikan berat kurang dari 20 gram setiap hari
1. Hendaknya sesudah menyusui Ibu merasa ASI nya dan berikan pada bayi
dengan cara alternatif Sebagai tambahan Surabaya menyusui.
2. Bila tidak dapat memeras ASI, beri bayi 10 ml pengganti ASI (PASI)
3. PASI tidak harus diberikan kecuali jika yakin:
tersedia selama,mudah diperoleh, dapat digunakan secara aman, serta dapat
dipersiapkan cara setel sesuai petunjuk.
e. Pemberian PASI dilanjutkan hingga kenaikan berat bayi minimal 20 gram per hari
selama 3 hari berturut-turut, kemudian turunkan PASI sampai 5 m setiap kali minum
selama 2 hari.
1. Bila kenaikan berat badan cukup (>20 g/hari, selama 2 hari berikutnya
hentikan PASI seluruhnya.
2. Bila berat badan turun di bawah 20g/hari Mulai tambahkan kembali PASI
sebanyak 10 ml setiap kali minum, dan ulangi kembali proses diatas.
3. Setelah PASI dihentikan, monitor kenaikan berat badan bayi selama 3 hari
berikutnya. Jika kenaikan berat badan berlangsung dengan kecepatan yang
sama atau lebih baik, bayi dipulangkan ke rumah. (Depkes RI,2005)
c. Yakinkan Ibu bahwa menyusui dengan ASI akan lebih mudah bila bayi sudah
besar
d. Hendaknya Ibu mengikuti prinsip umum menyusui ASI:
1) Yakin bahwa bayi disusui minimal 8 kali 24 jam( siang dan malam) sampai
berat 2500 gram. Bila bayi tidak dapat bangun sendiri sewaktu minum,
hendaknya ibu membangunkannya untuk menyusu.
2) Bila bayi melepaskan hisapannya dari satu payudara berikan payudara
lainnya.
3) Selalu memberi minum ASI sebelum memeras ASI.Bila perlu ibu dapat
meningkatkan aliran ASI dengan sedikit memeras sedikit asinya sebelum
menempelkan bayi ke payudara.
4) Biarkan bayi menyusu untuk waktu yang lama. Ibu harus membiarkan waktu
jeda yang cukup panjang antara hisapan atau hisapan yang pelan dan lama.
14
Jangan menghentikan bayi menyusu selama bayi masih berusaha atau ingin
tetap menyusui. Jangan memaksa bila bayi belum belum mau menyusu.
5) Ajarkan agar ibu hanya memberi ASI untuk empat sampai enam bulan
pertama.
e. Bila bayi tidak menghisap dengan baik untuk menerima sejumlah ASI cukup,
anjurkan ibu untuk pemberian ASI peras dengan menggunakan alternatif cara
pemberian minum dengan cangkir, sendok atau pipa lambung.
f. Bila suplai ASI cukup (dilihat bayi minum 6 kali atau lebih dalam 24 jam) tapi
berat bayi tidak naik dengan adekuat (kurang dari 60 gram selama 3 hari) Ibu
hendaknya memeras ASI selama dua cangkir yang berbeda titik hendaknya Ibu
memberikan pertama kali kepada bayinya pertama kalinya ASI peras dalam
cangkir kedua yang mengandung lebih kaya lemak kemudian baru aslinya yang
ada di dalam cangkir bila bayi masih memerlukan.(Depkes RI,2005)
BAB III
TINJAUAN KASUS
15
I. Data Subjektif
Biodata
No.RM : 01.19.3247
Keluhan Utama
Riwayat menstruasi
Lamanya : 7 Hari
16
Frekuensi ANC : 14 Kali,Teratur
Riwayat Persalinan
Tidak ada
Tidak Ada
Riwayat Psikososial
Emosi : Baik
Riwayat KB
17
KB suntik untuk 3 bulan : 2016-2019
Kesadaran : Composmentis
Suhu : 36,7 C
RR : 46x/menit
N : 130x/menit
BAB/BAK : (+/+)
III Assessment
By. A usia 3 hari dengan ikterik patologis kramer 5 dan masalah dalam
pemberian ASI serta kurangnya pengetahuan ibu akan perawatan bayi.
IV. Planning
18
E: Ibu mengerti dan akan melakukannya
4. Mengajarkan Ibu cara massage payudara, dan pijat oksitosin untuk memenuhi
kebutuhan ASI bayi M.Nabil
E: Ibu dan suami mengetahui kondisi kondisi bayi saat ini dan akan melakukan
cek laboratorium bayinya
9. Menjelaskan kepada ibu dan suami hasil pemeriksaan laboratorium yang telah
dilakukan pada pukul 11. 15 WIB
E: ibu dan suami mengetahuinya bahwa hasil bilirubin totalnya 14,80 U/L
19
10.Memberitahukan ibu dan suami bawa bayi M.Nabil perlu dilakukan perawatan
lanjut di ruang perinatologi karena hasil bilirubin total bayi M.Nabil 14,80 U/L
dan dikarenakan golongan darah ibu dan bayi yang berbeda
E: Ibu dan suami mengetahui tidak menyetujuinya dan bersedia tanda tangan
di Lembar penolakan perawatan di ruang perinatologi
11. Menjelaskan kepada ibu dan suami Apa yang terjadi bila M. Nabil tidak
dilakukan perawatan di ruang perinatologi yakni akan mengalami kejang
dengan demam, kecacatan, dan kebodohan
E: Ibu dan suami mengerti dan menyetujui jika bayi M.Nabil dilakukan
perawatan di perinatologi
13. Berkolaborasi dengan dokter DJP untuk pemeriksaan lab dan terapi sinar
E: intake dan output telah diobservasi, dengan hasil intake 190cc/24 jam dan
output 80 cc/24 jam
16. Memberitahukan ibu dan suami bawah m. Nabil akan diberikan susu formula
apabila ASI tidak mencukupi/on demand /2 jam
17. Memberitahukan ibu dan suami untuk membawakan ASI beku selama
perawatan
20
E: Penimbangan berat badan bayi telah dilakukan dan berat badannya sekarang
2657 gram
19. Memberitahukan ibu dan suami cara mencuci tangan yang baik dan benar
I. Data Subjektif
21
II. Data Objektif
Kesadaran : Composmentis
Suhu : 36,8 C
RR : 50 x/menit
N : 144x/menit
BAB/BAK : (+/+)
Hasil Laboratorium : Bilirubin total 8190 U/L bilirubin direk 0,42 U/L
10.06 WIB
III. Assasment
By.A usia 4 hari dengan estetik patologis kamar 4 dan masalah dalam
pemberian ASI
IV. Planning
2. Memantau keadaan bilirubin dengan melakukan cek lab pada pukul 10.06
WIB dan hasilnya Mengalami penurunan (membaik)
E: Hasil bilirubin total 81,90 U/L dan bilirubin direk 0,42 U/L
3. Berkolaborasi dengan dokter DRJP untuk pemeriksaan lab dan terapi sinar
22
E: pemasangan double light terapi telah dilakukan
E: observasi keadaan umum dan TTV telah dilakukan dan hasilnya normal
E: intake dan output telah diobservasi, dengan hasil intake 400 cc/hari dan
output 208cc/ hari
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ikterus adalah pewarnaan kuning dikulit, konjungtiva dan muka yang terjadi karena
meningkatnya kadar bilirubin dalam darah titik penyebab Ikterus antara lain : hepatic coma
pasca hepatik dan hepatoseluler.manajemen Ikterus antara lain: 1) terus fisiologis tidak
memerlukan penanganan khusus dan dapat rawat jalan dengan nasehat untuk kembali jika
ikterus berlangsung Lebih Dari 2 minggu; 2) jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk
menyusui secara Dini dan ASI eksklusif lebih sering minimal setiap 2 jam; 3) jika bayi tidak
dapat menyusu, ASI dapat diberikan melalui pipa nasogastrik atau dengan gelas dan sendok;
4 Letakkan bayi di tempat yang cukup mendapat sinar matahari pagi selama 30 menit selama
3 - 4 hari. Jaga agar bayi tetap hangat; 5) kelola faktor risiko ( asfiksia dan infeksi) karena
23
dapat menimbulkan ensefalopati biliaris; 6) setiap Ikterus yang timbul sebelum 24 jam pasca
kelahiran adalah patologis dan membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut, minimal
kadar bilirubin serum total, pemeriksaan ke arah adanya penyakit hemolisis; 7) pada bayi
dengan Ikterus kramer III atau lebih perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap setelah
keadaan bayi stabil.
Masalah pemberian minum sering terjadi pada bayi baru lahir, bayi berat lahir rendah, atau
pada bayi sakit berat. Untuk menentukan diagnosis dalam masalah pemberian minum pada
bayi perlu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Adapun kemungkinan diagnostik
yang terjadi pada masalah pemberian minum yang curiga infeksi/sepsis bayi kecil, cara
pemberian minum salah, kecemasan pada ibu, iritasi lambung dan kelainan mudah.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan informasi
kepada pembaca tentang Ikterus neonatorum dan masalah pemberian minum. Dan kami
berharap pembaca dapat memberikan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
24
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI.2003. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter,Bidan
Dan Perawat Di Rumah Sakit.
Saifudin, Abdul Bari.2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina PUSTAKA Sarwono Prawirohardjo.
Staf pengajar ilmu kesehatan anak FK UI. 1985. Ilmu kesehatan anak 2. Jakarta :
Infomedika.Jakarta.