Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH

AKUNTANSI PEMERINTAHAN
“STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH”

Disusun Oleh

Kelompok 4

1. Nur Avni Syamsuddin C 301 18 004


2. Tari Utari Madao C 301 18 008
3. I Nyoman Kertayasa C 301 18 016
4. Listiyana C 301 18 020
5. Salmah C 301 18 022
6. Novia C 301 18 024
7. Sri Astuti C 301 18 029
8. Sri Erliani Wahyuningsih C 301 18 034
9. Annisa Fitry C 301 18 035

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2020/2021
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapatkan menyelesaikan makalah berkaitan dengan
Standar Akuntansi Pemerintah. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Akuntansi Pemerintahan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, kami menyadari
bahwa selama penulisan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, kami mengucapkan banyak terima kasih.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Penyusun

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah.............................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................3
2.1 SEJARAH DAN KERANGKA KONSEPTUAL STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAH....................................................................................................................3
Lingkungan Akuntansi Pemerintahan..............................................................................6
Pengguna dan Kebutuhan Informasi.................................................................................6
Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan........................................................................8
Komponen Laporan Keuangan.......................................................................................10
Dasar Hukum Pelaporan Keuangan..............................................................................11
Asumsi Dasar.................................................................................................................12
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan....................................................................12
Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan...................................................................12
Kendala Informasi yang Relevan dan Andal..................................................................13
Unsur Laporan Keuangan...............................................................................................13
Pengakuan Unsur Laporan Keuangan............................................................................15
Pengukuran Unsur Laporan Keuangan...........................................................................17
2.2 KONSEP UTAMA YANG MENDASARI PERKEMBANGAN AKUNTANSI
PEMERINTAH..................................................................................................................17
2.3 PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI DAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH..................................................................................................................23
2.3.1 Persamaan Akuntansi...........................................................................................23

iii
2.3.2 Unsur Laporan Keuangan Pemerintah...................................................................24
2.4 SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN & KETERKAITANNYA DENGAN
BAGAN AKUNTAN STANDAR.....................................................................................30
BAB III..................................................................................................................................48
PENUTUP.............................................................................................................................48
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................48
3.2 Saran...........................................................................................................................49
PERTANYAAN KELOMPOK:.............................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................51

iv
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Standar akuntansi pemerintahan sebenarnya sudah lama ada, namun baru pada
sebatas wacana. Seiring dengan berkembangnya akuntansi di sektor komersil yang
dipelopori dengan dikeluarkannya standar akuntansi keuangan oleh ikatan akuntan
indonesia (1994), kebutuhan standar akuntansi pemerintahan kembali menguat. Oleh
karena itu badan akuntansi keuangan negara (bakun), departemen keuangan mulai
mengembangkan standar akuntansi.
Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance) pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai usaha untuk
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, salah
satunya adalah dengan melakukan pengembangan kebijakan akuntansi pemerintah
berupa Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang bertujuan memberikan pedoman
pokok dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan baik di pemerintah pusat
maupun di pemerintah daerah (Hasibuan,2015). Standar akuntansi pemerintahan
merupakan salah satu aspek penting yang diperlakukan untuk meningkatkan kualitas
tata kelola keuangan negara dan pelaporan keuangan pemerintah. Terdapat pihak
yang berkepentingan dengan standar akuntansi pemerintahan anatara pengguna
laporan keuangan, auditor, masyarakat pengguna laporan keuangan, organisasi
profesi akuntansi, akademisi dan pemerintah. Standar akuntansi pemerintahan
dikembangkan untuk memperbaiki praktik akuntansi keuangan pada lingkungan
organisasi pemerintahan.
Setelah mengalami proses yang panjang, standar akuntansi pemerintahan (sap)
yang telah lama dinantikan oleh berbagai pihak telah ditetapkan dengan peraturan
pemerintah nomor 24 tahun 2005 tanggal 13 juni 2005 tentang standar akuntansi
pemerintahan (pp sap), yang kemudian pp ini diganti dengan pp no. 71 tahun 2010.
Dengan ditetapkannya pp sap maka untuk pertama kali indonesia memiliki standar
akuntansi pemerintahan. Menandai dimulainya implementasi standar akuntansi

1
pemerintahan, wakil presiden ri meluncurkan standar akuntansi pemerintahan di
istana wakil presiden pada tanggal 6 juli 2005.
Lahirnya Standar Akuntansi Pemerintahan(SAP) telah membuat perubahan heb
at terhadap pola pengelolaan keuangan pemerintah di Indonesia. Standar Akuntansi
Pemerintahan tersebut menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi
pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan aset,
kewajiban dan ekuitas dana. Sekarang telah diganti dengan Peraturan Pemerintah No .
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menggunakan basis
kas, kas menuju akrual (cash towards accrual) sampai basis akrual.
Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
telah semakin maju dan profesional karena telah direvisi beberapa kali sesuai dengan
perkembangan akuntansi, baik di Indonesia maupun dunia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan sejarah & kerangka konseptual standar akuntansi pemerintah ?
2. Jelaskan konsep utama yang mendasari perkembangan akuntansi
pemerintah ?
3. Jelaskan persamaan dasar & unsur laporan keuangan pemerintah ?
4. Jelaskan siklus akuntansi pemerintah & keterkaitannya dengan bagan
akuntansi standar ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mampu menjelaskan sejarah & kerangka konseptual standar akuntansi
pemerintah.
2. Dapat menjelaskan konsep utama yang mendasari perkembangan akuntansi
pemerintah.
3. Dapat menjelaskan persamaan dasar & unsur laporan keuangan pemerintah.
4. Dapat menjelaskan siklus akuntansi pemerintah & keterkaitannya dengan
bagan akuntansi standar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH DAN KERANGKA KONSEPTUAL STANDAR AKUNTANSI


PEMERINTAH
Lembaga pemerintahan bukanlah organisasi yang memiliki tujuan menghasilkan
laba. Namun, dalam aktivitasnya lembaga pemerintahan ternyata melakukan transaksi
pengeluaran dan pendapatan sehingga lembaga pemerintahan juga memerlukan siklus
akuntansi biaya untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan. Penerbitan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
sudah cukup lama diusulkan, tetapi untuk menerbitkan SAP bukanlah pekerjaan yang
ringan. Melalui proses yang lama akhirnya pemerintah menerbitkan PP Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang membuka sejarah baru
dalam pengelolaan keuangan negara karena Indonesia akhirnya memiliki SAP yang
sesuai dengan fungsi akuntansi.
Penyusunan SAP dipicu oleh semakin berkembangnya akuntansi komersial
dengan diterbitkannya standar akuntansi keuangan (SAK) oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) pada tahun 1994. Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN)
Departemen Keuangan RI akhirnya memprakarsai penyusunan SAP berkat lahirnya
SAK. Reformasi di Indonesia semakin menambah kuat dorongan untuk segera
disusunnya SAP karena masyarakat Indonesia menginginkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Diterbitkannya PP Nomor 105 Tahun
2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menjadi
tonggak perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia. Lalu pada tahun 2002,
Menteri Keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan
Daerah yang bertugas menyusun Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah.
Setelah itu kembali terbit peraturan lainnya yang semakin menguatkan untuk
segera menerbitkan SAP, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
yang menyatakan laporan pertanggungjawaban APBN/APBD harus disusun sesuai

3
dengan SAP. Standar tersebut disusun oleh suatu komite standar yang indenpenden
dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharan Negara mengamanatkan penyusunan laporan
pertanggungjawaban pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan. Kemudian pembentukan komite yang bertugas menyusun standar
akuntansi pemerintahan dengan keputusan presiden juga dilakukan.
PP SAP menjadi pedoman dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah
pusat dan daerah yang terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Dalam SAP tidak ada Laporan
Perubahan Modal seperti halnya dalam akuntansi komersial karena kepemilikan
modal dalam pemerintahan adalah modal publik yang tidak bisa dideteksi
kepemilikannya sehingga keberadaannya hanya sebagai penyeimbang antara aset dan
utang. Lebih jauh dari itu, penetapan SAP diharapkan dapat menjadi tonggak lahirnya
transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara untuk
mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Di tingkat pemerintah
Pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya disebut
kerangka konseptual adalah konsep dasar penyusunan dan pengembangan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), dan merupakan acuan bagi Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP), penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan
pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang
belum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan(PSAP)
Kerangka Konseptual merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan
pengembangan SAP yang selanjutnya dapat disebut standar. Tujuannya adalah
sebagai acuan bagi:
1. penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya;

4
2. penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang
belum diatur dalam standar;

3. pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan


disusun sesuai dengan standar; dan

4. para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan


pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar.

Kerangka Konseptual berfungsi sebagai acuan dalam hal terdapat masalah akuntansi
yang belum dinyatakan dalam standar akuntansi pemerintahan.
Dalam hal terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar, maka
ketentuan standar diunggulkan relatif terhadap kerangka konseptual. Dalam jangka
panjang, konflik demikian diharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan
pengembangan SAP di masa depan.

Ruang Lingkup
Kerangka konseptual membahas:
1. tujuan kerangka konseptual;

2. lingkungan akuntansi pemerintahan;

3. pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna;

4. entitas akuntansi dan entitas pelaporan;

5. peranan dan tujuan pelaporan keuangan, komponen laporan keuangan, serta


dasar hukum;

6. asumsi dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi


dalam laporan keuangan, prinsip-prinsip, serta kendala informasi akuntansi; dan

7. unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan, pengakuan, dan


pengukurannya.

Kerangka konseptual berlaku bagi pelaporan keuangan pemerintah pusat dan daerah.

5
Lingkungan Akuntansi Pemerintahan

Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap


karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya.
Ciri-ciri penting lingkungan pemerintahan yang perlu dipertimbangkan dalam
menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan:

1. bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan;

2. sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan


antarpemerintah;

3. pengaruh proses politik;

4. hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah.

2. Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian:

1. anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan


sebagai alat pengendalian;

2. investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan;

3. kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian;


dan

4. Penyusutan nilai aset sebagai sumber daya ekonomi karena digunakan


dalam kegiatan operasional pemerintahan.

Pengguna dan Kebutuhan Informasi


Pengguna Laporan Keuangan
Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun
tidak terbatas pada:
1. masyarakat;
2. wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;

6
3. pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman; dan
4. pemerintah.
Kebutuhan Informasi Para Pengguna Laporan Keuangan
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk
memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Dengan demikian,
laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik
dari masing-masing kelompok pengguna. Namun demikian, berhubung laporan
keuangan pemerintah berperan sebagai wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara, maka komponen laporan yang disajikan setidak-tidaknya mencakup jenis
laporan dan elemen informasi yang diharuskan oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan (statutory reports). Selain itu, karena pajak merupakan sumber utama
pendapatan pemerintah, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi
kebutuhan informasi para pembayar pajak perlu mendapat perhatian.
Kebutuhan informasi tentang kegiatan operasional pemerintahan serta
posisi kekayaan dan kewajiban dapat dipenuhi dengan lebih baik dan memadai
apabila didasarkan pada basis akrual, yakni berdasarkan pengakuan munculnya hak
dan kewajiban, bukan berdasarkan pada arus kas semata. Namun, apabila terdapat
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengharuskan penyajian suatu
laporan keuangan dengan basis kas, maka laporan keuangan dimaksud wajib
disajikan demikian.
Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang tercantum di dalam
laporan keuangan, pemerintah wajib memperhatikan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan
keputusan. Selanjutnya, pemerintah dapat menentukan bentuk dan jenis informasi
tambahan untuk kebutuhan sendiri di luar jenis informasi yang diatur dalam kerangka
konseptual ini maupun standar-standar akuntansi yang dinyatakan lebih lanjut.

7
Entitas Akuntansi dan Pelaporan
Entitas Akuntansi adalah unit pada pemerintahan yang mengelola anggaran,
kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan
keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya.
Entitas Pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan
umum, yang terdiri atas:
1. Pemerintah pusat;

2. Pemerintah daerah;

3. Masing-masing kementerian negara/lembaga di lingkungan pemerintah pusat;

4. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi


lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi
dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan,


pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas
dan misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah
dari entitas pelaporan lainnya.

Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan


Peranan Pelaporan Keuangan
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporanselama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan
untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk
melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu
menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

8
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang
telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis
dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
1. Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

2. Manajemen Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan


kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga
memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian atas
seluruh aset,  kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan
masyarakat.

3. Transparansi Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada


masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggung
jawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan
kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

4. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity) Membantu para


pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode
pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah
generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban
pengeluaran tersebut.

5. Evaluasi Kinerja Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam


penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai
kinerja yang direncanakan.

9
Tujuan Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan
baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:
1. menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya
keuangan;

2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan


periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;

3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang


digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;

4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai


seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas


pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari
pungutan pajak dan pinjaman;

6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas


pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan
yang dilakukan selama periode pelaporan.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan


informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya
keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan
anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit Laporan Operasional (LO),
aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.

Komponen Laporan Keuangan


Laporan keuangan pokok terdiri atas:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

10
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);

3. Neraca;

4. Laporan Operasional (LO);

5. Laporan Arus Kas (LAK);

6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);

7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Selain laporan keuangan pokok tersebut, entitas pelaporan wajib menyajikan laporan
lain atau elemen informasi akuntansi yang diwajibkan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan (statutory reports).

Dasar Hukum Pelaporan Keuangan


Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain:
1. Undang-Undang Dasar 1945, khususnya bagian yang mengatur keuangan
negara;

2. Undang-Undang di bidang keuangan negara;

3. Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan


peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

4. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah,


khususnya yang mengatur keuangan daerah;

5. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan


keuangan pusat dan daerah;

6. Peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan


dan Belanja Negara/Daerah; dan

7. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan


pusat dan daerah.

11
Asumsi Dasar
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah anggapan
yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi
dapat diterapkan, yang terdiri atas:
1. Asumsi kemandirian entitas;

2. Asumsi kesinambungan entitas; dan

3. Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


Karakteristik Kualitatif Kaporan Keuangan adalah ukuran-ukuran normatif
yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normative yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikhendaki.
a) Relevan
b) Andal
c) Dapat dibandingkan
d) Dapat dipahami.

Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan


Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan adalah ketentuan yang dipahami
dan ditaati oleh pembuat standar dalam menyusun standar, penyelenggara akuntansi
dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta pengguna laporan
keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Berikut ini adalah
delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan
pemerintah:
a) Basis akuntansi

12
b) Prinsip nilai historis
c) Prinsip realisasi
d) Prinsip substansi menggungguli bentuk formal
e) Prinsip priodesasi
f) Prinsip konsistensi
g) Prinsip pengungkapan lengkap
h) Prinsip penyajian wajar.

Kendala Informasi yang Relevan dan Andal


Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap keadaan yang
tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi
akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andal akibat keterbatasan
(limitations) atau karena alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal yang menimbulkan
kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan pemerintah, yaitu:
1. Materialitas;
2. Pertimbangan biaya dan manfaat;
3. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif.

Unsur Laporan Keuangan


Laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran
(budgetary reports), laporan finansial, dan CaLK. Laporan pelaksanaan anggaran
terdiri dari  LRA dan Laporan Perubahan SAL. Laporan finansial terdiri dari
Neraca, LO, LPE, dan LAK. CaLK merupakan laporan yang merinci atau
menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan
finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari laporan pelaksanaan
anggaran maupun laporan finansial.

13
Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian
sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode
pelaporan.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah
ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.
Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan,
pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) meliputi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
CaLK juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh
entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk

14
diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan
yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

Pengakuan Unsur Laporan Keuangan


Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria
pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan
menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LRA,
belanja, pembiayaan, pendapatan-LO, dan beban, sebagaimana akan termuat pada
laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan diwujudkan dalam
pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh
kejadian atau peristiwa terkait. Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu
kejadian atau peristiwa untuk diakui yaitu:
1. terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan
kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke dalam
entitas pelaporan yang bersangkutan;

2. kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
atau dapat diestimasi dengan andal.

Dalam menentukan apakah suatu kejadian/peristiwa memenuhi kriteria pengakuan,


perlu dipertimbangkan aspek materialitas.

Pengakuan Aset
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Sejalan dengan penerapan basis akrual, aset dalam bentuk piutang atau beban dibayar
di muka diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas masuk atau manfaat
ekonomi lainnya dari entitas lain telah atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim
tersebut dapat diukur atau diestimasi.
Aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah antara lain bersumber

15
dari pajak, bea masuk, cukai, penerimaan bukan pajak, retribusi, pungutan hasil
pemanfaatankekayaan negara, transfer, dan setoran lain-lain, serta penerimaan
pembiayaan, seperti hasil pinjaman. Proses pemungutan setiap unsur penerimaan
tersebut sangat beragam dan melibatkan banyak pihak atau instansi. Dengan
demikian, titik pengakuan penerimaan kas oleh pemerintah untuk mendapatkan
pengakuan akuntansi memerlukan pengaturan yang lebih rinci, termasuk pengaturan
mengenai batasan waktu sejak uang diterima sampai penyetorannya ke Rekening Kas
Umum Negara/Daerah. Aset tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat
ekonominya dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah setelah periode
akuntansi berjalan.

Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi
akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan
perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur
dengan andal.
Sejalan dengan penerapan basis akrual, kewajiban diakui pada saat dana pinjaman
diterima atau pada saat kewajiban timbul.

Pengakuan Pendapatan
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada
aliran masuk sumber daya ekonomi. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima
di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.

Pengakuan Beban dan Belanja


Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau
terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran melalui bendahara

16
pengeluaranpengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran
tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan (diterbitkannya
SP2D-GU.

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan


Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan
keuangan menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat sebesar
pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan
yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai
wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban
yang bersangkutan. Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata
uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih
dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

2.2 KONSEP UTAMA YANG MENDASARI PERKEMBANGAN AKUNTANSI


PEMERINTAH
Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sangat lamban dalam
merespon tuntutan perkembangan zaman. Akuntansi pemerintahan Indonesia juga
belum berperan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja birokrasi pemerintah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat (publik).
Perkembangan sistem akuntansi pemerintah pusat atau dikenal sebagai awal
modernisasi akuntansi keuangan pemerintah seperti disebutkan di depan dimulai pada
tahun 1982. Studi ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan akuntabilitas
keuangan negara oleh Badan Akuntansi Negara (BAKUN) yang merupakan unit
eselon I Departemen Keuangan, sebagai proyek penyempurnaan sistem akuntansi dan
pengembangan akuntansi (PPSAPAP) dengan bantuan pembiayaan dari Bank Dunia.
Latar belakang proyek ini bermula dari kondisi system akuntansi dan pencatatan yang

17
masih menggunakan single entry yang memiliki kelemahan-kelemahan antara lain
sebagai berikut:
1. Proses penyusunan laporan keuangan lambat karena disusun dari sub
2. Sistem yang terpisah dan tidak terpadu;
3. Single entry tidak lagi memadai menampung kompleksitas transaksi
4. Keuangan pemerintah;
5. Sulit dilakukan rekonsiliasi;
6. Tidak mendasarkan pada sistem akuntansi keuangan pemerintah;
7. Sulit atau tidak menghasilkan neraca pemerintah yang valid dan
8. Akuntable.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/ KMK.01/1991
tentang Sistem Akuntansi Pemerintah,yang telah diganti dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor: 337/KMK.012/2003, dikembangkan dan diimplementasikan
secara bertahap. Berbagai langkah perubahan dan penyempurnaan terus dilakukan
pemerintah dalam rangka pengembangan sistem akuntansi pemerintah dalam rangka
pengembangan sistem akuntansi pusat. Dengan telah dibentuknya Badan Akuntansi
Keuangan Negara (BAKUN) sebagaimana disinggung di depan pada Departemen
Keuangan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor: 35 Tahun 1992 tanggal 7 Juli
1992 dan ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
295/KMK.01/2001 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembukuan dan Pelaporan
Keuangan pada Kementerian/Lembaga dan diimplementasikan pada tahun 2001.
Dalam pengembangan sistem akuntansi pemerintah pusat selesai pada tahun
1986, dengan mengusulkan bagian perkiraan standar akuntansi pemerintah setelah
dibentuknya Badan Akuntansi (BAKUN) yang menangani fungsi akuntansi dan
pelaporan. Sistem yang diusulkan dan disetujui Departemen Keuangan pada saat itu
adalah menyusun alokasi anggaran, proses pengeluaran melalui Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN), pembuktian buku jurnal dan daftar
transaksi sebagai dasar pembuktian buku jurnal dan daftar transaksi sebagai dasar
pembukuan dalam buku besar secara manual.

18
Reformasi Akuntansi pemerintah mendapat momentumnya dengan terbitnya
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mewajibkan
adanya suatu Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai basis penyusunan laporan
keuangan pemerintah, Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
Menteri atau pimpinan Lembaga selaku pengguna anggaran menyusun laporan
keuangan dan disampaikan paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran
berakhir. Menteri Keuangan menyusun laporan keuangan pemerintah pusat untuk
disampaikan kepada Presiden dalam tiga bulan setelah tahun anggaran yang lalu
berakhir setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, neraca, laporan arus kas
dan catatan atas laporan keuangan yang dilampiri laporan keuangan perusahaan
negara. Selanjutnya, BPK membuat laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan
dilengkapi dengan opini seperti umumnya dilakukan editor eksternal.
Berdasarkan amanat Undang-Undang Keuangan Negara tersebut, pengakuan
dan pengukuran dan belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-
Undang-Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun yang
merupakan masa transisi dari sistem akuntansi berbasis kas menuju akrual (Cash
toward basis accrual) Sehubungan dengan itu, pemerintah kemudian menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang menganut basis akrual secara penuh, yang menggantikan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005.
Untuk keseragaman mekanisme penyajian informasi pendapatan dan belanja
secara akrual, kemudian diterbitkanlah Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
berbasis akrual baik untuk pendapatan, belanja, aset, kewajiban, dan ekuitas. Dengan
telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tersebut maka
penerapan system akuntansi pemerintahan berbasis akrual telah mempunyai landasan
hukum. Dan ini berarti juga Pemerintah mempunyai kewajiban untuk dapat segera
menerapkan SAP yang baru yaitu SAP berbasis akrual Sebelum membahas lebih
lanjut perihal penggunaan akuntansi akrual ini ada baiknya kita melihat terlebih

19
dahulu tren penggunaan basis akrual ini di negara lain yang telah terlebih dahulu
menerapkan sistem ini.
Basis kas dan akrual merupakan dua titik ujung dari sebuah spectrum basis
akuntansi dan anggaran negara yang mungkin untuk diterapkan. Basis kas pada
awalnya telah diterapkan secara tradisional di berbagai negara untuk aktivitas sektor
publik. Pada awal tahun 1990-an telah muncul laporan keuangan dan anggaran
berbasis akrual yang pertama kalinya di dunia menurut Budi Mulyana yaitu di New
Zealand. Kemudian dalam perkembangan satu dekade berikutnya, telah terjadi
perubahan besar dalam penggunaan basis akuntansi dari basis kas menuju/menjadi
basis akrual di negara-negara anggota “Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD)”.
Penggunaan basis akrual tidak hanya untuk penyusunan laporan keuangan, di
beberapa negara telah menggunakan basis akrual baik untuk penyusunan laporan
keuangan maupun untuk penganggaran; seperti Australia, Inggris, New Zealand. Di
negara-negara anggota OECD, basis akrual sejauh ini lebih banyak diterima untuk
pelaporan keuangan dari pada untuk tujuan penganggaran. Dua alasan yang sering
dikemukakan atas hal ini adalah:
Pertama: penganggaran secara akrual dipercaya akan menimbulkan risiko
disiplin anggaran. Keputusan politik untuk mengeluarkan uang harus dikaitkan
dengan kapan pengeluaran itu dilaporkan dalam anggaran. Hanya basis kas yang
dapat memenuhi hal tersebut. Kedua: bahwa legislator cenderung resisten untuk
mengadopsi anggaran akrual karena kompleksitas dari konsep akrual itu sendiri.
Namun demikian, apabila penerapan akrual hanya digunakan untuk pelaporan
keuangan dan tidak untuk anggaran, kelemahannya adalah tidak akan menyelesaikan
masalah secara komprehensif. Anggaran adalah dokumen kunci dari managemen
sektor publik (pemerintah) dan akuntabilitas didasarkan pada anggaran yang telah
disetujui legislator (DPR/DPRD). Apabila anggaran didasarkan pada basis kas, focus
perhatian dari pemerintah dan legislator hanya pada sumber daya berbasis kas.
Dengan demikian, apabila laporan keuangan dihasilkan dari basis yang berbeda

20
pelaporan keuangan berbasis akrual, sementara anggaran berbasis kas, risikonya
adalah seakan-akan tidak serius.
Penggunaan basis akrual untuk pelaporan keuangan bisa saja
diimplementasikan dalam hubungannya dengan anggaran berbasis kas atau sistem
lainnya. Namun sejumlah pemerintah yang menggunakan sistem ganda (dual system)
tersebut menemukan rintangan berupa resistensi penerimaan akuntansi berbasis
akrual. Di samping itu, dengan system ganda diperlukan, rekonsiliasi yang ekstensif
di antara dua sistem tersebut. Keberhasilan akuntansi akrual, sebagian tergantung dari
inisiatif yang diberikan kepada para manager. Apabila para manager tetap diminta
bertanggungjawab atas pengelolaan anggaran secara basis kas, maka focus mereka
(dan fokus para politisi) akan terus tertuju pada sumber daya kas, misalnya, pada
biaya informasi akrual yang baru. Apabila basis akrual mau diterapkan juga untuk
penganggaran, biasanya butuh waktu satu atau dua periode setelah pelaporan
keuangan berbasis akrual diterapkan.
Kembali ke langkah strategis untuk melaksanakan basis akrual tersebut,
sebagai persiapan di tingkat pemerintah pusat, untuk pelaporan keuangan tahun 2013,
informasi akrual tetap disajikan dalam suplemen LKPP. Hal ini sesuai dengan Pasal
44 ayat (3) Undang Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapapatan
dan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran 2012 sebagaimana telah diubah dengan
undang Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang APBN Perubahan (APBN-P), yang
mengamanatkan agar Laporan Realisasi Anggaran pada LKPP Tahun 2013
dilengkapi dengan informasi pendapatan dan belanja berbasis akrual. Penerapan
akuntansi berbasis akrual dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas penyajian
laporan keuangan pemerintah dan menjanjikan data yang akurat dalam mengukur
kinerja pemerintah. Dalam akuntansi berbasis akrual dapat menunjukkan bagaimana
pemerintah membiayai aktivitas dan memenuhi kebutuhan dananya, lebih
memungkinkan pengguna laporan untuk mengevaluasi kemampuan pemerintah saat
ini untuk membiayai aktivitas dan memenuhi kewajibannya; serta lebih real
menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan posisi keuangannya.

21
Pada LKPP Tahun 2014 masih disusun berdasarkan konsolidasian Laporan
Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN) yang disusun oleh Menteri Keuangan
selaku Bendahara Umum Negara (BUN), dan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga (LKKL) yang disusun oleh Menteri/Pimpinan Lembaga. LKPP,
LKBUN, dan LKKL, tersebut disusun berdasarkan Sistem Akuntansi Pemerintah
Pusat (SAPP) yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pusat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
233/PMK.05/2012 dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Lampiran II-SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual. Penerapan SAP berbasis Akrual mulai diterapkan pada tahun 2015
untuk dapat memberikan manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan
terutama para pengguna laporan keuangan pemerintah.
Selanjutnya mengenai akuntansi berbasis Kas Menuju Akrual; ini merupakan
suatu pendekatan khusus yang dikembangkan oleh Pemerintah Indonesia untuk dapat
menyajikan 4 (empat) laporan keuangan pokok yang diamanatkan Undang Undang
dan disesuaikan dengan kondisi (peraturan, sistem, sarana dan prasarana, serta SDM)
di Indonesia yang sampai dengan tahun 2004 masih menggunakan pembukuan
tradisional (single entry) berbasis kas, belum menggunakan akuntansi modern
(double entry) sehingga sangat sulit atau bahkan tidak mungkin bila langsung
menerapkan akuntansi modern berbasis akrual. Basis Kas Menuju Akrual relatif tidak
dikenal di negara negara lain, yang merupakan pendekatan transisi dari kas menuju
akrual yang berhasil.
Kelebihan:
a. Dapat menyediakan laporan keuangan sebagaimana diamanatkan Undang-
undang;
b. Kementerian negara/lembaga telah dapat mengimplementasikan relatif cukup
baik;

22
c. Telah menyediakan informasi akrual walaupun secara periodik dan dengan
usaha-usaha tambahan yang tidak berdasarkan sistem.
Kekurangan:

a. Belum memperlihatkan kinerja pemerintah secara keseluruhan (hanya fokus


pada sumber daya keuangan berupa kas financial asserted);
b. Tidak menggambarkan beban keuangan yang sesungguhnya, karena beban
yang diakrualkan (misalnya beban penyusutan, beban penyisihan piutang
tidak tertagih, dan beban yang terutang lainnya) tidak diinformasikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran maupun laporan lainnya.
c. Kurang memberikan jejak atas perubahan nilai equitas pemerintah, karena
setiap transaksi terkait aset dan kewajiban akan langsung membebani equitas;
d. Hanya memberikan gambaran parsial bukan menyeluruh tentang keuangan
negara sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.

2.3 PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI DAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN


PEMERINTAH
2.3.1 Persamaan Akuntansi
Persamaan dasar akuntansi merupakan alat bantu untuk memahami sistem
pencatatan transaksi. Persamaan dasar akuntansi menunjukkan hubungan antara Aset
di satu sisi dengan Kewajiban dan Ekuitas pada sisi yang lain, yang dinyatakan dalam
bentuk persamaan sebagai berikut:

ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS


Aset, dalam bahasa sederhana dalam diartikan, sebagai sumber daya
ekonomis yang dimiliki dan atau dikuasai dan dapat diukur dengan satuan
uang. Dalam persamaan dasar akuntansi tersebut, Aset merupakan wujud
kekayaan yang mempunyai nilai uang yang sama dengan sumber (dari mana

23
wujud kekayaan tersebut diperoleh), yaitu Kewajiban ditambah Ekuitas.
Artinya, bertambahnya Aset dapat diperoleh dari (penambahan) Kewajiban
dan/atau (penambahan) Ekuitas. Demikian pula sebaliknya, berkurangnya
Aset dapat digunakan untuk (pengurangan) Kewajiban dan/atau
(pengurangan) Ekuitas.
Kewajiban, secara sederhana dapat diartikan, sebagai utang kepada pihak
ketiga sebagai akibat transaksi keuangan masa lalu (tahun-tahun anggaran
sebelumnya), atau berupa penerimaan yang perlu dibayar kembali. Dalam
persamaan dasar akuntansi, menunjukkan bahwa bertambahnya Kewajiban
dapat menyebabkan bertambahnya Aset dan/atau berkurangnya Ekuitas.
Demikian pula sebaliknya, berkurangnya Kewajiban dapat menyebabkan
berkurangnya Aset dan/atau bertambahnya Ekuitas.
Ekuitas, adalah jumlah kekayaan bersih yang merupakan selisih antara
jumlah Aset dengan jumlah Kewajiban. Dalam persamaan dasar akuntansi,
menunjukkan bahwa bertambahnya Ekuitas Dana dapat menyebabkan
bertambahnya Aset dan/atau berkurangnya Kewajiban. Demikian pula
sebaliknya, berkurangnya Ekuitas dapat menyebabkan berkurangnya Aset
dan/atau bertambahnya Kewajiban.

2.3.2 Unsur Laporan Keuangan Pemerintah


Laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran
(budgetary reports), laporan finansial, dan CaLK. Laporan pelaksanaan anggaran
terdiri dari LRA dan Laporan Perubahan SAL. Laporan finansial terdiri dari Neraca,
LO, LPE, dan LAK. CaLK merupakan laporan yang merinci atau menjelaskan lebih
lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial dan
merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari laporan pelaksanaan anggaran
maupun laporan finansial.

1. Laporan Realisasi Anggaran

24
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan,
belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode tertentu (PSAP No.2,
Laporan Realisasi Anggaran).
Atau dalam pengertian Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan,
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian
sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu
periode pelaporan.
Pencatatan dalam Laporan Realisasi Anggaran dilakukan dengan:
a) Asas Bruto adalah suatu prinsip yang tidak memperkenankan pencatatan secara
neto penerimaan setelah dikurangi pengeluaran.
b) Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Laporan Realisasi
Anggaran harus disajikan berbasis kas, meskipun entitas pelaporan tersebut
menggunakan basis akrual secara penuh. Isi Laporan Realisasi Anggaran
mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
 Pendapatan
1) Pendapatan menurut basis kas adalah penerimaan oleh Bendahara Umum
Negara (BUN) / Bendahara Umum Daerah (BUD) atau oleh entitas
pemerintah lainnya yeng menambah ekuitas dana lancar dalam tahun
anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah.
2) Pendapatan menurut basis akrual adalah hak pemerintah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
 Belanja
1) Belanja menurut basis kas adalah semua pengeluaran oleh BUN/BUD
yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam tahun anggaran yang

25
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.
2) Belanja menurut basis akrual adalah kewajiban pemerintah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
 Transfer
Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang dari suatu entitas
pelaporan dari atau kepada entitas pelaporan yang lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil.
 Pembiayaan (financing)
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran yang akan datang, yang terutama
dimaksudkan untuk menutup deficit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan berasal dari penggunaan sisa lebih
pembiayaan anggaran (SiLPA), pinjaman (baik pinjaman dalam negeri
maupun luar negeri) dan divestasi aset. Sedangkan pengeluaran pembiayaan
digunakan untuk pembayaran pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada
entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih


Menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun
pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

3. Neraca
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan pemerintah
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada suatu tanggal tertentu. Unsur-
unsur atau komponen neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
Penjelasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut:

26
a) Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah dan diharapkan memberikan manfaat ekonomi dan/atau sosial di
masa mendatang. Aset diklasifikasikan kedalam aset lancar dan aset non
lancar.
1) Aset lancer digolongkan sebagai aset lancar jika diharapkan segera dapat
direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Dalam kategori ini termasuk kas dan
setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan.
2) Aset nonlancar yaitu aset-aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria
lancar adalah termasuk jenis aset nonlancar. Dalam kategori aset
nonlancar ini termasuk investasi jangka panjang, aset tetap, dana
cadangan, dan aset lainnya.
 Investasi Jangka Panjang, yaitu investasi untuk mendapatkan manfaat
ekonomi dan/atau sosial untuk periode lebih dari satu periode
akuntansi. Investasi ini dapat digolongkan lagi menjadi dua, yaitu
Investasi permanen misalnya penyertaan modal pemerintah, dan
investasi nonpermanen antara lain adalah investasi dalam Surat Utang
Negara (SUN) dan penyertaan modal dalam proyek pembangunan.
 Aset Tetap, misalnya tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan
mesin, jalan, irigasi, dan kontruksi dalam pengerjaan.
 Dana Cadangan, yaitu dana yang disisihkan untuk menampung
kebutuhan yang memerlukan dana yang relatif besar yang tidak dapat
disediakan dalam satu tahun anggaran.
 Aset Lainnya, misalnya aset tak berwujud dan aset kerja sama
(kemitraan).

b) Kewajiban

27
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Kewajiban dan digolongkan menjadi dua, yaitu kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek adalah
kelompok kewajiban yang harus diselesaikan dalam waktu kurang dari 12
(dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, Sedangkan kewajiban jangka
panjang harus diselesaikan lebih dari 12 (dua belas) bulan.

c) Ekuitas Dana
Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah. Ekuitas dana dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu : 
1) Ekuitas Dana Lancar, yaitu selisih antara aset lancar dengan kewajiban
jangka pendek,
2) Ekuitas Dana Investasi, yaitu kekayaan pemerintah yang tertanam dalam
aset nonlancar selain dana cadangan, dikurangi dengan kewajiban jangka
panjang,
3) Ekuitas Dana Cadangan, yaitu kekayaan pemerintah yang dicadangkan
untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Laporan Operasional
Menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan
penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang
dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO,
beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing-masing unsur dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a) Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.

28
b) Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.

c) Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang


dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain,
termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

d) Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang
terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi
biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar
kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.

5. Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi kas sehubungan
dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas
pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup dalam
laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-
masing didefinisikan sebagai berikut.
 Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke bendahara umum
Negara/Daerah.
 Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang masuk ke bendahara umum
Negara/Daerah.

6. Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menunjukkan kenaikan atau
penurunan  ekuitas tahun yang bersangkutan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.

7. Catatan atas Laporan Keuangan

29
Catatan atas Laporan Keuangan adalah penjelasan naratif atau daftar terinci
atau analisis atas nilai (angka) suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca dan Laporan Arus Kas. Catatan tersbut juga berisi informasi
tentang kebijakan akuntansi dan pengungkapan-pengungkapan lain yang
diperlukan. Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan hal-hal berikut ini:
a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,
pencapaian target APBN/APBD, beserta kendala dan hambatan dalam
pencapaian target tersebut.
b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan.
c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang diterapkan.
d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) yang belum disajikan dalam lembar muka (on the face) laporan
keuangan.
e) Mengungkapkan informasi tentang efek dari penerapan basis akrual dalam
pengakuan pendapatan dan belanja terhadap pos-pos asset dan kewajiban,
sekaligus rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas.
f) Menyajikan informasi tambahan yang dirasa perlu untuk penyajian yang
wajar, yang tidak  disajikan  dalam lembar muka laporan keuangan.

2.4 SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN & KETERKAITANNYA DENGAN


AKUNTANSI STANDAR
1. Siklus Akuntansi
Siklus Akuntansi adalah suatu sistem, yaitu suatu kesatuan yang terdiri
atas subsistem-subsistem atau kesatuan lebih kecil yang saling berhubungan
dan mempunyai tujuan tertentu. Suatu sistemmengolah input menjadi output.
Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen
atau formulir. Outputnya adalah laporan keuangan. Dalam proses akuntansi,
terdapat beberapa catatan yang dibuat, yaitu jurnal, buku besar, dan buku

30
pembantu. Apabila digambarkan, sistem akuntansi tersebut akan tampak
seperti yang ditunjukkan pada tampilan berikut.Sistem akuntansidapat
dijelaskan secara rinci melalui siklus akuntansi, yaitu tahap-tahap yang
terdapat dalam sistem akuntansi, seperti (Sugiri, 2001: 13) :
 Mendokumentasikan transaksi keuangan dalam bukti dan melakukan
analisis transaksi keuangan tersebut.
 Mencatat transaksi keuangan dalam buku jurnal, tahapan ini disebut
menjurnal.
 Meringkas, dalam buku besar, transaksi-transaksi keuangan yang
sudah dijurnal. Tahapan ini disebut posting atau mengakunkan.
 Menentukan saldo-saldo buku besar diakhir periode dan
menuangkannya dalam neraca saldo.
 Menyesuaikan buku besar berdasarkan pada informasi yang paling up-
to-date (mutakir)
 Menentukan saldo-saldo buku besar setelah penyesuaian dan
menuangkannya dalam neraca saldo setelah penyesuaian (NSSP).
 Menyusun laporan keuangan berdasarkan pada NSSP.
 Menutup buku besar.
 Menentukan saldo-saldo buku besar dan menuangkannya dalam neraca
saldo setelah tutup buku.

2. Siklus Akuntansi Pemda


Akuntansi adalah suatu sistem. Sistem adalah suatu kesatuan yang
terdiri atas subsistem-subsistem atau kesatuan yang lebih kecil, yang
berhubungan satu sama lain dan memiliki tujuan tertentu. Suatu sistem
mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Inputsistem akuntansi
adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau formulir. Output-nya
adalah laporan keuangan. Di dalam proses akuntansi, terdapat beberapa

31
catatan yang dibuat.Catatan-catatan tersebut adalah jurnal,buku besar, dan
buku pembantu.
Sistem akuntansi dapat dijelaskan secara rinci melalui siklus
akuntansi. Yang dimaksud dengan siklus akuntansi adalah serangkaian
tahapan yang harus dilalui untuk merubah inputdalam bentuk dokumen
transaksi keuangan sehingga menghasilkan ouputberupa laporan keuangan.
Siklus akuntansi secara sederhana digambarkan oleh bagan berikut:

3. Penjelasan Tahapan Siklus Akuntansi


Siklus akuntansi dimulai dengan tahap menganalisis transaksi.
Tahapan kedua adalah menjurnal transaksi. Transaksi-transaksi pada awalnya
dicatat secara kronologis didalam jurnal sebelum dipindahkan ke Buku Besar
akun-akun. Jadi, jurnal disebut dengan buku pencatatan awal. Biasanya jurnal

32
memiliki kolom untuk mencantumkan tanggal,nama akun, dan uraiannya,
referensi dan dua kolom jumlah debit dan kredit.Tahap ketiga, transaksi yang
telah dicatat dalam Jurnal kemudian diklasifikasikan ke dalam Buku Besar per
akun atau kode rekening. Tahap keempat menyusun Neraca Saldo. Pada
tanggal tertentu (misal akhir periode), saldo dari setiap akun atau kode
rekening dari Buku Besar diikhtisarkan atau dirangkum dalam Neraca Saldo.
Tahap kelima menjurnal dan memposting jurnal penyesuaian untuk transaksi
pembayaran dimuka/pendapatan diterima dimuka(prepayment) atau transaksi
yang masih harus dibayar/yang masih harus diterima (accrual). Tahap
keenam menyusun laporan keuangan. Tahap ketujuh menjurnal dan dan
memposting ayat jurnal penutup.

4. Analisis Transaksi
Yang dimaksud dengan transaksi adalah peristiwa-peristiwa ekonomi
dari suatu entitas yang tercatat. Tujuan dari analisis transaksi adalah pertama
untuk mengidentifikasikan jenis-jenis akun yang terkait, dan kemudian untuk
menentukan apakah dibutuhkan debit atau kredit pada akun tersebut. Dengan
melakukan analisis ini sebelum membuat ayat jurnal akan sangat membantu
dalam memahami ayat-ayat jurnalbaik yang sederhana maupun yang rumit.
Urutan peristiwa didalam proses pencatatan dimulai dengan transaksi. Bukti
transaksi adalah berupa dokumen-dokumen sumber, misalnya surat ketetapan
pajak/retribusi daerah (SKPD/SKRD), tanda bukti penerimaan (TBP), dll.
Bukti ini akan dianalisis untuk menentukan pengaruh transaksi pada akun-
akun tertentu. Dengan demikian, dalam menganalisis transaksi juga dilakukan
identifikasi dokumen sumber yang akan digunakan sebagai dasar pencatatan
transaksi keuangan ke dalam Jurnal.

33
5. Jurnal
Jurnal merupakan catatan kronologis dan sistematis atas seluruh
transaksi keuangan sebuah entitas. Dalam melakukan pencatatan transaksi ke
dalam jurnal digunakan metode double-entry dimana setiap transaksi akan
dicatat di sisi debit dan sisi kredit. Dalam penulisan jurnal,terdapat beberapa
aturan yang telah menjadi kesepakatan bersama dalam akuntansi, yaitu:
1) Jurnal dicatat secara kronologis berdasarkan tanggal terjadinya
kejadian/transaksi keuangan
2) Akun yang berada di sisi debit dicatat terlebih dahulu daripada akun
yang berada di sisi kredit
3) Akun yang berada di sisi kredit dicatat menjorok ke kanan
4) Pencatatan dilakukan pada saat terjadinya kejadian/transaksi
keuangan.

6. Buku Besar
Proses klasifikasi transaksi dari jurnal ke buku besar dikenal dengan
istilah Posting. Buku besar adalah kumpulan catatan transaksi per akun. Setiap
akun memiliki satu buku besarnya masing-masing sehingga jumlah buku
besar yang dimiliki sebuah entitas sama banyaknya dengan jumlah akun yang
dimilikinya. Buku besar dibuat dalam sebuah format tertentu dan dengan
aturan tertentu yang telah disepakati.
SKPD :
Nama Rekening :
Kode Rekening :
Pagu APBD :
Pagu perubahan APBD :
Tiap buku besar memuat informasi nama SKPD, nama rekening, kode
rekening, pagu APBD dan pagu perubahan APBD sebagai kontrol, batas
maksimal transaksi untuk masing-masing akun tidak boleh melebihi pagu

34
anggarannya terutama untuk pagu anggaran belanja dan pengeluaran
pembiayaan. Pada kolom tanggal diisi dengan tanggal transaksi. Kolom
Nomor Bukti diisi dengan nomor bukti transaksi. Kolom uraian diisi dengan
informasi keterangan terkait transaksi. Kemudian di kolom debit atau kredit
diisi nilai nominal transaksi sesuai dengan jurnal. Kolom saldo diisi dengan
akumulasi nilai transaksi-transaksi dari akun terkait.

7. Neraca Saldo
Sebelum melakukan posting, terlebih dahulu memasukkan semua
saldo awal untuk akun-akun Aset, Kewajiban dan Ekuitas yang diperoleh dari
Neraca Awal Tahun ke dalam buku besarnya masing-masing. Ketika transaksi
periode berjalan telah dimulai, tiap transaksi yang telah dicatat dalam jurnal
kemudian diposting ke buku besar.Setelah selesai melakukan proses
klasifikasi transaksi ke dalam buku besar, tahap selanjutnya adalah menyusun
neraca saldo.
Neraca saldo merupakan ikhtisar buku besar. PPK-SKPD dan PPK-
PPKD (dalam fungsi sebagai SKPD) melakukan rekapitulasi saldo-saldo buku
besar menjadi neraca saldo. Angka-angka saldo dari semua akun buku besar
dipindahkan ke kolom neraca saldo dalam worksheet, sesuai dengan posisi
debit atau kredit dalam saldo di buku besar masing-masing.Neraca saldo
merupakan sebuah daftar yang memuat nama setiap buku besar (kode
rekening) dan saldonya pada tanggal tertentu.

8. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian dibuat di akhir periode akuntansi agar pendapatan
dapat dicatat pada saat dihasilkan, dan beban diakui pada saat terjadinya.
Jurnal penyesuaian dibutuhkan untuk memastikan diterapkannya prinsip
pengakuan pendapatan (revenue recognation principle) dan prinsip
penandingan (matching principle). Meskipun dalam akuntansi pemerintah

35
prinsip penandingan ini tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekkan
dalam akuntansi komersial.
Jurnal penyesuaian memungkinkan pelaporan aset, kewajiban, dan
ekuitas yang tepat di Neraca, serta jumlah surplus/defisit yang tepat di
Laporan Operasional untuk periode berjalan. Jenis-jenis jurnal penyesuaian.
Ada 2 kelompok yaitu : beban dibayar dimuka (prepayment) dan akrual.
a. Pembayaran dimuka (prepayment) terdiri atas :
 Beban dibayar dimuka (prepaid expenses). Beban yang dibayar
dimuka secara tunai dan dicatat sebagai aset sebelum
digunakan atau dikonsumsi. Contoh : perlengkapan kantor,
asuransi, dan depresiasi.
 Pendapatan diterima dimuka atau pendapatan yang belum
dihasilkan (unearned revenue). Uang tunai yang diterima dan
dicatat sebagai kewajiban sebelum pendapatannya dihasilkan.
Contoh: pendapatan pajak reklame, pendapatan sewa.
b. Akrual. Terdiri atas :
 Akrual pendapatan (accrued revenues). Akrual pendapatan
pada dasarnya adalah piutang, yaitu pendapatan yang telah
dihasilkan namun belum diterima uangnya atau belum dicatat.
Contoh: piutang pajak.
 Akrual beban (accrued expenses). Akrual beban pada dasarnya
adalah utang, yaitu beban yang telah terjadi namun belum
dibayarkan uangnya atau belum dicatat. Contoh: bunga untuk
utang, sewa, pajak, gaji atau honorarium.

36
9. Laporan Keuangan
Laporan Keuangan terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan
Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan, dengan penjelasan sebagai
berikut :
1. Laporan Realisasi Anggaran
Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya
ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode
pelaporan. Pelaporan mencerminkan kegiatan keuangan pemerintah daerah
yang menunjukkan ketaatan terhadap pelaksanaan APBD. Dengan
demikian, Laporan Realisasi Anggaran menyajikan pendapatan pemerintah
daerah selama satu periode, belanja, surplus,/defisit, pembiayaan, dan sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran.
2. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan posisi keuangan
entitas ekonomi pada suatu (tanggal) tertentu. Laporan ini dibuat untuk
menyajikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana.
3. Laporan Arus Kas
Menyajikan informasi tentang sumber, penggunaan, perubahan
kas dan setara kas, selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara
kas pada tanggal pelaporan.Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi,, investasi, pembiayaan, dan non-anggaran.
4. Catatan Atas Laporan Keuangan
Disajikan secara sistematis sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan, di mana setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Laporan Arus Kas, harus mempunyai referensi silang dengan
informasi terkait dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Disamping itu,
juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan oleh

37
entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk
diungkapkan di dalam standar akuntansi pemerintahan serta ungkapan-
ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan
keuangan secara wajar.

10. Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah


Dalam sistem akuntansi pemerintahan ditetapakan entitas pelaporan
dan entitas akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan
daerah. Sistemakuntansi pemerintahan daerah dilaksanakan oleh Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah(PPKD) pada Satuan Kerja Pengelolaan
Keuangan Daerah (SKPKD) dan Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dilaksanakan oleh Pejabat Penatausahaan KeuanganSatuan
Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD). Sistem akuntansi pemerintahan daerah
secara garis besar terdiri atas empat prosedur akuntansi, yaitu: prosedur
akuntansi penerimaan kas, pengeluaran kas, selain kas, dan asset.
a. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas
Prosedur akuntansi penerimaan kas meliputi serangkaian
proses, baik manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan,
hingga pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan penerimaan kas pada
SKPD dan/atau SKPKD.
 Fungsi terkait
Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi penerimaan kas
pada SKPD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-
SKPD, sedangkan pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi
akuntansi pada SKPKD.
 Dokumen yang digunakan

38
 Surat keterangan pajak daerah, digunakan untuk menetapkan
pajak daerah atas wajib pajak yang dibuat oleh PPKD
 .Surat Keterangan Retribusi Daerah (SKRD), digunakan untuk
menetapkan retribusi daerah atas wajib retribusi yang dibuat
oleh pengguna anggaran.
 Surat Tanda Bukti Penerimaan (STBP), digunakan untuk
mencatat setiap penerimaan pembayaran dari pihak ketiga yang
diselenggarakan oleh bendahara penerimaan.
 Surat Tanda Setoran (STS), digunakan untuk menyetorkan
penerimaan daerah yang diselenggarakan oleh bendahara
penerimaan pada SKPD
 Bukti Transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer
penerimaan daerah.
 Nota kredit bank, dokumen atau bukti dari bank yang
menunjukkkan adanya transfer uang masuk ke rekening kas.
 Bukti jurnal penerimaan kas, merupakan catatan yang
diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan
menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang
berhubungan dengan penerimaan kas.
 Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk memosting semua transaksi atau
kejadian selain kas dari jurnal penerimaan kas ke buku besar
untuk setiap rekening aset, kewajiban ekuitas dana,
pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
 Buku besar pembantu, merupakan catatan yang
diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat semua
transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun buku besar
untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

39
 Laporan yang dihasilkan.
Pada SKPD, terdiri atas:
 Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
 Neraca
 Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
Pada SKPKD, terdiri atas:
 Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
 Neraca
 Laporan Arus Kas
 Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
b. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas
 Fungsi terkait dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pada
SKPD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD,
sedangkan pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi
pada SKPKD
 Dokumen yang digunakan
 Surat Penyediaan Dana (SPD), merupakan dokumen yang
dibuat oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
sebagai media atau surat yang menunjukkan tersediannya dana
untuk diserap/direalisasi.
 Surat Perintah Membayar (SPM), merupakan dokumen yang
dibuat oleh pengguna anggaran untuk mengajukan Surat
Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang akan diterbitkan oleh
Bendahara Umum Daerah (BUD) atau Kuasa BUD.
 Kuitansi pembayaran dan bukti pembayaran lainnya,
merupakan dokumen sebagai tanda bukti pembayaran.

40
 SP2D, merupakan dokumen yang diterbitkan oleh BUD atau
Kuasa BUD untuk mencairkan uang pada bank yang telah
ditunjuk
 .Bukti transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer
pengeluaran daerah.
 Nota debit bank, merupakan dokumen atas bukti dari bank
yang menunjukkan adanya transfer uang keluar dari rekening
kas umum daerah.
 Buku jurnal pengeluaran kas, merupakan catatan yang
diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat,
danmenggolongkan semua transaksi atau kejadian yang
berhubungan dengan pengeluaran kas.
 Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk memosting semua transaksi atau
kejadian selain kas dari jurnal pengeluaran kas ke buku besar
untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana,
pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
 .Buku besar pembantu, merupakan catatan yang
diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat semua
transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun buku besar
untuk setiap rekening yang dianggap perlu.
 Laporan yang dihasilkan.
Pada SKPD, terdiri atas:
 Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
 Neraca
 Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
Pada SKPKD, terdiri atas:
 Laporan Realisasi Anggara(LRA)

41
 Neraca
 Laporan Arus Kas
 Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
c. Prosedur Akuntansi Selain Kas
Prosedur akuntansi selain kas meliputi transaksi dan/atau
kejadian yang berupa:
 Pengesahan pertanggungjawaban (SPJ) pengeluaran dana yang
merupakan pengesahan atas pengeluaran/belanja melalui
mekanisme uang persediaan/ganti uang/tambahan.
 Koreksi kesalahan pencatatan yang merupakan koreksi
terhadap kesalahan dalam membuat jurnal yang telah diposting
ke buku besar.
 Penerimaan hibah selain kas yang merupakan penerimaan
sumber ekonomi non kas yang bukan merupakan pelaksanaan
APBD, tetapi mengandung konsekuensi ekonomi bagi pemda.
 Pembeliansecara kredit yang merupakan transaksi pembelian
aset tetap yang pembayarannya dilakukan di masa yang akan
datang.
 Retur pembelian kredit yang merupakan pengembalian aset
tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas yang
merupakan pemindahtanganan asettetap kepada pihak ketiga
karena suatu hal tanpa ada penggantian berupa kas.
 Penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi
kas yang merupakan perolehan aset tetap akibat adanya tukar
menukar (ruilslaag) dengan pihak ketiga.
 Fungsi yang terkait
Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi selain kas
pada SKPD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-

42
SKPD. Sedangkan, pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi
akuntansi pada SKPKD.
 Dokumen yang digunakan
 Berita acara penerimaan barang.
 Surat keputusan penghapusan barang.
 Surat pengiriman barang
 Surat keputusan mutasi barang.
 Berita acara pemusnahan barang.
 Berita acara serah terima barang.
 Berita acara penilaian.
 Bukti memorial, merupakan dokumen untuk mencatat transaksi
dan/atau kejadian keuangan selain kas sebagai dasar pencatatan
ke jurnal umum.
 Buku jurnal umum, merupakan catatan yang diselenggarakan
oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi
akuntansi pada SKPKD untuk mencatat dan menggolongkan
semua transaksi dan/atau kejadian yang tidak dicatat dalam
jurnal enerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas.
 Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi
pada SKPKD untuk memposting semua transaksi atau kejadian
selain kas dari jurnal umum ke dalam buku besar untuk setiap
rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja,
dan pembiayaan.
 Buku besar pembantu, untuk mencatat semua transaksi atau
kejadian yang berisi rincian akun buku besar untuk setiap
rekening yang dianggap perlu.
 Laporan yang dihasilkan

43
Pada SKPD terdiri atas:
 Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
 Neraca
 Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)
Pada SKPKD terdiri atas:
 Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
 Neraca
 Laporan ArusKas
 Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)
d. Prosedur Akuntansi Aset
 Prosedur akuntansi aset pada SKPD dilaksanakan oleh fungsi
akuntansi pada PPK-SKPD serta pejabat, pengurus, dan
penyimpan barang. Sedangkan pada SKPKD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi pada SKPKD
 Bukti transaksi dan/atau kejadian akuntansi aset terdiri atas:
 Berita acara penerimaan barang.
 Surat keputusan penghapusan barang.
 Surat pengiriman barang.
 Surat keputusan mutasi barang.
 Berita acara pemusnahan barang.
 Berita acara serah terima barang
 Berita acara penilaian.
 Berita acara penyelesaian pekerjaan.
 Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi
pada SKPKD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian
melakukan pencatatan ke bukti memorial.

44
 Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi
pada SKPKD berdasarkan bukti memorian mencatat ke dalam
buku jurnal umum.
 Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi
pada SKPKD secara periodik melakukan posting ke buku
besar.
 Setiap akhir periode, semua buku besar ditutup sebagai dasar
penyusunan laporan keuangan SKPD dan/atau SKPKD.
11. Bagan Akun Standar
Bagan Akun Standar (BAS) (bahasa Inggris: Chart of Accounts, CoA)
adalah daftar akun buku besar yang ditetapkan dan disusun secara sistematis
untuk memudahkan perencanaan, pelaporan anggaran, pembukuan, dan
pelaporan keuangan pemerintah. BAS diperkenalkan pada tahun 2007 dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007. Sebelum BAS,
namanya adalah Badan Perkiraan Standar (BPS).
BAS meliputi:
 kode dan uraian fungsi
 kode dan uraian subfungsi
 kode dan uraian program
 kode dan uraian kegiatan
 kode dan uraian subkegiatan
 kode dan uraian bagian anggaran
 kode dan uraian unit eselon I
 kode dan uraian satuan kerja
 kode akun (perkiraan)
BAS digunakan sebagai pedoman yang dilaksanakan oleh setia
Kementerian Negara/Lembaga untuk penyusunan dan penelaahan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL), Daftar

45
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), dan Pelaporan Keuangan dalam
rangka penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, mulai Tahun
Anggaran 2008.
Dalam implementasi SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran
Negara) mulai dibiasakan penggunaan istilah Chart of Accounts (CoA)
yang sama artinya dengan BAS. CoA merupakan kode unik yang
digunakan dalam kodifikasi transaksi pengelolaan keuangan negara mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pertanggungjawaban. Kode
BAS/CoA sangat berharga terlebih dalam penerapan sistem informasi yang
terintegrasi seperti SPAN. Untuk SPAN, di awal Januari 2012 telah
disepakati klasifikasi dari BAS yang akan digunakan untuk seluruh modul
SPAN meliputi klasifikasi satker, KPPN, akun, program, output, dana,
bank, kewenangan, lokasi, anggaran, antarentitas, dan klasifikasi cadangan.
 Kode satker (6 digit), yaitu kode unit yang bertanggung jawab
terhadap pencatatan transaksi.
 Kode KPPN (3 digit), yaitu kode KPPN sesuai dengan lokasi
tempat pembayaran.
 Kode akun (6 digit), yaitu kode klasifikasi pos atau rekening
transaksi.
 Kode program (7 digit), kode gabungan dari kode bagian anggaran
(BA), unit eselon I, dan program.
 Kode output (7 digit), yaitu kode gabungan dari kode kegiatan dan
kode output untuk mengakomodasi output yang direalisasikan dari
suatu kegiatan.
 Kode dana (10digit), yaitu kode alokasi pelaksanaan anggaran yang
berasal dari sumber dana tertentu dengan cara penarikan tertentu
dan informasi nomor register sumber dananya.

46
 Kode bank (5 digit), yaitu kode informasi mengenai arus kas pada
setiap rekening.
 Kode lokasi (4 digit), yaitu kode tempat pelaksanaan kegiatan oleh
satker.
 Kode kewenangan (1 digit), yaitu kode kantor pusat, kantor daerah,
dekonsentrasi, tugas pembantuan, desentralisasi, atau urusan
bersama.
 Kode anggaran (1 digit), yaitu kode pembagian transaksi sesuai
dengan tahapan penganggaran dan pelaksanaan anggaran.
 Kode antarentitas (6 digit), yaitu kode transaksi antara entitas BUN
dan entitas satker Kementerian Negara/Lembaga selaku pengguna
anggaran yang tidak memegang kas kecuali untuk uang
persediaan(UP) dan kas di Badan Layanan Umum (BLU).
 Kode klasifikasi cadangan (6 digit), yaitu kode yang dipersiapkan
untuk mengantisipasi kemungkinan adanya klasifikasi baru di masa
mendatang.

47
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan


pembuka sejarah baru dalam pengelolaan keuangan negara karena Indonesia akhirnya
memiliki SAP yang sesuai dengan fungsi akuntansi. Penetapan SAP diharapkan dapat
menjadi tonggak lahirnya transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Di
tingkat pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pusat.
Kerangka Konseptual berfungsi sebagai acuan dalam hal terdapat masalah
akuntansi yang belum dinyatakan dalam standar akuntansi pemerintahan. Dalam hal
terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar, maka ketentuan standar
diunggulkan relatif terhadap kerangka konseptual. Dalam jangka panjang, konflik
demikian diharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan pengembangan SAP di masa
depan.
Konsep utama yang mendasari perkembangan akuntansi pemerintahan adalah
standar akuntansi keuangan yang dibuat dewan standar akuntansi yang pada masa
aktifnya pasar modal tahun 1937 kemudian di bentuklah Panitia penghimpun bahan -
bahan dan Struktur dari Generally Accepted acounting Principled yang menghasilkan
Prinsip akuntansi Indonesia PAI, setelah setahun PAI tidak mengalami perkembangan
maka dilakukan revisi PAI ,setelah melakukan revisi PAI mengembangkan beberapa
standar akuntansi untuk industri dan badan hukum tertentu untuk memenuhi
kebutuhan industri spesifik, standar tersebut merupakan PSAK
Persamaan dasar akuntansi merupakan alat bantu untuk memahami sistem
pencatatan transaksi. Laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan
anggaran (budgetary reports), laporan finansial, dan CaLK. Laporan pelaksanaan

48
anggaran terdiri dari LRA dan Laporan Perubahan SAL. Pencatatan dalam Laporan
Realisasi Anggaran dilakukan dengan Asas Bruto dan Basis Kas. Menyajikan
informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Neraca adalah laporan yang
menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas
dana pada suatu tanggal tertentu. Unsur-unsur atau komponen neraca terdiri dari aset,
kewajiban, dan ekuitas dana. Menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah
untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.Unsur
yang dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-
LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa.
Siklus Akuntansi adalah suatu sistem, yaitu suatu kesatuan yang terdiri atas
subsistem-subsistem atau kesatuan lebih kecil yang saling berhubungan dan
mempunyai tujuan tertentu. Siklus akuntansi dimulai dengan tahap menganalisis
transaksi.Tahapan kedua adalah menjurnal transaksi. Tahap ketiga, transaksi yang
telah dicatat dalam Jurnal kemudian diklasifikasikan ke dalam Buku Besar per akun
atau kode rekening. Tahap keempat menyusun Neraca Saldo. Tahap kelima
menjurnal dan memposting jurnal penyesuaian untuk transaksi pembayaran
dimuka/pendapatan diterima dimuka(prepayment) atau transaksi yang masih harus
dibayar/yang masih harus diterima (accrual). Tahap keenam menyusun laporan
keuangan.Tahap ketujuh menjurnal dan dan memposting ayat jurnal penutup. Jurnal
merupakan catatan kronologis dan sistematis atas seluruh transaksi keuangan sebuah
entitas.

3.2 Saran
Indonesia sedang mengalami perkembangan, dan perekonomian saat ini telah
memasuki MEA ( Masyarakat Ekonomi Asia ) jadi sebaiknya kita sebagai masyarakat
yang berilmu dapat membantu pemerintah mengambil keputusan yang tepat dengan
cara mengetahui sebenarnya seperti apa standar pemerintahan mengambil keputusan

49
yang tepat dengan cara mengetahui sebenarnya seperti apa standar pemerintahan yang
baik. Dan apa-apa saja yang harus diperbaiki dari standar akuntansi yang telah
digunakan oleh pemerintah. Dengan adanya perbaikan dan pembaharuan yang terus
menerus terjadi di bidang pemerintahan khususnya di standar akuntansi
pemerintahannya. Maka kedepannya dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan
yang lebih akurat.

PERTANYAAN KELOMPOK:

Dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah


terdapat SAP Berbasis Akrual (Lampiran I) dan SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual ( Lampiran II ). SAP Berbasis Akrual berlaku sejak tanggal ditetapkan
dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas. Sedangkan SAP Kas menuju
Akrual berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk
menerapkan SAP Berbasis Akrual. jadi apa kendala sehingga masi ada entitas
yang belum siap menerapkan sepenuhnya SAP Berbasis Akrual tersebut ?

50
DAFTAR PUSTAKA
 PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
 PMK Nomor 214/PMK.05/2013 Tentang Bagan Akun Standar
 https://accounting.binus.ac.id/2015/09/22/unsur-unsur-dalam-laporan-keuangan-
pemerintah/
 https://diploma4stan.wordpress.com/2012/02/16/resume-materi-akuntansi-
pemerintah-pp-242005/
 http://ilhamjk7.blogspot.com/2019/03/sejarah-akuntansi-pemerintah.html?m=1

51

Anda mungkin juga menyukai