Disusun Oleh:
KELOMPOK VI
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami dapatkan menyelesaikan makalah yang berkaitan dengan “AKUNTANSI
MANAJEMEN LINGKUNGAN” Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Akuntansi Sosial Dan Lingkungan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, kami menyadari bahwa selama
penulisan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
kami mengucapkan banyak terima kasih.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok VI
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Untuk memahami pertimbangan pengaruh kuangan yang disebabkan lingkungan
dalam penilaian investasi.
2
BAB II
3
Hendro,dkk, 2008), produksi bersih (Gale,
2006; Staniskis dan Stasiskiane, 2006; Burrit,
et.al, 2009), harga produk yang lebih baik
dan meningkatkan nilai pemegang saham
(Staniskis dan Stasiskiane, 2006).
Biaya Lingkungan Biaya Lingkungan menurut
Schaltegger (2000) terbagi menjadi dua,
yaitu biaya internal perusahaan dan biaya
eksternal.
Klasifikasi Biaya Lingkungan Biaya
lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi
empat kategori (Hansen-Mowen, 2011)
biaya pencegahan (prevention cost), biaya
deteksi (detection cost), biaya kegagalan
internal ( internal failure cost), dan biaya
kegagalan eksternal (external failure cost).
Selanjutnya, biaya kegagalan eksternal
dapat dibagi lagi menjadi kategori yang
direalisasi dan yang tidak direalisasi.
Subjek penelitian Populasi penelitian ini adalah para peserta
PROPER di Provinsi Lampung pada tahun 2014.
Populasi sebanyak 92 perusahaan, namun hanya
67 perusahaan yang menjadi sampel karena telah
memperoleh kategori hijau dan biru yang berarti
telah melaksanakan usaha dan atau kegiatan
dalam upaya pengelolaan lingkungan yang
dipersyaratkan dalam perundang-undangan.
Metode penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah
perusahaan peserta PROPER yang masuk kategori
hijau dan biru, sebanyak 67 kuesioner
didistribusikan pada perusahaan yang tersebar di
provinsi Lampung. Dari 67 kuesioner yang
4
didistribusikan, sebanyak 35 kuesioner tidak
kembali dan hanya 32 kuesioner yang kembali.
Dari jumlah tersebut 2 diantaranya tidak terisi
secara lengkap sehingga hanya 30 kuesioner saja
yang dapat digunakan dalam analisis data.
Langkah-langkah penelitian Metode pengumpulan data dilakukan dengan
cara responden diminta untuk mengisi kuesioner
yang diberikan. Kemudian data yang telah di
peroleh tersebut di lakukan analisis untuk
menguji hipotesis dari penelitian tersebut.
Hasil penelitian Pengujian hipotesis 1
Hasil pengujian pengaruh EMA terhadap inovasi
proses diperoleh nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05).
Dengan signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dan
arah koefisien positif, maka diperoleh bahwa
Hipotesis 1 (H1) diterima. Hal ini berarti bahwa
perusahaan yang mengadopsi penerapan EMA
pada perusahaannya akan berpengaruh terhadap
inovasi proses yang terjadi dalam perusahaan.
Pengujian hipotesis 2
Hasil pengujian pengaruh EMA terhadap inovasi
produk diperoleh nilai signifikansi 0,400 (p >
0,05). Dengan signifikansi yang lebih besar dari
0,05, maka diperoleh bahwa Hipotesis 2 (H2)
ditolak. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang
mengadopsi penerapan EMA pada
perusahaannya akan tidak berpengaruh signifikan
terhadap inovasi produk yang mereka hasilkan.
Kelebihan penelitian Hasil dari penelitian tersebut memberikan
pemahaman mendalam mengenai konsep
terapan dari akuntansi manajemen
lingkungan. Sehingga dapat di gunakan
khususnya bagi pihak perusahaan yang diteliti
5
sehubungan dengan kebijakan yang
berhubungan dengan lingkungan.
Kelemahan penelitian Keterbatasan data yang diperoleh dalam
penelitian ini, menjadikan hasil penelitian ini
belum dapat mengeneralisir perusahaan secara
keseluruhan.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
1. Pelanggan menginginkan produk yang lebih bersih, yaitu produk yang
diproduksi tanpa merusak lingkungan serta penggunaan dan pembuangannya
ramah lingkungan.
2. Para pegawai lebih suka bekerja di perusahaan yang bertanggungjawab terhadap
lingkungan dan akan menghasilkan produktivitas yang lebih besar.
3. Perusahaan yang bertanggungjawab terhadap lingkungan cenderung
memperoleh keuntungan eksternal, seperti biaya modal yang lebih rendah dan
tingkat asuransi yang lebih rendah.
4. Kinerja lingkungan yang lebih baik dapat menghasilkan keuntungan sosial yang
signifikan, seperti keuntungan bagi kesehatan manusia.
5. Fokus pada peningkatan kinerja lingkungan membangkitkan keinginan para
manajer untuk melakukan inovasi dan mencari peluang baru.
6. Pengurangan biaya lingkungan dapat mempertahankan atau menciptakan
keunggulan bersaing.
8
Dengan demikian, biaya lingkungan dapat disebut juga sebagai biaya kualitas
lingkungan. Dalam arti yang sama dengan biaya kualitas, biaya lingkungan adalah
biaya yang dikeluarkan karena kualitas lingkungan yang buruk ada atau mungkin
ada. Dengan demikian, biaya lingkungan berkaitan dengan penciptaan, deteksi,
perbaikan, dan pencegahan degradasi lingkungan. Dengan definisi ini, biaya
lingkungan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:
9
kegagalan eksternal yang tidak direalisasikan (unrealized external failure costs).
Biaya kegagalan eksternal yang direalisasi adalah biaya yang dialami dan
dibayar oleh perusahaan. Biaya kegagalan eksternal yang tidak direalisasikan
adalah biaya sosial disebabkan oleh perusahaan, tetapi dialami dan dibayar oleh
pihak-pihak di luar perusahaan. Biaya sosial ini dapat diklasifikasikan sebagai
biaya yang dihasilkan dari degradatio lingkungan dan yang berhubungan
dengan dampak negatif terhadap properti atau kesejahteraan individu. Dalam
kedua kasus, biaya ditanggung oleh orang lain dan bukan oleh perusahaan
meskipun penyebab adalah perusahaan.
10
Profit atau keuntungan menjadi tujuan utama dan terpenting dalam setiap
kegiatan usaha. Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam
perusahaan adalah mengejar profit dan mendongkrak harga saham setinggi-
tingginya. karena inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial
terhadap pemegang saham. Aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak
profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi
biaya. Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen
kerja mulai penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien,
menghemat waktu proses dan pelayanan. Sedangkan efisiensi biaya dapat tercapai
jika perusahaan menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya
serendah mungkin.
Planet atau Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang
dalam kehidupan manusia. Karena semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia
sebagai makhluk hidup selalu berkaitan dengan lingkungan misalnya air yang
diminum, udara yang dihirup dan seluruh peralatan yang digunakan, semuanya
berasal dari lingkungan. Namun sebagian besar dari manusia masih kurang peduli
terhadap lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan karena tidak ada keuntungan
langsung yang bisa diambil didalamnya.
Karena keuntungan merupakan inti dari dunia bisnis dan itu merupakan hal
yang wajar. Maka, manusia sebagai pelaku industri hanya mementingkan
bagaimana menghasilkan uang sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya
apapun untuk melestarikan lingkungan. Padahal dengan melestarikan lingkungan,
manusia justru akan memperoleh keuntungan yang lebih, terutama dari sisi
11
kesehatan, kenyamanan, di samping ketersediaan sumber daya yang lebih terjamin
kelangsungannya
12
juga harus memberi perhatian terhadap berbagai hal yang dianggap penting serta
nilai-nilai masyarakat”.
Pada tahun 2010an, Burger King, Unilever, Nestle dan Kraft Foods
memutuskan menghentikan pembelian minyak kelapa sawit yang diproduksi oleh
Grup Sinar Mas. Alasan mereka adalah dugaan adanya perusakan hutan tropis
yang membahayakan kehidupan satwa, mengurangi kemampuan penyerapan
karbon dioksida yang merupakan salah satu penyebab utama perubahan iklim
global yang lebih dikenal dengan global warming.
Di luar negeri, Timberland, salah satu produsen pakaian dan sepatu outdoor
juga didera hal yang sama (Harvard Business Review, September 2010). Pagi hari
1 Juni 2009, Jeff Swartz, menerima e-mail dari 65 ribu aktivis dan pelanggan yang
marah. Mereka menuduh Timberland membeli materialnya dari hutan yang
ditebang secara ilegal di Amazon. Parahnya, awalnya Timberland tidak
mengetahui apakah material yang mereka beli benar berasal dari Amazon atau
tidak, yang mengimplikasikan mungkin saja tuduhan tersebut benar. Bukan itu
saja, di bulan Mei 2010, seluruh dunia gempar dengan kasus bunuh diri di pabrik
FoxConn, Cina. Delapan pegawainya mati karena bunuh diri dalam waktu lima
bulan.
13
jawab sosial (Corporate Social Responsibility/CSR) pun merupakan salah satu
bentuk implementasi TBL.
Desain yang dirancang adalah desain yang ramah lingkungan. Hal ini
meliputi produk, proses, material, energi, dan daur ulang. Jadi desain ini mencakup
seluruh siklus hidup produk dan pengaruhnya bagi lingkungan diperhitungkan. Hal
yang tidak bisa dilupakan juga adalah terkait pengukuran keuangan. Manajemen
berperan untuk memastikan bahwa peningkatan perhatian pada aspek lingkungan
seharusnya memberikan konsekuensi bagi perusahaan berupa keuntungan secara
ekonomi. Perusahaan harus menghitung total biaya lingkungan yang dikeluarkan
selama beberapa periode apakah terdapat penurunan biaya terkait dampak
lingkungan.
Menurut Boer, Curtin, & Hoyt (1998), terdapat tiga strategi untuk mengelola
biaya lingkungan, yaitu:
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ekoefisiensi merupakan suatu konsep yang bertujuan untuk menyatukan antara tujuan bisnis
perusahaan dengan menyelesaikan berbagai permasalahan terkait lingkungan sebagai akibat dari
kegiatan produksi. Dewasa ini konsep CSR semakin berkembang, dan dengan berkembangnya
konsep CSR tersebut maka banyak teori yang muncul yang diungkapkan mengenai CSR ini.
Salah satu yang terkenal adalah teori triple bottom line dimana teori ini memberi pandangan
bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan
tersebut harus memperhatikan “3P”. Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus
memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut
berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).
4.2 Saran
17
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat demukakan penyaji adalah sebagai
berikut:
1. Terhadap pemerintah
Adalah merumuskan kebijakan yang dapat menjadi prinsip baik bagi organisasi maupun
individu pelaku usaha agar dapat memperhatikan tentang masalah lingkungan terutama
yang berkaitan dengan kegiatan operasional.
2. Terhadap perusahaan
Adalah memperhatikan tentang masalah AMDAL yang berhubungan dengan kegiatan
operasi yang dilakukan oleh perusahaan. Sehingganya, kegiatan operasional tersebut
dapat berjalan optimal dan menghasilkan output secara maksimal namun tetap dalam
konteks menjaga kelestarian lingkungan.
3. Terhadap pembaca (individu)
Agar individu pembaca dapat memperhatikan tindakan atau kegiatan yang dilakukan
ketika berhubungan dengan alam. Sehingganya dapat membangun kesadaran terhadap
lingkungan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Boer, G., Curtin, M., & Hoyt, L. (1998). Environmental cost management. Management
Accounting, 80(3), 28–38.
Hansen, D. R., Mowen, M. M., & Guan, L. (2009). Cost Management: Accounting & Control
(6th ed.). Mason: Southwestern Cengage Learning.
Nugroho, Adhi Karya. 2013. Skripsi: Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Struktur Kepemilikan,
Dan Good Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line di
Indonesia. Undip. Semarang
http://swa.co.id/2010/10/triple-bottom-line-lebih-dari-sekadar-profit/\
19