Anda di halaman 1dari 15

HIDROLIKA CIVIL ENGINEERING 2019

BAB I
AMBANG LEBAR

1.1 Tujuan Percobaan

1. Menyatakan hubungan antara tinggi energi hulu diatas ambang (H) dengan debit
aliran (Q).

2. Menghitung koefisien debit (Cd) dan koefisien kecepatan (Cv).

3. Mengamati pola aliran yang terjadi.

1.2 Alat - Alat Percobaan Dan Gambar Alat Percobaan

1.2.1 Alat – Alat Percobaan


1. Flume

2. Pelimpah Ambang Lebar

3. 2 Buah Point Gauge

4. Flowmeter

5. Mistar

6. Bangku Kerja Hidrolik

1.2.2 Gambar Alat Percobaan

Gambar 1.1 Flume


(Sumber : Lab. Mekanika Fluida & Hidrolika, FT-UNTAD, 2020)

KELOMPOK 2 / KELAS C
HIDROLIKA CIVIL ENGINEERING 2019

Gambar 1.2 Pelimpah Ambang Lebar


(Sumber : Lab. Mekanika Fluida & Hidrolika, FT-UNTAD, 2020)

7,5 cm

9,9 cm
Tampak Depan

Tampak Samping

7,5 cm

Tampak Atas

Gambar 1.3 Sketsa Pelimpah Ambang Lebar


(Sumber : Autocad, 2020)

KELOMPOK 2 / KELAS C
HIDROLIKA CIVIL ENGINEERING 2019

Gambar 1.4 Point Gauge


(Sumber : Lab. Mekanika Fluida & Hidrolika, FT-UNTAD, 2020)

Gambar 1.5 Flowmeter


(Sumber : Lab. Mekanika Fluida & Hidrolika, FT-UNTAD, 2020)

KELOMPOK 2 / KELAS C
HIDROLIKA CIVIL ENGINEERING 2019

Gambar 1.6 Mistar


(Sumber : Lab. Mekanika Fluida & Hidrolika, FT-UNTAD, 2020)

Gambar 1.7 Bangku Kerja Hidrolik


(Sumber : Lab. Mekanika Fluida & Hidrolika, FT-UNTAD, 2020)

KELOMPOK 2 / KELAS C
HIDROLIKA CIVIL ENGINEERING 2019

1.3 Teori Dasar


Ambang adalah salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan untuk
menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran air. Dalam merancang
bangunan air, perlu diketahui sifat- sifat atau karakteristik aliran air yang melewatinya.
Pengetahuan ini diperlukan dalam perencanaan bangunan air untuk pendistribusian air
maupun pengaturan sungai.

Untuk menghitung debit saluran air dapat digunakan ambang lebar, sedangkan
aplikasinya di lapangan ambang lebar banyak digunakan pada saluran irigasi yang
fungsinya menentukan debit dari air yang mengalir pada saluran tersebut.

Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (over flow), untuk ini tinggi
energi hulu lebih kecil dari panjang mercu. Karena pola aliran di atas alat ukur ambang
lebar dapat ditangani dengan teori hidrolika yang sudah ada sekarang, maka bangunan
ini bisa mempunyai bentuk yang berbeda-beda, sementara debitnya tetap serupa.

Secara teori naiknya permukaan air ini merupakan gejala alam dari aliran dimana
untuk memperoleh aliran air yang stabil, maka air akan mengalir dengan kondisi aliran
subkritik, karena aliran jenis ini tidak akan menimbulkan gerusan (erosi) pada
permukaan saluran.

Pada saat melewati ambang biasanya aliran akan berperilaku sebagai aliran kritis,
selanjutnya aliran akan mencari posisi stabil. Pada kondisi tertentu misalkan dengan
adanya terjunan atau kemiringan saluran yang cukup besar, setelah melewati ambang
aliran dapat pula berlaku sebagai aliran super kritis.

Pada penerapan di lapangan apabila kondisi super kritis ini terjadi maka akan
sangat membahayakan, dimana dasar tebing saluran akan tergerus. Strategi penanganan
tersebut diantaranya dengan membuat peredam energi aliran, misalnya dengan
memasang lantai beton atau batu-batu cukup besar di hilir ambang.

Pada pelimpah ambang dengan aliran sempurna berlaku persamaan :

𝑄 = 𝐶 2 3 2𝑔𝑏𝐻 sehingga 𝐶 =
....(1.1)

KELOMPOK 2 / KELAS C
HIDROLIKA CIVIL ENGINEERING 2019

H1
h1
Aliran Sempurna
A
y
Q o
yc

P1

Gambar 1.8 Sketsa pola aliran ambang lebar


(Sumber : Bambang Triatmodjo, 1996 )
Dimana :

Q = Debit aliran ( m3/det)

Cd = Koefisien debit

b = Lebar ambang (m)

g = Konstanta gravitasi ( 9.81 m/det2 )

P1 = Tinggi ambang diatas dasar saluran (m)

y0 = Tinggi muka air hulu diatas dasar saluran (m)

h1 = Tinggi muka air hulu diatas ambang = y0 - P1 ( m )

A* = b x h1 ( m2 )

A1 = b x y0 ( m2 )

H1 = Tinggi energi total diatas ambang (m)

V1 Q2 Q2
H  h1   h1  2
 h1 
2g 2 gA1 2 g (by 0 ) 2
....(1.2)

Bila tinggi muka air didepan ambang (h1) diperhitungkan maka, persamaan
pengaliran disesuaikan sebagai berikut :

3 Q
Q  C d Cv 2 2 g bH1 2 sehingga C v 
3 3
Cd 2 2 g bH 1 2
3
....(1.3)

Dimana : Cv = koefisien kecepatan (tanpa dimensi)

KELOMPOK 2 / KELAS C
HIDROLIKA CIVIL ENGINEERING 2019

1.4 Prosedur Percobaan Dan Prosedur Perhitungan

1.4.1 Prosedur Percobaan

1. Mengukur lebar (b) dan tinggi (P1) dari pelimpah ambang lebar

2. Mengalirkan air lewat di atas pelimpah kondisi aliran sempurna dan


mengukur debit (Q) dengan membaca pengukur debit (flow meter)

3. Mengukur tinggi muka air yo dan yc

4. Mengamati dan mensketsa pola aliran di atas ambang

5. Melakukan prosedur di atas setiap perubahan debit pada kenaikan ∆h 0,1 m


minimal 5x

1.4.2 Prosedur Perhitungan


1. Mengukur tinggi muka air hulu diatas dasar saluran (Yo)

2. Mengukur tinggi muka air diatas ambang (Y1)

3. Menentukan debit aliran (Q)

4. Menghitung log Q

5. Menghitung tinggi muka air hulu di atas ambang h1 = y0 – P1

6. Menghitung tinggi energi total di atas ambang H1

7. Menghitung log H1

8. Menghitung nilai koefisien debit ( Cd )

9. Menghitung A* = b.h1

10. Menghitung A1 =b. Y0

11. Menghitung nilai Cd A*


A1

12. Menghitung nilai koefisien kecepatan ( Cv)

KELOMPOK 2 / KELAS C
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM HIDROLIKA
Alamat : Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu Telp. (0451) 422611 Ext 158

PROYEK : DIKERJAKAN : KLP. 2 / KLS. C


PEKERJAAN : DIPERIKSA :

LOKASI : TANGGAL :

DATA AMBANG LEBAR

Diketahui :
Lebar Ambang (b) : 7 CM
Tinggi Ambang (p) : 9 CM
Percepatan Gravitasi (g) : 9,8 M/S

Debit h1 h2
No
Q (L/dtk) (mm) (mm)
1 0,30 124,37 p9,00
2 0,35 126,48 9,60
3 0,40 128,59 10,70
4 0,45 130,70 11,90
5 0,50 132,81 13,11

Palu Oktober 2020


Paraf Asisten
HIDROLIKA CIVIL ENGINEERING 2019

1.6 TABEL HASIL PERHITUNGAN DAN GRAFIK

1.6.1 TABEL HASIL PERHITUNGAN

Dikwtahui : Lebar ambang (b) : 0,07 m

Tinggi ambang (p) : 0,09 m

Log Q
No. Yo (m) Yc (m) Q (m³/s) h1 (m) H1 (m) Log H1 (m) Cd A* A1 Cd.A*/A1 Cv
(m³/s)
1 0,12437 0,00900 0,00030 -3,52288 0,03437 0,03443 -1,46306 0,22706 0,00241 0,00871 0,03963 1,00314
2 0,12648 0,00960 0,00035 -3,45593 0,03648 0,03656 -1,43700 0,24210 0,00255 0,00885 0,04687 1,00378
3 0,12859 0,01070 0,00040 -3,39794 0,03859 0,03869 -1,41239 0,25414 0,00270 0,00900 0,05454 1,00442
4 0,13070 0,01190 0,00045 -3,34679 0,04070 0,04082 -1,38909 0,26380 0,00285 0,00915 0,06280 1,00505
5 0,13281 0,01311 0,00050 -3,30103 0,04281 0,04296 -1,36696 0,27154 0,00300 0,00930 0,06844 1,00567

KELOMPOK 2 / KELAS C
HIDROLIKA CIVIL ENGINEERING 2019

1.7 Analisis Grafik

a. Grafik hubungan antara Q terhadap H1 :

1. Grafik hubungan antara Q terhadap H1 diperoleh dengan cara menghubungkan


titik 1, 2, 3, 4, dan 5.

2. Grafik hubungan antara Q terhadap H1 berbentuk kurva terbuka keatas.

3. Hubungan antara Q terhadap H1 berbanding lurus artinya semakin besar nilai


Q maka semakin besar pula nilai H1.

b. Grafik hubungan antara log H1 terhadap log Q :

1. Grafik hubungan antara log H1 terhadap log Q diperoleh dengan cara


menghubungkan titik 1, 2, 3, 4, dan 5.

2. Grafik hubungan antara log H1 terhadap log Q berbentuk kurva terbuka


keatas.

3. Hubungan antara log Q terhadap log H1 berbanding lurus artinya semakin


besar nilai log Q maka semakin besar pula nilai log H1.

c. Grafik hubungan antara Cd terhadap H1 :

1. Grafik hubungan antara Cd terhadap H1 diperoleh dengan cara


menghubungkan titik 1, 2, 3, 4, dan 5.

2. Grafik hubungan antara Cd terhadap H1 berbentuk kurva terbuka keatas.

3. Hubungan antara Cd terhadap H1 berbanding lurus artinya semakin besar nilai


H1 maka semakin besar nilai Cd.

d. Grafik hubungan antara Cv terhadap Cd A*/A1 :

1. Grafik hubungan antara Cv terhadap Cd A*/A1 diperoleh dengan cara


menghubungkan titik 1, dan 5 serta mengabaikan titik 2, 3, dan 4.

2. Grafik hubungan antara Cv terhadap Cd A*/A1 berbentuk terbuka keatas.

3. Hubungan antara Cv terhadap Cd A*/A1 adalah berbanding lurus artinya


semakin besar nilai Cv semakin besar pula nilai Cd A*/A1.

KELOMPOK 2 / KELAS C
HIDROLIKA CIVIL ENGINEERING 2019

1.8 Kesimpulan dan Saran

1.8.1 Kesimpulan

a. Hubungan antara tinggi energi hulu di atas ambang (H1) dengan debit aliran
(Q) adalah berbanding lurus artinya semakin besar nilai H1 maka semakin
besar pula nilai Q, begitu pula sebaliknya.

b. Nilai Koefisien debit (Cd) adalah berkisar 0,22 – 0,27 nilai Cd yang
diperoleh dari hasil pengamatan atau perhitungan yaitu berkisar antara
0,22706 – 0,27154 (tidak memenuhi) karena kisaran data yang di peroleh
dari hasil perhitungan tidak mencapai 0,5. Nilai Koefisien Kecepatan (CV)
adalah berkisar 1,00314 – 1,00567 (memenuhi) karena kisaran data yang
diperoleh mencapai dari 1.

c. Pola aliran yang terjadi adalah aliran sempurna, yaitu dibagian hulu
subkritis sedangkan dibagian hilir adalah aliran superkritis.

1.8.2 Saran

a. Penggunaan dan pembacaan pada point gauge sebaiknya dilakukan dengan


teliti untuk memperoleh data yang akurat.
b. Penyetelan debit sebaiknya dilakukan dengan seimbang untuk memperoleh
data yang akurat.
c. Dalam pengambilan data, ketelitian merupakan hal yang sangat diperlukan,
sehingga akan diperoleh data yang akurat.
d. Alat di laboratorium harus dirawat bahkan di ganti, mengingat banyak
kerusakan alat sehingga data tidak akurat.
e. Sebaiknya semua alat yang ada di Laboratorium dapat digunakan oleh
praktikan.
f. Sebaiknya Pengadaan Alat praktikum di laboratorium Harus segera diganti
dengan yang baru.

KELOMPOK 2 / KELAS C

Anda mungkin juga menyukai