Lapkas SNH Pipit
Lapkas SNH Pipit
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J
Jenis Kelamin : Laki- laki
Usia : 62 tahun
Alamat : Margoyoso Sumberejo Tanggamus
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Suku bangsa : Jawa
Tanggal masuk : 21 Februari 2020
1
terkontrol (+), riwayat alergi obat (-), riwayat merokok (+), riwayat konsumsi
alkohol (-), dan riwayat sering angkat berat (+).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku satu bulan sebelumnya telah mengalami lemas pada lengan dan
tungkai kiri, bibir kiri tidak simetris dan berbicara cadel namun sudah melakukan
pengobatan di poli neurologi RSPBA dan keluhan berkurang. Riwayat hipertensi
(+) tidak terkontrol karena pasien berhenti mengkonsumsi obat antihipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa dengan
pasien.
Riwayat Sosial Ekonomi
Os bekerja sebagai petani.
Status Generalis
- Kepala : normocephal
Rambut : hitam sedikit beruban, lurus
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : simetris, normotia (+/+), nyeri tekan (-/-), sekret (-/-)
Hidung : deviasi septum nasal ke kiri
Mulut : tampak tidak simetris, kering (+), sianosis (-)
2
- Leher
Pembesaran KGB : tidak teraba pembesaran KGB
Pembesaran tiroid : tidak teraba pembesaran
- Toraks
Cor : DBN
Pulmo : DBN
- Abdomen
Inspeksi : datar, simetris, massa (-)
Palpasi : massa teraba (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
Auskultasi : bising usus normal
- Ekstremitas
Superior : terdapat jejas (+/+), akral hangat (+/+), oedem (-/-),
kekuatan otot 5/0
Inferior : terdapat jejas (+/+), akral hangat (+/+), oedem (-/-),
kekuatan otot 5/0
IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Saraf Cranialis
N.Olfactorius (N.I)
Daya penciuman hidung : normal
Kesan tidak ada kelainan
N.Opticus (N.II)
Tajam penglihatan : 6/6
Lapang penglihatan : tidak ada kelainan
Tes warna : tidak ada kelainan
Fundus oculi : tidak dilakukan pemeriksaan
Kesan tidak ada kelainan
N.Occulomotorius, N.Trochlearis, N.Abdusen (N.III – N.IV – N.VI)
Kelopak Mata
- Ptosis : -/-
- Endophtalmus : -/-
- Exopthalmus : -/-
3
- Nystagmus : -/-
Pupil
- Diameter : 3mm / 3mm
- Bentuk : Bulat / Bulat
- Isokor/anisokor : Isokor
- Posisi : (Sentral / Sentral)
- Refleks cahaya langsung : + / +
- Refleks cahaya tidak langsung : + / +
Gerakan Bola Mata : Medial (+/+), lateral (+/+), superior (+/+), inferior (+/+),
obliqus superior (+/+), obliqus inferior (+/+)
Kesan tidak ada kelainan
N.Trigeminus (N.V)
Sensibilitas
- Ramus oftalmikus : +/+
- Ramus maksilaris : +/+
- Ramus mandibularis : +/+
Motorik
- M. masseter : tidak dilakukan pemeriksaan
- M. temporalis : tidak dilakukan pemeriksaan
- M. pterygoideus : tidak dilakukan pemeriksaan
Reflek
- Reflek kornea : (+/+)
- Reflek bersin : (+)
- Reflek jaw jerk : (-)
Kesan tidak ada kelainan
N.Fascialis (N.VII)
Inspeksi Wajah Sewaktu
- Diam : Tidak simetris
- Tertawa : Tidak simetris
- Meringis : Tidak simetris
- Bersiul : Tidak dapat dilakukan
4
- Menutup mata : Mata kiri tertutup perlahan
Pasien disuruh untuk
- Mengerutkan dahi : Tidak simetris
- Menutup mata kuat-kuat : +/-
- Menggembungkan pipi : Tidak simetris
- Pengecapan 2/3 depan lidah : tidak dilakukan pemeriksaan
Kesan terdapat kelainan N.VII
N. Vestibulocochlearis/ N. Acusticus(N.VIII)
N.cochlearis
- Tes Rinne : tidak dilakukan pemeriksaan
- Tes Schwabach : tidak dilakukan pemeriksaan
- Tes Weber : tidak dilakukan pemeriksaan
- Tinitus : -/-
N.vestibularis
- Test vertigo : tidak dilakukan pemeriksaan
- Nistagmus :-
Kesan tidak ada kelainan
N.Glossopharingeus dan N.Vagus (N.IX dan N.X)
- Suara bindeng/nasal : -
- Posisi uvula : tidak dilakukan pemeriksaan
- Palatum mole : tidak dilakukan pemeriksaan
- Arcus palatoglossus : tidak dilakukan pemeriksaan
- Arcus palatoparingeus : tidak dilakukan pemeriksaan
- Perasa lidah (1/3 anterior) : tidak dilakukan pemeriksaan
- Refleks menelan :(+)
- Refleks batuk :(+)
- Refleks muntah :(+)
- Peristaltik usus :(+)
- Bradikardi :(-)
- Takikardi :(-)
Kesan tidak ada kelainan
5
N.Accesorius (N.XI)
- M.Sternocleidomastodeus : Tidak ada keluhan
- M.Trapezius : Tidak ada keluhan
Kesan Tidak terdapat kelainan
N.Hipoglossus (N.XII)
- Atrofi : (-)
- Fasikulasi : (-)
- Deviasi : (+)
- Tremor lidah : Tidak ditemukan
Kesan Terdapat kelainan N.XII
Tanda Perangsangan Selaput Otak
- Kaku kuduk :(-)
- Kernig test : ( -/- )
- Laseque test : ( -/- )
- Brudzinsky I : ( -/- )
- Brudzinsky II :(-)
Sistem Motorik Superior ka/ki Inferior ka/ki
- Gerak: aktif/menurun aktif/menurun
- Kekuatan otot: 5/0 5/0
- Tonus: (Normal/Melemah) (Normal/Melemah)
- Klonus: (-/-) (-/-)
- Atropi: (-/-) (-/-)
- Refleks fisiologis: Biceps (+/-) Pattela (+/-)
Triceps (+/-) Achiles (+/-)
- Refleks patologis: Hoffman Trommer (-/-) Babinsky (-/-) Chaddock (-/-)
Oppenheim (-/-) Schaefer (-/-) Gordon (-/-) Gonda (-/-)
Eksteroseptif / rasa permukaan
- Rasa raba : (+)
- Rasa nyeri : (+)
- Rasa suhu panas : (+)
- Rasa suhu dingin : (+)
6
Proprioseptif / rasa dalam
- Rasa sikap : (+)
- Rasa getar : (+)
- Rasa nyeri dalam : (+)
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
- Asteriognosis : (+)
- Grafognosis : (+)
Koordinasi
- Tes telunjuk hidung : tidak dapat dilakukan pada lengan kiri
- Tes pronasi supinasi : tidak dapat dilakukan pada lengan kiri
Susunan Saraf Otonom
- Miksi : normal
- Defekasi : normal
Fungsi Luhur
- Fungsi bahasa : baik
- Fungsi orientasi : baik
- Fungsi memori : baik
- Fungsi emosi : baik
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi ( 24 Februari 2020 )
Hb : 12,5 g/dl
Ht : 39 %
Leukosit : 8.900 /uL
Trombosit : 227.000/uL
Eritrosit : 4,1 juta/uL
MCV : 87 fL
MCH : 31 pg
MCHC : 35 g/dL
Kimia ( 22 Februari 2020 )
GDS : 101 g/dL
Urea : 32 md/dl
7
Creatinin : 0,8 mg/dL
Natrium : 139 mmol/L
Kalium : 3,5 mmol/L
Chloride : 101 mmol/L
Cholesterol LDL : 152 mg/dl
Trigliserida : 88 mg/dl
8
Kesan:
- Infark serebri ( lama ) multiple a/r centrum semiovale kanan
- Infark serebri ( baru ) a/r cortical-subcortical parietalis kanan
9
- Sinusitis maksilaris kiri dan etmoidalis bilateral
- Hipertrofi konka nasalis bilateral
- Deviasi septum nasalis ke kiri
- Tidak tampak tanda-tanda SOL , malformasi vaskuler maupun perdarahan
intra kranial
VI. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
22/02/20 Keluhan Kesadaran:CM SNH IVFD RL 10tpm
10.00 kelemahan GCS : 15 Citicolin 2x500mg
anggota TD : 150/90 Tromboaspilet 2x1
gerak kiri, N : 99x/mnt Atorvastatin 1x20mg
berbicara RR : 22x/mnt Candesartan 1x8mg
tidak jelas, T: 36,1º
mulut pelo Motorik : 5/0 5/0
GDS: 101
10
23/02/20 Keluhan Kesadaran:CM SNH IVFD RL 10tpm
16.00 kelemahan GCS : 15 Citicolin 2x500mg
anggota TD : 140/70 Tromboaspilet 2x1
gerak kiri, N : 86x/mnt Atorvastatin 1x20mg
berbicara RR : 22x/mnt Candesartan 1x8mg
tidak jelas, T: 37,0º Ceftriaxone 2x1gr
mulut pelo, Motorik :
demam naik 5/0 5/0
turun
11
24/02/20 Keluhan Kesadaran:CM SNH IVFD RL xx tpm
18.00 kelemahan GCS : 15 PCT 3x500mg
anggota TD : 140/80
gerak kiri, N : 88x/mnt
berbicara RR : 22x/mnt
tidak jelas, T: 38,0º
mulut pelo, Motorik :
Demam (+) 5/0 5/0
VII. DIAGNOSIS
Klinis : Hemiplegia sinistra
12
Topis : Hemisfer Cerebri Dextra
Etiologi : Stroke Non Hemoragik / Stroke Infark
Diagnosis Banding :
- TIA
- Tumor Otak
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Umum
- Tirah baring
2. Non-Medikamentosa
- Observasi tanda-tanda vital
- Cek darah lengkap
- Dirawat di Rumah Sakit Bintang Amin
3. Medikamentosa
- IVFD RL XX tpm
- Citicoline 2x500mg
- Tromboaspilet 2x1
- Atorvastatin 1x20mg
- Candesartan 1x8mg
- Meloxicam 1x15mg
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam = dubia ad bonam
Quo ad functionam = dubia ad bonam
Quo ad sanationam = dubia ad bonam
13
BAB II
ANALISIS KASUS
2.1 ANAMNESIS
Dari anamnesis yang didapatkan adalah defisit neurologis hemisfer cerebri
dextra dan juga didapatkan hipertensi dan riwayat merokok yang merupakan
salah satu faktor penyebab stroke.
- Tes kekuatan otot superior kanan-kiri saat masuk Rawat Inap hari
pertama 5/0
- Tes kekuatan otot inferior kanan-kiri saat masuk Rawat Inap hari pertama
5/0
Dari hasil CT-Scan pada pasien di kasus ini ditemukan infark lama
dan baru di centrum semiovale kanan dan yang baru pada cortical-
subcortical parietalis kanan yang membuktikan lesi di bagian kontralateral
dari daerah yang terjadi hemiplegia. Penegakkan diagnosis akan terjadi
nya stroke bisa dilakukan dengan Skoring Sriraj :
SKOR STROKE SRIRAJ
Rumus : (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x nyeri kepala) + (2 x
muntah ) + (0,1 x tekanan diastolic) – (3 x penanda
ateroma) – 12
Pada Pasien : (2,5 x 0) + (2 x 1) + (2 x 0) + (0,1 x 70) – (3 x 0) –
12 = -3
Keterangan Skor :
Derajat kesadaran : 0 = CM, 1= Somnolen, 2= Sopor/Koma
Muntah : 0 = Tidak ada, 1 = Ada
Nyeri Kepala : 0 = Tidak ada, 1 = Ada
Ateroma : 0 = Tidak ada, 1 = Salah satu atau lebih
(DM, Angina, Penyakit pembuluh darah)
Hasil :
Skor > 1 = Perdarahan Supratentorial
Skor < 1 = Infark Serebri
14
Hasil pada pasien -3 menandakan pasien mengalami Infark
Serebri, hasil ini sesuai dengan hasil pemeriksaan CT-
Scan.
2.4 TATALAKSANA
Penatalaksanaan untuk pasien stroke iskemik / SNH yang pertama adalah
pemberian oksigen untuk mencegah terjadi nya hipoksia otak. Kemudian
pemberian anti agregasi platelet seperti pada kasus ini diberikan tromboaspilet.
Pemberian candesartan yang merupakan obat gol ARB yang bermanfaat untuk
mengatasi hipertensi pada pasien . Atorvastatin golongan dyslipidemia agen untuk
menurunkan kadar LDL atau lemah jahat.
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
16
arteri serebri media dan posterior) kanan dan kiri. Anyaman arteri ini
terletak di dasar otak. Anastomosis antara arteri serebri interna dan arteri
karotis eksterna di daerah orbita, masing-masing melalui arteri oftalmika
dan arteri fasialis ke arteri maksilaris eksterna. Hubungan antara sitem
vertebral dengan arteri karotis ekterna (pembuluh darah ekstrakranial).2
3.1.2 Fisiologi
Sistem karotis terutama melayani kedua hemisfer otak, d
an sistem
vertebrabasilaris terutama memberi darah bagi batang otak, serebelum dan
bagian posterior hemisfer. Aliran darah di otak (ADO) dipengaruhi
terutama 3 faktor. Dua faktor yang paling penting adalah tekanan untuk
memompa darah dari sistem arteri-kapiler ke sistem vena, dan tahanan
(perifer) pembuluh darah otak. Faktor ketiga, adalah faktor darah sendiri
yaitu viskositas darah dan koagulobilitasnya (kemampuan untuk
2
membeku).
17
3.2 STROKE NON HEMORAGIK
3.2.1 Definisi
Stroke Non Hemoragik atau Stroke Iskemik merupakan 88% dari
seluruh kasus stroke. Pada stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan
atau penurunan aliran otak.3
3.2.2 Klasfikasi
Berdasarkan perjalanan klinisnya SNH dikelompokkan menjadi :3
18
- Stroke Non Hemoragik Embolik
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak, melainkan di
tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler sistemik. Embolisasi
kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung dengan shunt yang
menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel.
- Stroke Non Hemoragik Trombus
Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke otak. Dapat
dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri karotis)
merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus dan stroke pembuluh
darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Trombosis
pembuluh darah kecil terjadi ketika aliran darah terhalang, biasanya ini
terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit atherosklerosis.
3.2.3 Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering
itu, stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran
- Emboli
Sumber embolisasi dapat terletak di arteria karotis atau vertebralis akan
tetapi dapat juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik.
- Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk
sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang
paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah
distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat
19
menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan
resiko pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan
perlengketan platelet.
1. Gangguan Motorik
- Gangguan keseimbangan
- Gangguan koordinasi
- Gangguan ketahanan
2. Gangguan Sensorik
- Gangguan propioseptik
- Gangguan kinestetik
- Gangguan diskriminatif
- Gangguan atensi
- Gangguan memori
- Gangguan inisiatif
20
4. Gangguan Kemampuan Fungsional
2. Faktor Resiko yang Tidak Dapat diubah : Usia, Jenis kelamin, Ras,
Genetik.
3.2.5 Patofisiologi
Stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan
otak. Aliran darah dalam kondisi normal otak orang dewasa adalah 50-60
ml/100 gram otak/menit. Berat otak normal rata-rata orang dewasa adalah
disimpulkan jumlah aliran darah otak orang dewasa adalah + 800 ml/menit
atau 20% dari seluruh curah jantung harus beredar ke otak setiap menitnya.
ml/100 gram otak/menit. Bila aliran darah otak turun menjadi 20-25 ml/100
21
Glukosa merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh otak,
Hanya 10% yang diubah menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui
energi yang dibutuhkan oleh neuron-neuron otak ini digunakan untuk keperluan
22
Pencitraan otak sangat penting untuk mengkonfirmasi diagnosis
dengan stroke akut yang jelas. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna
1. CT Angiografi
2. CT Scan Perfusion
3.2.6 Tatalaksana
23
Penderita Stroke Non Hemoragik biasanya diberikan :
cilostazol
Terapi harus dilakukan selama 3 – 4,5 jam sejak onset terjadinya simptom
scan. Kontra Indikasi : rtPA tidak boleh digunakan pada pasien yang
setelah operasi besar atau mengalami trauma yang signifikan pada 10 hari,
selama 60 menit dan 10% dari total dosis diberikan secara bolus selama 1
menit. Pemasukan dosis 0,09 mg/kg (10% dari dosis 0,9mg/kg) secara iv
24
bolus selama 1 menit, diikuti dengan 0,81 mg/kg (90% dari dosis 0,9mg/kg)
sebagai kelanjutan infus selama lebih dari 60 menit. Heparin tidak boleh
dimulai selama 24 jam atau lebih setelah penggunaan alteplase pada terapi
stroke.
4. Neuroprotektan.
25
BAB IV
KESIMPULAN
Stroke Non Hemoragik atau Stoke Iskemik merupakan 88% dari stroke
yang sering terjadi dan iskemia terjadi akibat adanya sumbatan atau penurunan
aliran darah di otak. Biasanya terjadi dalam bentuk TIA (Transsient Ischemic
Attack) atau dalam waktu singkat dimana serangan hilang timbul dibawah 24 jam.
Stroke iskemik dapat mengakibatkan kecacatan pada organ atau bahkan kematian.
Diagnosa dari Stroke Non Hemoragik dapat dari anamnesa dan pemeriksaan fisik,
serta pengukuran stroke menggunakan skor sriraj serta pemeriksaan penunjang
dapat berupa CT-Scan untuk memastikan atau menegakkan diagnosa kerja yang
sudah ada.