Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Puja pada Zaman Prabuddha

Ajaran ini menunjukkan bahwa ada makhluk dewa yang berkuasa atau mengatur segala sesuatu yang
akan diterima oleh manusia. Tujuannya adalah dengan korban yang diberikan kepada para dewa,
mereka akan menjadi senang dan tidak menjatuhkan malapetaka bagi manusia.

Sejarah Puja pada Zaman Sang Buddha

Puja pada zaman Sang Buddha memiliki arti yang berbeda, yaitu menghormat. Pada masa Buddha
terdapat suatu kebiasaan yang dilakukan oleh para bhikkhu yang disebut vattha. Setelah selesai
mendengarkan khotbah, para bhikkhu mengingatnya atau menghafal agar kemanapun mereka pergi,
ajaran Buddha dapat diingat dan dilaksanakannya.

Pada hari bulan gelap dan terang para bhikkhu berkumpul untuk mendengarkan peraturan-peraturan
atau patimokkha yang harus dilatih. Umat tidak hanya berkumpul dua kali, tetapi dipertengahan antara
bulan gelap dan bulan terang, mereka juga berkumpul di vihara untuk mendengarkan khotbah. Namun,
bila Buddha ada di vihara, umat datang untuk mendengarkan khotbah setiap hari.

Sejarah Puja pada Zaman Pasca Buddha

Setelah Sang Buddha Parinibanna, umat tetap berkumpul, lalu untuk mengenang jasa-jasa dan teladan
dari Sang Buddha atau merenungkan kebajikan-kebajikan Tiratana. Sebagai pengganti khotbah Buddha,
para bhikkhu mengulang kotbah-kotbah atau sutta. Selain itu, sama dengan zaman Sang Buddha, para
bhikkhu ataupun umat juga melaksanakan Dhamma ajaran Sang Buddha sebagai penghormatan
tertinggi.

Puja adalah upacara pemujaan atau penghormatan kepada sesuatu atau benda yang dianggap suci
maupun keramat. dalam Agama Buddha, kata Puja berbeda arti, makna, cakupan, serta penulisannya.
Dalam agama Buddha ditulis Pūjā yang artinya menghormat. yang patut dihormati adalah, Buddha,
orang tua, guru, orang suci dan orang yang memiliki moral baik.

Penghormatan yang diperkenankan oleh Buddha adalah penghormatan yang wajar serta didasari oleh
pengertian yang benar, dan ditujukan kepada «sesuatu» yang memang layak untuk dihormati.

Menghormati dan merenungkan sifat-sifat luhur TriRatna (Buddha, Dhamma dan Sangha)

b. Meningkatkan keyakinan (Saddha) dengan tekad (Aditthana) terhadap TriRatna

c. Mengembangkan empat sifat luhur (Brahma Vihara), yaitu cinta kasih, belas kasih, simpati, dan batin
seimbang
d. Mengulang atau membaca dan merenungkan kembali khotbah khotbah Buddha

e. Melakukan Anumodana, yaitu membagi perbuatan baik kepada makhluk lain

Anda mungkin juga menyukai