Anda di halaman 1dari 10

KD 10.

KEBUTUHAN RASA NYAMAN, TIDUR DAN ISTIRAHAT

A. Kebutuhan Rasa Nyaman

Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan
tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan harus dipandang secara
holistik yang mencakup empat aspek yaitu:
1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
3. Psikososial, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang
meliputi harga
diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.
Dalam meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat lebih memberikan
kekuatan, harapan, dorongan, hiburan, dukungan dan bantuan. Secara umum dalam
aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari
rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan
hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien
yang ditunjukkan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
1. Gangguan Rasa Nyaman
a. Definsi gangguan rasa nyaman Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang,
lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan emosional (SDKI
PPNI, 2016).
b. Penyebab gangguan rasa nyaman:
1) Gejala penyakit
2) Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3) Ketidakadekuatan sumber daya
4) Kurangnya privasi
5) Gangguan stimulus lingkungan
6) Efek samping terapi (misal medikasi, radiasi dan kemoterapi)
c. Gejala dan tanda mayor, subjektif: mengeluh tidak nyaman, objektif: gelisah
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1) Mengeluh sulit tidur dan mengeluh lelah
2) Tidak mampu rileks
3) Mengeluh kedinginan/kepanasan
4) Merasa gatal
5) Mengeluh mual
Objektif:
1) Menunjukkan gejala distres
2) Tampak merintih/menangis
3) Pola eleminasi berubah
4) Postur tubuh berubah
5) Iritabilitas

2. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri


Nyeri adalah pengalaman sensori dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang dirasakan dalam
kejadian dimana terjadi kerusakan jaringan tubuh. Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
nyeri akut dan nyeri kronis.

Nyeri Akut Nyeri Kronis


Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik
emosional yang berkaitan dengan kerusakan atau emosional yang berkaitan dengan
jaringan aktual atau fungsional, dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
onset mendadak atau lambat dan dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berintensitas ringan hingga berat dan
berlangsung kurang dari kurang 3 bulan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Penyebab nyeri akut antara lain: Penyebab nyeri kronis antara lain:
1) Agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi, 1) Kondisi muskuloskeletal kronis
iskemia, meoplasma) 2) Kerusakan sistem saraf
2) Agen pencedera kimiawi (mis: terbakar, 3) Penekanan saraf
bahan kimia iritan) 4) Infiltrasi tumor
3) Agen pencedera fisik (mis: abses, 5) Ketidakseimbangan neuromedulator, dan
amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat reseptor
berat, prosedur operasi, trau 6) Gangguan imunitas (mis: neuropati terkait
HIV, virus vericella-zoster)
7) Gangguan fungsi metabolik
8) Riwayat posisi kerja statis
9) Peningkatan indeks massa tubuh
10) Kondisi pasca trauma
11) Tekanan emosional
12) Riwayat penganiayaan (mis: fisik,
psikologis, seksual)
13) Riwayat penyalahgunaan obat/zat

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri:


1) Usia, pasien yang berusia lanjut, memiliki risiko tinggi mengalami situasi yang
membuat mereka merasakan nyeri akibat adanya komplikasi penyakit dan
degeneratif.
2) Jenis kelamin, beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya
menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis,
sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama. Namun secara
umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespons terhadap
nyeri.
3) Kebudayaan, beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah suatu
yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup
(introvert).
4) Perhatian, perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri yang
menurun.
5) Makna nyeri, makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang
beradaptasi terhadap nyeri.
6) Ansietas, rasa cemas tidak mendapat perhatian dapat menimbulkan suatu masalah
penatalaksanaan nyeri yang serius.
7) Keletihan, rasa keletihan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan prespsi nyeri.
8) Pengalaman sebelumnya, setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya
namun tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan
lebih mudah di masa dating.
9) Dukungan keluarga dan sosial Kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap
mereka terhadap klien dapat memengaruhi respons nyeri.

Pengukuran Nyeri
1) Skala penilaian numerik
Numerical Rating Scale (NRS) menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala ini
sangat efektif untuk digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah
intervensi terapeutik. Pengukuran skala nyeri dengan menggunakan skor 0 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10
0 Tidak ada nyeri (merasa normal).
1 Nyeri hampir tidak terasa (nyeri sangat ringan). Sebagian besar tidak pernah berfikir
tentang rasa sakit, seperti gigitan nyamuk.
2 Tidak menyenangkan. Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit.
3 Bisa ditoleransi. Nyeri sangat terasa, seperti suntikan oleh dokter.
4 Menyedihkan. Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan
lebah.
5 Sangat menyedihkan. Kuat dalam, nyeri yang menusuk, seperti kaki terkilir.
6 Intens. Kuat dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampak memengaruhi
sebagian indra, menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu
7 Sakit intens. Sama seperti skala 6, rasa sakit benar-benar mendominasi indra, tidak
mampu berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu melakukan perawatan diri
8 Benar – benar mengerikan. Nyeri sangat kuat dan sangat mengganggu sampai sering
mengalami perubahan perilaku jika nyeri terjadi.
9 Menyiksa tak tertahankan. Nyeri sangat kuat, tidak bisa ditoleransi dengan terapi.
10 Nyeri tak terbayangkan dan tak dapat diungkapkan. Nyeri sangat berat sampai tidak
sadarkan diri

Pengelompokan Skala Nyeri


Skala Grade Interpretasi
Nyeri
1-3 Nyeri ringan Nyeri bisa ditoleransi dengan baik/tidak mengganggu
aktivitas
4-6 Nyeri sedang Mengganggu aktivitas fisik.
7-9 Nyeri berat Tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri.
10 Nyeri sangat berat Malignan/nyeri sangat hebat dan tidak berkurang dengan
terapi/obat-obatan pereda nyeri dan tidak dapat melakukan
aktivitas.

Penanganan Nyeri
1) Penanganan nyeri farmakologis (JELASKAN)
a) Analgesik narkotik (JELASKAN)
b) Analgesik non narkotik (JELASKAN)
2) Penanganan nyeri non farmakologis (JELASKAN)
a) Distraksi (JELASKAN)
b) Relaksasi (JELASKAN)
c) Imajinasi terbimbing (JELASKAN)

B. KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR


1. Istirahat
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan
ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai
untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri  dari segalah hal yang
membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan. 
Karakteristik istirahat
Enam karakteristik yang berhubungan dengan istirahat, di antaranya sebagai berikut.
1.     Merasakan bahwa  segalah sesuatu dapat terjadi.
2.     Merasa diterima.
3.     Mengetahui apa yang sedang terjadi.
4.     Bebas dari ganguan ketidaknyamanan.
5.     Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan.
6.     Mengetauhi adanya bantuan sewaktu memerlukan.

2. Tidur
Tidur merupakan  kondisi tidak sadar yakni individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensori yang sesuai, atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak
sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh  ketenangan tanpa kegiatan,
tetapi lebih merupakan  suatu urutan siklus yang berulang, dengan cirri adanya aktivitas
yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat  perubahan proses fisiologi,
dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan luar. 
Tidur merupakan kebutuhan dasar seperti kebutuhan makan, minum, aktivitas dan
lainnya, apabila tidur terganggu dapat menimbulkan pengaruh terhadap kualitas hidup
seseorang. Pasien yang sedang dirawat inap membutuhkan istirahat tidur yang cukup
sehingga dapat membantu proses penyembuhan penyakitnya.

Fisiologi tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat
otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivitasi retikularis yang merupakan sistem yng mengatur seluruh tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termaksuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. (Hidayat &
Uliyah, 2015).

 Jenis-jenis tidur
Setiap malam seseorang mngalami dua jenis tidur yang berbeda dan
saling bergantian yaitu: tidur (Rapid-Eye Movement) dan non REM (Non Rapid-Eye
Movement).
a. Tidur REM (JELASKAN)
b. Tidur Non-Rem (JELASKAN)

Tahapan Tidur
Tahapan-tahapan/ fase tidur dapat dimati melalu pengamatan gelombang otak selama
periode tidur dengan menggunakan alat EEG (electroencephalograph). Ada beberapa
tahapan dalam tidur;
1. Tahap I (JELASKAN)
2. Tahap II(JELASKAN)
3. Tahap III(JELASKAN)
4. Tahap IV(JELASKAN)

Kebutuhan dan Pola Tidur Normal


Kebutuhan dan pola tidur normal menurut Potter dan Perry (2010), yaitu :
1. Neonatus sampai dengan 3 bulan

a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari

b. Mudah berespons terhadap stimulus

c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM

2. Bayi

a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam


b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari

c. Tahap REM 20-30%

3. Toddler

a. Tidur 10-12 jam/hari

b. Tahap REM 25%


4. Prasekolah

a. Tidur 11 jam pada malam hari

b. Tahap REM 20%

5. Usia sekolah

a. Tidur 10 jam pada malam hari

b. Tahap REM 18,5%

6. Remaja

a. Tidur 8,5 jam pada malam hari

b. Tahap REM 20%

7. Dewasa muda

a. Tidur 7-9 jam/hari

b. Tahap REM 20-25%

8. Usia dewasa pertengahan

a. Tidur kurang lebih 7 jam /hari

b. Tahap REM 20%

9. Usia tua

a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari

b. Tahap REM 20-25%

Faktor –faktor yang mempengaruhi tidur


·        Penyakit. (JELASKAN)
·        Lingkungan. (JELASKAN)
·        Kelelahan. (JELASKAN)
·        G a y a h i d u p . (JELASKAN)
·        Stress emosional. (JELASKAN)
·        Sti mulant dan alcohol. (JELASKAN)
·        Diet. (JELASKAN)
·        Merokok. (JELASKAN)
·        Medikasi. (JELASKAN)
·        Motivasi. (JELASKAN)

Gangguan tidur yang umum terjadi


1.     Insomnia
Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan
gejalagejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus (lebih dari
sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di tengah malam dan
tidak dapat kembali tidur.
2.     Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
muncul  saat seseorang ti dur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak.
Beberapa turunan parasomnia  antara lain sering terjaga (mis; tidur berjalan, night
terror ), gangguan transisi bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia yang terkait dengan
tidur REM(mis; mimpi buruk), dan lainnya (mis; bruksisme).
3.     Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama
pada siang hari. Disebabkan:kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau
karena gangguan metabolisme (mis; hipertiroidisme).
4.     Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul
secara tiba-tiba pada siang hari, yang disebut juga “serangan tidur” atau sleep attack.
5.     Apnea saat tidur
Abnea saat tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya nafas secara periodic
pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras.

         

Anda mungkin juga menyukai