(Tutik Setyowati)
Menurut Potter & Perry, (2009) model berpikir kritis dapat mengembangkan penilaian
keperawatan. Model ini mendefinisikan hasil dari berpikir kritis sebagai berikut:
Tingkatan berpikir kritis dalam proses keperawatan.
Kataoka-Yahiro dan saylor (1994) mengidentifikasi tiga tingkatan berpikir kritis dalam
keperawatan yaitu tingkat dasar, kompleks, dan komitmen.
Pada tingkat dasar mahasiswa mempunyai kewenangan untuk menjawab setiap masalah
dengan benar. Model ini harus berdasarkan pada pemikiran berdasarkan kenyataan yang
terjadi dengan berpegang pada berbagai aturan atau prinsip yang berlaku. Ketika
seorang mahasiswa keperawatan orang baru yang belum berpengalaman di pelayanan, berpikir
kritisnya dalam melakukan asuhan keperawatan sangat terbatas. Oleh karena itu, ia harus
belajar pada perawat senior bagaimana mengimplementasikan model keperawatan.
Pada tingkat kompleks, mahasiswa akan lebih mengakui banyaknya perbedaan pandangan dan
persepsi. Pengalaman dapat membantu seorang perawat dalam proses keperawatan dan
menambahkan pengetahuan perawat. Untuk melihat bagaimana tindakan keperawatan
mempunyai keuntungan bagi klien, perawat dapat mulai mencoba berbagai alternative dari
model berpikir kritis ini.
Pada tingkat komitmen, mahasiswa keperawatan sudah memilih tindakan apa yang akan
dilakukan berdasarkan hasil identifikasi dari berbagai alternative pada tingkat kompleks.
Karakteristik dan langkah-langkah berpikir kritis
Sejalan dengan temuan bahwa berpikir dapat ditingkatkan dengan pengalaman pendidikan
yang disengaja (Higgins., 2004; Moseley et al., 2005 dalam Kwan, 2015) telah menjadi salah
satu definisi yang diterima secara luas dan berpengaruh. Ennis mendefinisikan berpikir kritis
sebagai '' pemikiran yang wajar dan reflektif yang difokuskan pada memutuskan apa yang
harus percaya atau melakukan ''. Dia menyarankan 12 kemampuan berpikir kritis,
dikelompokkan ke dalam empat bidang, yaitu kejelasan, dasar, inferensi, dan interaksi.
Facione (1996), mengungkapkan pemikir kritis yang ideal mempunyai kebiasaan ingin
tahu, penuh kepercayaan pada alasan, berpikiran terbuka , fleksibel , berpikiran adil dalam
evaluasi, jujur dalam menghadapi prasangka pribadi, bijaksana dalam membuat penilaian,
bersedia untuk mempertimbangkan kembali, jelas tentang isu-isu, tertib dalam hal yang
kompleks, rajin mencari informasi yang relevan, wajar dalam pemilihan kriteria, fokus dalam
penyelidikan, dan gigih dalam mencari hasil. Sehingga dapat dituliskan karakteristik berpikir
kritis sebagai berikut:
Rasa ingin tahu berkaitan dengan berbagai masalah
Perhatian untuk menjadi lebih baik
Kewaspadaan terhadap kesempatan untuk menggunakan pemikiran kritis
Kepercayaan dalam proses pencarian/ inkuiri
Kepercayaan pada kemampuan sendiri seseorang
Keterbukaan diri terhadap pandangan dunia yang berbeda
Fleksibilitas dalam mempertimbangkan alternatif dan opini
Pemahaman tentang pendapat orang lain
Kehati-hatian dalam menangguhkan, membuat atau mengubah penilaian
Kesediaan untuk mempertimbangkan kembali dan merevisi pandangan
Kejujuran dalam menghadapi prasangka, stereotip, atau kecenderungan egosentris
Kehati-hatian dalam menangguhkan, membuat atau mengubah penilaian
Kesediaan untuk mempertimbangkan kembali dan merevisi pandangan berdasarkan
refleksi.
Menurut Facione (2007), berpikir kritis terdiri dari enam sub-kemampuan yang menjadi
inti kemampuan berpikir kritis yaitu:
a. Interpretasi
Interpretasi merupakan proses memahami dan mengungkapkan makna atau arti berbagai jenis
pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian, konvensi, keyakinan, aturan, prosedur atau
kriteria. Interpretasi meliputi sub kemampuan kategorisasi, menguraikan arti dan klarifikasi arti.
b. Analisis
Analisis adalah proses mengidentifikasi maksud dan hubungan antar pernyataan, pertanyaan,
konsep, deskripsi atau bentuk lain yang menyatakan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan,
informasi, atau pendapat. Sub kemampuan analisis adalah menguji pendapat, mendeteksi dan
menganalisa alasan.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses pengkajian kredibilitas pernyataan deskripsi persepsi,
pengalaman, situasi, penilaian, keyakinan atau opini seseorang serta mengkaji kekuatan logis
dari hubungan aktual antara dua atau lebih pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentuk
representasi lainnya. Sub kemampuan evalusi adalah menaksir/ menetapkan pernyataan atau
alasan.
d. Inferensi
Inferensi merupakan proses mengidentifikasi dan memperoleh unsur yang dibutuhkan untuk
menarik kesimpulan, untuk membentuk suatu dugaan atau hipotesis, mempertimbangkan
informasi yang relevan dan mengembangkan konsekuensi yang sesuai dengan data, pernyataan,
prinsip, bukti, penilaian, keyakinan, opini, konsep, deskripsi, pertanyaan dan bentuk-bentuk
representasi lainnya. Sub kemampuan inferensi adalah menanyakan fakta/ keterangan/ bukti,
memperkirakan alternatif, dan menggambarkan kesimpulan.
e. Eksplanasi
Eksplanasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempresentasikan hasil penilaian
seseorang dengan cara meyakinkan dan koheren. Sub kemampuan eksplanasi adalah
menetapkan hasil, menyuguhkan prosedur, menunjukkan alasan
f. Pengaturan diri/regulasi diri
Pengaturan diri adalah kesadaran diri untuk memantau aktivitas kognitif, unsur-unsur yang
digunakan dalam aktivitas tersebut, dan hasil-hasil yang dikembangkan, terutama melalui
penggunaan keterampilan dalam menganalisis, mengevaluasi penilaian inferensial seseorang
dengan suatu pendangan melalui pengajuan pertanyaan, konfirmasi, validasi, atau pembetulan
terhadap hasil penilaian seseorang. Sub kemampuan regulasi diri adalah pengujian/
pemeriksaan diri dan koreksi diri.
Model T.H.I.N.K (Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas And Creativity, Knowing How
You Think) dalam Proses Keperawatan.
Model ini dikemukan oleh Rubenfeld & Scheffer (2006). Model ini menjelaskan tentang
berpikir kritis itu merupakan komponen dari beberapa kegiatan berpikir yang mengenai dengan
konteks situasi ketika proses berpikir kritis itu terjadi. Berpikir kritis adalah proses keperawatan
yang jauh dari berpikir lurus-lurus saja. Walaupun berpikir kritis itu terdengar mudah untuk
dilaksanakan namun apabila tidak memenuhi komponen berikut ini tidak akan terlaksana,
komponennya adalah antara lain :
a. Ingtan Total (T)
Ingatan total ini merupakan mengingat beberapa fakta atau sebaliknya dengan
sepenuhnya dan bagaimana cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan.
Ingatan total ini sangat berpengaruh untuk mengasah pengatuhuan, pengetahuan
yang dimaksud harus dipelajari dan disimpan dalam pikiran sehingga dalam
melakukan suatu tindakan seorang perawat dalam memberi pertolongan kepada pasien
dengan langsung menerapkan model dari berpikir kritis ini.
b. Kebiasaan (H)
Pada komponen yang kedua ini menjelaskan tentang kebiasaan. Kebiasaan yang
dimaksud disini adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga menjadi
sifat alami yang kedua. Kebiasaan ini biasanya menghasilkan cara-cara yang dapat
diterima dalam melakukan segala hal terutama di rumah sakit.
c. Penyelidikan (I)
Dan yang terakhir adalam penulisan, yang dimaksud penyelidikan adalah memeriksa
isu secara sangat mendetail dan mempertanyakan isu yang mungkin segala tempat
dengan jelas. Penyelidikan imi juga merupakan memeriksa jenis bepikir yang sangat
penting untuk kita mencapai kesimpulan.
Ide baru dan kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan akar dari
asuhan yang sesuai dengan spesifikasi klien karena banyak yang harus disesauaikan ,
diulang dan digabungkan untuk menhyesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan
pasien. Keperawatan memiliki banyak standar yang dapat menjamin pekerjaan lebih
baik. tetapi tidak selalu dapat dilakukan. Oleh karena itu perawat harus belajar lebih
banyak guna memperoleh informasi baru dan asuhan keperawatan lebih berkualitas.
e. Mengetahui Bagaimana Anda Berpikir / Knowing How You Think (K)
Keperawatan mengharuskan kita untuk menjadi pemikir kritis yang terus menerus
berusaha membuat seseorang berpikir dengan lebih baik atau untuk mengetahui
bagaimana Kita berpikir. Jika perawat berada dalam suatu proses mengetahui, maka
perawat akan dapat mengetahui apa yang dipikirkan
Referensi
Cahyono, Budi. (2017). Analisis Keterampilan Berfikir Kritis dalam Memecahkan Masalah
Ditinjau Perbedaan Gender. Jurnal Aksioma, 08(01), 50-64
Fathi, A., & Simamora, R.H. (2019, march). Investigating nurses` coping strategies in their
workplace as an indicator of quality of nurses` life in Indonesia: a preliminary study. In IOP
Conference Series: Earth and Enviromental Science (Vol. 248, No. 1,
p. 012031). IOP Publishing.