Anda di halaman 1dari 6

[10.49, 15/8/2020] Renata: 1.

Melakukan hubungan seks

Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks, baik melalui vagina ataupun dubur (anal). Meskipun
jarang ditemui, infeksi HIV ini juga dapat menular lewat seks oral.

Tapi, penularan melalui seks oral hanya terjadi saat ada luka terbuka di mulut si penderita, seperti gusi
berdarah ataupun sariawan.

2. Berbagi jarum suntik

Berbagi jarum suntik dengan penderita HIV adalah cara yang paling umum dan dapat menyebabkan
seseorang tertular virus ini. Misalnya, penggunaan jarum saat membuat tato ataupun penggunakan zat
narkotika.

3. Transfusi darah

Penularan infeksi HIV bisa ditularkan melalui cairan tertentu yang ada di dalam tubuh, yang dapat
mengandung konsentrasi HIV yang tinggi. Cairan tersebut antara lain air mani, cairan vagina dan dubur,
ASI, serta yang paling utama adalah darah.

HIV dapat ditularkan melalui transfusi darah, jika seseorang menerima donor darah dari penderita
infeksi tersebut. HIV juga ditularkan, saat cairan dari seseorang yang memiliki jumlah virus yang dapat
diukur dalam tubuhnya (HIV-positif) langsung masuk ke aliran darah, atau melalui selaput lendir, luka,
atau luka terbuka seseorang tanpa HIV (HIV-negatif).

4. Bisa ditularkan dari ibu ke anaknya

Infeksi ini juga dapat ditularkan dari ibu ke janin yang dikandungnya. Selain itu, HIV juga bisa menular
saat persalinan hingga menyusui. Hal ini terjadi karena darah ibu yang mengidap HIV akan terpapar
langsung ke anaknya.
5. AIDS dapat terjadi saat HIV sudah berkembang

Umumnya, AIDS disebabkan oleh HIV juga. Jika penderita HIV tidak mendapatkan pengobatan yang
memungkinkan, virus tersebut akan terus bertambah hingga menghancurkan sel CD4. Saat jumlah CD4
orang tersebut turun hingga di bawah 200, maka mereka telah menderita AIDS.

Selain itu, seseorang dengan HIV dapat menderita AIDS saat mengalami infeksi oportunistik. Ini dapat
terjadi jika orang yang mengidap HIV tidak diobati atau mendapatkan pengobatan untuk menjaga sistem
imunnya. Alhasil, virus itu akan terus menyerang tubuh dan berkesempatan untuk menginfeksinya lebih
jauh lagi.

Baca juga: HIV Menular di Toilet

[12.17, 15/8/2020] Nazwa Baru: Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus lain
yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan
terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air
mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.[2][3] Penularan dapat terjadi melalui hubungan
intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan
bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan
tubuh tersebut.

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara.[4] Kini AIDS telah
menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia.[5] Pada
Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan
kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian,
penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah
menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000
jiwa di antaranya adalah anak-anak.[5] Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara,
sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di
sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi
HIV.[6]

[12.21, 15/8/2020] Sasy: Belum ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV, tetapi ada pengobatan yang
bisa memperlambat perkembangan penyakit. Perawatan ini bisa membuat orang yang terinfeksi untuk
hidup lebih lama dan bisa menjalani pola hidup sehat. Ada berbagai macam jenis obat yang
dikombinasikan untuk mengendalikan virus.

Obat-obatan Darurat Awal HIV

Apabila seseorang merasa atau mencurigai dirinya dalam rentang waktu 3x24 jam baru terinfeksi virus,
dapat mengonsumsi obat anti HIV yang bisa mencegah terjadinya infeksi. Obat ini bernama post-
exposure prophylaxis (PEP). Profilaksis adalah prosedur kesehatan yang bertujuan mencegah daripada
mengobati.

PEP harus segera dimulai, maksimal tiga hari setelah terpapar terhadap virus. Pengobatan memakai PEP
berlangsung selama sebulan. Tidak ada jaminan bahwa pengobatan ini akan berhasil.

Obat-obatan Antiretroviral
Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV. ARV akan
memperlambat pertumbuhan virus. Seiring berjalannya waktu, HIV bisa menjadi kebal terhadap satu
golongan ARV. Oleh karena itu, kombinasi golongan ARV akan diberikan pada penderita. Misalnya:

NNRTI (Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Berfungsi untuk menghilangkan protein yang
dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri.

NRTI (Nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Berfungsi untuk menghambat perkembangan HIV di
dalam sel tubuh.

Protease inhibitors. Berfungsi untuk menghilangkan protease, jenis protein yang dibutuhkan HIV untuk
menggandakan diri.

Entry inhibitors. Menghalangi HIV masuk ke dalam sel CD4.

Integrase inhibitors. Jenis ARV ini menghilangkan integrase, protein yang digunakan HIV untuk
memasukkan materi genetik ke dalam sel-sel CD4.

Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi antiretroviral (ART). Biasanya pasien akan
diberikan tiga golongan obat ARV. Kombinasi obat yang diberikan berbeda-beda pada tiap pengidap.

Begitu pengobatan HIV dimulai, obat tersebut harus dikonsumsi seumur hidup. Jika satu kombinasi ARV
tidak berhasil, bisa dikonsultasikan untuk menggantinya ke kombinasi ARV lain.

[12.58, 15/8/2020] Nella: Gejala dan Tanda-tanda HIV AIDS


Banyak orang dengan HIV tidak tahu kalau mereka terinfeksi. Hal ini karena gejala dan tanda-tanda
HIV/AIDS di tahap awal seringkali tidak menimbulkan gejala berat. Infeksi HIV hingga menjadi AIDS
terbagi menjadi tiga fase, yakni sebagai berikut:

Fase pertama: Infeksi HIV akut

Fase pertama umumnya muncul setelah 2-4 minggu infeksi HIV terjadi. Pada fase awal ini penderita HIV
akan mengalami gejala mirip flu, seperti:

- Sakit kepala.

- Sariawan.

- Kelelahan.

- Radang tenggorokan.

- Hilang nafsu makan.

- Nyeri otot.

- Ruam.

- Bengkak kelenjar getah bening.

- Berkeringat.Gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS di atas muncul karena kekebalan tubuh sedang melawan
virus. Gejala ini bisa bertahan selama 1-2 minggu atau bahkan lebih.

Meski demikian, harus diingat bahwa gejala tersebut tidak selalu disebabkan oleh HIV. Setelah gejala
dan tanda-tanda HIV/AIDS di atas hilang, penderita bisa tidak merasakan apa pun sampai bertahun-
tahun kemudian

Fase kedua: Fase laten HIV

Pada fase ini, penderita HIV/AIDS tidak menunjukkan tanda dan gejala yang khas, bahkan akan merasa
sehat seperti tidak terinfeksi virus. Namun sebenarnya, virus HIV secara diam-diam berkembang biak
dan menyerang sel darah putih yang berperan dalam melawan infeksi.

Tanda-tanda HIV/AIDS pada fase ini memang tidak terlihat, tapi penderita tetap bisa menularkannya
pada orang lain. Di akhir fase kedua, sel darah putih berkurang secara drastis sehingga gejala yang lebih
parah pun mulai muncul.
Fase ketiga: AIDS

AIDS merupakan fase terberat dari infeksi HIV. Pada fase ini, tubuh hampir kehilangan kemampuannya
untuk melawan penyakit. Hal ini karena jumlah sel darah putih berada jauh di bawah normal. Tanda-
tanda HIV AIDS pada tahap ini antara lain berat badan menurun drastis, sering demam, mudah lelah,
diare kronis, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Karena pada fase AIDS sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah, maka penderita HIV/AIDS akan
sangat rentan terkena infeksi dan jenis kanker tertentu. Penyakit yang biasanya terjadi pada penderita
AIDS antara lain:

- Infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan. Gejala HIV pada wanita dapat dikenali dari infeksi jamur
pada vagina yang sering kambuh.

- Pneumonia.

- Toksoplasmosis.

- Meningitis.

- Tuberkulosis (TB).

- Kanker, seperti limfoma dan sarkoma kaposi.

[13.46, 15/8/2020] Rafi: Tipe tipe HIV dapat dibagi menjadi dua tipe, yakni tipe 1 dan tipe 2. HIV-1 dapat
ditemukan di seluruh dunia, sementara HIV-2 jarang ditemukan di tempat lain selain di Afrika Barat.
Kedua tipe virus ini ditularkan dengan cara yang sama dan sama-sama dapat menyebabkan AIDS. Akan
tetapi, tampaknya HIV-2 lebih sulit menular dan infeksi HIV-2 jauh lebih lambat berubah menjadi AIDS
dibandingkan HIV-1.Virulensi dan viral load yang rendah dari HIV-2 menjadi penyebab keadaan tersebut.
HIV-2 memiliki setidaknya delapan subtipe, dimana subtipe A dan B adalah yang tersering ditemukan.

Diduga HIV-1 berkembang dari Simian Immunodeficiency Virus (SIV) yang menginfeksi simpanse (SIVcpz)
sementara HIV-2 berkembang dari SIV yang menginfeksi monyet sooty mangabey (SIVsmm).

Untuk selanjutnya, akan lebih banyak dibahas mengenai HIV-1.

Anda mungkin juga menyukai