Anda di halaman 1dari 16

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA

Jouzar Farouq Ishak1*, Aprillah Tarihoran2, dan Khozin Arief3


1
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Bandung, Jalan Gegerkalong Hilir,
Bandung Barat, 40012
2
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Bandung, Jalan Gegerkalong Hilir,
Bandung Barat, 40012
3
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Bandung, Jalan Gegerkalong Hilir,
Bandung Barat, 40012
* jouzar.farouq@polban.ac.id

ABSTRAK
Akuntabilitas merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
masyarakat oleh Pemerintah. Suatu bentuk tanggung jawab Pemerintah untuk
meningkatkan pembangunan mulai dari tingkat Pedesaan dengan memberikan
suatu dana khusus yang disebut alokasi dana desa. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui dan menganalisis bagaimana Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana
Desa yang terdiri dari empat tahap yaitu Perencanaan, Pelaksanaan,
Pertanggungjawaban dan Pengawasan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Sariwangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini
menggunakan studi eksploratif pada kondisi objek alamiah, faktual dan sistematis
serta penggunaan wawancara dengan paradigma interpretif. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban belum maksimal dikarenakan masih terdapat beberapa
kekurangan pada ketiga tahap tersebut sehingga akuntabilitas pengelolaan alokasi
dana desa di Desa Sariwangi belum berjalan dengan baik.

Kata kunci: akuntabilitas, alokasi, dana desa

PENDAHULUAN
Pada hakikatnya Otonomi Daerah diberikan kepada rakyat sebagai satu
kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan untuk mengatur dan
mengurus sendiri Urusan Pemerintahan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat
kepada Daerah dan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh kepala daerah dan
DPRD dengan dibantu oleh Perangkat Daerah. Urusan Pemerintahan yang
diserahkan ke Daerah berasal dari kekuasaan pemerintahan yang ada ditangan
Presiden. Konsekuensi dari negara kesatuan adalah tanggung jawab akhir
pemerintahan ada ditangan Presiden. Agar pelaksanaan Urusan Pemerintahan
yang diserahkan ke Daerah berjalan sesuai dengan kebijakan nasional maka
Presiden berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Pemerintah Indonesia 2014).
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dana desa dialokasikan oleh Pemerintah Pusat untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pembinaan
kemasyarakatan, serta pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan kewenangan
dan kebutuhan desa sesuai dengan ketentuan undang-undang mengenai desa.
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi
Desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan Desa yang mencakup pelayanan,
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat (Pemerintah Indonesia 2014).
Akuntansi pemerintahan memiliki peran dalam pengelolaan keuangan
publik dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, mulai dari tata
kelola keuangan pusat, daerah, maupun desa. Prinsip dalam akuntansi
pemerintahan seperti akuntabilitas dan transparansi pengelolaan Keuangan publik
bukan hanya sebagai bentuk kewajiban dari pemerintah pusat, namun juga daerah
seperti desa (Wida et al. 2017).
Akuntabilitas merupakan prinsip dalam pemerintahan baik pemerintahan
pusat maupun pemerintahan yang kecil yaitu pemerintahan desa. Sebuah
pemerintahan dikatakan baik apabila masyarakatnya sejahtera. Akuntabilitas
pemerintahan desa merupakan sebuah tolok ukur kemampuan pemerintah dalam
melaksanakan tanggungjawabnya dalam kegiatan pembangunan terkait masalah
keuangan yang telah disusun dalam APBDDes dan Alokasi Dana Desa merupakan
salah satu komponen di dalamnya yaitu dana perimbangan dari kabupaten yang
kemudian akan disebar ke desa (Farida et al. 2018).
Menurut Nahruddin (2014) bahwa keberadaaan akuntabilitas begitu vital
terhadap terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, demokratis dan
amanah. Kelembagaan pemerintahan yang berakuntabilitas publik berarti lembaga
tersebut senantiasa dapat mempertanggungjawabkan segala kegiatan yang
diamanatkan kepada lembaga tersebut. Peran masyarakat penting dalam
melakukan kontrol terhadap lembaga atau institusi yang diberikan amanah oleh
rakyat untuk menyelenggarakan pembangunan dan pengelolaan anggaran
sebagaimana yang diamanatkan undang-undang.
Rakhmat (2009) menyimpulkan bahwa akuntabilitas sebagai kewajiban
seseorang atau unit organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan
kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sumber kontrol
internal bertolak pada kewenangan yang melekat pada hubungan formal secara
hubungan sosial informal dengan agen publik. Sumber kontrol eksternal suatu
pemisahan yang serupa, dimana kewenangan mereka dapat dibedakan dalam
dalam kewenangan yang berasal dari serangkaian peraturan atau pelaksanaan
kekuasaan secara informal oleh kepentingan yang berasal di luar agen publik.
Penerapan prinsip akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa dimulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan setelah kegiatan sehingga
pengelolaan ADD diharapkan dapat dipertanggungjawabkan. Anggaran ADD
yang sesuai dengan kebutuhan merupakan salah satu bentuk desentralisasi guna
mendorong good governance karena mendekatkan negara kepada masyarakat
sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat yang akhirnya mendorong
akuntabilitas dan transparansi (Arifiyanto & Kurrohman 2014).
Penelitian mengenai akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa telah
dilakukan oleh Arifiyanto & Kurrohman (2014); Nafidah & Suryaningtyas
(2015); Wida et al. (2017); Farida et. al (2018) dan Triani & Handayani (2018).
Dengan memahami hubungan antara perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban dan pengawasan dalam akuntabilitas pengelolaan alokasi
dana desa di mana akuntabilitas merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban
atas pengelolaan dana publik oleh Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun
Daerah. Oleh karena itu, menarik untuk diteliti lebih lanjut.
BAHAN DAN METODE
Menurut Sekaran & Bougie (2016) bahwa studi eksplorasi dilakukan
ketika tidak banyak yang diketahui tentang situasi yang dihadapi atau informasi
tidak tersedia tentang bagaimana masalah penelitian serupa telah diselesaikan
sebelumnya. Di kasus seperti itu, pekerjaan pendahuluan yang luas perlu
dilakukan untuk mendapatkan keakraban dengan fenomena di situasi dan
memahami apa yang terjadi, sebelum kita mengembangkan model dan
menyiapkan desain yang ketat untuk investigasi komprehensif.
Intinya, studi eksplorasi dilakukan untuk lebih memahami sifat masalah
sejak itu sangat sedikit penelitian yang telah dilakukan di daerah itu. Wawancara
ekstensif dengan banyak orang mungkin harus dilakukan untuk menangani situasi
dan memahami fenomena tersebut. Beberapa studi kualitatif di mana data
dikumpulkan melalui observasi, bersifat eksploratif. Saat datanya mengungkap
beberapa pola berkenaan dengan fenomena minat, teori dikembangkan &
hipotesis dirumuskan untuk pengujian selanjutnya.
Studi kasus eskploratif berdasarkan wawancara dengan Desa Sariwangi.
Proses pengaturan dan organisasi studi kasus wawancara dilakukan dengan
strategi pembagian waktu. Setelah meninjau literatur mengenai dana desa,
penelitian ini memaparkan bagaimana ADD dalam proses pengalokasian dana
desa, penyerapan, pertanggungjawaban dan pelaporan dana desa tersebut. Dengan
menggunakan pendekatan studi kasus, menurut Triani & Handayani (2018)
bertujuan untuk mengeksplorasi, menggambarkan evaluasi kinerja dari perspektif,
mengidentifikasi & menerjemahkan jenis hasil dan dampak yang dinilai.
Selain wawancara, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi
dokumentasi dan metode observasi. Studi dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data yang bertujuan untuk merumuskan konsep dan teori sebagai
landasan penelitian melalui dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah
penelitian yang dihadapi. Sedangkan metode observasi merupakan teknik
pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke
objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
Asumsi dasar dalam penelitian ini adalah bahwa knowledge digali melalui
penjelasan ilmiah atas human intention dalam serangkaian interpretasi subjektif
dan persesuaian common sense dalam aktivitas sehari-hari. Penelitian ini mencoba
melihat pengelolaan keuangan dana desa dari pemaknaan akuntansi dan para
pelaksana keuangan dana desa (Triani & Handayani 2018). Praktik akuntansi
dipandang sebagai kajian yang erat kaitannya serta dipengaruhi oleh
organisasional, manusia, lingkungan dan agama setempat. Akuntansi & sosiologi
merupakan kombinasi tak terpisahkan. Akuntansi sangat berpengaruh terhadap
perkembangan peradaban masyarakat (Darmayasa & Aneswari 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Desa Sariwangi memiliki wilayah seluas 244,347 hektar, terletak sekitar
600 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 22 hingga 23 derajat
celcius. Akan tetapi, ketika memasuk musim kemarau maka suhu pada pagi dan
malam hari dapat di bawah 20 derajat celcius. Jumlah penduduk berdasarkan
registrasi Sensus Penduduk tercatat 16.627 jiwa terdiri dari laki-laki 8.446 jiwa
dan perempuan 8.181 jiwa dengan Kepala Keluarga 4.125. Dengan jumlah
penduduk seperti ini, maka perlu dipertimbangkan dari berbagai aspek karena
berhubungan terhadap sumberdaya pembangunan, sekaligus juga sebagai subjek
dan sasaran pelaksanaan pembangunan.
Pembangunan Desa Sariwangi yang dibiayai dengan ADD terdapat empat
bidang, yaitu Bidang Penyelenggara Pemerintah Desa, Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa, Bidang Pembinaan Kemasyarakatan, dan Bidang
Pemberdayaan Masyarakat. Namun mengingat keterbatasan dalam hal
pembiayaan sehingga Desa Sariwangi sehingga prioritas penggunaannya pada
pembiayaan Pelaksanaan Pembangunan Desa, Penyelenggaran Pemerintah Desa,
Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Bidang Pembinaan Masyarakat.
Pemerintah Desa Sariwangi melakukan perencanaan alokasi dana desa
dalam rapat Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan Desa (Musrenbangdes)
melibatkan semua unsur masyarakat, seperti Tokoh Masyarakat, Badan
Pemusyawaratan Desa, Kepala Dusun, Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga
(RW), Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, Tim Pendamping Kabupaten
atau Kecamatan, dan Tokoh Agama. Tujuan dilaksanakannya Musrenbangdes
yaitu untuk membahas berbagai usulan dari masyarakat mengenai program kerja
yang akan dilaksanakan Pemerintah Desa dalam kurun waktu satu tahun.
Pelaksanaan Musrenbangdes telah dilaksanakan di Desa Sariwangi,
dengan hasil wawancara: “Perencanaan dilakukan di Musyawarah Desa, nantinya
dibahas semua kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Desa ditambah
dengan usulan masyarakat, mulai dari bahasan di Musyawarah Desa nanti ada
berupa penyusunan APBDDes serta harus disetujui oleh Badan Pemusyawaratan
Desa supaya APBDDes dapat ditetapkan.” (Hasil Wawancara Sekretaris Desa).
Prinsip partisipasi adalah keterlibatan setiap warga dalam pengambilan
keputusan baik secara langsung maupun melalui institusi yang mewakili
kepentingannya. Program alokasi dana desa digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan Pemerintah Desa, Pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan
Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa sehingga dalam hal
ini masyarakat sangat antusias dalam rapat Musrenbangdes yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Desa Sariwangi setiap tahun.
Hal ini juga dibuktikan dengan hasil wawancara: “Ya sangat antusias.
Pertama diadakan terlebih dahulu Musyawarah Desa tentang pengajuan kebutuhan
dari masyarakat melalui Ketua RT, RW dan Tokoh Masyarakat. Setelah itu,
pengajuan tersebut ditampung baru akan diproses mana menjadi prioritas yang
harus dilaksanakan.” (Hasil wawancara Kepala Desa).
Namun apabila ditinjau dari partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan dalam perencanaan penggunaan alokasi dana desa dapat dikatakan
bahwa partisipasi masyarakat cukup baik. Meskipun ada beberapa tokoh
masyarakat serta RT dan RW yang tidak hadir atau tidak memenuhi undangan
dalam rapat atau forum musyawarah yang diadakan oleh Desa Sariwangi. Akan
tetapi, kehadiran 70 persen dapat mendukung tugas Pemerintah Desa Sariwangi
dalam mengetahui kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas
pelayanan serta mengembangkan program pelayanan sesuai dengan kebutuhan
aspirasi masyarakat.
Hal ini diperjelas dalam hasil wawancara dengan salah satu informan yang
mengatakan: “Musrenbangdes mencakup keseluruhan anggaran dana yang akan
diberikan kepada masyarakat baik secara internal desan sendiri, Badan
Permusyawaratan Desa dan kelompok masyarakat yang digunakan seperti bidang
pengembangan wilayah, sosial budaya dan ekonomi. Kita mengundang dalam
bentuk Musrenbangdes, di sana usulan-usulan kami tampung dan memutuskan
usulan yang paling mendesak kami dahulukan.” (Hasil wawancara Sekretaris
Desa).
Perencanaan kegiatan yang bersumber dari alokasi dana desa harus benar-
benar mengikutsertakan masyarakat dalam forum Musrenbangdes agar mampu
menampung aspirasi dari masyarakat karena kegiatan yang bersumber dari ADD
merupakan program yang menjadi kebutuhan masyarakat dan menjadi prioritas
untuk dilaksanakan guna tercapainya efektifitas dan efisiensi pembangunan desa.
Hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara dengan informan yang
mengatakan: “Segala sesuatu yang menyangkut perencanaan program ADD
disampaikan langsung kepada masyarakat melalui Badan Permusyawaratan Desa
kemudian ke RT, RW dan Tokoh Masyarakat. Hal ini disampaikan karena
perangkat desa menginginkan hal-hal yang tidak dinginkan tidak terjadi. Oleh
karena itu, perangkat desa selalu terbuka.” (Hasil wawancara Kepala Desa).
Informasi tersebut menunjukkan adanya penerapan prinsip transparansi di
dalam perencanaan alokasi dana desa yang dapat diketahui oleh seluruh
masyarakat desa. Dengan adanya prinsip transparansi, partisipasi dan keterbukaan
informasi dari masyarakat yang cukup baik, maka pengelolaan alokasi dana desa
di Desa Sariwangi menunjukkan bahwa Desa Sariwangi telah melakukan
tugasnya dengan baik pada tahap perencanaan.
Pelaksanaan alokasi dana desa diutamakan secara swakelola dengan
menggunakan sumber daya atau bahan baku lokal dan diupayakan dengan lebih
banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat setempat. Jadi dengan melakukan
swakelola diharapkan dapat memaksimalkan penggunaan material atau bahan dari
wilayah setempat, kegiatan dilaksanakan secara gotong royong dengan melibatkan
partisipasi masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan pemberdayaan
masyarakat setempat.
Hal ini senada dengan informasi dari hasil wawancara dengan informasi
dan juga dari data observasi dimana kegiaatan swakelola telah diterapkan pada
Desa Sariwangi sebagai berikut: “Iya, kalau pelaksanaan alokasi dana desa itu
dilaksanakan secara swakelola supaya dapat memberdayakan dan meningkatkan
taraf ekoomi masyarakat Desa Sariwangi.” (Hasil wawancara Sekretaris Desa).
Keterbukaan informasi ini merupakan usaha pemerintah desa untuk
melaksanakan prinsip transparansi dalam pengelolaan alokasi dana desa. Hal ini
senada dengan yang diucapkan oleh informan berikut: “Kalau secara keseluruhan
penyampaian informasi kepada masyarakat itu tidak langsung tapi melalui RT
atau RW dan tokoh masyarakat yang akan menyampaikan informasi kepada
masyarakat ada juga lewat spanduk dari situ bisa masyarakat mengetahui
informasinya.” (Hasil wawancara Kepala Desa). Dari hasil wawancara
menunjukkan bahwa Pemerintah Desa Sariwangi dalam memberikan informasi
kepada masyarakat sangat baik sehingga hal ini memberikan dampak yang baik
pada masyarakat dalam mengawasi pelaksanaan alokasi dana desa.
Dari sisi pelaksanaan alokasi dana desa sangat bergantung pada pencairan
dana alokasi dana desa, karena pencairan alokasi dana desa dari pusat sering
terlambat dikarenakan tidak lengkapnya dokumen-dokumen pencairan dan juga
keadaan di lapangan sering mengalami keterlambatan pembangunan sehingga
pencairan dana alokasi dana desa sering terlambat.
Hal ini sependapat dengan informan sebagai berikut: “Belum bisa tepat
waktu karena pencairan dana dari pusat mengalami keterlambatan yang
disebabkan karena dokumen yang belum lengkap sama kalau pembangunan juga
sering tidak sesuai dengan jadwal pembangunan selesai.” (Hasil wawancara
Sekretaris Desa).
Sedangkan dari sisi prinsip akuntabilitas pelaksanaan alokasi dana desa
ditempuh melalui sistem pelaporan yaitu pelaporan bulanan dan laporan masing-
masing tahapan kegiatan fisik atau lapangan berupa dokumentasi kegiatan. Hal
tersebut dibuktikan dari hasil wawancara dengan informan yang mengatakan:
“Ya, tentu sesuai dengan aturan, jadi setiap tahun setelah selesai pelaksanaan
diminta laporan realisasi anggaran pelaksanaan, bahkan setiap tahap pelaksanaan
ada laporan semester dan tahunan.” (Hasil wawancara Kepala Desa).
Hasil wawancara tersebut menujukkan bahwa di dalam Tahap Pelaksanaan
ADD belum tepat waktu dikarenakan kurang lengkapnya dokumen dan juga
keterlambatan pada kegiatan di lapangan, namun dalam pelaksanaan ADD
Pemerintah Desa Sariwangi senantiasa melaporkan perkembangan pelaksanaan
kegiatan oleh pengelola alokasi dana desa di tingkat desa kepada masyarakat,
terutama tentang kegiatan fisik dan penggunaan ADD. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa tanggung jawab pengelola ADD di tingkat desa sudah memenuhi
ketentuan pembuatan laporan kegiatan alokasi dana desa yang bertahap dan
laporan akhir kegiatan.
Pertanggungjawaban ADD di Desa Sariwangi terintegrasi dengan
pertanggungjawaban APBDDes. Hal ini sesuai dengan Peraturan Bupati Bandung
Barat Nomor 12 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengalokasian Alokasi Dana
Desa. Dalam peraturan tersebut dimaksudkan bahwa pertanggungjawaban atas
realisasi dan penggunaan ADD oleh Pemerintah Desa disampaikan kepada Bupati
setiap akhir tahun anggaran, bersamaan dengan laporan pertanggungjawaban
realisasi pelaksanaan APBDDes.
Penguatan keuangan desa dilakukan untuk menguatkan pilar transparansi
dan akuntabilitas. Pengelolaan keuangan desa harus dilakukan secara efisien dan
efektif, transparan, dan akuntabel. Alokasi dana desa yang merupakan salah satu
sumber utama pendapatan desa juga harus dipertanggungjawabkan secara
transparan kepada masyarakat maupun kepada pemerintah Kabupaten sebagai
institusi pemberi kewenangan. Selain itu, pertanggungjawaban kepada masyarakat
dilakukan secara periodik setiap tiga bulan sekali melalui forum evaluasi
pelaksanaan alokasi dana desa yang dipimpin oleh Kepala Desa.
Hal ini sesuai dengan informasi dari informan sebagai berikut: “Pada
dasarnya Desa Sariwangi tidak lepas dari aturan seperti jadwal pelaporan, format
pelaporan, dan juga teknis pelaporan. Kita juga menggunakan Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Laporan Pelaksanaan Kegiatan, kalau
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah itu diberikan ke Pemkab Bandung
Barat, kalau Laporan Pelaksanaan Kegiatan itu diberikan kepada masyarakat.”
(Hasil wawancara Kepala Desa).
Penyampaian pelaporan pertanggungjawaban Desa Sariwangi telah sesuai
dengan struktural yaitu pelaporan dari desa ke kecamatan atau tim pendamping
kecamatan lalu dari kecamatan ke tim pendamping kabupaten atau pemerintah
kabupaten. Hal ini sesuai dengan informasi yang diberikan oleh informan sebagai
berikut: “Dari desa ke kecamatan, dari kecamatan ke pemerintah kabupaten
dengan tembusan ke inspektorat. Karena ujung-ujungnya nanti inspektorat yang
mengecek kebenaranya.” (Hasil wawancara Sekretaris Desa).
Sedangkan untuk pengelolaan administrasi keuangan yang dilaksanakan di
Desa Sariwangi dapat dikatakan sudah sesuai dengan prinsip akuntabilitas dengan
menggunakan aplikasi SISKEUDES (Sistem Keuangan Desa). Namun, Desa
Sariwangi juga sampai saat ini masih menggunakan sistem manual dalam
mengelola keuangan desa sehingga Desa Sariwangi masih memiliki kendala
apakah menggunakan aplikasi atau manual. Hal ini mengakibatkan kurangnya
koordinasi antara pihak desa dengan kecamatan dan kabupaten dalam
menggunakan aplikasi atau manual.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan salah satu informan yang mengatakan:
“Kesulitan tidak ada, cuma untuk sekarang Desa Sariwangi kurang koordinasi
antara pihak kecamatan dan kabupaten dalam menggunakan aplikasi atau manual,
sehingga adanya kendala dalam pengelolaan administrasi keuangan berbasis
aplikasi atau manual.” (Hasil wawancara Sekretaris Desa).
Sedangkan untuk penyampaian informasi Laporan APBDDes dan Laporan
Realisasi Penggunaan Dana Desa belum mampu atau masih mengalami
keterlambatan sehingga pencairan ADD dan Dana Desa masih sering terlambat.
Sebagaimana hasil wawancara dengan informan sebagai berikut: “Sampai saat ini
memang masih mengalami keterlambatan dari yang seharusnya tetapi masih bisa
dikatakan wajar.” (Hasil wawancara Sekretaris Desa).
Keterlambatan pada saat penyampaian laporan pertanggungjawaban
disebabkan oleh kegiatan di lapangan yang masih berlangsung dan juga
keterlambatan pada saat pencairan dana. Hal ini diungkapkan dalam hasil
wawancara dengan informan sebagai berikut: “Kegiatan di lapangan masih
berlangsung yang disebabkan pencairan dana yang telat sehingga penyampaian
Laporan Pertanggungjawaban belum bisa tepat waktu.” (Hasil wawancara
Sekretaris Desa).
Pembinaan dan pengawasan atas pengelolaan alokasi dana desa
dilaksanakan oleh Tim Fasilitasi Tingkat Kabupaten dan Tim Pendamping
Tingkat Kecamatan. Pembinaan dan Pengawasan oleh Tim Fasilitasi Tingkat
Kabupaten meliputi pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pengelolaan
serta evaluasi realisasi penggunaan.
Sedangkan Pembinaan dan Pengawasan Tim Pendamping Tingkat
Kecamatan meliputi Administrasi keuangan desa, Perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban, Memfasilitasi upaya penyelesaian permasalahan yang
dihadapi oleh Pemerintah Desa dan melaporkan kepada Tim Fasilitasi Tingkat
Kabupaten serta Melaksanakan evaluasi realisasi penggunaan.
Pengawasan fungsional atas pengelolaan dan realisasi penggunaan alokasi
dana desa dilaksanakan oleh Inspektorat dan Lembaga Pengawasan lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, misalnya Badan Permusyawaratan Desa
melakukan pengawasan terhadap penggunaan alokasi dana desa, meliput hal-hal
sebagai berikut:
1. Mengawasi pelaksanaan penggunaan;
2. Memberi masukan dan saran kepada Kepala Desa terhadap pelaksanaan
penggunaan alokasi dana desa agar sesuai dengan rencana kegiatan;
3. Menyampaikan pengaduan masyarakat untuk ditindaklanjuti oleh Kepala
Desa berdasarkan bukti-bukti yang sah;
4. Memberikan masukan kepada Camat selaku Tim Pendamping Tingkat
Kecamatan dalam hal terjadi permasalahan.
Pemerintah Desa Sariwangi dalam tahap pengawasan pengelolaan alokasi
dana desa dapat dikatakan sudah baik dan telah sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 12 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pengalokasian Dana Desa. Hal ini sesuai dengan yang informasi dari informan
sebagai berikut: “Kalau dari Pemkab di akhir tahun setelah selesai pelaksanaan
ADD diperiksa oleh Inspektorat yang terdiri dari tiga tahap, yaitu Rencana
Anggaran Biaya, administrasi dan kunjungan lapangan atau fisik”. (Hasil
wawancara Kepala Desa).
Keberhasilan pengelolaan alokasi dana desa dapat diukur dari
meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang adanya alokasi dana desa,
meningkatnya partisipasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan dan
pembangunan tingkat desa serta meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang
pertanggungjawaban penggunaan alokasi dana desa oleh Pemerintah Desa.
Keberhasilan penggunaan alokasi dana desa diukur dari:
1. Kegiatan yang didanai sesuai dengan yang telah direncanakan dalam
Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa;
2. Daya serap (realisasi) keuangan sesuai dengan yang ditargetkan;
3. Tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi;
4. Besarnya jumlah penerima manfaat, terutama dari kelompok miskin;
5. Tingginya kontribusi masyarakat dalam mendukung penggunaan alokasi
dana desa;
6. Terjadinya peningkatan pendapatan asli desa;
7. Mampu bersinergi dengan program pemerintah yang ada di desa tersebut.
Pengawasan terhadap berbagai indikator yang ada dapat dikatakan bahwa
pengelolaan alokasi dana desa di Desa Sariwangi sudah sangat baik. Indikator
yang sudah terpenuhi di Desa Sariwangi diantaranya akses yang mudah kepada
masyarakat untuk ke pusat kegiatan perekonomian dan pemerintahan,
terbentuknya inisiatif dalam pengelolaan dan bertanggung jawab terhadap
keberlanjutan pemanfaatan infrastruktur yang terbangun, meningkatnya partisipasi
masyarakat dan tingkat penyerapan tenaga kerja lokal pada program
pembangunan desa.

KESIMPULAN
Perencanaan alokasi dana desa di Desa Sariwangi telah melakukan prinsip
partisipasi, namun dalam prinsip ini belum baik karena masih ada beberapa Tokoh
Masyarakat, Rukun Tetangga, Rukun Warga dan Kepala Dusun yang tidak hadir
atau tidak mengikuti kegiatan rapat Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan
Desa yang diadakan oleh perangkat Desa Sariwangi untuk membahas perencaan
alokasi dana desa. Hal ini dapat dilihat bahwa kehadiran perwakilan dari
masyarakat sebesar 70%. Dengan persentasi kehadiran tersebut, maka bahwa
prinsip partisipasi dalam alokasi dana desa belum dapat dikatakan baik.
Prinsip transparansi alokasi dana Desa Sariwangi berdasarkan hasil
wawancara bahwa Pemerintah Desa Sariwangi telah memberikan informasi
kepada masyarakat dengan baik seperti Pemerintah Desa Sariwangi
menyampaikan perencanaan kepada masyarakat dalam rapat, pembuatan baligho
atau spanduk untuk menyampaikan kegiatan perencanaan pembangunan serta
informasi penggunaan alokasi dana desa kepada masyarakat.
Pada tahap pelaksanaan alokasi dana desa, Pemerintah Desa Sariwangi
telah melakukan swakelola dikarenakan keinginan Aparatur Desa dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia masyarakat yang semakin lebih baik. Pada prinsip transparansi dalam
pelaksanaan alokasi dana desa, Pemerintah Desa Sariwangi telah melakukan tugas
dengan baik dalam memberikan informasi secara langsung kepada Tokoh
Masyarakat ketika melalui forum atau rapat dan menyampaikan informasi dengan
pembuatan spanduk atau baligho pada setiap kegiatan pelaksanaan yang dibiayai
dari alokasi dana desa.
Prinsip akuntabilitas alokasi dana desa, Desa Sariwangi sudah melakukan
tugasnya dengan baik tanpa adanya kekurangan dalam mempertanggungjawabkan
pelaksanaan kepada Pemerintah Kecamatan atau pun Pemerintah Kabupaten serta
masyarakat. Namun dalam pelaksanaan alokasi dana desa ini masih terdapat
keterlambatan pada saat pencairan alokasi dana desa dikarenakan kurang
lengkapnya dokumen-dokumen pendukung untuk pencairan dana serta
pembangunan tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
Jalur struktural di Desa Sariwangi telah menyampaikan informasi
pertanggungjawaban kepada Pemerintah di atasnya maupun masyarakat, namun
dalam prinsip akuntabilitas sudah dikatakan baik di mana setiap triwulanan
terdapat evaluasi pelaksanaan alokasi dana desa yang mengundang tokoh
masyarakat perwakilan masyarakat. Aparatur Desa Sariwangi menggunakan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Laporan Pelaksanaan Kegiatan
untuk mempertanggungjawabkan Laporan Keuangan Desa.
Prinsip transparansi di Desa Sariwangi telah dilakukan dengan
penyampaian informasi dalam kegiatan Musyawarah Desa setiap semester.
Pencairan alokasi dana desa untuk menyampaikan laporan keuangan alokasi dana
desa yang akan digunakan untuk pembangunan, pembinaan masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat demi meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada
Aparatur Desa Sariwangi dalam mengelola keuangan desa.
Pada tahap pengawasan, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat atau
Kecamatan Parongpong melakukan pengawasan setiap tiga kali dalam satu tahun
sehingga hal ini sebagai bentuk preventif agar kejadian yang tidak diinginkan
dapat diantisipasi. Prinsip partisipatif dalam tahap pengawasan yang dilakukan
oleh masyarakat kepada Pemerintah Desa Sariwangi sangat baik di mana dapat di
lihat dari keikutsertaan masyarakat dalam forum atau rapat pembahasan
perencanaan dan pelaksanaan yang didanai dari alokasi dana desa sehingga dapat
mencegah penyalahgunaan keuangan alokasi dana desa dan dana desa.
Alokasi dana desa, dana desa dan teknologi digital dapat dioptimalkan
untuk mengatasi ketimpangan dan kemiskinan. Kesempatan kerja dan akses
permodalan yang ditimbulkan dua hal itu berdampak pada pendapatan penduduk
miskin. Selanjutnya, kuantitas dan kualitas lapangan kerja yang terus-menerus
ditingkatkan bisa mempertahankan kesejahteraan dibandingkan dengan bantuan
atau subsidi. Pemanfaatan dana desa untuk program padat karya, antara lain
pelatihan tenaga terampil, pembangunan jalan desa, irigasi pertanian dan pelatihan
pemanfaatan akses teknologi digital harus diperkuat. Program-program tersebut
akan menarik minat dan bakat bagi penduduk miskin di desa, terutama di luar
masa tanam dan panen pertanian atau perkebunan.
Tahun-tahun sebelumnya alokasi dana desa dan dana desa fokus
pemanfaatan lebih banyak pada pembangunan infrastruktur desa. Untuk
kedepannya agar alokasi dana desa dan dana desa tersebut prioritasnya lebih
kepada pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Dana desa juga selain untuk
program pada karya dapat dioptimalkan untuk pemberdayaan institusi pedesaan
seperti koperasi desa atau badan usaha milik desa. Dengan program-program
tersebut diharapkan terdapat peningkatan dan pemerataan akses hidup yang layak,
lapangan kerja, permodalan, serta kepemilikan aset melalui program perlindungan
dan pemberdayaan masyarakat.
Program alokasi dana desa dan dana desa dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan usaha produktif sehingga ikut berperan menurunkan tingkat
kemiskinan di pedesaan. Pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat juga dapat
meningkatkan pendapatan dan daya beli serta memperluas akses masyarakat
terhadap barang. Lapangan kerja mesti diciptakan agar masyarakat memiliki
pendapatan. Tingkat harga barang harus dijaga agar terjangkau. Selain itu, akses
juga dipermudah untuk menjamin ketersediaan barang sehingga alokasi dana desa
dan dana desa juga dapat dipakai untuk mengembangkan usaha produktif.
Partisipasi masyarakat harus ditingkatkan sebagai saran kepada
Pemerintah Desa Sariwangi agar dalam rapat Musrenbangdes Pemerintah Desa
dapat terbantu dalam mengambil keputusan untuk pembangunan desa ke arah
yang lebih baik. Untuk memudahkan masyarakat di luar Desa Sariwangi,
alangkah lebih baiknya Pemerintah Desa Sariwangi mengajukan permohonan
sumber daya manusia yang dikhususkan untuk mengelola situs milik Pemerintah
Desa sehingga masyarakat dapat mendapatkan informasi secara mudah dan cepat.
Untuk penelitian selanjutnya maka disarankan agar menambahkan
informan dari sisi masyarakat desa maupun pihak Kecamatan ataupun Kabupaten.
Sisi informan dari beberapa pihak tersebut agar dapat menilai
pertanggungjawaban Pemerintah Desa yang keseluruhan tidak hanya melihat dari
bukti fisik pengelolaan alokasi dana desa.

DAFTAR PUSTAKA
Arifiyanto, DF & Kurrohman, T 2014, Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana
Desa di Kabupaten Jember, Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, 2 (3):
473-485.
Darmayasa, IN & Aneswari, YR 2015, Paradigma Interpretif Pada Penelitian
Akuntansi Indonesia, Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 6 (3): 350-361.
Farida, V, Jati, WA & Harventy, R 2018, Analisis Akuntabilitas Pengelolaan
Alokasi Dana Desa, Jurnal Akademi Akuntansi, 1 (1): 64-73.
Kabupaten Bandung Barat 2015, Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 12
Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengalokasian Alokasi Dana Desa.
Nafidah, LN & Surayningtyas, M 2015, Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana
Desa dalam upaya Meningkatkan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, 3 (1): 213-239.
Nahruddin, Z 2014, Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Dana Alokasi
Desa, Jurnal Ilmu Pemerintahan, IV (2): 193-201.
Pemerintah Indonesia 2014, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Sekretariat Negara, Jakarta.
Rakhmat, 2009, Teori Administrasi dan Manajemen Publik, Pustaka Arif, Banten.
Sekaran, U & Bougie, R 2016, Research Methods for Business (A skill Building
Approach) – Fifth Edition, Wiley, West Sussex, 83p.
Triani, NNA & Handayani, S 2018, Praktik Pengelolaan Keuangan Dana Desa,
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 9 (1): 136-155.
Wida, SA, Supatmoko, D & Kurrohman, T 2017, Akuntabilitas Pengelolaan
Alokasi Dana Desa, e-journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, IV (2): 148-
152.

Anda mungkin juga menyukai