ABSTRAK
Akuntabilitas merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
masyarakat oleh Pemerintah. Suatu bentuk tanggung jawab Pemerintah untuk
meningkatkan pembangunan mulai dari tingkat Pedesaan dengan memberikan
suatu dana khusus yang disebut alokasi dana desa. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui dan menganalisis bagaimana Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana
Desa yang terdiri dari empat tahap yaitu Perencanaan, Pelaksanaan,
Pertanggungjawaban dan Pengawasan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Sariwangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini
menggunakan studi eksploratif pada kondisi objek alamiah, faktual dan sistematis
serta penggunaan wawancara dengan paradigma interpretif. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban belum maksimal dikarenakan masih terdapat beberapa
kekurangan pada ketiga tahap tersebut sehingga akuntabilitas pengelolaan alokasi
dana desa di Desa Sariwangi belum berjalan dengan baik.
PENDAHULUAN
Pada hakikatnya Otonomi Daerah diberikan kepada rakyat sebagai satu
kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan untuk mengatur dan
mengurus sendiri Urusan Pemerintahan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat
kepada Daerah dan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh kepala daerah dan
DPRD dengan dibantu oleh Perangkat Daerah. Urusan Pemerintahan yang
diserahkan ke Daerah berasal dari kekuasaan pemerintahan yang ada ditangan
Presiden. Konsekuensi dari negara kesatuan adalah tanggung jawab akhir
pemerintahan ada ditangan Presiden. Agar pelaksanaan Urusan Pemerintahan
yang diserahkan ke Daerah berjalan sesuai dengan kebijakan nasional maka
Presiden berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Pemerintah Indonesia 2014).
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dana desa dialokasikan oleh Pemerintah Pusat untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pembinaan
kemasyarakatan, serta pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan kewenangan
dan kebutuhan desa sesuai dengan ketentuan undang-undang mengenai desa.
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi
Desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan Desa yang mencakup pelayanan,
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat (Pemerintah Indonesia 2014).
Akuntansi pemerintahan memiliki peran dalam pengelolaan keuangan
publik dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, mulai dari tata
kelola keuangan pusat, daerah, maupun desa. Prinsip dalam akuntansi
pemerintahan seperti akuntabilitas dan transparansi pengelolaan Keuangan publik
bukan hanya sebagai bentuk kewajiban dari pemerintah pusat, namun juga daerah
seperti desa (Wida et al. 2017).
Akuntabilitas merupakan prinsip dalam pemerintahan baik pemerintahan
pusat maupun pemerintahan yang kecil yaitu pemerintahan desa. Sebuah
pemerintahan dikatakan baik apabila masyarakatnya sejahtera. Akuntabilitas
pemerintahan desa merupakan sebuah tolok ukur kemampuan pemerintah dalam
melaksanakan tanggungjawabnya dalam kegiatan pembangunan terkait masalah
keuangan yang telah disusun dalam APBDDes dan Alokasi Dana Desa merupakan
salah satu komponen di dalamnya yaitu dana perimbangan dari kabupaten yang
kemudian akan disebar ke desa (Farida et al. 2018).
Menurut Nahruddin (2014) bahwa keberadaaan akuntabilitas begitu vital
terhadap terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, demokratis dan
amanah. Kelembagaan pemerintahan yang berakuntabilitas publik berarti lembaga
tersebut senantiasa dapat mempertanggungjawabkan segala kegiatan yang
diamanatkan kepada lembaga tersebut. Peran masyarakat penting dalam
melakukan kontrol terhadap lembaga atau institusi yang diberikan amanah oleh
rakyat untuk menyelenggarakan pembangunan dan pengelolaan anggaran
sebagaimana yang diamanatkan undang-undang.
Rakhmat (2009) menyimpulkan bahwa akuntabilitas sebagai kewajiban
seseorang atau unit organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan
kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sumber kontrol
internal bertolak pada kewenangan yang melekat pada hubungan formal secara
hubungan sosial informal dengan agen publik. Sumber kontrol eksternal suatu
pemisahan yang serupa, dimana kewenangan mereka dapat dibedakan dalam
dalam kewenangan yang berasal dari serangkaian peraturan atau pelaksanaan
kekuasaan secara informal oleh kepentingan yang berasal di luar agen publik.
Penerapan prinsip akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa dimulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan setelah kegiatan sehingga
pengelolaan ADD diharapkan dapat dipertanggungjawabkan. Anggaran ADD
yang sesuai dengan kebutuhan merupakan salah satu bentuk desentralisasi guna
mendorong good governance karena mendekatkan negara kepada masyarakat
sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat yang akhirnya mendorong
akuntabilitas dan transparansi (Arifiyanto & Kurrohman 2014).
Penelitian mengenai akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa telah
dilakukan oleh Arifiyanto & Kurrohman (2014); Nafidah & Suryaningtyas
(2015); Wida et al. (2017); Farida et. al (2018) dan Triani & Handayani (2018).
Dengan memahami hubungan antara perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban dan pengawasan dalam akuntabilitas pengelolaan alokasi
dana desa di mana akuntabilitas merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban
atas pengelolaan dana publik oleh Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun
Daerah. Oleh karena itu, menarik untuk diteliti lebih lanjut.
BAHAN DAN METODE
Menurut Sekaran & Bougie (2016) bahwa studi eksplorasi dilakukan
ketika tidak banyak yang diketahui tentang situasi yang dihadapi atau informasi
tidak tersedia tentang bagaimana masalah penelitian serupa telah diselesaikan
sebelumnya. Di kasus seperti itu, pekerjaan pendahuluan yang luas perlu
dilakukan untuk mendapatkan keakraban dengan fenomena di situasi dan
memahami apa yang terjadi, sebelum kita mengembangkan model dan
menyiapkan desain yang ketat untuk investigasi komprehensif.
Intinya, studi eksplorasi dilakukan untuk lebih memahami sifat masalah
sejak itu sangat sedikit penelitian yang telah dilakukan di daerah itu. Wawancara
ekstensif dengan banyak orang mungkin harus dilakukan untuk menangani situasi
dan memahami fenomena tersebut. Beberapa studi kualitatif di mana data
dikumpulkan melalui observasi, bersifat eksploratif. Saat datanya mengungkap
beberapa pola berkenaan dengan fenomena minat, teori dikembangkan &
hipotesis dirumuskan untuk pengujian selanjutnya.
Studi kasus eskploratif berdasarkan wawancara dengan Desa Sariwangi.
Proses pengaturan dan organisasi studi kasus wawancara dilakukan dengan
strategi pembagian waktu. Setelah meninjau literatur mengenai dana desa,
penelitian ini memaparkan bagaimana ADD dalam proses pengalokasian dana
desa, penyerapan, pertanggungjawaban dan pelaporan dana desa tersebut. Dengan
menggunakan pendekatan studi kasus, menurut Triani & Handayani (2018)
bertujuan untuk mengeksplorasi, menggambarkan evaluasi kinerja dari perspektif,
mengidentifikasi & menerjemahkan jenis hasil dan dampak yang dinilai.
Selain wawancara, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi
dokumentasi dan metode observasi. Studi dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data yang bertujuan untuk merumuskan konsep dan teori sebagai
landasan penelitian melalui dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah
penelitian yang dihadapi. Sedangkan metode observasi merupakan teknik
pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke
objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
Asumsi dasar dalam penelitian ini adalah bahwa knowledge digali melalui
penjelasan ilmiah atas human intention dalam serangkaian interpretasi subjektif
dan persesuaian common sense dalam aktivitas sehari-hari. Penelitian ini mencoba
melihat pengelolaan keuangan dana desa dari pemaknaan akuntansi dan para
pelaksana keuangan dana desa (Triani & Handayani 2018). Praktik akuntansi
dipandang sebagai kajian yang erat kaitannya serta dipengaruhi oleh
organisasional, manusia, lingkungan dan agama setempat. Akuntansi & sosiologi
merupakan kombinasi tak terpisahkan. Akuntansi sangat berpengaruh terhadap
perkembangan peradaban masyarakat (Darmayasa & Aneswari 2015).
KESIMPULAN
Perencanaan alokasi dana desa di Desa Sariwangi telah melakukan prinsip
partisipasi, namun dalam prinsip ini belum baik karena masih ada beberapa Tokoh
Masyarakat, Rukun Tetangga, Rukun Warga dan Kepala Dusun yang tidak hadir
atau tidak mengikuti kegiatan rapat Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan
Desa yang diadakan oleh perangkat Desa Sariwangi untuk membahas perencaan
alokasi dana desa. Hal ini dapat dilihat bahwa kehadiran perwakilan dari
masyarakat sebesar 70%. Dengan persentasi kehadiran tersebut, maka bahwa
prinsip partisipasi dalam alokasi dana desa belum dapat dikatakan baik.
Prinsip transparansi alokasi dana Desa Sariwangi berdasarkan hasil
wawancara bahwa Pemerintah Desa Sariwangi telah memberikan informasi
kepada masyarakat dengan baik seperti Pemerintah Desa Sariwangi
menyampaikan perencanaan kepada masyarakat dalam rapat, pembuatan baligho
atau spanduk untuk menyampaikan kegiatan perencanaan pembangunan serta
informasi penggunaan alokasi dana desa kepada masyarakat.
Pada tahap pelaksanaan alokasi dana desa, Pemerintah Desa Sariwangi
telah melakukan swakelola dikarenakan keinginan Aparatur Desa dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia masyarakat yang semakin lebih baik. Pada prinsip transparansi dalam
pelaksanaan alokasi dana desa, Pemerintah Desa Sariwangi telah melakukan tugas
dengan baik dalam memberikan informasi secara langsung kepada Tokoh
Masyarakat ketika melalui forum atau rapat dan menyampaikan informasi dengan
pembuatan spanduk atau baligho pada setiap kegiatan pelaksanaan yang dibiayai
dari alokasi dana desa.
Prinsip akuntabilitas alokasi dana desa, Desa Sariwangi sudah melakukan
tugasnya dengan baik tanpa adanya kekurangan dalam mempertanggungjawabkan
pelaksanaan kepada Pemerintah Kecamatan atau pun Pemerintah Kabupaten serta
masyarakat. Namun dalam pelaksanaan alokasi dana desa ini masih terdapat
keterlambatan pada saat pencairan alokasi dana desa dikarenakan kurang
lengkapnya dokumen-dokumen pendukung untuk pencairan dana serta
pembangunan tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
Jalur struktural di Desa Sariwangi telah menyampaikan informasi
pertanggungjawaban kepada Pemerintah di atasnya maupun masyarakat, namun
dalam prinsip akuntabilitas sudah dikatakan baik di mana setiap triwulanan
terdapat evaluasi pelaksanaan alokasi dana desa yang mengundang tokoh
masyarakat perwakilan masyarakat. Aparatur Desa Sariwangi menggunakan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Laporan Pelaksanaan Kegiatan
untuk mempertanggungjawabkan Laporan Keuangan Desa.
Prinsip transparansi di Desa Sariwangi telah dilakukan dengan
penyampaian informasi dalam kegiatan Musyawarah Desa setiap semester.
Pencairan alokasi dana desa untuk menyampaikan laporan keuangan alokasi dana
desa yang akan digunakan untuk pembangunan, pembinaan masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat demi meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada
Aparatur Desa Sariwangi dalam mengelola keuangan desa.
Pada tahap pengawasan, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat atau
Kecamatan Parongpong melakukan pengawasan setiap tiga kali dalam satu tahun
sehingga hal ini sebagai bentuk preventif agar kejadian yang tidak diinginkan
dapat diantisipasi. Prinsip partisipatif dalam tahap pengawasan yang dilakukan
oleh masyarakat kepada Pemerintah Desa Sariwangi sangat baik di mana dapat di
lihat dari keikutsertaan masyarakat dalam forum atau rapat pembahasan
perencanaan dan pelaksanaan yang didanai dari alokasi dana desa sehingga dapat
mencegah penyalahgunaan keuangan alokasi dana desa dan dana desa.
Alokasi dana desa, dana desa dan teknologi digital dapat dioptimalkan
untuk mengatasi ketimpangan dan kemiskinan. Kesempatan kerja dan akses
permodalan yang ditimbulkan dua hal itu berdampak pada pendapatan penduduk
miskin. Selanjutnya, kuantitas dan kualitas lapangan kerja yang terus-menerus
ditingkatkan bisa mempertahankan kesejahteraan dibandingkan dengan bantuan
atau subsidi. Pemanfaatan dana desa untuk program padat karya, antara lain
pelatihan tenaga terampil, pembangunan jalan desa, irigasi pertanian dan pelatihan
pemanfaatan akses teknologi digital harus diperkuat. Program-program tersebut
akan menarik minat dan bakat bagi penduduk miskin di desa, terutama di luar
masa tanam dan panen pertanian atau perkebunan.
Tahun-tahun sebelumnya alokasi dana desa dan dana desa fokus
pemanfaatan lebih banyak pada pembangunan infrastruktur desa. Untuk
kedepannya agar alokasi dana desa dan dana desa tersebut prioritasnya lebih
kepada pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Dana desa juga selain untuk
program pada karya dapat dioptimalkan untuk pemberdayaan institusi pedesaan
seperti koperasi desa atau badan usaha milik desa. Dengan program-program
tersebut diharapkan terdapat peningkatan dan pemerataan akses hidup yang layak,
lapangan kerja, permodalan, serta kepemilikan aset melalui program perlindungan
dan pemberdayaan masyarakat.
Program alokasi dana desa dan dana desa dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan usaha produktif sehingga ikut berperan menurunkan tingkat
kemiskinan di pedesaan. Pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat juga dapat
meningkatkan pendapatan dan daya beli serta memperluas akses masyarakat
terhadap barang. Lapangan kerja mesti diciptakan agar masyarakat memiliki
pendapatan. Tingkat harga barang harus dijaga agar terjangkau. Selain itu, akses
juga dipermudah untuk menjamin ketersediaan barang sehingga alokasi dana desa
dan dana desa juga dapat dipakai untuk mengembangkan usaha produktif.
Partisipasi masyarakat harus ditingkatkan sebagai saran kepada
Pemerintah Desa Sariwangi agar dalam rapat Musrenbangdes Pemerintah Desa
dapat terbantu dalam mengambil keputusan untuk pembangunan desa ke arah
yang lebih baik. Untuk memudahkan masyarakat di luar Desa Sariwangi,
alangkah lebih baiknya Pemerintah Desa Sariwangi mengajukan permohonan
sumber daya manusia yang dikhususkan untuk mengelola situs milik Pemerintah
Desa sehingga masyarakat dapat mendapatkan informasi secara mudah dan cepat.
Untuk penelitian selanjutnya maka disarankan agar menambahkan
informan dari sisi masyarakat desa maupun pihak Kecamatan ataupun Kabupaten.
Sisi informan dari beberapa pihak tersebut agar dapat menilai
pertanggungjawaban Pemerintah Desa yang keseluruhan tidak hanya melihat dari
bukti fisik pengelolaan alokasi dana desa.
DAFTAR PUSTAKA
Arifiyanto, DF & Kurrohman, T 2014, Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana
Desa di Kabupaten Jember, Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, 2 (3):
473-485.
Darmayasa, IN & Aneswari, YR 2015, Paradigma Interpretif Pada Penelitian
Akuntansi Indonesia, Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 6 (3): 350-361.
Farida, V, Jati, WA & Harventy, R 2018, Analisis Akuntabilitas Pengelolaan
Alokasi Dana Desa, Jurnal Akademi Akuntansi, 1 (1): 64-73.
Kabupaten Bandung Barat 2015, Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 12
Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengalokasian Alokasi Dana Desa.
Nafidah, LN & Surayningtyas, M 2015, Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana
Desa dalam upaya Meningkatkan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, 3 (1): 213-239.
Nahruddin, Z 2014, Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Dana Alokasi
Desa, Jurnal Ilmu Pemerintahan, IV (2): 193-201.
Pemerintah Indonesia 2014, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Sekretariat Negara, Jakarta.
Rakhmat, 2009, Teori Administrasi dan Manajemen Publik, Pustaka Arif, Banten.
Sekaran, U & Bougie, R 2016, Research Methods for Business (A skill Building
Approach) – Fifth Edition, Wiley, West Sussex, 83p.
Triani, NNA & Handayani, S 2018, Praktik Pengelolaan Keuangan Dana Desa,
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 9 (1): 136-155.
Wida, SA, Supatmoko, D & Kurrohman, T 2017, Akuntabilitas Pengelolaan
Alokasi Dana Desa, e-journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, IV (2): 148-
152.