Disusun oleh:
NPM: 12114201180055
Kelas : B
Prodi:ilmu keperawatan
FAKULTAS KESEHATAN
AMBON 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa. bahwa Saya telah
menyelesaikan tugas mata pelajaran Manajemen Keperawatan dengan membahas Tentang
kepala Ruangan sebagai Manager dan pemimpin yang Efektif dalam konsep Dasar, Tujuan,
Syarat, dan Komponen perencanaan..
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan rekan-rekan kami, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi teratasi. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata pelajaran Manajemen Keperawatan.
Dan Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi oara pembaca. Untuk kedepanNya Dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I : Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Tujuan
Bab II : Pembahasan
a. Kesimpulan
b. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keselamatan pasien telah menjadi isu utama sejak dikeluarkannya laporan statistik yang
disusun dari publikasi literatur medis tentang keselamatan dibidang perawatan kesehatan oleh
Institute of Medicine “To Err Is Human: Building a Safer Health System”, pada tahun 2000 di
Amerika Serikat dalam penelitiannya di rumah sakit di Utah, Colorado, dan New York, melaporkan
bahwa ditemukan 3,7% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan 13,6% diantaranya meninggal. 1
Organisasi kesehatan dunia WHO juga telah menegaskan pentingnya keselamatan dalam pelayanan
kepada pasien: “Safety is a fundamental principle of patient care and a critical component of quality
management”, sehubungan kasus KTD dengan rentang 3,2-16,6% yang tinggi pada rumah sakit di
berbagai negara, yaitu Amerika, Inggris, Australia, dan Denmark.
Dalam rangka menciptakan budaya keselamatan pasien dan mencapai pengurangan
kesalahan, literatur terus merujuk bahwa peran kepemimpinan yang mendukung dalam menanamkan
budaya keselamatan. 5 Kemimpinan mendukung peningkatan upaya keselamatan pasien yang
diperlukan dalam rangka untuk meningkatkan keselamatan pasien dan mengurangi kejadian tidak
diharapkan, serta kepemimpinan merupakan salah satu dimensi yang paling menonjol dalam
mengukur budaya keselamatan pasien.6 Pemimpin di rumah sakit tidak hanya mengacu kepada
direktur rumah sakit saja. Tingkat kepemimpinan dalam struktur organisasi rumah sakit terbagi ke
dalam tiga tingkatan, yakni manajer puncak (direktur dan wakil direktur), manajer menengah (kepala
bidang, supervisor), dan manajer lini pertama (kepala ruang).
Kepala ruang merupakan pimpinan langsung dari perawat pelaksana yang berhubungan
langsung dengan proses penanganan pasien di ruang rawat dan memiliki peran yang kritis dalam 3
mendukung budaya keselamatan pasien dengan kepemimpinan efektif untuk menciptakan
lingkungan yang positif bagi keselamatan pasien. 8 Pemimpin efektif akan mampu mempengaruhi
dan mengikutsertakan bawahannya dalam kegiatan organisasi dengan tujuan yang jelas berdasarkan
target waktu yang sudah ditetapkan.
Dengan demikian, dapat dikatakan pemimpinan yang efektif mampu mengarahkan anggota
dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan efektif terdiri dari enam
komponen, yaitu pengetahuan, kesadaran diri, komunikasi, penggunaan energi, penentuan tujuan,
dan pengambilan tindakan. 10 Berangkat dari teori dan penelitian terkait kepemimpin efektif dalam
penerapan budaya keselamatan pasien dapat dikatakan keberhasilan suatu organisasi, dalam hal ini
rumah sakit saat ini adalah dengan membentuk citra yang baik dimata masyarakat. Penulis merasa
tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan penelitian untuk mengetahui kepemimpinan
efektif kepala ruang dalam penerapan budaya keselamatan pasien.
1..2 TUJUAN
Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi secara mendalam gambaran mengenai budaya
keselamatan pasien dari perspektif kepala ruangan di Instalasi Rawat Inap
BAB II
PEMBAHASAN
Kepala ruangan sebagai manajer operasional, yang memimpin secara langsung, dalam mengelola seluruh
sumber daya di unit perawatan untuk menghasilkan pelayanan yang bermutu, dan dituntut untuk menjadi
motor penggerak, bagi sumber-sumber dan alat-alat dalam suatu organisasi melalui pengambilan
keputusan, penentuan kebijakan dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi (Curtis,
Elizabeth & O’Connell, 2011). Kepala ruangan memerlukan suatu pemahaman tentang mengelola dan
memimpin orang lain, dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas dan aman, untuk
kesembuhan pasien melalui pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar asuhan
keperawatan yang konsisten, kontiniyu dan bermutu (Nursalam, 2014). Pemberian asuhan yang aman
merupakan asuhan keperawatan yang efektif, tepat waktu, dan memenuhi kebutuhan pasien. Keselamatan
pasien merupakan sistem pemberian asuhan yang aman, melalui penurunan tindakan untuk mencegah
terjadinya cedera akibat kesalahan melakukan tindakan yang tidak aman kepada pasien, dan memberikan
tindakan terbaik untuk mendapatkan derajat kesehatan pasien yang optimal, sehingga dapat menurunkan
biaya perawatan dan mengurangi lama hari rawat pasien (KKP-RS, 2015; Chartey, & Clarke, 2010)
Keselamatan pasien telah menjadi isu dunia yang perlu mendapat perhatian bagi pelayanan kesehatan.
Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar dari pelayanan kesehatan, yang memandang bahwa
keselamatan merupakan hak setiap pasien dalam menerima pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2011).
Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang difokuskan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Fokus tentang keselamatan pasien didorong oleh masih tingginya angka kejadian tidak
diharapkan (KTD) di rumah sakit baik secara global maupun nasional (KKP-RS, 2015).
Memahami konsep kepemimpinan tidak terlepas dari mempelajari perilaku, karakteristik, dan gaya
dari individu yang diserahi tanggung jawab untuk memimpin. Meski dalam penerapannya berbeda antara
individu satu dengan lainnya, akan tetapi secara esensi adalah sama, tergantung dimana organisasi itu
hidup.
Selain itu organisasi dalam bentuk apapun tentunya membutuhkan posisi seseorang untuk
memimpin organisasi tersebut. Kepemimpinan sendiri merupakan kemampuan atau kecerdasan seseorang
untuk mendorong sejumlah orang agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah
pada tujuan bersama.
terarah pada tujuan bersama. Untuk dapat melihat konsepsi kepemimpinan ada beberapa
terminologi yang dapat Anda pergunakan dilihat dari luasnya substansi kita memandang, maka
kepemimpinan itu dapat dilihat dalam arti yang luas dan arti yang sempit.
Perencanaan : kepala ruang seebagai manager dan pemimpin ysng efektif, yaitu seorang pemimpin
perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung
jawab tercapainya tujuan organisasi. Menurut Aynul (2009) diuraikan bahwa manfaat-manfaat tersebut
antara lain: (1) Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaan untuk
memutuskan apa yang akan dilakukan; (b) Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai
keputusan-keputusan yang berdasarkan atas fakta-fakta yang diketahui; (c) Perencanaan berarti proyeksi
atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai.
Perencanaan meliputi dua hal, yaitu : (1) Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam
jangka pendek, pada keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus; (2) Perencanaan tertulis
yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka
panjang dan menentukan prosedur-prosedur yang diperlukan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepemimpinan efektif kepala ruang tergolong tinggi (75%)
dalam penerapan budaya keselamatan pasien, kemudian kepemimpinan efektif kepala ruang
dipersepsikan oleh perawat pelaksana tergolong tinggi (52%). Untuk penerapan budaya keselamatan
pasien oleh seluruh responden termasuk tinggi (53,7%). Antara kepemimpinan efektif dengan penerapan
budaya keselamatan pasien diperoleh responden dengan kepemimpinan efektif tinggi (60%) mempunyai
penerapan budaya keselamatan pasien yang tinggi dibanding responden dengan kepemimpinan efektif
rendah (37,5).
Saran
Disarankan agar meningkatkan kesadaran diri kepala ruang akan nilai keselamatan pasien untuk
membentuk kepercayaan diri perawat yang dapat membangun kerjasama diruang rawat. Penguatan
komponen kepemimpinan efektif yang sudah baik, dan peningkatan komponen kepemimpinan yang
masih rendah pengaplikasiannya untuk mematangkan budaya keselamatan pasien yang telah ada
DAFTAR PUSTAKA
Thomas et al. Incidence and Types of Adverse Events and Negligence Care in Utah and Colorado.
Medical Care. 2000; 3 (38), 261-271. WHO. Collaborating Centre for Patient Safety Solutions. Geneva:
WHO Press; 2007. Depkes RI. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety):
Utamakan Keselamatan Pasien edisi 2. Jakarta: Depkes RI; 2008. Ruchlin, H. et al. The Role of Nursing
Leadership in Establishing a Safety Culture. Proquest Health Management. 2003; 6 (21), 296-297.
Ginsburg et al. The Relationship Between Organizational Leadership for Safety and Learning from Patient
Safety Events. Journal Health Research. 2010; 45 (3), 607-615.