Anda di halaman 1dari 326
Sold Out !! Copyright © 2019 By Edita Putri Diterbitkan secara pribadi Oleh Edita Putri Wattpad. @editanew Instagram. @ditaput_ Facebook. Edita Putri Email. Edita.new6@gmail.com / editanew15@gmail.com Bersama Eternity Publishing Telp. / Whatsapp. +62 888-0900-8000 Official Line. @eternitypublishing Wattpad. @eternitypublishing Instagram. eternitypublishing Fanpage. Eternity Publishing Email. eternitypublishing@hotmail.com November 2019 326 Halaman; 13x20 cm Hak Cipta dilindungi Undang-undang All Right reserved Dilarang mengutip, menerjemahkan, memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari penerbit. 1 Namaku, Basagita Danastri Aku menyeruput sedikit demi sedikit kopi panas yang baru saja ku buat. Sebenarnya tidak terbiasa minum kopi, hanya karna hari ini aku dan tim harus lembur di kantor, makanya aku nekat membuat kopi supaya tidak mengantuk. Tapi ternyata tidak berpengaruh sama sekali, mata ini tetap berat banget untuk dipaksa melek! Tiga hari ini memang kurang tidur. Tumpukan berkas-berkas yang harus dikerjakan sudah nantang di depan mata minta dibuka. Jangan harap aku akan secepat itu mengerjakan, kalau saja mood ku tidak berubah menjadi baik, berarti tidak akan aku selesaikan tuh kerjaan! Setelah seharian tadi dikejar-kejar deadline, ditambah sore-nya dimarahi habis-habisan sama atasan gara-gara hasil kerjaan yang kurang pas. Cukup membuat mood ku hari ini hancur berantakan! Oh iya! Kenalin, namaku Basagita Danastri atau biasa dipanggil Gita. Papa dan mama kebetulan sama-sama orang Jawa, kasih nama buat anaknya ya pake nama jawa banget gitu. Berbeda dengan rangkaian namaku yang punya arti luar biasa, 'Basagita Danastri' yang makna-nya 'Perempuan cantik dan bertutur kata Indah’. Jujur, Tingkah lakuku bahkan jauh melenceng dari makna itu, pecicilan dan nyablak! Itulah yang orang-orang sering bilang. Apa jangan-jangan papa dulu cuma asal kasih nama? Aku kadang jadi minder dengan nama sendiri. Dengan bekal ijasah S1 jurusan bisnis dan manajemen, aku berhasil masuk di salah satu perusahaan yang membawahi beberapa pabrik tekstil di Indonesia. Masuk ke divisi pemasaran. Menurutku, ini pekerjaan paling menguras tenaga tapi juga sangat menantang. Cukup enjoy berada di posisi ini. Apalagi tim Divisi pemasaran orang-orangnya hampir sama kaya aku gini, Pecicilan dan nyablak! Jadi klop banget hhe. Kata orang, bisa sekolah tinggi dengan jurusan yang baik itu keren abis! Kerja di perkantoran dengan posisi yang mapan itu mentereng banget. Gaji, bisa dibilang lebih dari cukup. Bisa perawatan setiap bulan pula! Beli-beli barang ber-merk yang diinginkan setiap perempuan. Kurang lebih itu semua sudah bisa aku dapatkan saat ini. tapi disamping kesuksesanku di dalam dunia kerja, sangat berbanding terbalik dengan kisah asmara seorang Basagita yang selalu berakhir miris. Sejak dua puluh enam tahun hidup di bumi ini, cinta tulus yang bisa aku rasakan dari seorang laki-laki ya cuma cinta dari papa. Walaupun aku sudah pacaran belasan bahkan puluhan kali, tapi kisah-kisah itu enggak pernah menyisakan kenangan manis yang bakal enak dikenang kalau pas lagi nyanyi lagunya Raisa-mantan terindah. Hampir enam bulan ini, hatiku benar-benar kosong. Sejak beberapa bulan lalu, aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Deril, karna dia ketahuan selingkuh! Aku heran, diumur yang sudah setua ini. Belum ada yang berniat mengajak ke jenjang yang lebih serius atau pernikahan. Padahal sepupu-sepupuku sudah banyak yang menikah sejak mereka lulus SMA, Bahkan ada yang sekarang anaknya sudah dua. “Ikhlas aja deh dilangkahin, abis mau gimana lagi tiap hari dapet gebetan-kenalan-kencan-jadian abis itu udahan! Gitu terus siklusnya sampe bosen!” Kalo enggak diselingkuhin, diputusin tanpa sebab, ditinggal nikah sama orang lain, enggak direstuin sama orangtua dia, si cowok matre, si cowok kasar, tukang tipu, mata keranjang! Itu terus tipe-tipe cowok yang aku dapetin. sampai kadang mikir, memang semua cowok di dunia tuh enggak ada yang beda. Sama semua! 5 Tapi tetap saja, aku enggak bisa ambil pelajaran dari hubungan yang berakhir untuk jadi bekal kedepannya, agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Disekolahin pinter- pinter, dari TK sampe sarjana. Giliran goblok pas jatuh cinta Ck! "Kamu putus lagi? Wah gila kamu Git, mau berapa puluh kali lagi nambah koleksi mantan!" Nah itu yang lagi nyap-nyap temen aku dari jaman SMA, Uli namanya, aku hanya mendengus saat dia tiba-tiba datang dan langsung duduk di samping meja kerjaku. "Dari jaman dulu kamu pacaran-putus, pacaran-putus. Cari yang serius kek, udah tua juga!" Ujarnya semakin membuatku kesal. "Maksud kamu apa sih Li?" "Ya cari yang bisa diajak mikir ke depan, buat dijadiin suami Git bukan sekedar main-main!" "Emang dikira cari suami segampang cari perkara!" Jawabku ketus. Uli akhirnya diam. "Eh Git, dari kemarin kamu kalo pacaran pasti sama berondong kalo nggak anak muda yang perjaka-perjaka gitu kan yak?" Aku mengangguk pelan, ngapain nih anak bawa- bawa status perjaka? “Emang kenapa Li?" "Kayaknya kamu beneran kena mitos sayap ayam deh!" Jawab dia ngawur. "Apaan sih Li, kamu ngawur gitu. Masih aja percaya sama mitos begituan." Sarkasku santai, padahal aslinya dalam hati juga kepikiran. "Kamu sih! Dari dulu kebanyakan makan sayap ayam, udah aku bilang kurang kurangin! Ngeyel, gini kan jadinya!" “Terus aku harus gimana dong Li?!" Tanyaku bingung. "Coba pacaran sama duda deh Git, kali aja malah langgeng kaya ucapan kamu dulu itu." Aku mengernyit. “Ah! Uli jangan bikin aku makin parno deh!" "Ya elah Git, aku cuma ingetin doang! Coba gih cari duda." "Aku yakin dan optimis masih bisa dapet perjaka!" Ujarku sok-sokan, padahal aslinya juga berantakan nih batin! “Terserah kamu deh! Aku mau pulang!" Seru Uli. "Loh, kita kan harus lembur buat bikin laporan presentasi besok pagi?" "Tuh kan, kamu banyak ngalamun makanya gak denger pengumuman!" “Emang ada apaan Li?" "Kita gak jadi lembur, presentasinya diundur minggu depan!" “Anjir kenapa bisa gak tau ya kalo ada pengumuman begitu? Pantes aja ini Ruangan sepi banget dari tadi gak ada yang pada masuk!" Aku menatap sekeliling. Uli hanya berdecih dan menatap malas kearahku, lalu keluar dari ruangan. Sedangkan aku diam sejenak sambil mengingat-ingat kejadian sembilan tahun lalu. ."Kurang-kurangin tuh makan sayap ayam! gak dapet perjaka rasain ntar!" Ujar Uli sahabatku sejak kelas satu SMA, "Percaya aja kamu sama mitos." Jawabku cuek, Uli mendengus malas. "Terserah kamu deh, aku cuma wanti-wanti aja nih!" "Bodo amat! gak dapet perjaka tapi dapet duda gak masalah, yang penting duda kaya." Jawabku ngawur sambil tertawa...... Ada disini yang orang Jawa? Pernah dengar mitos yang bunyinya ‘Anak perawan jangan kebanyakan makan sayap ayam! entar banyak ditolak para perjaka dan bisa jauh dari jodoh' Buset! Asli, itu dulu kata-kata paling enggak aku peduliin. Apalagi aku pecinta sayap ayam dari kecil, dalam sehari bisa habis sepuluh sampai lima belas biji. Masa iya cuma gara- gara sayap ayam aku harus jauh dari jodoh? “Itu cuma mitos kan?! Aku enggak percaya kok sama mitos begituan. Tapi kenapa mendadak jadi takut begini ya?!” 8 Sial, kayaknya aku kejebak sama mitos itu! Enggak deh, atau aku yang kemakan sama omongan ngawur itu sendiri? Ah bikin pusing! Mendingan pulang! enggak perlu mikirin yang begituan. Jodohkan ditangan Tuhan. Toh enggak dapat perjaka juga enggak pa-pa kok, Kali aja dapat duda yang kaya lebih membahagiakan! Tapi cari duda dimana? Duh nglantur!! 2 Papa-able-nya Aku! Pukul tujuh lebih lima belas menit. Pas sedetik yang lalu, motorku berhenti tepat di depan sebuah rumah minimalis dengan bangunan joglo kecil di halaman depan. Aku beranjak memasukkan motor matic yang setiap hari ku pakai untuk pulang-pergi kantor. Aku memilih pakai motor biar enggak ribet pas macet di jalanan, Kalo pake motor kan bisa nyelip-nyelip dan gampang cari jalan tikus. Dari garasi, aku langsung masuk ke pintu utama menuju ruang keluarga dan mendapati papa disana sedang membaca koran. Di rumah ini, aku memang hanya tinggal berdua sama papa. Setelah mama meninggal dua puluh tahun yang lalu dan papa enggak pernah punya niatan untuk menikah lagi. Papa menjalankan bisnis kulinernya, dia merintis usaha ayam bakar sejak mama masih hidup hingga sekarang. Itulah kenapa, dari kecil aku suka banget makan sayap ayam. Jadi setiap papa pulang dari rumah makannya, dia selalu membawa sayap ayam bumbu kecap dalam porsi besar khusus untuk aku. Di rumah ini papa memperkerjakan seorang asisten rumah tangga, seorang tukang kebun dan seorang security 10

Anda mungkin juga menyukai