Anda di halaman 1dari 12

Chlorophyceae

Chlorophyceae merupakan anggota kelas dalam Divisi Chlorophyta, merupakan anggota kelompok
tumbuhan ganggang yang berwarna hijau karena kandungan khlorofil dalam sel-selnya. Algae hijau sebagai
divisio Chlorophycophyta, merupakan salah satu kelompok utama algae karena kelimpahan spesies dan
generanya serta frekuensinya ada dimanamana. Algae hijau tersebut dapat tumbuh pada rentang salinitas
yang demikian luas, bervariasi dari perairan air tawar yang oligotrofik hingga di laut dan pada habitat yang
jenuh dengan bahan pelarut; sejumlah jenis tertentu dapat tumbuh dalam perairan payau. Beberapa ordo dari
algae hijau secara eksklusip hidup di. Sejumlah jenis tertentu dapat tumbuh dekat udara pada permukaan
tanah atau subaerial. Pada umumnya kelas chlorophyceae menempati pada hampir semua perairan di seluruh
dunia. Adaptasi chlorophyceae sangat berhasil dalam menempati semua habitat perairan air tawar dari
berbagai ketinggian tempat dimana dijumpai air tawar. Kemampuan beradaptasi chlorophyceae pada habitat
perairan air tawar jauh lebih berhasil dibanding pada kehidupan di perairan laut atau air asin. Hal ini terbukti
jumlah spesies dari chlorophyceae yang jauh lebih banyak pada perairan air tawar dibanding pada perairan
laut. Sebagian besar spesies dari chlorophyceae hidup sebagai fitoplankton (phytoplankton) dan sebagian
lagi sebagai perifiton (periphyton). Perananan chlorophyceae dalam ekosistem air, termasuk pada air tawar
juga dalam kolam adalah sebagai produsen bahan organik, penghasil oksigen, teutama sebagai mata rantai
makanan baik dalam rantai makanan maupun dalam jaring makanan dalam ekosistem akuatik. Sebagai
fitoplankton kelas chlorophyceae hidup dalam badan air yang mendapat radiasi cahaya matahari dan akan
mengalami migrasi vertikal secara pasif menurut waktu pagi hari menuju sore dan malam hari. Pada waktu
siang hari, konsentrasi fitoplankton akan lebih tinggi pada areal sedikit dibawah permukaan air karena pada
tempat itu terjadi turbulensi yang menyebabkan nutrien yang diperlukannya ternyata adalah lebih banyak.
Pada waktu pagi hari fitoplankton tersebut akan naik ke permukaan air seiring naiknya sinar matahari dan
melakukan aktifitas fotosintesis dalam membentuk bahan organik berupa glokosa. Sebaliknya zooplankton
akan melakukan hal sebaliknya, dimana pada kondisi siang hari dengan hadirnya sinar matahari akan
menjauhi permukaan air dan menuju konsentrasi bahan organik berupa fitoplankton sebagai nutrisinya.
Selain itu, chlorophyceae juga berperan penting sebagai bioindikator dalam menentukan kualitas badan air
baik pada air mengalir atau lotik (sungai dan anak-anak sungai) maupun air tidak mengalir atau lentik
(danau, tebat dan kolam). Peran chlorophyceae sebagai bioindikator antara lain oleh kepekaannya terhadap
perubahan lingkungan fisik dan khemis dalam badan air. Perubahan lingkungan fisik (temperatur,
kedalaman atau muka air, penetrasi cahaya, sedimentasi dan lainnya) dan khemis (oksigen terlarut atau
dissolved oxygen atau DO, pH, kandungan nutrisi seperti fosfat (PO4), nitrat (NO3), sulfat (SO4), potasium
(K), sodium (Na), khlor (Cl), besi (Fe) dan mineral-mineral lainnya akan mempengaruhi struktur dan
komposisi komunitas plankton dalam badan air. Pengaruh terhadap struktur dan komposisi komunitas
plankton akan melibatkan komposisi dan kelimpahan chlorophyceae karena peran chlorophyceae sangat
penting terhadap keberadaan plankton lainnya. Chlorophyceae atau alga hijau merupakan alga yang paling
beragam karena ada yang bersel tunggal, berkoloni, dan ada pula yang bersel banyak. Pigmen yang
dimilikinya adalah klorofil a dan b. Kebanyakan alga ini hidup di danau dan kadang di air laut. Adapula
yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Alga ini biasanya hidup di air
tawar seperti sungai dan terdiri dari banyak ordo. Suatu rentang yang luas organisasi organisasi tubuh dalam
chlorophyceae adalah meliputi bentuk sel tunggal (uniselluler), koloni (soenobik dan soenobik), filamentous,
membraneous, dan tipe tubular . Tipe atau bentuk dari chlorophyceae tentunya dapat dilihat dari berbagai
peluang habitat atau subhabitat yang tersedia untuk ia dapat berkembang biak dan melanjutkan kehidupan
atau survivalnya. Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga yang hidup bebas di
air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun pitoplankton.
Sebagian fitolankton adalah alga hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya aktif melakukan fotosintesis
sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.Chlorella, salah satu anggota dari
chlorophyceae memiliki nilai gizi sangat tinggi dibandingkan dengan jenis jasad lainnya. Ukuran tubuhnya
mikroskopis, bentuk bulat, serta berkembangbiak dengan pembelahan sel, di dalam sel chlorella masih
memiliki chlorelin yaitu semacam antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Organisme ini
banyak ditemukan sebagai plankton air tawar.Peranannya bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan
dalam penyelidikan metabolisme di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai bahan untuk obat-obatan,
bahan kosmetik dan bahan makanan. Serbuk Chlorella dalam industri obat-obatan dimasukkan dalam kapsul
dan dijual sebagai suplemen makanan dikenal dengan “Sun Chlorella”. Pengembangannya saat ini di kolam-
kolam (contohnya di Pasuruan).  Chlorophyta (Ulvc rotundata) menangkap cahaya menggunakan pigmen
yang disebut klorofil. Pigmen berwarna hijau pada tumbuhan. Klorofil mengand,rng organel yang disebut
kloropla yang. berfungsi menyerap cahaya yang digunakan dalam fotosintesis. Meskipun seluruh bagian
tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di
daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas
setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis warna dan yang transparan, menuju
mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesisBeberapa anggota atau bagian yang bergabung
dalam devisi chlorophyta mempunyai persamaan pigmen, tempat penyimpanan dan susunan kloroplas.
Menurut Levavaseur (1989), menyatakan bahwa pigmen-pigmen fotosintesis alga hijau berklarofil a dan b
dan mengandung siphonaxanthin atau lutein. Dan tempat penyimpanan cadangan makanan biasanya berupa
pati. Alga terdiri dari alga multiseluler seperti ganggang hingga alga mikroskopik yang h.anya terdiri dari
satu sel. Alga hijau (chlorophlrta) tidak memiliki struktur sekompleks tumbuhan darat, tetapi fotosintesis
terjadi dengan cara yang sama dengan lumbuhan darat. Alga memiliki berbagai jenis pigmen dalam
kloroplasnya, sehingga panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun lebih bervariasi. Semua alga
menghasilkan oksigen dan kebanyakan bersifat autotrof. Hanya sebagian kecil saja yang bersifat heterotrof
yang berarti bergantung pada materi yang dihasilkan oleh organisme lain. Pigmen klorofil menyerap lebih
banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan merah (650- 700 nanometer) dibandingkan
hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga
menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada
gelombang cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan
lebih banyak energi. Cahaya akan diserap oleh molekul klorofil di dalam daun untuk dikumpulkan pada
pusat-pusat reaksi. Pada tumbuhan ada dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau
fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem L Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yxng rnenyerap
cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700 nanometer. Kedua
fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis Fotosintesis dimulai ketika cahaya
mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem [I, membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer
sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang
menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami
defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan aiga, kekurangan elektron ini
dipenuhi oleh elektron dari hnsil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi
air ini adalah elektron dan oksigen. Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari
karbon dioksida. Pada saat yang bersamaan dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi
fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya
mereduksi NADP menjadi NADPH. ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu
berbagai proses biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin dimana karbon
dioksida diubah menjadi ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi
gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan
gelap . Pada habitat dasar yang lunak seperti di sepanjang zona pesisir Spanyol, spesies Ulva rotundata
sering membentuk struktur kanopi. Ketahanan dari struktur ini tergantung pada derajad turbulensi air.
Sedangkan pada area terlindung (shelter) struktur kanopi akan cenderung lebih stabil. Dengan struktur yang
menyerupai kanopi ini maka akan meningkatkan gradient p€nyerapan cahaya karena seluruh permukaan
daunnya terekspos langsung oleh cahaya matahari. Bagian atas secara regular terekspos oleh radiasi
matahari sedangkan bagian bawah menerima intensitas cahaya yang sudah berkurang yalg lebih banyak
menerima daerah spectrum cahaya biru dan merah. Faktor penentu laju penyerapan cahaya pengaruhnya
terhadap proses fotosintesis oleh chlorophyta antara lain:
1. Intensitas cahaya Laju fotosintesis akan mencapai maksimum ketika banyak cahaya sehingga proses
sintesis makanan akan berjalan efektif.
2. Suhu Enzim-enziln yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya.
Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
3. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis) Jika kadar fotosintat seperti . karbohidrat berkurang, laju fotosintesis
akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
4. Tahap perttimbuhan Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tunas
tumbuhan daripada tumbuhan dewasa. Hal ini kemungkinan disebabkan tunas yang sedang berkembang
membutuhkan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
Cahaya bagi alga mikroskopis (phytoplankton) telah banyakditeliti. Hasil penelitian menunjukkan pada
aklimatisasi cahaya dengan intensitas cahaya yang berbeda pada empatjenis l6 .E--- phytoplankton laut
(perairan Eropa) menunjukkan pengaruh terhadap kandungan nutrient selulernYa, komposisi pengepakan
dan penyerapan cahaya spesifik oleh klorofil A. Dari pertumbuhan yang berupa eksponensial yang stabil
kemr.,dia C, N dan perbandingan karotenoid dengan klorofil a mengalami kenaikan. Dari semua spesies
yang diuji menunjukkan koefisien penyerapan yang tinggi dari klorofil a spesifik. Perbedaan yang muncul
akibat pengaruh cahaya adalah pada perbedaan interspesifik yang lebih dominant pada ukuran sel dengan
komposisi pigmen yang berbeda. Dengan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa cahaya
mempengaruhi komposisi dan letak pigmen yang berdampak juga pada kondisi pertumbuhan spesies yang
bersangkutan. Phytoplanklon seperti kebanyakan algae hijau secara konstan terekspos oleh cahaya matahari
secara langsung dan menggunakannya untuk proses fotosintesis. Cahaya matahari juga mengandung cahaya
ultraviolet (UV). Berdasarkan perkiraan sekitar 70-80% dari produk cahaya pada DNA dihasilkan dengan
variasi radiasi ultraviolet (UV-C, 100-280 nm; tlVB,280-315 nm). Kebanyakan chlorophyta bersifat autotrof
artinya dapat mensintesis makanan langsung. dari senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon
dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk
menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis dengan persamaan reaksi sebagai berikut : l2H2O+ 6COz +
cahaya ) CoHrzOo (glukosa) + 60z+ 6H2A Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik
lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi
seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi
seluler berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa larn akan
bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia

Ordo Chlorococcales

Ciri Umum

 Sel-sel vegetatif tidak mempunyai bulu cambuk jadi tidak bergerak.


 Mempunyai satu inti dan satu kloroplas.
 Hidup sebagai plankton dalam air tawar, kadang-kadang juga pada kulit pohon-pohon dan tembok-
tembok yang basah.

Keluarga Oocystaceae (Chlorococcales) terdiri dari empat subfamili, Lagerheimioideae, Oocystoideae,


Eremosphaeroideae, dan Glaucocystidoideae. Jenis keluarganya adalah Oocystis, a genus yang terkenal
sebagai ahli limologi karena Oocystis spesies terjadi di banyak ekosistem air tawar. Sel dinding Oocystaceae
dianggap memiliki karakteristik substruktur fibril selulosa paralel yang tersusun berlapis-lapis dengan
orientasi tegak lurus. Komárek (1979) menggunakan fitur ini sebagai bukti kemandirian keluarga dari
keluarga klorokokus lainnya. Terlepas dari kepentingan ekologis dan awal mereka Deskripsi, posisi
filogenetik Oocystaceae tetap tidak jelas. Dalam perjalanan waktu, bagaimana pernah, itu menjadi bukti
awal dan sementara penugasan Glaucocystidoideae ke Oocystophyceae tidak benar dan bahwa kelompok ini
adalah garis keturunan filogenetiknya sendiri pada tingkat filum (Kies dan Kremer 1986). Ini didukung oleh
investigasi menggunakan analisis urutan molekul filogenetik gen penandavb . Subfamili yang tersisa dari
Oocystaceae, yaitu Lagerheimioideae, Oocystoideae, dan Eremosphaeroideae, bagaimanapun, belum
dipelajari dengan metode molekuler, dan posisinya dalam sistem filogenetik sebenarnya dari ganggang hijau
masih belum diketahui. Ini Defisitnya luar biasa, karena spesies Oocystis memiliki telah diselidiki secara
intensif sehubungan dengan sifat biokimianya (misalnya Orcutt dan Richardson 1970, Lee dan Picard 1983,
Chang dan Sibley 1993), dan a serangkaian penelitian menyelidiki biogenesis dinding sel (misalnya
Montezinos dan Brown 1978, Robinson dan Quader 1981, Quader 1983, 1986). Di sini, kami hadir upaya
pertama untuk memperjelas posisi filogenetik Spesies oocystis dan taksa terkait lainnya yang menggunakan
Analisis gen 18S rRNA. Ordo Chlorococcadales memiliki sel-sel vegetatif tidak mempunyai bulu cambuk
sehingga tidak bergerak. Mempunyai satu inti dan satu kloroplas. Mereka merupakan satu koloni yang
bentuknya bermacam-macam, dan tidak lagi melakukan pembelahan sel yang vegetatif.
Perkembanganbiakan dengan zoospora yang mempunyai dua bulu cambuk, atau dengan spora yang tidak
mempunyai bulu cambuk yang dinamakan aplanospora. Perkembanganbiakan dengan isogami antara lain
pada marga Pediastrum. Anggota ordo Chlorococcales termasuk alga uniseluler dan kolonial nonmotile.
Perwakilan khas dari bentuk nonmotile uniseluler ditemukan di Chlorococcum. Mereka terjadi sebagai sel
tunggal bola atau agregat sel dan menghasilkan zoospora flagel. Contoh perwakilan kolonial
Chlorococcales adalah Hydrodictyon, umumnya dikenal sebagai "jaring air"; Pediastrum, terkenal karena
bentuknya yang khas seperti bintang; dan Scenedesmus, penghuni fitoplankton air tawar yang tersebar luas.
Ordo Chlorococcales sekarang telah dibagi berdasarkan data urutan asam ribosomal ribosom kecil (RNA)
subunit kecil menjadi beberapa kelompok, termasuk klade Sphaeropleales, Tetracystis, dan klade
Dunaliella.Chlorococcales hidup sebagai plankton dalam air tawar, terkadang pada kulit pohon-pohon dan
tembok-tembok yang basah. Ada yang hidup bersimbiosis dengan fungsi sebagai lichenes bahkan ada yang
hidup dalam plasma binatang rendah, misalnya Chlorella Vulgaris dam infusoria dan Hydra. Oleh seorang
ahli Biologi bangsa Jepang, Chlorella telah dicoba untuk diolah menjadi berbagai macam makanan. Dengan
demikian terbuka prospek baru mengenai produksi bahan pangan, bahkan menurut ahli tersebut hal itu dapat
menimbulkan revolusi dalam masalah penyediaan pangan. Dalam bangsa ini termasuk antara lain: Suku
Hydrodictyceae, contoh pediastrum bonganum dan Suku Chlorococcales, contoh Chlorococcum humicale
memiliki bentuk unisel dan koloni, tidak memiliki flagel. Berbentuk bulat telur. Salah satu contoh dari
Chlorococcales adalah Scenedesmus sp yang merupakan mikroalga yang bersifat kosmopolit dansebagaian
besar dapat hidup di lingkungan akuatik seperti perairan tawar danpayau. Scenedesmus sp. juga ditemukan
di tanah atau tempat yang lembab.Fisiologi dan biokimianya relatif seragam, dengan 28 buah strain
diketahuimemiliki hidrogenase dan menghasilkan karoten sekunder dalam kondisi nitrogenyang sedikit dan
setiap spesiesnya berbeda dalam kemampuan menghidrolisispati. Spesiesnya bertoleransi atau lebih memilih
air eutrofik dengan pH rendah.Suhu optimal untuk Scenedesmus sp. adalah pada rentang 28-30 ° C.
Scenedesmus sp. mengandung 8-56% protein, 10-52% karbohidrat, 2-40% mlemak serta asam nukleat 3-6%.
Asam lemak pada Scenedesmus 25,61%berupa linoleat, 23.459% oleat serta 20.286% adalah palmiat.
Berdasarkan hasil penelitian Kawaroe dkk (2009), kandungan asam lemak yang terkandung dalam
Scenedesmus sp, asam myristat (0,34%), asam stearat (13,85%), asam palmiat(20,29%), asam palmitoleat
(9,78%), asam linoleat (25,16%), asam linolenat(16,16%), gliserol trilaurat (3,73), dan Vinil laurat (35,52%)
(Kawaroe, 2010).Scenedesmus dapat dimanfaatkan sebagai makanan tambahan dalambentuk PST (Protein
Sel Tunggal), pakan alami, dan pakan ternak karenamemiliki kandungan gizi tinggi. Scenedesmus
mengandung 55% protein, 13%karbohidrat, asam-asam amino, vitamin, dan serat. Scenedesmus juga
Halaman 7 13mengandung vitamin seperti vitamin B1, B2, B12, dan vitamin C. Fase Pertumbuhan
Scenedesmus sp.Menurut Kawaroe (2010) dan Irianto (2011) pola pertumbuhan mikroalga pada sistem
kultivasi terbagi menjadi 5 tahap, yaitu:
1. Fase log.
Fase ini dimulai setelah penambahan inokulan ke dalam media kultivasihingga beberapa saat setelahnya.
Metabolisme berjalan tetapi pembelahan selbelum terjadi sehingga kepadatan sel belum meningkat karena
mikroalga masihberadaptasi dengan lingkungan barunya.
2. Fase eksponensial.
Fase ini dimulai dengan pembelahan sel dengan pertumbuhan laju yangmeningkat secara intensif. Bila
kondisi kultivasi optimum maka laju pertumbuhanpada fase ini dapat mencapai nilai maksimum. Pada fase
ini merupakan faseterbaik memanen mikroalga untuk keperluan pakan ikan atau industri.
3. Fase penurunan pertumbuhan.
Fase ini ketakutan oleh pembelahan sel tetap terjadi, namun tidak sentensifpada fase sebelumnya sehingga
laju pertumbuhannya pun menjadi menurundibandingkan fase sebelumnya.
4. Fase stasioner.
ase ini kejadian oleh laju dan laju kematian relatif samasehingga peningkatan jumlah tidak lagi terjadi atau
tetap sama dengansebelumnya (stasioner). Kurva kelimpahan yang dihasilkan dari fase ini
adalahmembentuk suatu garis datar, garis ini menandai laju produksi dan laju kematiansebanding.
5. Fase kematian
Fase ini dengan angka kematian yang lebih besar padaangka pertumbuhannya sehingga terjadilah penurunan
jumlah kelimpahan seldalam wadah kultivasi. Fase ini ketakutan dengan perubahan kondisi media
sepertiwarna, pH dan temperatur dalam medium.

Scenedesmus sp.
Ordo Volvocales
Ciri umum
1. Ordo besar ganggang hijau (Chlorophyceae) memuat segala bentuk yang secara normal flagellata
dan motil.
2. Volvox ditemukan di air tawar.
3. Koloni berbentuk bola jumlah antara 500 – 5000 buah.
4. Tiap sel memiliki 2 flagel dan sebuah bintik mata.
Pada umumnya memiliki unicleate-sel sempurna (punya mitokondria, badan golgi, reticulum endoplasma,
dan organel. Bentuk tubuhnya ada yang unicel, koloni, dan filament. Ordo ini ada yang memiliki flagel dan
ada juga yang tidak memiliki flagel. Pada umumnya fototaksis positif (bila ada cahaya maka akan mendekati
cahaya tersebut). Anatomi: Dalam satu individu V.globator terdapat bagian flagellata berjumlah sepasang.
Vacuola kontraktil terletak tepat didasar flagella tertanam dalam tubuhnya. Zat hijau yang sering terlihat
adalah klorofil sehingga protista ini dapat berfotosintesis tetapi juga memakan langsung makanan yang
tersedia disekitarnya. Salah satu contoh dari Volvocales ialah Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan
alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empatbuah flagella yang berukuran 0,75–1,2 kali
panjang tubuhnya, yangbergerak aktif seperti hewan. Inti sel jelas dankecil serta dinding sel mengandung
bahan selulosa dan pektosa . Memiliki klorofil sehingga berwarna hijau cerahyang terdapat pada
kloroplas. Pigmen klorofilnya terdiri dari dua macam yaitu karoten dan xantofil. Tiap satu sel
Tetraselmis sp. Tetraselmis sp.berkembang biak secara vegetatifaseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual dengan cara membelah protoplasma menjadi 2,4dan 8 sel dalam bentuk zoospore yang
kemudian dilengkapi dengan 4 buah flagella pada masing-masing sel . Sedangkan reproduksi secara
seksual yaitu setiap sel memiliki gamet yang identik (isogami) melalui konjugasi (bertemunya gamet
jantan dan gamet betina) menghasilkan zigot yang sempurna. Tetraselmis sp. hidup pada zona eufotik
yaitu zona dimana intensitas cahaya masih didapat untuk melakukan proses fotosintesis. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan mikroalga disuatu perairan melimpah sedangkan diperairan lainnya
sangat sedikit. Faktor-faktor tersebut diantaranya angin, arus, nutrien, variasi kadar garam, kedalaman
perairan, aktivitas pemangsaan serta adanya pencampuran massa air. Pertumbuhan mikroalga dapat
digambarkan dalam suatu kurva yang terdiri dari beberapa fase yaitufase lag, fase eksponensial, fase
pengurangan pertumbuhan, fase stasioner dan fase kematian.
1.Fase Lag
Fase lag ditandai dengan kecilnya peningkatan kepadatan sel. Pertumbuhan pada fase lagmerupakan fase
adaptasi fisiologis dari metabolisme sel untuk tumbuh, seperti peningkatan enzim serta metabolisme
yang dilibatkan pada pembelahan sel dan fiksasi karbon. Pada saat beradaptasi, sel mengalami defisiensi
enzim atau koenzim, sehingga harus disintesis terlebih dahulu untuk keberlangsungan
aktivitasbiokimia sel selanjutnya .Fase lag sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Semakin
ekstrim kondisi suatu lingkungan maka, waktu fase lag akan semakin lama. Akibat semakin lamanya
waktu pada fase lagdapat menyebabkan waktu kultur juga akan semakin lama. Apabila waktu pada fase
lag dikurangi, maka dapat menyebabkan semakin pendek waktu kultur.Pada fase lag, pertumbuhan
Tetraselmis sp. dikaitkan dengan adaptasi fisiologis metabolisme sel pertumbuhan fitoplankton, seperti
peningkatan kadar enzim dan metabolit yang terlibat dalam pembelahan sel danfiksasi karbon.
2.Fase Eksponensial
Merupakan fase dimana fitoplankton memiliki laju pertumbuhan yang tetap. Laju pertumbuhan spesifik
biasanya tergantung pada jenis mikroalga, intensitas cahaya dan temperatur. Waktu penggandaantercepat
biasanya terjadi pada fase eksponensial yaitu fase dimana sel-sel membelah dengan cepat dan
konstan mengikuti kurvalogaritmik.
3.Fase pengurangan
Pertumbuhan ditandai dengan terjadinya penurunan pertumbuhan dibandingkan dengan fase
eksponensial. Pembelahan sel menurun ketika nutrien, cahaya, pH, karbon dioksida atau
komponen fisika maupun kima lainnya menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan mikroalga.
4.Fase stasioner
Pada fase ini laju repoduksi seimbang dengan laju kematian sehingga laju pertumbuhan
fitoplanktonakan relatifkonstan. Pada saat kultur mencapai fase stasioner komposisi mikroalga akan
berubah secara signifikan, yang disebabkan karena kandungan nitrat pada media kultur terbatas
sehingga mengakibatkan kandungan karbohidrat meningkat hingga dua kali lipat dari kandungan
protein.
5.Fase kematian
Pada fase kematian,kualitas air memburuk dan kandungan nutrisi semakin menurun hingga mikroalga
tidak mampu melangsungkan pertumbuhan. Jumlah sel menurun akibat laju reproduksi lebih lambat dari
laju kematian. Kematian sel dapat disebabkan oleh mulaiberkurangnya nutrisi yang tersedia sehingga
tidakmampu mendukung pertumbuhan sel, penurunan kualitas air, dan akumulasi metabolit (NO2-dan
NH4+)
Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga yang mudah dibudidayakan dan memiliki nilai
gizi tinggi yaitu, kandungan protein 74%, lemak 4%, dan karbohidrat sebanyak 21%. Tingginya kandungan
protein tersebut menjadikan Tetraselmis sp. sebagai pakan alami yang potensial bagi larva ikan dan udang.
Tetraselmis sp. memiliki dinding sel yang tipis dan enzim autolysis sehingga mudah dicerna oleh larva ikan
dan udang
Tetraselmis sp
Ordo Ulotrichales
Ordo Ulotrichales, ciri-cirinya sebagai berikut:
 Chlorophyta berbentuk benang (filamen) ada yang bercabang atau tidak
 Sel-selnya pendek, kloroplas bentuk pita
 Ada pula talusnya berbentuk pipa atau pita
 Reproduksi seksual dan aseksual
 Contohnya Ulothrix zonata.
Sel-selnya selalu mempunyai satu inti dan satu kloroplas. Yang masaih sederhana membentuk koloni berupa
benang yang bercabang atau tidak. Benang benang itu selalu bertambah panjang karena sel-selnya
membelah melintang. Yang lebih tinggi tingkatannya mempunyai talus yang lebar dan melekat pada suatu
alas, dan talus itu mempunyai susunan seperti parenkim. Ada juga yang talusnya berbentuk pipa atau pita.
Ulotrichales-Ulvales sangat beragam dalam sitologi, morfologi dan ekologi mereka. Fungsional mereka
jenisnya berkisar dari organisme bersel tunggal hingga filamen dan koloni hingga rumput laut multiseluler
yang lebih besar sebagai Ulva dan Monostroma. Mereka memiliki spesies laut serta spesies yang hidup di
habitat air tawar. Beberapa spesies tumbuh di atas batu atau di pasir, sementara beberapa di antaranya adalah
subaerial dan lainnya bersembunyi di batu kapur laut. Filogeni molekuler menunjukkan bahwa asal mula
bentuk pertumbuhan makroskopis telah tercapai secara independen dalam ordo utama Ulvophyceae dari
bentuk uniseluler dan berserabut leluhur. Genera Rhizoclonium, Ulothrix dan Oedogonium, bersama dengan
genus baru Kraftionema yang dijelaskan di sini, adalah beberapa contoh umum Ulvophyceae yang ditandai
dengan uniseriate, filamen tidak bercabang yang mengalami reproduksi vegetatif dengan pembelahan sel
dan fragmentasi ke dalam segmen dari satu atau lebih sel. Ciri-ciri ini juga ditemukan di beberapa garis
keturunan Chlorophyta, termasuk Trebouxiophyceae (misalnya, Stichococcus, Geminella dan Koliellopsis)
dan Chlorophyceae (misalnya, Schizomeris, Cylindrocapsa, Radiofilum, dan Sphaeroplea yang menyedot).
Alga hijau milik Streptophyta juga memiliki bentuk pertumbuhan ini, paling terlihat di Klebsormidium
(Klebsormidiophyceae) serta Spirogyra, Zygnema, Mougeotia dan genera terkait lainnya dari
Zygnematophyceae.Dalam Ordo ini termasuk suku Ulotrichaceae contohnya Ulothrix zonata. Sel-selnya
membentuk koloni yang berupa benang dan tumbuh interkalar. Sel-selnya pendek, kloroplas berebntuk pita.
Pangkal yang melekat pada substrat terdiri atas suatu sel rizoid yang sempit, panjang dan 29 biasanya tidak
bewarna. Zoospora keluar dari salah satu sel dalam benang itu melalui suatu lubang pada dinding samping,
masing-masing mempunyai 4 bulu cambuk, 1 kloroplas dan satu bintik mata, mula-mula berkeliaran di
sekitar induknya, kemudian menempel pada suatu alas dan tumbuh membentuk koloni baru. Isogamet juga
terbentuk dalam salh satu sel pada benang tadi, yang dalam hal ini berfungsi sebagi gametangium, tetapi dari
satu sel terbentuk lebih banyak. Bentuknya menyerupai zoospora tetapi lebih kecil dan hanya mempunyai 2
bulu cambuk. Gamet itu kawin dengan gamet dari koloni lain jadi koloni yang satu adalah (+) dan yang alin
adalah (-). Karena sama segala-galanya maka tidak disebut gamet betina atau gamet jantan. Zigot yang
terbentuk disebut planozigot, mula-mula masih berenang0renang dengan ke 4 bulu cambuknya, kemudian
membulat, menarik ke dalam bulu-bulu cambuknya dan membentuk suatu membran. Akhirnya dengan
pembelahan reduksi zigot itu mengeluarkan 4 sel kembara yang dua tumbuh menjadi individu (+) dan dua
lainnya (-). Jadi Ulothrix adalah haploid. Salah satu contoh yakni Ulothrix. Ulothrix adalah salah satu
spesies ganggang hijau yang berbentuk filamen. Tubuh Ulothrix terdiri atas sel-sel yang berbentuk silindris
dan tersusun memanjang seperti benang. Ganggang ini hidup di air tawar yang airnya tidak terlalu hangat
dan hidup menempel pada batu-batu atau di dasar perairan. Sumber fitoplanton yang digunakan sebagai
pakan ikan dan hewan air lainnya. Dapat dikatakan bahwa pada ekosistem perairan & Menghasilkan O2
(oksigen) dan hasil fotositensis yang diperlukan oleh hewan lain untuk bernafas.

Ulothrix
Ordo Ulvales
Ciri umum :
1. Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar perairan.
2. bentuk seperti lembaran daun. sering disebut dengan selada air dan dapat dimakan.
3. Ulva hidup di lautan dan sebagian hidup di air payau.
Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar, bentuk seperti lembaran daun.
berkembang bial secara vegetatif dengan menghasilkan spora dan spora tumbuh menjadi Ulva yang haploid
(n), Ulva haploid disebut gametofit haploid. Kemudian secara generatif menghasilkan gamet jantan dan
gamet betina. pertemuan gamet jantan dan gamet betina akan menghasilkan zigot (2n). Zigot berkembang
menjadi Ulva yang diploid disebut sporofit. Selanjutnya sporofit membentuk spora yang haploid setelah
mengalami meiosis. Selanjutnya mengalami mitosis dan menghasilkan gametofit haploid. Salha satu dari
ordo ini yakni genus ulva. Genus Ulva memiliki morfologi sederhana dengan sedikit identifikasi fitur. Ulva
(Ulvophyceae, Chlorophyta) terutama terdiri dari dua bentuk morfologi: berbentuk tabung dan seperti bilah.
Morfologi genus bervariasi antara tubular thali monostromatic dan distromatic pisau. Beberapa spesies,
seperti Ulva linza, telah dideskripsikan memiliki morfologi menengah, dengan tubular monostromatik dasar
dan pelepah distromatik. Karena itu merupakan tantangan besar untuk mengidentifikasi dan menggambarkan
spesies di fitur morfologi dan mikroskopis dari thallus saja. Dua puluh tujuh spesies Ulva dilaporkan dari
pantai India hingga tanggal. Investigasi sebelumnya tentang tubular Ulva yang tumbuh di pantai anak benua
India melaporkan adanya Ulva intestinalis, Ulva compressa dan Ulva flexousa. Sebagian besar identifikasi
spesies Ulva sebelumnya didasarkan pada morfologi thallus kecuali Ulva paschima dan Ulva chaugulii.
Alga tubular tumbuh. Laporan Pertama Ulva sapora (Ulvales, Chlorophyta) dari anak benua India. Pada
umumnya di bebatuan daerah pantai atau mengambang bebas air. Pertumbuhan ulva tubular dipengaruhi
oleh luasnya berbagai faktor lingkungan seperti salinitas air, suhu variasi, dan sinar matahari. Aktivitas
antropogenik mempengaruhi beban hara pada habitat pesisir. Akumulasi anorganik yang berlebihan nutrisi
mendorong pertumbuhan tubular Ulva di daerah pesisir . Rumput laut ini membentuk struktur seperti tikar,
atau bunga yang mengambang bebas yang dikenal sebagai hijau pasang surut . Berbentuk tabung Ulva telah
dilaporkan di habitat laut serta air tawar. Ulva. Seperti halnya dengan Durvillea, Ulva yang telah
dikeringkan dan digarami diperdagangkan dengan nama "cachiyugo". Selain itu Ulva juga digunakan
sebagai salad dan sup. Ulva memiliki kandungan Fe yang sangat tinggi. Ulva banyak dikonsumsi sebagai
bahan makanan di China, Filipina, Chili dan Hindia Barat. Selain itu, Ulva juga merupakan sumber vitamin
C, pro tein, asam folat dan beberapa jenis mineral, seperti : Ca, K, Mg, Na, Cu, Fe dan Zn. Spesies dari
genus makroalga hijau Ulva Linnaeus (Ulvales, Chlorophyta) adalah habitat umum, seringkali melimpah di
habitat laut, muara dan air tawar di seluruh dunia. Toleransi terhadap fluktuasi suhu, salinitas, konsentrasi
nutrisi dan pengeringan telah berkontribusi keberhasilan ekologis banyak perwakilan. Ulva spp. mungkin
mendominasi tidak hanya di alam yang keras lingkungan yang mengalami berbagai rezim salinitas dan udara
eksposur selama siklus pasang surut tetapi juga di lingkungan perairan terkait dengan aktivitas manusia
(Poole & Raven 1997; de Paula Silva dkk. 2008). Ulva adalah genus terkenal yang memiliki signifikansi
ekonomi yang besar. Spesies Ulva adalah biofouler alga yang paling merepotkan diangkut ke seluruh dunia
dengan lambung dan pemberat perairan kapal.. Anggota genus juga bermanfaat bagi kemanusiaan. Spesies
dari Ulva meningkatkan kualitas air dalam budidaya terpadu fasilitas dengan cepat mengupas nutrisi dari air
kolom. Jenis Ulva telah dimakan dan dibudidayakan oleh manusia selama berabad-abad, makanan komersial
terpenting dari genus Aonori Jepang, campuran spesies Ulva dan Monostroma. Belum ada revisi taksonomi
dari spesies Ulva tercatat sebagai daerah tropis Australia. Spesies baru dulu terdeteksi selama survei
mengevaluasi potensi Ulva spp. untuk bioremediasi limbah dari berbasis lahan fasilitas akuakultur di
Queensland tropis dan subtropis, Australia (. Spesies ini sebelumnya dikenal sebagai Ulva sp. 3 berdasarkan
ITS urutan spesimen yang dikumpulkan di sungai di subtropis Okinawa, Jepang, dan sebagai Ulva OTU6 in
perairan pantai dangkal Hawaii. Di survei ini, Ulva sp. 3 adalah filamen yang paling umum spesies Ulva di
lingkungan pesisir dan darat fasilitas akuakultur di Australia bagian timur. Ulva sp. 3 memiliki tinggi tingkat
pertumbuhan di berbagai suhu dan toleransi salinitas dari payau menjadi garam, menjadikannya target ideal
untuk aplikasi biomassa. Ulva sp. 3 Lebih lanjut mendapat perhatian kami ketika tanaman yang ditanam
secara monokultur memiliki rasa yang enak, kemungkinan karena levelnya yang tinggi asam amino asam
glutamat dalam spesies Ulva ini.
Ulva Sapora

Ordo Oedegoniales
Oedogonium banyak ditemukan pada perairan yang permanen seperti kolam atau kubangan air, jarang pada
air yang mengalir deras. Filament ada yamng melayang atau epifit( menempel) pada daun atau batang
tanaman air. Sel- sel yang menyusun filamen berbentuk silindris panjang. Sel basal mengalami modifikasi
menjadi semacam batil hisap untuk menempel pada subtrat. Sedangkan sel apical( ujung) biasanya ujungnya
membulat. Pembelahan sel terjadi tidak pada bidang tengah sel tetapi agak ke ujung sel sehingga dinding sel
yang diwariskan pada kedua sel anak tidak sama. Sel berinti tunggal dan memiliki satu kloroplas berbentuk
anyaman( reticulate) yang menyelubungi protoplasma. Kloroplas biasanya memiliki banyak pirenoid.
Pembiakan vegetative dapat dengan pemutusan benang koloni tetapi tidak sampai terjadi koloni terputus-
putus menjadi banyak fragmen kecuali pada waktu pembentukan zoospore. Pembiakan aseksual dengan
pembentukan sel spora yang jumlahnya selalu satu setiap sel. Bentuk zoospora lonjong sampai piriform
dengan ujung anterior transparan. Biasanya tidak memiliki bintik mata meskipun kadang- kadang ada satu.
Pembiakan seksual secara oogami tipe nannandrous atau tipe macrandrous. Alga ini hidup bebas mengapung
di perairan yang jernih dan berbatu. Jika ditemukan dalam jumlah yang sedikit pada perairan bisa dikatakan
bahwa perairan sudah tercemar, dan organisme tentu saja mempunyai batas-batas toleransi tertentu pada
suatu kondisi yang ada di lingkungan hidupnya. Reproduksi aseksual adalah dengan spora motil dan
nonmotile, hanya terbentuk di sel dengan tutup apikal. Tubuh reproduksi motil ditandai oleh cincin silia
pada ujung anterior. Reproduksi seksual adalah oogamous; filamen laki-laki, menghasilkan sel sperma yang
menyerupai spora kecil dengan flagela panjang, adalah ukuran yang sama dengan filamen perempuan atau
hanya beberapa sel panjang, dalam hal ini menjadi melekat pada oogonia filamen perempuan. Setelah
pembuahan, zigot yang beristirahat akhirnya membagi menjadi empat spora motil (zoospora) yang
berkecambah membentuk filamen baru. Oedogonium dapat mewakili suatu tingkatan evolusi yang prosesnya
boleh jadi di capai selama perpindahan cara hidup dari tumbuhan dalam air menuju tumbuhan darat, namun
hali tu juga sekaligus memperlihatkan adanya potensi untuk mengembangkan diferensiasi seksual, yaitu
suatu sifat yang hakiki pada ganggang.Oedogonium sp. adalah alga fliamentous. Filamen tidak bercabang
terdiri dari sel-sel silindris dengan sel-sel tertentu yang memiliki dinding lurik di ujung distal. Sel basal
dimodifikasi menjadi holdfast dan sel apikal biasanya dibulatkan secara luas atau acuminate. Semua sel
kecuali basal memiliki kapasitas untuk dibagi. Sel-sel memiliki satu nukleus masing-masing dan satu
kloroplas retikulat yang benar-benar mengelilingi protoplas. Makroalga yang muncul sebagai sumber daya
penting dalam makanan, pupuk dan bahan bakar aplikasi. ganggang Oedogonium Sp. digunakan dalam
remediasi air limbah sarat gizi dari industri akuakultur tropis seperti pertanian udang di Australia Utara.
Oedogonium Sp. digunakan dalam remediasi air limbah sarat gizi dari industri akuakultur tropis seperti
pertanian udang di Australia Utara. Salah satu tantangan utama untuk keberhasilan komersialisasi proses
berdasarkan makroalga adalah mengurangi biaya dewatering dan pengeringan bahan kadar air yang tinggi,
sementara menjaga kualitas produk. Pengeringan dan desain pengering yang rumit oleh bentuk, kepadatan
dan bentuk fungsional dari ganggang, karena variabel-variabel ini dianggap mempengaruhi laju
pengeringan. Dalam tulisan ini, kami menjelaskan percobaan pengeringan surya dilakukan di Tropical Utara
Australia (Townsville) menggunakan sampel baru bersumber dari Oedogonium Sp. metode yang berbeda
persiapan ganggang (dipotong, robek dan sheeted) dan ketebalan ganggang tidur yang berbeda dari
Oedogonium Sp. metode yang berbeda persiapan ganggang (dipotong, robek dan sheeted) dan ketebalan
ganggang tidur yang berbeda dari Oedogonium Sp. metode yang berbeda persiapan ganggang (dipotong,
robek dan sheeted) dan ketebalan ganggang tidur yang berbeda atau kepadatan tidur diperiksa dalam rangka
untuk mengukur pengaruh mereka pada tingkat pengeringan ganggang. Profil kelembaban terhadap waktu
dimodelkan menggunakan Hukum Kedua Fick Difusi, yang mencirikan pengeringan dalam hal bahan
difusivitas efektif dan ketebalan, dan memberikan gambaran mekanistik cocok untuk memprediksi pengaruh
variabel eksternal. Pemilihan metode persiapan ditemukan memiliki efek signifikan pada difusivitas efektif,
tetapi kepadatan tidur meningkatkan ganggang menyebabkan menurunkan difusivitas efektif dan waktu
pengeringan lebih lama. penyusutan signifikan dari ganggang selama periode awal pengeringan (ketika rasio
kelembaban lebih besar dari 0,50) diamati dan keterbatasan perkiraan Hukum Fick dibahas.

Oedogonium Sp
Ordo Siphonales
Pada umumnya terdapat di laut daerah tropis. Perkembangbiakkan dilakukan secara aseksual dan seksual.
Tetapi relative sedikit anggotanya yang membentuk zoospore atau aplanospora. Pada umumnya alga ini
membentuk gamet pada cabang yang tidak dapat dibedakan dari bagian vegetatif lainnya. Reproduksi
seksual bersifat isogami,anisogami atau oogami. Bangsa Siphonales dibagi menjadi empat atau lima suku
yang disusun dalam suatu deret yang urutannya disesuaikan dengan kompleksitas struktur vegetatifnya atau
menurut tingkatan kompleksitas dari struktur gametangianya dan tipe persatuan gamet. Semua Caulerpa
yang telah diidentifikasi termasuk suku Caulerpaceae bangsa Siphonales. Bangsa Siphonales memiliki ciri
talus merupakan buluh yang tidak bersekat (senositik), bercabang, sekat hanya terbentuk pada masa
berkembang biak. Sitoplasma terletak di bagian perifer dari sel, sehingga vakeola sentral tampak terbentang
dari ujung ke ujung. Bangsa ini dibagi menjadi 4 atau 5 suku, salah satunya adalah Caulerpaceae yang hanya
mempunyai satu marga yaitu Caulerpa. Ciri secara umum dari Caulerpa adalah keseluruhan tubuhnya terdiri
dari satu sel dengan bagian bawah yang menjalar menyerupai stolon yang mempunyai rhizoid sebagai alat
pelekat pada subtrat serta bagian yang tegak Bagian yang tegak disebut asimilator karena mempunyai
klorofil. Stolun dan rhizoid bentuknya hampir sama dari jenis ke jenis. Sedangkan asimilator mempunyai
bentuk bermacam-macam tergantung jenisnya. Caulerpa serrulata asimilatornya memanjang, pipih
menyerupai spiral dengan pinggir bergerigi atau bergelombang. Diantara asimilator ada yang membentuk
percabangan dan ada pula yang berdiri sendiri tidak bercabang. Asimilator pada Caulerpa cupressoides
memiliki asimilator yang memanjang dan bergerigi, sedangkan assimilator pada Caulerpa racemosa
berbentuk silindris dengan memiliki bulatan-bulatan ujung merata dan bertangkai panjang. Dari siphonales
dapat disebut beberapa jenis , antara lain: ·Protosiphon botryoides (suku protosiphonaceae) Ganggang ini
masih sangat sederhana, hidup diatas tanah yang basah talus hanya teridiri atas suatu sel. Bagian yang diatas
tanah bentuknya seperti gelembung, berwarna hijau dan mengandung banyak inti. Melekat pada tanah
dengan rizoid yang panjang, tidak bercabang dan tidak berwarna. ·Halicystis ovalis (suku Uhalicystidaceae)
Ganggang ini menyerupai profosiphora, tetapi hidup dalam laut ·Caulerpa prolifera (suku caulerpaceae)
Ganggang hijau yang hidup di laut tengah. Talus bagian atas menyerupai daun dan besarnya sampai
beberapa desimeter, berguna untuk asimilasi dan dinamakan asimilator. Bagian bawah terdiri atas suatu
sumbu yang menyerap, tidak berwarna dan tidak mengandung leukoamitoplas dan rizoid pada
perkembangbiakanseksual yaitu anisogami, seluruh tumbuh-tumbuhan baik jantan maupun betina masing-
masing mengeluarkan gamet yang berwarna hijau dalam jumlah yang amat besar dan setelah mengeluarkan
gamet itu lalu mati. ·Vaucheria sessilis (suku vaucheriaceae) Talus berbentuk benang dan bercabang-cabang
tidak beraturan, melekat pada substrat dengan rizoid-rizoid yang merupakan suatu berkas. Karena talus tidak
mempunyai dinding pemisah melintang, maka talus kelihatan seperti pipa bercabang-cabang.
Perkembangbiakan aseksual dengan zoospora. Sedangkan perkembangbiakan generatif (seksual) dengan
oogami. Tempat vaucheria dalam sistematik masih belum terang. Alat-alat perkembangbiakan seksual dan
aseksual ditemukan pada suatu individu. Pembelahan reduksi terjadi pada perkecambahan zigot. Mengingat
letak bulu cambuk serta susunan bulu cambuk pada soermatozoidnya, demikian pula zat-zat warna dalam
plastidanya (tanpa klorfil b, tetapi banyak xantofil) dan zat-zat cadangan yang terdiri atas minyak dan tepung
maka vauheria oleh para ahli dimasukkan ke dalam heterocontae. Tetapi jika dilihat dari bulu cambuk pada
zoosporanya yang sama panjang dan tanpa rambut-rambut mengkilat maka vaucheria hanya digolongkan
pada chlorophyceae ·Acentabularia wettsternii (suku dasylandaceae) Talusnya menyerupai jamur payung
pada pangkal tangkainya terdapat suatu inti yang besar. Ganggang ini ditemukan di laut tengah dan talusnya
diperkuat dengan kapur. Perkembangbiakan seksual dengan anisogami.

Anda mungkin juga menyukai