Anda di halaman 1dari 16

TANDA DAN GEJALA, DAN PENATALAKSANAAN PASIEN

DENGAN HIV/AIDS

KELOMPOK 2 :

Indriani Christine Br Kaban 032019003


Frischa Juliana Hutagaol 032019017
Salvia Elvaretta Harefa 032019027
Sarnita Br Siallagan 032019031
Gresia Lamtiur Hutasoit 032019035
Elvis Sinaga 032019039
Devi Sihotang 032019042
Ave Maria Marbun 032019043
Dicky Fauzi Hotimanta Sitepu 032019045
Identifikasi Tanda dan Gejala Pada Klien
dengan HIV/AIDS

1. Definisi HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan
retrovirus bersifat limfotropik khas yang
menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh,
menghancurkan atau merusak sel darah putih
spesifik yang disebut limfosit T-helper atau limfosit
pembawa faktor T4 (CD4).
AIDS merupakan kumpulan gejala atau penyakit
yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat virus HIV.
2. Tanda dan Gejala
a. Rasa lelah dan lesu
b. Berat badan menurun secara drastis
c. Demam yang sering dan berkeringat waktu malam
d. Mencret dan kurang nafsu makan
e. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
f. Pembengkakan leher dan lipatan paha
g. Radang paru
h. Kanker kulit
Penatalaksanaan Pasien dengan HIV/AIDS
Prehospital, Inhospital dan Postdischarge
1. Prehospital Care (pelayanan sebelum masuk rs)
Prehospital care seringkali menjadi aspek yang
terabaikan dalam sistem pelayananan kesehatan
rumah sakit. Pelayanan prehospital yang baik akan
mengurangi angka kematian sampai 50%. Kegagalan
pelayanan prehospital seringkali terjadi karena
koordinasi yang buruk antara rumah sakit sebagai
penyedia utama pelayanan kegawatdarurat dengan
masyarakat.
Adapun intervensi pada pasien prehospital yaitu
– Intervensi penggunaan obat antiretroviral untuk
mengurangi infeksi HIV baru.
– Intervensi biaya konseling HIV untuk menemukan
bahwa komposisi biaya serupa di semua tingkat
perawatan
– Intervensi pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS,
pencegahan HIV/AIDS untuk mengurangi penularan
angka HIV/AIDS, peningkatan pengetahuan tentang
HIV, dan kepatuhan minum obat penderita HIV
– Intervensi pengaruh dukungan sosial pada kualitas
hidup untuk meningkatkan kualitas hidup ODHA
2. Inhospital Care
Pertumbuhan jumlah penderita AIDS tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial di dalam
kehidupan masyarakat. Stigma dan kebiasaan di
masyarakat juga berkontribusi dalam pesatnya
pertumbuhan penderita infeksi HIV dan
keengganan mereka untuk memulai terapi
pengobatan.
Langkah-langkah pencegahan penularan HIV pun juga
harus mempertimbangkan aspek sosial budaya di
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik
sosial dan demografi merupakan aspek yang penting
untuk diikutsertakan di dalam kajian ilmiah dalam rangka
mengendalikan suatu penyakit .
Meskipun belum ada obat yang dapat membunuh
virus penyebab AIDS, pengobatan yang mampu
meningkatkan harapan dan kualitas hidup pasiennya
sudah lama diperkenalkan. Pengobatan ini dilakukan
dengan pemberian kombinasi obat-obat antiretroviral
3. Postdischarge
Discharge planning (Perencanaan Pulang) adalah
komponen sistem perawatan berkelanjutan,
pelayanan yang diperlukan pasien secara
berkelanjutan saat sudah dirumah dan bantuan
untuk perawatan berlanjut pada pasien dan
membantu keluarga menemukan jalan pemecahan
masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber
yang tepat dengan harga yang terjangkau (Hariyati,
dkk 2013).
Contoh Kasus
Seorang Wanita, 27 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang dengan
keluhan terdapat sariawan diseluruh rongga mulut, sejak kurang lebih
satu minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh badan
terasa lemas, disertai mual dan muntah, pusing . Selain itu, pasien juga
mengeluh batuk berdahak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, dahak
berwarna putih, dan 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien
mengatakan keluar dahak berwarna merah. Pasien juga mengalami
demam sejak seminggu sebelum masuk rumah sakit, dan penurunan
berat badan sekitar 13 kg dalam satu minggu terakhir. Pasien juga
mengatakan sering mengalami diare dan demam hilang timbul sejak 2
bulan terakhir. Gejala ini sering dirasakan pasien kurang lebih sejak tiga
bulan lalu. Pasien mengaku mengidap HIV sejak 6th lalu, saat suami pasien
meninggal dunia dengan diagnosa HIV/AIDS. Pasien dianjurkan untuk
melakukan cek kesehatan, memastikan apakah tertular atau tidak.
Setelah terdiagnosis positif HIV/AIDS, pasien tidak pernah berobat
ataupun kontrol rutin karena ia tidak merasakan adanya gejala–gejala
yang memberatkan.
Penyelesaian
Prehospital:
Seseorang yang ingin menjalani tes HIV/AIDS untuk
keperluan diagnosis harus mendapatkan konseling pra tes. Hal
ini harus dilakukan agar ia dapat mendapat informasi
sejelas-jelasnya mengenai infeksi HIV/AIDS sehingga dapat
mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya serta lebih
siap menerima apapun hasil tesnya nanti. Untuk memberitahu
hasil tes juga diperlukan konseling pasca tes, baik hasil positif
maupun negatif. Jika hasilnya positif akan diberikan informasi
mengenai pengobatan untuk memperpanjang masa tanpa
gejala serta cara pencegahan penularan. Jika hasilnya negatif,
konseling tetap perlu dilakukan untuk memberikan informasi
bagaimana mempertahankan perilaku yangtidak berisiko.
Inhospital:
Pada kasus ini, tatalaksana awal dilakukan dengan
pemberian terapi simtomatik, terapi ini diberikan untuk
mengatasi gejala-gejala yang terjadi pada pasien bersamaan
dengan dilakukannya pemeriksaan penunjang yang
disarankan. Pemberian cairan isotonik dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan elektrolik pasien dan mencegah
terjadinya kekurangan cairan pada pasien, nystatin drop
ditujukan untuk mengatasi oral candidiasis pasien, dan
paracetamol sebagai antipiretik saat pasien demam. Injeksi
ciprofloksasin digunakan untuk mencegah adanya infeksi lebih
lanjut, termasuk infeksi nosokomial. Injeksi ranitidine
digunakan untuk mencegah stres ulser pada pasien akibat
obat-obatan yang diberikan.
Postdischarge:
Edukasi tentang penyakit HIV yang diderita oleh
pasien, baik itu secara perorangan maupun keluarga
setelah diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
lab, serum anti HIV, dan konseling VCT. Pemberian
dukungan membantu pasien untuk meminimalisir isolasi,
kesendirian, dan ketakutan. Memberikan dukungan dan
pengawasan terhadap pasien dapat meningkatkan
kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang diberikan.
Kemudian pemberian Terapi non farmakologis yang
diberikan meliputi tirah baring, diet lunak tinggi kalori
tinggi protein.
Kesimpulan
Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak
mendapat pengobatan, akan menunjukkan
tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS
diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu
yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization) menjadi 4
tahapan stadium klinis, dimana pada stadium
penyakit HIV yang paling terakhir (stadium IV)
digunakan sebagai indikator AIDS. Sebagian besar
keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang
apabila diderita oleh orang yang sehat, infeksi
tersebut dapat diobati.

Anda mungkin juga menyukai