Kasus malpraktek operasi benjolah oleh perawat yang berakibat

kelumpuhan.

Keterangan kasus :

Seorang anak berusia 8 tahun yang mengalami kelumpuhan pasca operasi benjolan kelenjar di
punggungya yang di lakukan oleh dokter ahli bedah yang ternyata adalah seorang perawat di klinik kampong
krompol desa paya bagas, kec. Tebing tinggi kab.serdang prov. Sumatra tahun 2006

Tanggapan :

Dari kasus di atas merupakan salah satu bentuk malpraktek keperawatan, karena perawat tersebut
melakukan hal di luar kewenangan profesinya dan melakukan kewenanagan profesi lain (dokter).

Jadi berdasarkan kajian hukum UU RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, BAB III hak dan kewajiban
dalam pasal 4 bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Dalam hal ini pasien berhak mendapatkan kesehatan
dan setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.
Dan pada kasus di atas pasien tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau
karena pasien mengalami luka yang mengakibatkan terjadinya kelumpuhan.

Dan pada UU RI No.36 tahun 2014 tentang keperawatan, pasal 32 ayat 2 menjelaskan bahwa pelimpahan
wewenang tindakan medis kepada perawat dapat di lakukan secara delegatif dan mandat. Selanjutnya pada
penjelasan ayat 4 dapat di ketahui bahwa tindakan medis yang dapat di limpahkan secara delegatif adalah
menyuntik, memasang infus dan memberikan imunisasi sedangkan mandate yaitu pemberian terapi parental dan
penjahitan luka. Berdasarkan kasus di atas perawat telah melakukan tindakan pembedahan, tindakan tersebut di
luar kewenangan yang di perbolehkan dalam UU keperawatan.

Kesimpulan :

Malpraktik yang di lakukan oleh perawat tersebut akan memberikan dampak yang luas tidak saja kepada
pasien dan keluarganya , juga kepada institute pemberi pelayanan keperawatan, dan secara rana hukum perawat
dapat di kenakan gugatan hukum pidana dan perdata, sedangkan secara profesi perawat dapat di kenakan sanski
disiplin profesi perawat yang akan di keluarkan oleh konsil keperawatan.