Anda di halaman 1dari 3

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE JIGSAW

DALAM PEMBELAJARAN PAI

A. Pengertian Pelajaran PAI


PAI merupakan Pendidikan Agama Islam yang ada di setiap sekolah Islam. Dalam
PAI ini mencakup pelajaran Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, dan Sejarah
Kebudayaan Islam. Dimana setiap pelajaran itu ada materi-materinya sendiri.  

B. Pengertian Metode Jigsaw


Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al.sebagai model
Cooperative Learning. Kemudian diadaptasikan oleh Slavin dan temen-teman di Universitas
John Hopkins. Metode  jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan
guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Jigsaw
adalah teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini mempertahankan
tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan
kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam
yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi
sendirian.
Pengertian jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang
memiliki kesamaan dengan teknis "pertukaran dari kelompok ke kolompok lain." (group to
group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu.
Sedangkan menurut Arends (1997) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan
model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari
4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan
menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan
sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini
adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual,
interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok 1.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara
heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi
tersebutkepada anggota kelompok yang lain 2.

C. Sejarah Jigsaw
Teknik jigsaw adalah salah satu teknik cooperative learning yang pertama kali
diterapkan oleh aronson tahun 1971 dan dipublikasi tahun 1978. Pada awalnya penelitiannya
kelas jigsaw ini dipakai untuk tujuan agar mengurangi rasa kompetisi pembelajar dan
masalah ras yang terdapat di sebuah kelas yang berada di Austin, Texas. Kota texas ini
termasuk mengalami masalah rasis yang sangat parah, dan itu pun memunculkan intervensi
dari sekolah-sekolah untuk menghilangkan masalah tersebut.
Di dalam suatu kelas banyak pembelajar amerika keturunan afrika, keturunan
hispanik (latin), dan pembelajar kulit putih amerika untuk yang pertama kalinya berada
dalam sebuah kelas bersama-sama. Situasi semakin memanas dan mangancam lingkungan
belajar mereka. Dan pada tahun 1971 Aronson dan beberapa lulusan pembelajar lainnya
menciptakan jigsaw dan mencoba untuk menerapkannya didalam kelas. Dan usaha keras ini
berhasil dengan sukses, pembelajar yang pada awalnya kurang berkomunikasi mulai
berkomunikasi dan mulai bekerja sama.
Eksperimen ini terdiri dari membentuk kelompok pembelajaran (kelompok jigsaw)
dimana tiap pembelajar tergantung kepada anggota kelompoknya untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan untuk lulus dalam ujian. Tanpa memandang ras, mereka

1 Johnson, Learning Together and Alone, (Massa Chussetts: Allin and Bacon, 1991)
Arends, Belajar untuk Mengajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2001), hal 108-109.

2 Arends, Belajar untuk Mengajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2001), hal 108-109.
digabungkan menjadi sebuah grup dan wajib berkerjasama diantara anggotanya agar
mencapai sukses akademik. Ketika dibandingkan dengan kelas tradisional dimana
pembelajar-pembelajar bersaing secara individu, pembelajar-pembelajar di dalam kelas.
Wardani mengatakan bahwa teknik jigsaw adalah salah satu cooperative learning
mendorong pembelajar aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk
mencapai prestasi yang maksimal. Dimana dalam belajar teknik jigsaw terdapat tahap-tahap
dalam penyelenggaraannya yaitu :

 Pengelompokan pembelajar.
 Pemberian tugas untuk setiap anggota kelompok.
 Diskusi kelompok yang terdiri dari kelompok ahli.

Yaitu kelompok yang terdiri dari kelompok ahli yaitu kelompok yang terdiri dari
pembelajar heterogen , ditinjau dari segi kemampuan dan jenis kelamin yang tergabung
dalam bahasan, tema, ataupun masalah yang sama. Sedangkan kelompok asal yaitu masing
masing kelompok terdiri dari pembelajar yang heterogen, ditinjau dari kemampuan dan jenis
kelamin yang tergabung dalam bahasan, tema, masalah yang berbeda. Kemudian guru
memberikan  tes/kuis dan   perhitungan penghargaan kelompok.

D. Tujuan Metode Jigsaw dalam Pembelajaran


1. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain 3.
2. Pembelajaran dengan kooperatif jigsaw siswa secara individual dapat mengembangkan
keahliannya dalam satu aspek dari materi yang sedang dipelajari serta menjelaskan
konsep dan keahliannya itu pada kelompoknya.
3. Pembelajaran kooperatif Jigsaw menjadikan siswa termotivasi untuk belajar karena
skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada tim didasarkan pada sistem skor
perkembangan individual, dan para siswa yang skor timnya meraih skor tertinggi akan
menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim lainnya.
3 Lie, Cooperative learning Memperaktikkan Cooperative learning di ruang kelas, (Jakarta: PT. Grasindo, 2010).

Anda mungkin juga menyukai