AF Atrial Fibrilasi
AF Atrial Fibrilasi
AF Atrial Fibrilasi
ATRIAL FIBRILASI
DISUSUN OLEH :
SUPERVISOR PEMBIMBING:
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Fibrilasi atrium (FA) merupakan aritmia yang paling sering ditemui dalam
studi kohor pada tahun 1948 dengan melibatkan 5209 subjek penelitian sehat
tahun, angka kejadian FA adalah 2,1% pada laki-laki dan 1,7% pada perempuan. 2
Jakarta menemukan angka kejadian FA sebesar 0,2% dengan rasio laki-laki dan
populasi usia lanjut di Indonesia yaitu 7,74% (pada tahun 2000-2005) menjadi
28,68% (estimasi WHO tahun 2045-2050), maka angka kejadian FA juga akan
meningkat secara signifikan. Dalam skala yang lebih kecil, hal ini juga tercermin
pasien rawat selalu meningkat setiap tahunnya, yaitu 7,1% pada tahun 2010,
meningkat menjadi 9,0% (2011), 9,3% (2012) dan 9,8% (2013). Fibrilasi atrium
jantung serta penurunan kualitas hidup. Pasien dengan FA memiliki risiko stroke
5 kali lebih tinggi danrisiko gagal jantung 3 kali lebih tinggi dibanding pasien
tanpa FA. Stroke merupakan salah satu komplikasi FA yang paling dikhawatirkan,
lebih tinggi. Selain itu, stroke akibat FA ini mengakibatkan kematian dua kali
(PPOK). Gagal jantung simtomatik dengan kelas fungsional New York Heart
Association (NYHA) II sampai IV dapat terjadi pada 30% pasien FA, namun
sebaliknya FA dapat terjadi pada 30-40% pasien dengan gagal jantung tergantung
dari penyebab dari gagal jantung itu sendiri. Fibrilasi atrium dapat menyebabkan
Distensi pada atrium kiri dapat menyebabkan FA seperti yang terjadi pada pasien
penyakit katup jantung dengan prevalensi sebesar 30% dan 10-15 % pada defek
koroner meskipun keterkaitan antara FA itu sendiri dengan perfusi koroner masih
belum jelas.1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ berotot dan berongga yang berfungsi memompa darah
melalui pembuluh darah dengan frekuensi denyut yang ritmik. Jantung manusia
dewasa mempunyai berat yang hampir sama antara satu orang dengan orang yang
lain, yaitu kurang lebih sekitar 300-350 gr. Jantung secara normal terletak didalam
rongga toraks, yang berada diantara sternum di sebelah anterior dan vertebra di
Anatomi jantung dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu anatomi eksternal dan
anatomi internal3,4,5
1. Anatomi Eksternal
pada jantung. Pada dasarnya terdapat tiga bagian lapisan pada jantung, yaitu
oleh jaringan ikat yang tebal. Lapisan ini terdiri dari 2 lapisan yaitu perikardium
parietal yang berada dibagian luar dan perikardium visceral yang berada dibagian
tebal dan lapisan yang terdiri atas otot-otot jantung. Lapisan ini terdiri dari 3
macam otot, yaitu otot atrium, otot ventrikel dan otot serat khusus. Otot atrium
mempunyai karakteristik otot yang lebih tipis dibandingkan dengan otot ventrikel,
hal ini lebih banyak dipengaruhi oleh fungsi kontraktilitas jantung berkaitan
dengan fungsi pompa darah ke seluruh tubuh. Otot atrium dan otot ventrikel
mempunyai kinerja kontraksi yang sama, sedangkan otot serat khusus lebih
adalah suatu lapisan yang terdiri dari membran tipis di bagian luar
2. Anatomi Internal
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan
dan ventrikel kiri. Bagian kanan (atrium dan ventrikel kanan) dan kiri (atrium dan
ventrikel kiri) jantung dipisahkan oleh suatu sekat yang dinamakan septum cordis.
Disamping itu, jantung juga mempunyai 4 buah katup jantung, yang terdiri dari
a. Atrium Kanan
Atrium kanan merupakan ruang pada jantung yang berfungsi untuk
menampung darah vena yang mengalir melalui vena kava inferior dan vena kava
superior. Kedua vena kava bermuara pada tempat yang berbeda, vena kava
kanan.
b. Ventrikel Kanan
Ventrikel kanan merupakan ruangan setelah atrium kanan. Darah vena akan
dialirkan dari atrium kanan ke ventrikel kanan, yang sebelumnya melewati katup
c. Atrium Kiri
berasal dari paru-paru. Atrium kiri menerima darah dari empat vena pulmonalis
d. Ventrikel Kiri
memompa darah ke seluruh bagian organ tubuh. Ventrikel kiri mempunyai tebal
lapisan sebesar 2-3 kali lipat dibandingkan dengan ventrikel kanan. Hal ini
e. Katup Semilunar
Katup semilunar terdiri dari dua katup, yaitu katup semilunar pulmonalis
dan katup semilunar aorta. Kedua katup ini mempunyai bentuk katup yang sama,
tetapi secara antomis katup semilunar aorta lebih tebal dibandingkan dengan katup
sebagai sekat antara ventrikel kiri dengan aorta. Setiap katup terdiri dari tiga daun
katup, untuk katup semilunar pulmonalis terdiri dari daun katup anterior, dekstra
dan sinistra. Sedangkan katup semilunar aorta terdiri dari daun katup koroner
f. Katup Atrio-Ventrikuler
Katup Atrio-ventrikuler terdiri dari dua katup, yaitu katup trikuspidalis dan
katup bikuspidalis atau mitral. Katup trikuspidalis terdiri dari tiga daun katup
yang berbeda ukuran pada setiap daun katup. Ketiga daun katup ini adalah katup
anterior, septal dan katup posterior. Katup ini terletak sebagai sekat antara atrium
sebagai sekat antara atrium kiri dengan ventrikel kiri. Katup bikuspidalis (mitral)
mempunyai dua daun katup, yang terdiri dari daun katup mitral anterior dan
posterior.
Aliran darah yang melewati kedua katup tidak hanya diatur oleh kedua
katub ini, tetapi lebih diatur oleh interaksi antara atrium, annulus fibrosus, daun
katup, korda tandinea, otot papillaris dan otot ventrikel. Keenam komponen ini
merupakan rangkaian unit fungsional dalam proses aliran darah, sehingga bila
terjadi gangguan pada salah satu komponen akan mengakibatkan gangguan
b. Persarafan Jantung
Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom, yaitu serabut saraf simpatis
atrium.
Persarafan simpatis eferen preganglionik berasal dari medulla spinalis
kinerja dari otot ventrikel, sedangkan saraf parasimpatis lebih berperan dalam
Pendarahan otot jantung berasal dari aorta melalui dua pembuluh koroner,
yaitu arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Kedua arteri ini, baik arteri
koroner kanan atau arteri koroner kiri keluar dari sinus valsava aorta. Arteri
koroner kiri akan bercabang menjadi arteri sirkumfleks kiri dan arteri desendens
anterior kiri yang memperdarahi sebagian besar bagian proksimal RBB (right
bundle branch), LBB (left bundle branch) dan fasikulus anterior LBB. Sedangkan
arteri koroner kanan akan bercabang menjadi arteri atrium anterior kanan yang
darah balik dari otot jantung adalah vena koroner. Vana koroner ini berjalan
berdampingan dengan arteri koroner yang akan masuk atau bermuara ke dalam
a. Fisologi Jantung
Jantung berkontraksi atau berdenyut dengan irama yang ritmik, akibat adanya
potensial aksi (otoritmisitas). Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung, yaitu
99% sel-sel kontraktil yang melakukan kerja mekanik (kontraksi), tetapi tidak
menghasilkan potensial aksi dan 1 % sel-sel otoritmik yang tidak melakukan kerja
Aksi potensial otot jantung yang memicu suatu proses kontraksi mekanik
dimulai dengan adanya aksi potensial pada sel-sel otoritmik. Potensial aksi
dimulai dari proses dopalarisasi, proses plateau dan proses repolarisasi. Ketiga
proses ini merupakan rangkaian proses potensial aksi yang harus ada untuk
saluran Na+ secara cepat. Proses masuknya ion Na+ menyebabkan perubahan
potensial membran sel-sel otoritmik, mulai dari -70 mv hingga +30 mv. Setelah
mencapai ambang batas perubahan potensial, saluran Na+ akan segera menutup
yang kemudian diikuti pembukaan saluran Ca2+. Pembukaan saluran Ca2+ terjadi
secara lambat, yang menyebabkan proses plateau dan influks Ca2+ dari
saluran Ca2+ akan menutup dan terjadi pembukaan saluran K+. Pembukaan saluran
potensial aksi, dimana terjadi penutupan saluran Na2+ dan pembukaan saluran Ca2+
secara lambat. Proses kontraktilitas otot jantung ini terjadi akibat influks Ca 2+ atau
berdifusi kedalam intraseluler akibat pembukaan saluran Ca2+ selama fase plateu
pada potensial aksi jantung dan Ca2+ yang dikeluarkan dari cadangan intraseluler
ekstraseluler5,6.
dan tipis (aktin) akan saling menggeser untuk memperpendek tiap sarkomer.
proses relaksasi otot jantung. Pada fase ini, Ca2+ yang tidak berikatan dengan
adanya pertukaran dengan ion Na2+ yang berada di ekstraseluler. Kemudian ion
Na+ yang telah masuk kedalam intraseluler akan bertukaran secara aktif dengan
kontraktilitas otot jantung adalah adanya impuls atau rangsangan elektrik. Sistem
konduksi jantung terdiri dari nodus sino-atrial, nodus atrio-ventrikuler, berkas his,
berkas cabang kanan-kiri dan serabut purkinje. Rangsangan atau sinyal elektrik
pertama jantung berawal di nodus sino-atrial (Nodus SA) yang berada di latero-
kontraksi dari atrium, baik atrium kanan ataupun atrium kiri. Kontraksi yang
bersamaan antara atrium kanan dan kiri dipengaruhi oleh penjalaran rangsangan
elektrik melalui traktus inter-atrial yang merupakan cabang dari nodus SA. Nodus
bila dibandingkan dengan sistem konduksi jantung yang lain, yaitu sebesar 60-100
kesatuan
sinsitium.
(pacemaker) kedua tercepat, yaitu sebesar 40-60 potensial aksi/menit. Hal ini
jantung apabila terjadi blok pada rangsangan elektrik nodus SA. Secara fisiologis,
Sistem konduksi setelah nodus AV adalah berkas his. Berkas his sebenarnya
dapat dikatakan sebagai sekelompok serabut purkinje yang berasal dari nodus AV,
akan bercabang menjadi dua bagian, yaitu berkas cabang kanan dan berkas cabang
subendokardium di sisi bagian kanan. Kemudian RBB akan terbagi menjadi tiga
cabang, yaitu RBB cabang anterior, posterior dan lateral. Bagian RBB lateral akan
berjalan menuju dinding lateral ventrikel kanan dan menuju bagian bawah septum
purkinje. Berbeda dengan RBB, berkas cabang kiri (LBB/left bundle branch)
RBB, yaitu serabut purkinje. Penjalaran sinyal elektrik menuju ventrikel melewati
berkas his dan serabut purkinje berjalan sangat cepat. Disamping itu, serabut
2.3. Definisi
bervariasi amplitudo, bentuk dan durasinya. Pada fungsi NAV yang normal, FA
biasanya disusul oleh respons ventrikel yang juga ireguler, dan seringkali cepat.
1. FA yang pertama kali terdiagnosis. Jenis ini berlaku untuk pasien yang
pertama kali datang dengan manifestasi klinis FA, tanpa memandang durasi atau
3. FA persisten adalah FA dengan episode menetap hingga lebih dari 7 hari atau
(dan pasien) sehingga strategi kendali irama sudah tidak digunakan lagi. Apabila
lama.
(gambar 6). Artinya, seorang pasien mungkin dapat mengalami beberapa episode
sebaliknya. Untuk itu, secara praktis, pasien dapat dimasukkan ke salah satu
aritmia lainnya, paling sering kepak atrium (atrial flutter) atau takikardia atrium.
Kepak atrium (KA) dapat terjadi selama pengobatan dengan agen antiaritmia
terdapat pola aktivasi atrium yang reguler berupa gigi gergaji pada rekaman EKG
atau disebut gelombang kepak (f), terutama nampak jelas pada sadapan II, III,
aVF dan V1. Secara alami, laju atrium pada KA tipikal sedikit lebih lambat dari
pada sadapan II, III, aVF serta positif di V1. Arah aktivasi pada atrium kanan
dapat terbalik, sehingga gelombang f positif di sadapan II, III, aVF dan negatif di
V1 (disebut tipikal terbalik). Kepak atrium seringkali juga terjadi dengan blok AV
2:1 sehingga bermanifestasi sebagai laju ventrikel reguler atau ireguler berkisar
120-160x/menit (rata-rata 150x/ menit). Kepak atrium dapat berdegenerasi
menjadi FA dan FA dapat mengalami konversi menjadi KA. Pola EKG mungkin
berfluktuasi antara KA dan FA, sebagai cerminan peralihan aktivasi dalam atrium.
NAV mungkin juga dapat memicu FA. Pada takikardia supraventrikular lainnya
dan memiliki garis isoelektrik pada 1 atau lebih sadapan EKG. Morfologi dari
dipahami dan dipercaya bersifat multifaktorial. Dua konsep yang banyak dianut
faktor yang melanggengkan. Pada pasien dengan FA yang sering kambuh tetapi
masih dapat konversi secara spontan, mekanisme utama yang mendasari biasanya
karena adanya faktor pemicu (trigger) FA, sedangkan pada pasien FA yang tidak
melanggengkan.12
atrium menyebabkan gangguan elektris antara serabut otot dan serabut konduksi
patofisiologi FA, yaitu melalui peningkatan Ca2+ intraselular oleh sistem saraf
simpatis dan pemendekan periode refrakter efektif atrium oleh sistem saraf
dapat dipertimbangkan sebagai salah satu target ablasi. Namun, manfaat ablasi
mekanis, dan ultra struktur atrium terjadi pada rentang waktu dan dengan
pemendekan periode refrakter efektif atrium pada hari-hari pertama terjadinya FA.
(downregulation) arus masuk kalsium (melalui kanal tipe-L) dan peningkatan (up-
regulation) arus masuk kalium. Beberapa hari setelah kembali ke irama sinus,
maka periode refrakter atrium akan kembali normal. Gangguan fungsi kontraksi
atrium juga terjadi pada beberapa hari setelah terjadinya FA. Mekanisme yang
b. Mekanisme elektrofisiologis
demikian, keberadaan kedua hal ini dapat berdiri sendiri atau muncul bersamaan.
Mekanisme fokal
daerah tertentu, yakni 72% di VP dan sisanya (28%) bervariasi dari vena kava
superior (37%), dinding posterior atrium kiri (38,3%), krista terminalis (3,7%),
activity dan reentri. Vena pulmoner memiliki potensi yang kuat untuk memulai
yang lebih pendek serta adanya perubahan drastis orientasi serat miosit.
yang memiliki frekuensi tinggi dan dominan (umumnya berada pada atau dekat
dengan batas antara VP dan atrium kiri) akan menghasilkan pelambatan frekuensi
tinggi dan dominan tersebar di seluruh atrium, sehingga lebih sulit untuk
atrium dengan cara yang kacau. Hipotesis ini pertama kali dikemukakan oleh Moe
secara acak dan saling bertabrakan satu sama lain dan kemudian padam, atau
terbagi menjadi banyak wavelet lain yang terus-menerus merangsang atrium. Oleh
karenanya, sirkuit reentri ini tidak stabil, beberapa menghilang, sedangkan yang
lain tumbuh lagi. Sirkuit-sirkuit ini memiliki panjang siklus yang bervariasi tapi
pemacuan atrium dengan teknik pacurentet (burst pacing) akan menyebabkan FA,
yang akan kembali keirama sinus. Kemudian bila dilakukan pacu-rentet lagi akan
muncul FA kembali. Apabila proses ini dilakukan terus menerus, maka durasi
FAakan bertambah lama sampai lebih dari 24 jam.15 Oleh karena itu pada pasien
permanen.
2.6. Diagnosis
Penilaian awal dari pasien dengan FA yang baru pertama kali terdiagnosis harus
seperti:
frekuensi gejala.
b. Pemeriksaan fisis
mengarahkan tindak lanjut terhadap FA. Pemeriksaan fisis juga dapat memberikan
Tanda Vital
Pengukuran laju nadi, tekanan darah, kecepatan nafas dan saturasi oksigen
sangat penting dalam evaluasi stabilitas hemodinamik dan kendali laju yang
adekuat pada FA. Pada pemeriksaan fisis, denyut nadi umumnya ireguler dan
dengan hipotermia atau dengan toksisitas obat jantung (digitalis) dapat mengalami
bradikadia.
pembesaran tiroid, peningkatan tekanan vena jugular atau sianosis. Bruit pada
arteri karotis mengindikasikan penyakit arteri perifer dan kemungkinan adanya
Paru
asma)
Jantung
FA. Palpasi dan auskultasi yang menyeluruh sangat penting untuk mengevaluasi
dan peningkatan tekanan ventrikel kiri. Bunyi II (P2) yang mengeras dapat
jumlah nadi yang teraba dengan auskultasi laju jantung dapat ditemukan pada
pasien FA.
Abdomen
dapat mengindikasikan gagal jantung kanan atau penyakit hati intrinsik. Nyeri
kuadran kiri atas, mungkin disebabkan infark limpa akibat embolisasi perifer.
Ekstremitas bawah
atau edema. Ekstremitas yang dingin dan tanpa nadi mungkin mengindikasikan
embolisasi perifer. Melemahnya nadi perifer dapat mengindikasikan penyakit
Neurologis
c. Pemeriksaan Laboratorium
yang tersembunyi, terutama apabila laju ventrikel sulit dikontrol. Satu studi
menunjukkan bahwa elevasi ringan troponin I saat masuk rumah sakit terkait
dengan mortalitas dan kejadian kardiak yang lebih tinggi, dan mungkin berguna
• Enzim jantung seperti CKMB dan atau troponin (infark miokard sebagai
pencetus FA)
d. Elektrokardiogram (EKG)
mencakup laju ventrikel bersifat ireguler dan tidak terdapat gelombang P yang
jelas, digantikan oleh gelombang F yang ireguler dan acak, diikuti oleh kompleks
160-170x/menit.
• Preeksitasi
e. Foto toraks
ditemukan bukti gagal jantung atau tanda-tanda patologi parenkim atau vaskular
Uji latih atau uji berjalan enam-menit dapat membantu menilai apakah
strategi kendali laju sudah adekuat atau belum (target nadi <110x/menit setelah
obat antiaritmia kelas 1C dan dapat digunakan juga untuk mereproduksi FA yang
g. Ekokardiografi
(MRI)
scan atau MRI seringkali berguna untuk mengevaluasi anatomi atrium bila
direncanakan ablasi FA. Data pencitraan dapat diproses untuk menciptakan peta
EKG. Selain itu, alat ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi dosis obat
j. Studi Elektrofisiologi
takikardia QRS lebar, aritmia predisposisi, atau penentuan situs ablasi kuratif.
(European Heart Rhythm Association). Skor ini adalah alat klinis sederhana yang
disebabkan oleh FA, dan diharapkan skor tersebut dapat berkurang seiring dengan
2.8. Penatalaksanaan
merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk AF. Menurut
pengertiannya, kardioversi sendiri adalah suatu tata laksana yang berfungsi untuk
Cardioversion)9,15.
a. Mencegah pembekuan darah (tromboembolisme)
adanya komplikasi dari AF. Pengobatan yang digunakan adalah jenis antikoagulan
atau antitrombosis, hal ini dikarenakan obat ini berfungsi mengurangi resiko dari
Pengobatan yang sering dipakai untuk mencegah pembekuan darah terdiri dari
1. Warfarin
Warfarin diberikan secara oral dan sangat cepat diserap hingga mencapai puncak
di metabolisme dengan cara oksidasi (bentuk L) dan reduksi (bentuk D), yang
2. Aspirin
trombosit (COX2) dengan cara asetilasi dari asam amino serin terminal. Efek dari
dalam trombosit. Hal inilah yang menyebabkan tidak terbentuknya agregasi dari
peningkatan denyut jantung, yaitu obat digitalis, β-blocker dan antagonis kalsium.
1. Digitalis
menurunkan denyut jantung. Hal ini membuat kinerja jantung menjadi lebih
efisien. Disamping itu, digitalis juga memperlambat sinyal elektrik yang abnormal
2. β-blocker
simpatis. Saraf simpatis pada jantung bekerja untuk meningkatkan denyut jantung
dan kontraktilitas jantung. Efek ini akan berakibat dalam efisiensi kinerja jantung.
3. Antagonis Kalsium
kardioversi sendiri adalah suatu tata laksana yang berfungsi untuk mengontrol
a. Amiodarone
b. Dofetilide
c. Flecainide
d. Ibutilide
e. Propafenone
f. Quinidine
2. Electrical Cardioversion
logam (bantalan) ditempatkan pada dada. Fungsi dari terapi listrik ini adalah
mengembalikan irama jantung kembali normal atau sesuai dengan NSR (nodus
sinus rhythm).
3. Operatif
a. Catheter ablation
Prosedur ini menggunakan teknik pembedahan dengan membuatan
darah utma hingga masuk kedalam jantung. Pada bagian ujung kateter terdapat
b. Maze operation
pada maze operation, akan mengahasilkan suatu “labirin” yang berfungsi untuk
c. Artificial pacemaker
KESIMPULAN
adekuat. Pendekatan terapi dengan strategi kontrol laju atau kontrol irama dapat
305.
EGC: 682-712.
EGC: 1418-87.
7. Nasution SA, Ismail D. 2006. Fibrilasi Atrial. Buku Ajar Ilmu penyakit
Muhammadiyah Surakarta.
14. Camm Aj, et UI. Guidelines for the Management of Atrial Fibrillation.
15. Wattigney WA, Mensah GA, Croft JB (2002). "Increased atrial fibrillation