Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ketika berbicara mengenai ayat-ayat yang terkandung di dalam Al-Qur’an,
sebenarnya dari semua ayat yang ada didalam Al-Qur’an tersebut tidak
semuanya memberikan arti/pemahaman yang jelas. Jika ditelusuri, ternyata
banyak sekali ayat-ayat yang masih butuh penjelasan yang lebih mendalam
mengenai hukum yang tersimpan dalam ayat tersebut.
Ini menunjukkan bahwa ternyata ayat-ayat Al-Qur’an itu tidak hanya
memberikan pemahaman secara langsung dan jelas, tetapi ada ayat yang
maknanya tersirat didalam ayat tersebut. Begitu juga dengan ayat Mujmal,
yang mana ayat ini belum jelas maksudnya, apabila tidak ada keterangan lain
yang menjelaskannya. Dan ayat ini berlawanan dengan ayat mubayyan.
Oleh karena itu, agar semua dapat memahami dan mengetahui
hukum/makna yang terdapat didalam ayat-ayat Al-Qur’an, penulis akan
memaparkan sedikit penjelasan guna menambah pemahaman pembaca
mengenai ilmu Al-qur’an. Sebagian aspek tersebut yaitu mengenai Mantuq dan
Mafhum, meliputi pengertian serta pembagian-pembagiannya.

2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu Takwil dan Mantuq
2. Untuk mempelajari lebih dalam lagi apa itu Takwil dan Mantuq
3. Untuk memenuhi tugas sekolah yang diberikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. TAKWIL
Takwil secara etimologi adalah ‫رجع‬.  (kembali). Firman Allah:

‫َوا ْبتِ َغاءتَأْ ِويلِ ِه‬


Artinya: Dan untuk mencari-cari kembaliannya (takwilnya). (QS. Ali Imrân:
7).
 
Maksudnya adalah sesuatu yang dikembalikan kepadanya. Sedangkan
takwil secara terminologi adalah membawa makna lafazh kepada makna lain
yang tidak sama dengan makna zhâhirnya, namun demikian ada kemungkinan
lafazh tersebut mempunyai makna secara zhâhir.
Dzhahir adalah suatu lafadz yang jelas dalalahnya menunjukkan kepada
suatu arti asal tanpa membutuhkan faktor lain diluar lafadz itu.
Takwil yang benar adalah takwil dengan membawa makna lafazh kepada
makna lain karena ada dalil yang menunjukkan kepada makna lain tersebut.
Menurut Shâhibu Al-talwîh, takwil adalah memalingkan makna suatu lafazh
dari maknanya yang zhâhir kepada makna lain yang marjûh karena ada
sesuatu yang menunjukkan kepada makna tersebut. Atau, membawa makna
yang zhâhir kepada makna lain yang memungkinkan. Jika makna lain tersebut
didasari oleh argumentasi tertentu (dalil), maka takwil tersebut dianggap benar.
Jika argumentasi tersebut sekadar praduga, takwil tersebut salah (fâsid), dan
jika tanpa dalil, maka hal tersebut tidak dianggap sebagai takwil, namun justru
memainkan makna lafazh.
Al-zhâhir  dan al-nash  masih ada kemungkinan takwil. Namun demikian,
tidak diperkenankan memalingkan lafazh dari makna zhâhir kepada makna lain
terkecuali terdapat dalil yang menuntut adanya takwil. Dari sini maka takwil
dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama shahîh yang dapat diterima,
kedua fâsid  dan tidak dapat diterima.

2
Takwil dianggap shahîh, jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Lafazh tersebut menerima takwil, yaitu lafazh al–zhâhir atau al-nash.
Sementara al- mufassar dan al-muhakkam tidak menerima takwil.
2. Lafazh tersebut memiliki kemungkinan takwil. Dengan kata lain, masih
ada kemungkinan memiliki makna lain meskipun lemah (marjûh). Jika
lafazh sama sekali tidak ada kemungkinan takwil maka takwil tersebut
dianggap tidak sah.
3. Takwil harus didasari pada pertimbangan dan bukti logis baik yang
bersumber dari nash, qiyas, ijma’, atau hikmah dari tasyri’ dan prinsip
dasar tasyri’ (mabâdi âmmah). Jika takwil tidak bersandar pada bukti yang
dapat diterima maka takwil tersebut fâsid..
4. Takwil tidak boleh bertentangan dengan nash yang sharîh.
Bisa jadi takwil dekat dari pemahaman sehingga dalam menetapkan takwil
tersebut cukup dengan dalil yang paling rendah. Atau, takwil tersebut jauh dari
pemahaman sehingga membutuhkan dalil kuat supaya takwil dapat diterima.
Di antara takwil yang dianggap benar adalah
mengkhususkan (takhshîsh) ungkapan jual beli yang masih bersifat umum,
dengan Sunnah yang melarang terhadap beberapa macam jual beli, seperti
menjual minuman keras, atau sesuatu yang bukan menjadi hak miliknya.
Contoh firman Allah:

‫َوأَ َح َّل هّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَا‬


Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba (QS. Al-Baqarah: 275)
 
Ayat tersebut masih bersifat umum. Namun kemudian ditakhshish dengan
hadits Nabi yang berbunyi:
‫إٍن هللا ورسوله حرم بيع الخمر والميتة والخنزير واألصنام (متفق عليه‬
Artinya: Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamr,
bangkai, daging babi dan berhala. (HR. Muttafaq ‘Alaih)

3
B. MANTUQ
Kata Mantuq secara bahasa berarti sesuatu yang ditunjukkan oleh lafal
ketika diucapkan. Secara istilah dilalah mantuq adalah:
‫داللة المنطوق هي داللة اللفظ على حكم شيئ مذ كور في الكلم‬
“Dilalah mantuq adalah penunjukkan lafal terhadap hukum sesuatu yang
disebutkan dalam pembicaraan (lafal)”.
Dari definisi ini diketahui bahwa apabila suatu hukum dipahami langsung
lafal yang tertulis, maka cara seperti ini disebut pemahaman secara mantuq.
Misalnya, hukum yang dipahami langsung dari teks firman Allah pada surat Al-
Isra’ ayat 23 yang berbunyi :
‫فَاَل تَقُل لَّ ُه َما أُفٍّ َواَل تَ ْن َه ْر ُه َما َوقُل لَّ ُه َما قَ ْواًل َك ِري ًما‬
Artinya: “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka”.
Dalam ayat tersebut terdapat pengertian mantuq dan mafhum, pengertian
mantuq yaitu ucapan lafadz itu sendiri (yang nyata = uffin) jangan kamu
katakan perkataan “ah” atau perkataan yang keji kepada kedua orang tuamu.
Sedangkan mafhum yang tidak disebutkan yaitu memukul dan menyiksanya
(juga dilarang) karena lafadz-lafadz yang mengandung kepada arti, diambil
dari segi pembicaraan yang nyata dinamakan mantuq dan tidak nyata disebut
mafhum. Hal tersebut langsung tertulis dan ditunjukkan dalam ayat ini.
 Para ahli ushul fiqh membagi mantuq kepada dua macam yaitu:
1. Mantuq sharih secara bahasa berarti sesuatu yang diucapkan secara
tegas. Adapun definisi mantuq sharih secara istilah adalah:
‫المنطوق الصريح هوما وضغ اللفظ له فيد ل عليه بالمطابقة او بالتضمن‬
      “Mantuq sharih adalah makna yang secara tegas yang ditunjukkan
suatu lafal sesuai dengan penciptaannya, baik secara penuh atau
berupa bagiannya”
Untuk memahami definisi ini dengan baik perlu dikemukakan
contoh penggunaan dilalah mantuq sharih pada firman Allah surat Al-
Baqarah ayat 275 yang berbunyi :

4
ِّ ‫َوأَ َح َّل هَّللا ُ ا ْلبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
‫الربَا‬
Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”.
Ayat ini menunjukkan secara jelas dan tegas melalui mantuq sharih
tentang kehalalan jual beli dan keharaman riba.
2. Mantuq ghairu sharih secara istilah adalah:
‫المنطوق غير صريح هو مالم يوضع اللفظ له بل هوال زم لما وضع‬
“Mantuq ghairu sharih adalah pengertian yang ditarik bukan dari
makna asli dari suatu lafal, sebagai konsekuensi dari suatu ucapan”
Dari definisi ini jelas bahwa apabila penunjukkan suatu hukum
didasarkan pada konsekuensi dari suatu ucapan (lafal), bukan
ditunjukkan secara tegas oleh suatu lafal sejak penciptaannya, baik
secara penuh atau bagiannya disebut dilalah mantuq ghairu sharih. 
Misalnya dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 233 yang
berbunyi :
ْ ‫َو َعلَى ا ْل َم ْولُو ِد لَهُ ِر ْزقُ ُهنَّ َو ِك‬
ِ ‫س َوتُ ُهنَّ بِا ْل َم ْع ُر‬
‫وف‬
      Artinya: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf”.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa nasab seorang anak dihubungkan
kepada ayah bukan kepada ibu karena tanggung jawab nafkah anak
berada di tangan seorang ayah. Kesimpulan seperti ini diambil dengan
cara mantuq ghairu sharih dari ayat di atas.
 Pembagian Mantuq
Pada dasarnya mantuq ini terbagi menjadi dua bagian, Diantaranya yaitu:
1. Nash, yaitu suatu perkataan yang jelas dan tidak mungkin di ta’wilkan
lagi, dan lafaz yang bentuknya sendiri telah dapat menunjukkan
makna yang dimaksud secara tegas (sarih ), tidak mengandung
kemungkinan makna lain. Seperti  firman Allah dan Al-qur’an surat
Al-Baqarah ayat 196 :

5
“….Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari
(lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang
sempurna…”
Dalam ayat diatas ada kata penyipatan yaitu “sepuluh” dengan
“sempurna” telah mematahkan kemungkinan “sepuluh” ini diartikan
lain secara majaz  (metafora).inilah yang dimaksud dengan nash.
Telah dinukil dari suatu kaum yang mengatakan ,jarang sekali terdapat
mantuq nash  dalam kitab dan sunnah. Disini imam Haramain telah
berpendapat bahwa mereka yang berlebihan tersebut.ia berkata: tujuan
utama dari mantuq nash ialah kemandirian dalam menujukkan makna
secara pasti dengan mematahkan segala ta’wil dan kemungkinan.
Sekalipun jarang dilihat dari bentuk lafaz yang mengacu kepada
bahasa. Akan tetapi, betapa banyak lafaz yang disertai qarimah
haliyah dan maqaliyah.
2. Zhahir, yaitu suatu perkataan yang menunjukkan suatu makna, bukan
yang dimaksud dan menghendaki kepada pentakwilan atau lafaz yang
menunjukkan sesuatu makna yang segera dipahami ketika ia
diucapkan tetapi disertai kemungkinan makna lain yang
lemah (marjuh).
seperti firman Allah SWT dalam surat Ar-Rahman ayat 27 :
‫ َو ْجهُ َربِّكَ ُذو ا ْل َجاَل ِل َواإْل ِ ْك َر ِام‬ ‫َويَ ْبقَ ٰى‬
Artinya: “Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan”.
Wajah dalam ayat diartikan dengan dzat, karena mustahil bagi Allah
mempunyai wajah yang menyerupai seperti manusia.

6
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Takwil ialah memalingkan lafadz dari makna dzahirnya kepada makna yang
lain dan memungkinkan baginya berdasarkan dalil, baik berupa nash, qiyas,
ijma maupun prinsip-prinsip umum bagi pembinaan hukum, sehingga menjadi
jelas.
Mantuq jika ditinjau dari segi bahasa artinya diucapkan. Sedangkan menurut
istilah adalah apa yang ditunjukkan oleh lafadz sesuai dengan yang
diucapakan. Mantuq juga dibagi menjadi dua yaitu Mantuq Nash dan Mantuq
Zihar.
2. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, pembaca diharapkan :
a. Mengetahui apa itu Takwil dan Mantuq
b. Dan mengetahui lebih dalam lagi kaidah-kaidah ushul fiqih
c. Kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
penulisan laporan karya tulis ini dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai