Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN SKILL LAB BLOK 3.

IPM

KELAINAN SISTEM RESPIRASI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
1. KONTRIBUTOR
Koordinator Blok : dr. Patrick , SpKFR
Sekretaris Blok : dr. Huntari Harahap, M. Biomed

2. DAFTAR KOMPETENSI
Daftar kompetensi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
NO DAFTAR PENYAKIT KEMAMPUAN
1 Influenza 4A
2 Pertusis 4A
3 Acute Respiratory distress syndrome (ARDS) 3B
4 SARS 3B
5 Flu burung 3B
Laring dan Faring
6 Faringitis 4A
7 Tonsilitis 4A
8 Laringitis 4A
9 Hipertrofi adenoid 2
10 Abses peritonsilar 3A
11 Pseudo-croop acute epiglottitis 3A
12 Difteria (THT) 3B
13 Karsinoma laring 2
14 Karsinoma nasofaring 2
Trakea
15 Trakeitis 2
16 Aspirasi 3B
17 Benda asing 2
Paru
18 Asma bronkial 4A
19 Status asmatikus (asma akut berat) 3B
20 Bronkitis akut 4A

2
21 Bronkiolitis akut 3B
22 Bronkiektasis 3A
23 Displasia bronkopulmonar 1
24 Karsinoma paru 2
25 Pneumonia, bronkopneumonia 4A
26 Pneumonia aspirasi 3B
27 Tuberkulosis paru tanpa komplikasi 4A
28 Tuberkulosis dengan HIV 3A
29 Multi Drug Resistance (MDR) TB 2
30 Pneumothorax ventil 3A
31 Pneumothorax 3A
32 Efusi pleura 2
33 Efusi pleura massif 3B
34 Emfisema paru 3A
35 Atelektasis 2
36 Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) eksaserbasi 3B
akut
37 Edema paru 3B
38 Infark paru 1
39 Abses paru 3A
40 Emboli paru 1
41 Kistik fibrosis 1
42 Haematothorax 3B
43 Tumor mediastinum 2
44 Pnemokoniasis 2
45 Penyakit paru intersisial 1
46 Obstructive Sleep Apnea (OSA 1

3
Keterangan:
Tingkat kemampuan yang diharapkan dicapai pada akhir pendidikan dokter
Tingkat Kemampuan 1
Dapat mengenali dan menempatkan gambaran-gambaran klinik sesuai penyakit ini
ketika membaca literatur. Dalam korespondensi, ia dapat mengenal gambaran klinik ini,
dan tahu bagaimana mendapatkan informasi lebih lanjut. Level ini mengindikasikan
overview level. Bila menghadapi pasien dengan gambaran klinik ini dan menduga
penyakitnya, Dokter segera merujuk.
Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke
spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya
Tingkat Kemampuan 3
3a. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan,
serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
3b. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan,
serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani
problem itu secara mandiri hingga tuntas.

4
Kompetensi keterampilan klinis dapat dilihat pada bagan berikut (berdasarkan standar
KKI):
NO KETERAMPILAN TINGKAT
KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN FISIK
1 Inspeksi leher 4A
2 Palpasi kelenjar ludah (submandibular, parotid 4A
3 Palpasi nodus limfatikus brakialis 4A
4 Palpasi kelenjar tiroid 4A
5 Rhinoskopi posterior 3
6 Laringoskopi, indirek 2
7 Laringoskopi, direk 2
8 Usap tenggorokan (throat swab) 4A
9 Oesophagoscopy 2
10 Penilaian respirasi 4A
11 Inspeksi dada 4A
12 Palpasi dada 4A
13 Perkusi dada 4A
14 Auskultasi dada 4A
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
15 Persiapan, pemeriksaan sputum, dan interpretasinya 4A
(Gram dan Ziehl Nielsen [BTA])
16 Pengambilan cairan pleura (pleural tap) 3
17 Uji fungsi paru/spirometri dasar 4A
18 Tes provokasi bronkial 2
19 Interpretasi Rontgen/foto toraks 4A
20 Ventilation Perfusion Lung Scanning 1
21 Bronkoskopi 2
22 FNAB superfisial 2
23 Trans thoracal needle aspiration (TINA) 2
TERAPEUTIK
24 Dekompresi jarum 4A
25 Pemasangan WSD 3

5
26 Ventilasi tekanan positif pada bayi baru lahir 3
27 Perawatan WSD 4A
28 Pungsi pleura 3
29 Terapi inhalasi/nebulisasi 4A
30 Terapi oksigen 4A
31 Edukasi berhenti merokok 4A

Keterangan:
Tingkat kemampuan 1 Mengetahui dan Menjelaskan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini, sehingga dapat
menjelaskan kepada teman sejawat, pasien maupun klien tentang konsep, teori, prinsip maupun
indikasi, serta cara melakukan, komplikasi yang timbul, dan sebagainya.
Tingkat kemampuan 2 Pernah Melihat atau pernah didemonstrasikan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
Prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selain itu, selama
pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini.
Tingkat kemampuan 3 Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah
supervisi
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama pendidikan
pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini, dan pernah menerapkan
keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi.
Tingkat kemampuan 4 Mampu melakukan secara mandiri
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
Prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama pendidikan
pernah melihat atau pernah didemonstrasikan ketrampilan ini, dan pernah menerapkan
keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi serta memiliki pengalaman untuk menggunakan
dan menerapkan keterampilan ini dalam konteks praktik dokter secara mandiri.

Catatan:
Tingkat kemampuan tersebut diharapkan dapat dicapai sesuai standar masing- masing pada saat
mahasiswa menyelesaikan pendidikan profesi dokter.

6
4. MATERI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari keterampilan History Taking/ Anamnesis ini, diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Mendapatkan riwayat medis (bio-physical history) secara komplet dan akurat , dengan
tujuan untuk mengenali suatu pola yang bisa mengarah pada suatu penyakit.
2. Menyusun suatu wawancara medis yang efektif dan efisien dalam segi waktu tetapi tetap
dapat meningkatkan proses ”diagnostic reasoning”.
3. Mengikutsertakan pasien dalam suatu proses interaktif, meningkatkan pemahaman
pasien, serta menjaga hubungan baik dengan pasien.

ANAMNESIS
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan berpedoman
pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara anamnesis (The
Sacred Seven).

Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis dengan cara mencari
data :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah identitas pasien,
yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang,
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan yang
membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan, misalnya :
demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan.
Kemudian setelah keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara sistematis dengan menggunakan
tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu :
1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)

7
5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.

Dalam anamnesis alur pikir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan sistematis, sehingga perlu diingat : Fundamental Four & Sacred Seven.
2. Mulai berfikir organ mana yang terkena dan jangan berpikir penyakit apa, sehingga pengetahuan
anatomi dan fisiologi harus dikuasai dengan baik.
3. Anamnesis menggunakan keterampilan interpersonal sehingga dibutuhkan pengetahuan
sosiologi, psikologi dan antropologi.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinya dan sudah
berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit yang relevan dengan keadaan
sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap,
imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita).

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak keluarga
(diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.

4. Riwayat sosial dan ekonomi


Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan pernikahan,
kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau merokok, obat-obatan, aktivitas
seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan).

8
SKENARIO ANAMNESIS

IDENTITAS
Nama : Tn. M
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 60 Tahun
Alamat : Telanai Pura, Jambi
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Status : menikah

KELUHAN UTAMA
Batuk berdarah

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Tn.M datang ke IGD RS.Raden Mattaher dengan keluhan batuk berdarah. Keluhan
dirasakan sejak 1 minggu. Keluhan disertai dengan demam. Bila malam hari, Tn.M sering merasa
berkeringat walapun tidak melakukan aktivitas apapun. Tn.M mengaku sudah 3 bulan ini
menderita batuk yang tidak kunjung sembuh. Awalnya batuk berdahak dengan warna kuning
kehijauan tidak disertai darah. Ia merasa nafsu makannya berkurang dan berat badannya turun 10
kg dalam 3 bulan ini.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien tidak mempunyai riwayat seperti ini sebelumnya

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat sakit yang sama di keluarga (-)

KEBIASAAN DAN LINGKUNGAN


Riwayat merokok (-)
ANAMNESIS SISTEM
Sistem Cerebrovaskuler : demam (+), nyeri kepala (-)
Sistem Kardiovaskuler : berdebar-debar (-)
Sistem Respirasi : sesak nafas (-)
Sistem Gastrointestinal : nafsu makan berkurang, BAK normal
Sistem Urogenital : BAB normal
System Intergumentum : kemerahan dikulit (-), gatal dikulit (-)
Sistem Muskuloskeletal : nyeri sendi (-)

Keterangan :
0 = Tidak dilakukan mahasiswa
1 = Dilakukan, tapi belum sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena situasi
yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario yang sedang dilaksanakan).

9
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN ANAMNESIS/ HISTORY TAKING

SKOR
NO KRITERIA
0 1 2 3
1
Membina sambung rasa
a. Memperlihatkan kontak mata secara wajar
b. Menyapa dengan sopan
c. Mempersilakan duduk dengan yang baik dan sopan
d. Menunjukkan sikap tubuh (posisi, cara duduk) yang baik dan sopan
e. berpakaian sopan
2 Menanyakan identitas pasien
Menanyakan nama (menggunakan namanya dalam sapaan kepada pasien), umur,
alamat-(harus di awal) dan identitas lain pasien yang relevan.

3 Menanyakan dan memastikan keluhan utama


Menggali riwayat penyakit sekarang
a. Menanyakan kapan dan lamanya penyakit (onset dan durasi penyakit
4 b. Menanyakan letak keluhan dan perjalanan penyakit (lokasi, kualitas, kuantitas,
frekuensi, faktor yang memperberat atau meringankan keluhan)
c. Menanyakan akibat penyakit/keluhan dan riwayat pengobatan sebelumnya
(perjalanan penyakit)
Menggali riwayat penyakit dahulu
5
a. Menanyakan keluhan atau penyakit sejenis yang dulu pernah diderita
b. Menanyakan penyakit lain yang dulu [pernah diderita dan sesuai/berhubungan
dengan kemungkinan diagnosis atau diagnosis banding
c. Menanyakan riwayat kesehatan yang berhubungan dari riwayat rawat inap
6 Menggali riwayat penyakit keluarga
a. Menanyakan apakah ada anggota keluarga pasien yang menderita
keluhan/penyakit yang serupa/yang sama (relevan dengan masalah atau
keluhan
b. Menanyakan apakah ada penyakit dalam keluarga yang sifatnya diturunkan
7 Menggali informasi tentang kondisi kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien
a. Menanyakan apakah ada orang di sekitar tempat tinggal pasien yang
menderita keluhan atau penyakit serupa
b. Menanyakan kebiasaan dan lingkungan tempat tinggal pasien jika berperan
dalam timbulnya keluhan/penyakit pasien
8 Melakukan anamnesis system
Menanyaan fungsi fisiologis yang terganggu dari sistem lain dan sistematis (8 sistem)
9 Melakukan cross check atas jawaban yang diberikan oleh pasien atau
Pengantarnya (pada heteroanamnesis)
10 Mencatat dan merangkum data hasil anamnesis secara sistematis

Jumlah Skor 22

10
CHECKLIST
PEMERIKSAAN FISIK PARU
NO KRITERIA SKOR

0 1 2 3
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
2. Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan.
A Anterior (pasien dalam posisi berbaring)
3. Melakukan Inspeksi paru (tanyakan hasilnya)
a. Pola pernafasan, irama, frekuensi
b. Trakea
c. Pergerakan dinding dada
d. Bentuk Thorax
e. Tumor, sikatriks, bekas operasi, spider naevi
f. Posisi paksa
4 Melakukan Palpasi paru (tanyakan hasilnya)
a. Palpasi trakea
b. Pergerakan di dinding dada
c. Nyeri tekan
d. Meraba tanda- tanda adanya tumor, peradangan,
fraktur iga
e. Fremitus taktil
5 Melakukan perkusi paru secara zig-zag (tanyakan
hasilnya)
o perkusi secara simetris pada sisi kiri dan
kanan dada mulai dari apex sampai ke
basal paru- paru
o perkusi dilakukan dua sampai tiga kali
di setiap tempat yang akan diperkusi
b. menentukan batas paru hepar dan
peranjakan
6. Melakukan auskultasi paru secara zig-zag dan

11
sistematis dari apex ke basis paru (tanyakan hasilnya)
a. Anterior : suara nafas, suara nafas tambahan,
fremitus vocal
B Posterior (pasien dalam posisi duduk dengan
menyilangkan kedua lengan di depan dada)
7. Melakukan Inspeksi paru (tanyakan hasilnya)
Tumor, sikatriks, bekas operasi, spider naevi
8. Melakukan Palpasi paru (tanyakan hasilnya)
a. Pergerakan dinding dada
b. Fremitus taktil
9. Melakukan perkusi paru secara zig-zag
perkusi secara simetris pada sisi kiri dan kanan dada
mulai dari apex sampai ke basal paru- paru (tanyakan
hasilnya)
10. Melakukan auskultasi paru secara zig-zag dan
sistematis dari apex ke basis paru (tanyakan hasilnya)
Posterior : suara nafas, suara nafas tambahan,
fremitus vocal
11. Memberi penjelasan tentang hasil pemeriksaan kepada
pasien dan memberitahukan pemeriksaan lanjutan yang
akan dilakukan
12. Menyebutkan diagnosis sementara pasien pada
instruktur/penguji
13. Menyebutkan pemeriksaan penunjang yang harus
dilakukan
Total skor

Pemeriksaan Penunjang TB Paru :


1. Laboratorium darah rutin ( LED normal atau meningkat,limfositosis)
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk
tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua sangat dibutuhkan.
Data ini sangat penting sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai
keseimbangan biologik penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah satu
12
respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi
tingkat penyembuhan penderita. Demikian pula kadar limfosit bisa
menggambarkan biologik/ daya tahan tubuh penderida , yaitu dalam keadaan
supresi / tidak. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah
yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik.
2. Foto thoraks PA dan lateral.gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB,
yaitu :
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
• Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah
• Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
• Bayangan bercak milier
• Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
3. Pemeriksaan sputum BTA
Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi dalam :
a. Tuberkulosis Paru BTA (+)
• Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil
BTA positif
• Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif
dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
• Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif
dan biakan positif
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis
aktif serta tidak respons dengan pemberian antibiotik spektrum luas
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan
biakan M.tuberculosis positif
• Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa

13
Cara pengumpulan dan pengiriman bahan Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi
3 hari berturutturut atau dengan cara:
• Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
• Dahak Pagi ( keesokan harinya )
• Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)

Diagnosis :
Tb Paru Kasus Baru

14
Terapi :
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat
utama dan tambahan.
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Obat yang dipakai:
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
• Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan
simtomatik ialah :
- Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
- Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-
kadang diare

15
- Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan
• Efek samping yang berat tapi jarang terjadi ialah :
- Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop dulu
dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus
- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu dari
gejala ini terjadi,
• INH
Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf
tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi
dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan vitamin B
kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat diteruskan. Kelainan lain ialah
menyerupai defisiensi piridoksin (syndrom pellagra) Efek samping berat dapat
berupa hepatitis yang dapat timbul pada kurang lebih 0,5% penderita. Bila terjadi
hepatitis imbas obat atau ikterik, hentikan OAT dan pengobatan sesuai dengan
pedoman TB pada keadaan khusus
• Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai
pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin)
dan kadangkadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini
kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat.
Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
• Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan
keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan meningkat
seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur penderita.
• Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya
ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian
keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekali

16
terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3
kali seminggu. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa
minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak
karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) Kombinasi dosis tetap ini
terdiri dari : • Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150
mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan • Tiga obat
antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg dan
pirazinamid. 400 mg
3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
 Kanamisin
 Kuinolon
 Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam klavulanat
 Derivat rifampisin dan INH

PADUAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS


Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:
• TB paru (kasus baru), BTA positif atau lesi luas Paduan obat yang
diberikan : 2 RHZE / 4 RH
 Alternatif : 2 RHZE / 4R3H3 atau (program P2TB) 2 RHZE/ 6HE
Panduan ini dianjurkan untuk :
a. TB paru BTA (+), kasus baru
b. TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologik lesi luas (termasuk luluh
paru)
c. TB di luar paru kasus berat Pengobatan fase lanjutan, bila diperlukan dapat
diberikan selama 7 bulan, dengan paduan 2RHZE / 7 RH, dan alternatif
2RHZE/ 7R3H3, seperti pada keadaan:
o TB dengan lesi luas Disertai penyakit komorbid (Diabetes Melitus,
Pemakaian obat imunosupresi / kortikosteroid)
17
o TB kasus berat (milier, dll)

Perhitungan dosis berdasarkan Berat Badan (Kg)


Rifampisin 10 mg/KgBB (8-12 mg/kgBB/hari) = 400 mg
Isoniazid 5 mg/KgBB (4-6 /kgBB/hari) = 200 mg
Pirazinamid 25 mg/KgBB (20-30 mg /kgBB/hari) = 1000 mg
Etambutol 15 mg/KgBB (15-20 mg /kgBB/hari) = 600 mg
Streptomosisn 15 mg/KgBB (15-18 mg/kgBB/hari) = 600 mg

Sediaan dalam bentuk tablet


• Rifampicin : 150, 300, 450, 600 mg/tablet
• Isoniazid : 100, 300 mg/tablet
• Pirazinamid : 500 mg/tablet
• Etambutol : 250, 500 mg/tablet

18

Anda mungkin juga menyukai