Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“INFEKSI SALURAN KEMIH”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK II
1. RANY VERONIKA FUTWEMBUN
2. JERIA OKTOVIANO MANGOLE
3. FLANDEIN FRANS KATTY
4. ORLANDO L SOLAMBELA
5. DEBORA MANOPO
6. HEAVENLY SUOTH

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO


FAKULTAS KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
danhidayahnya-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah KMB II tentang infeksi
salurankencing, dengan baik dan benar meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.

Dan juga kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing
maupunmembantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuankita tentang penyakit ISK. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam kami
membuatmakalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

Oleh sebab itu, kami berharapadanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang.

Manado, 29 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN:
A. Latar belakang................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah................................................................................ 4
C. Tujuan Masalah..................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN:
A. Pengertian............................................................................................. 6
B. Etiologi.................................................................................................. 6
C. Patofisiologi.......................................................................................... 8
D. Manisfestasi Klinis................................................................................ 8
E. Komplikasi............................................................................................. 9
F. Pemeriksa Penunjang............................................................................ 9
G. Penatalaksanaan MediS......................................................................... 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ISK:


A. Pengkajian.............................................................................................. 11
B. Diagnosa................................................................................................ 13
C. Intervensi............................................................................................... 15
D. Implementasi.......................................................................................... 16
E. Evaluasi.................................................................................................. 17

BAB IV PENUTUP:
A. Kesimpulan............................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah infeksi
saluran pernapasan dan dapat menyebabkan stesis (WHO, 2013), prefalensi
infeksi saluran kemih indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data
departement kesehatan RI, penderita infeksi saluran kemih di indonesia berjumlah
90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahun atau sekitar 180.000 kasus baru
pertahun (Depkes RI 2014) infeksi saluran kemih dapat menyerang segala usia
dari bayi hingga lansia baik dari perempuan maupun lakki-laki. Penyebab infeksi
saluran kemih adalah adanya infasi dan perkembangbiakan mikroorganisme
kedalam saluran kemih dalam jumlah yang berkmakna (>105/mL urine).

Bakteri gramnegatif sebagian besar menjadi penyebab infeksi saluran kemih di


antaranya escherichia coli, enterobakter, citrobakter, klebsiella, dan proteus.
Bakteri dalam urine disebut bakteriuria dapat di deteksi secara akurat dengan
kultur urine, namun pengerjaannya mmemerlukan waktu yang cukup lama
sehingga dibutuhkan premeter lain berupa nitrit urine. Bakteri gramnegatif
mereduksi mitrat menjadi mitrit dengan bantuan enzim redupkase setelah bakteri
mengkontaminasi urine minimal selama 4 jam.

Bakteri mempunyai faktor virulensi spesifik untuk menginfeksi uroepitel disebut


dengan bakteri uropatogen dan selanjutnya akan menembus saluran kemih yang
menyebabkan kerusakan jaringan dan infeksi sehingga respon pertahanan tubuh
teraktifasi. Peran sistem imun dalam melawan infeksi mikroorganisme
diantaranya memiliki aktifasi dan mobilisasi sel polimorfonuklear dan makrofag
ketempat infeksi. Hal tersebut menyebabkan adanya peningkatan jumlah leukosit
yang merupakan barier pertahanan tubuh ke sumber infeksi. Peningkatan jumlah
leukosit yang melebihi nilai normal dapat ditemukan dalam urine dan disebut
dengan leukosituria. Leukosituria digunakan sebagai salah satu penanda adanya
infeksi atau peradangan pada saluran kemih yang meliputi ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra. Leukosituria dapat dideteksi salah satunya melalui pemeriksaan
mikroskopi. Jumlah leukosit urine dianggap bermakna apabila ditemukan lebih
dari lima leukosit per lapang pandang besar (LPB).

B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini, maka penulis akan
melakukan pengkajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan infeksi saluran kemih dengan membuat rumusan masalah sebagai
berikut, asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi saluran kemih.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
infeksi saluran kemih.

2. Tujuan Khusus
Ada pun tujuan khusus dari studi kasus ini adalah, penulis mampu:
a) Mampu melaksanakan pengkajian pada asuhan keperawatan dengan
infeksi saluran kemih.
b) Mampuh merumuskan diagnosis pada ausuhan keperawatan dengan
infeksi saluran kemih.
c) Mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan infeksi saluran
kemih
d) Mampuh melaksanakan tindahkan asuhan keperawatan dengan infeksi
saluran kemih
e) Mampu melaksanakan evaluasi pada asuhan keperawatan dengan infeksi
saluran kemih
f) Mampu melaksanakan dokumentasi pada asuhan keperawatan infeksi
saluran kemih

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan asuhan keperawatan tentang infeksi saluran kemih
sehingga dapat di jadikan bahan pertimbangan dalam pemberian pendidikan
kesehatan.

2. Bagi responden
Meningkatkan pengetahuan keluarga ttentang penyakit dan cara perawatan
klien infeksi saluran kemih.

3. Bagi Intansi Pelayanan Kesehatan


Sebagai bahan masukkan dalam upaya mengembangkan ilmu keperawatan dan
sebagai suatu pendekatan pelayanan pada setiap tindahkan yang akan
dilaksanakan klien infeksi saluran kemih.

4. Bagi Pengembangan Ilmu


Dapat digunakan sebagai acuan, gambaran atau masukkan untuk penelitian
selanjutnya, sehingga kekurangan dari peneliti sebelumnya tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan infeksi saluran kemih dapat diperbaiki.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Infeksi saluran kemih atau urinarius troctus infection adalah suatu keadaan adanya
infasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih adalah suatu
keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih.

Infeksi pada saluran kemih tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh
bakteri terutama escherichia coli: resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi
seperti refluksvesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,
pemakaian instrumen, septikemia.

Infeksi saluran kemih adalah satu istilah umum dipakai untuk mengatakan adanya
infasi mikroorganisme pada saluran kemih.

B. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK antara lain;
- Pseudemonas, proteus, klepsiella: penyebab ISK complicated
- Escherichia coli 90% penyebab ISK uncomplicated
- Enterobacter, staphyloccoccus epidemidis, enterococi dll.

2. Prefalensi penyebab ISK pada usia lanjut antara lain:


- Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akhibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
- Mobilitas menurun
- Nutrisi yanng kurang baik
- Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
- Adanya hambatan pada aliran urine
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

C. Patofisiologi
1. Proses penyakit
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius.
Mikroorganisme ini masuk melalui: kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen.
Ada 2 jalur utama terjadi ISK yaitu asending dan hematogen
a. Secara asending:
Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: faktor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki-laki
sehingga insiden terjadi ISK lebih tinggi, faktor tekanan urine saat miksi,
kontaminasi fekal, pemasangan alat kedalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter) adanya dekubitus yang terinfeksi.
b. Secara hematogen:
Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen yaitu adanya bendungan total urine yang mengakhibatkan distensi
kandung kemih, bendungan internal akhibat jaringan.
Pada usia lanjut terjadi ISK ini sering disebabkan:
- Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akhibat pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap.
- Mobilitas menurun
- Nutrisi yang sering kurang baik
- Sistem imunitas yang menurun
- Adanya hambatan pada saluran urine
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakhibatkan
distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini
mengakhibatkan penurunan resistensi terhadap infasi bakteri dan residu kemih
menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakhibatkan
gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen
menyebar keseluruh traktus urinarius.

2. Klasifikasi
Klasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut:
a. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik
irin dari utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi
vekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
b. Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan
sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh
niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui konntak seksual. Uretritis non
gonoreaL adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria
gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamedia frakomatif atau urea
plasma urelytikum.
c. Ginjal (pielonefritis)
Piolonefritis infeksi traktur urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala
ginjal tubulus dan jaringan intertisial dari adalah satu atau kedua ginjal.

Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedahkan menjadi:


1). ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak
baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut
terutama mengenai penderita wanita dan infeksi mengenai mukrosa
superficial kandung kemih.
2). ISK complicated
Sering menimbulkan masalah karena seringkali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resiten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia, spesis. Dan shock. ISK ini terjadi
bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut:
 Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batuk, refleks visiko
uretra obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung
kencing menetap dan prostatitis.
 Kelainan faalginjal: GGA maupun GGK
 Gangguan tahan tubuh
 Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus
spp yang memproduksi urease.

D. Manisfestasi Klinis
Uretritis biasanya memperlihatkan gejala:
1. Mukrosa memerah dan edema
2. Terdapat cairan eksudat yang hurulen
3. Ada ulserasi pada uretra
4. Adanya rasa gatal yang menggelitik
5. Good morning sign
6. Adanya nanah awal miksi
7. Nyeri pada awal miksi
8. Kesulitan untuk memulai miksi
9. Nyeri pada bagian abdomen
Sistitis biasanya memperlihatkan gejala:
1. Bisulria (nyeri waktu berkemih)
2. Peninngkatan frekuensi berkemih
3. Perasaan ingin berkemih
4. Adanya sel-sel darah putih dalam urine
5. Nyeri punggung bawah atau suprapubic
6. Demam yang disertai adannya darah dalam urine pada kasus yang parah.
Pielonefritis akut biasanya memperlihatkan gejala:
1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri pinggang
4. Disuria

E. Komplikasi
1. Prostatitis
2. Epididimis
3. Striktura uretra
4. Sumbatan pada vasoepidinal
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
 Leukosuria atau puria: merupakan salah satu bentuk adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang
besar (LPB) sediment air kemih.
 Hematuria: hematoria positif bila 5-10 eritrosit/ LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerolus atau pun urolitiasis.
2. Bakteriologis
 Mikrokopis
 Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni permiliter urine dari urine
tampung aliran tengah atau dari speciment dalam katetr dianggap sebagai
kriteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
 Tes dipstik multistrip untuk WBC (tes esterase leukosit) dan nitrit (tes
griass untuk pengurangan nitrat). Tes esterase leukosit positif: maka
pasien mangalami piuria. Tes pengurangan nitrat, griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urine normal menjadi nitrit.
 Tes penyakit menular seksual (PMS): Uretritia akut akhibat organisme
menular secara seksual (misal, klamedia trakomatis, neisseria
gonnorhoeae, herpes simplek).
 Tes-tes tambahan: urogram interfena (UIV), Pielografi (IVP),
msitografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan
apakah infeksi akhibat daring abnormalitas traktus urinarius, adanya
batu, masa renal atau abses, hodronerosis atau hiperflasie prostat.
Urogram IV atau evaluasi ultrasonik, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.

G. Penatalaksaan Medis
Penanganan infeksi saluran kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibakterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek
minimal terhadap flora fekal dan fagina.

Terapi infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
 Terapi antibodika dosis tunggal
 Terapi anti biotika konfesional: 5-14 hari
 Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
 Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimikrobia jangka panjang menurunkan resiko pekambuhan
infeksi. Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole
(gastrisim), trimetoprint /sulfametosazole (tpm/smz, baktrim, setra), kadang
ampicilin atau amoxcilin digunakan, tetapi e.coli telah resiten terhadap bakteri
ini.

BAB III
ASUHAN KEEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Data Demografi
1) Biodata
- Nama :-
- Usia :-
- Jenis kelamin :-
- Alamat :-
- Suku dan bangsa :-
- Pendidikan :-
- Status pernikahan :-
- Agama dan keyakinan: :-
- Pekerjaan :-
- Diagnoasa medik : Infeksi Saluran Kemih (I S K)
- Nmor medical record :-
- Tanggal masuk :-
- Tanggal pengkajian :-
- Ruangan :-

2) Penanggung jawab
Nama :-
Usia :-
Jenis kelamin :-
Staus perkawinan :-
Agama :-
Suku bangsa :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Pendapatan :-
Nomor akses :-
Hubungan dengan klien :-

b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan utama
- Riwayat Keluhan Utama
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum klien
 Kesadaran
 Tanda-tanda vital
 Suhu
 Nadi
 Pernapasan
 Tekanan darah

2) Sistem pernapasan
3) Sistem kardiovaskuler
4) Sistem pencernaan
5) Sistem reproduksi
6) Sistem perkemihan
7) Sistem endokrim
8) Sistem mosculosceletal
9) Sistem integumen
10) Sistem syaraf

d. Aktivitas Sehari-hari
1. Nutrisi
2. Personal higine
3. Pola eliminasi
4. Istirahat tidur
5. Aktifitas gerak

e. Data psikososial
f. Data psikologis
g. Data spritual

2. Pengelompokan data
a. Data objektif:
b. Data subjektif:

3. Analisa data
no problem Etiologi simpton
1 Nyeri Kelainan Kongenetal Ds:
a. Klien mengelu nyeri
Kelainan Anotomi saat berkemih
b. Klien mengeluh
Ureter sempit sakit pingga saat
berkemih
Penembunan cairan dan kuman
Do:
Perkembangan kuman a. Ekspresi wajah
meringis.
ISK b. Skala nyeri 4 (0-5)
c. Suhu aksila 37°c
Respon peradangan

Rasa sakit dan panas pada


simpisis di suria

Nyeri
2 Perubahan Adanya mikroorganisme Ds:
nutris kurang a. Klien mengeluh
dari ISK tidak ada napsu
kebutuhan makan
Uretra b. Klien mengeluh rasa
mual dan muntah
Infeksi
Do:
Obstruksi a. Napsu makan
berkurang
Jaringan perut b. Porsi makan tidak
dihabiskan
Distensi nyeri pinggang c. Makan satu per dua
porsi bubur tim
Refleks renointestin

Mual, muntah, anoreksia

Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan
3 Kerusakan ISK Ds:
eleminasi a. Klien mengeluh
urine Respon peradangan nyeri saat berkemih
b. Klien mengeluh
Terjadi peradangan mukrosa sakit pinggang saat
berkemih
Kandung kemih tidak kuat
menampung urine Do:
a. Klien berkemih
Polakisuria urgensi kurang dari normal
(kurang dari 1-2 liter
Kerusakan eliminasi uerine per hari)
b. Warna keabu-abuan
dan bau menyengat
c. Adanya kleukosit,
eritrosit, dan bakteri
dalam urine.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan infeksi straktus urinarius
2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi intake berhubungan dengan
adekuat
3. Definisi perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Resiko difisit volume cairan berhubungan dengan intake tidak adekuat.
C. Intervensi

No Diagnosa NOC NIC


keperawatan
1 Nyeri b/d infeksi Tujuan: nyeri berkurang 1. Melakukan
traktus urnarius dengan kriteria hasil: pengkajian nyeri
1. Mampu mengontrol secara
nyeri (tahu penyebab, komprehensif
mampu termasuk lokasih,
menggunakan teknik karakteristik,
non farmakologi durasi, frekuensi,
untuk mengurangi kualitas, dan faktor,
nyeri, mencari presipitasi
bantuan) 2. Observasi reaksi
2. Melaporkan bahwa nonverbal dari
nyeri berkurang ketidak nnyamanan
dengan 3. Gunakan teknik
menggunakan relaksasi: nafas
management nyeri dalam.
3. Mampu mengenali 4. Berikan analgesik
nyeri (skala, dan antibiotik
intensitas, frekuensi, 5. Ciptakan
dan tanda nyeri) lingkungan yang
4. Tanda-tanda infeksi aman dan nyaman
tidak terjadi, calor (batasi pengunjung,
(panas), dolor (rasa ciptakan suasana
sakit atau nyeri), yang tidak berisik).
rubor (kemerahan), 6. Evaluasi
tumor pengalaman nyeri
(pembengkakan), masa lampau.
functiolaesa 7. Gunakan teknik
(adannya perubahan komunikasi
fungsi) terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien.
8. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
9. Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
10. Tigkatkan istirahat
11. Kolaborasikan
dengan dokter jiika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berasil
12. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruang, pencahayaan
dan kebisingan.
13. Lakukan
pengkajian tanda-
tanda infeksi, calor
(panas), dolor (rasa
sakit atau nyeri),
rubor (kemerahan),
tumor
(pembengkakan),
functiolaesa
(adanya perubahan
fungsi)
14. Lakukan perawatan
kateter
15. Anjurkan ibu atau
keluarga klien
untuk melakukan
hand higine
16. Anjurkan klien
sering untuk
mengganti celana
dalam
2 Resiko gangguan Setelah dilakukan tindahkan 1. Kaji adanya alergi
pemenuhan keperawatan 1x24 jam makanan
kebuttuhan diharapkan asupan nutrisi 2. Kolaborasikan
nutrisi kurang tercukupi dengan kriteria dengan ahli gizi
b/d intake tidak hasil: tentang nutrisi yang
ade kuat 1. Adanya peningkatan dibutuhkan
berat badan sesuai 3. Anjurkan klien
dengan tujuan untuk
2. Tidak ada tanda- meningkatkan
tanda malnutrisi protein dan vitamin
3. Menunjukkan C (minum jus jeruk
peninngkatan fungsi dan mengonsumsi
menelan buah-buahan seperti
4. Tidak terjadi pisang)
penurunan berat 4. Monitor jumlah
badan yang berarti nutrisi dan
kandungan kalori
5. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
6. Menjelaskan
kepada klien
tentang pentignya
makan bagi tubuh
7. Menganjurkan
memberikan
makanan ketika
dalam keadaan
hangat
8. Menganjurkan
memberikan
makanan ketika
dalam bentuk
bervariasi
9. Menganjurkan
memberikan
makanan sedikit
tapi sering
3 Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Mempertimbangkan
perawataan diri keperawatan 1x24 jam di budaya pasien
b/d kelemahan harapkan klien mampu ketika
fisik melakukan perawatan diri mempromosikan
secara mandiri dengan KH : aktivitas perawatan
1. Perawatan diri: diri
aktivitas kehidupan 2. Mempertimbangkan
sehari-sehari mampu ketika
malakukan aktivitas mempromosikan
fisik dan pribadi aktivitas perawatan
secara mandiri diri
2. Perawatan mandi: 3. Menyediakan
mampu untuk akrtikel pribadi
memberikan tubuh yang diingikan
secara mandiri (misalnya
perawatan oral doedorant, sikat
higine: mampu gigi, sabun mandi,
merawat mulut dan sampoh, lation, dan
gigi secara mandiri produk aroma
dengan atau tanpa terapi)
alat mampu 4. Tempatkan handuk,
sabun, dan alat
lainnya yang
dibutuhkan klien
5. Mempersiapkan
sikat gigi dan
membantu untuk
menyikat gigi
6. Menyiediakan
lingkungan yang
terapeutik, santai,
hangat dan personal
7. Memantau
kebersihan kuku
8. Maamntau i
ntergritas kulit
9. Memantau hygine
klien
4 Resiko difisit Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tekanan
volume cairan 1x24 jam diharapkan klien darah, suhu, nadi,
b/d intake tidak masalah kebutuhan cairan dan tekanan darah.
adekuat adekuat dengan KH : 2. Kolaborasikan
3. Tidak ada tanda- dalam pemberihan
tanda dehidrasi cairan IV.
4. Tekanan darah, nadi, 3. Monitor status
suhu tubuh dalam dehidrasi
batas normal (kelembapan
mukosa bibir, nadi
adekuat, nadi) jika
diperlukan.
4. Monitor masukan
makanan / cairan
dan hitung intake
kalori harian.
5. Dorong keluarga
untuk memantau
makan.
6. Monitor status
nutrisi.
7. Dorong masukan
oral.
8. Kolaborasikan
dengan dokter
dalam pemberian
terapi.
9. Memantau tingkat
Hb dan hematocrit.
10. Monitor berat
badan.
11. Memonitor balance
cairan.

D. Implementasi
Adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan kedalam bentuk
intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Setalah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan rencana
tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien terlebih dahulu
melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar tindakan yang akan
diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien, sehingga seluru rencana tindakan
asuhan keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
a. Untuk diagnosa pertama
Nyeri secara terteoritis rencana tindakan keperawatan ada 16 implementasi tapi
yang dapat dilakukan penulis hanya 9 implementasi adalah melakukan penkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan faktor presipitasi.
b. Untuk diagnosa ke dua
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat
secara teoritis ada 9 perencanaan tetapi yang dapat dilakukan penulis ada 8 :
- Mengkaji adanya alergi makanan
- Memantau tentang nutrisi yang dibutuhkan klien
- Menganjurkan klien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
- Memonitor jumlah nutrisi
- Menjelaskan kepada klien tentang pentingnya makan bagi tubuh
- Menganjurkan memberikan makanan ketika dalam keadaan hangat
- Menganjurkan memberikan makanan ketika dalam bentuk bervariasi
- Menganjurkan memberikan makanan sedikit tapi sering
c. Diagnosa ke tiga
Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik secara teoritis ada 9 perencanaan yang
dapat penulis lakukan ada 6 implementasi yaitu :
- Mempertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktifitas
perawatan diri
- Menempatkan handuk, sabun, dan alat lainnya yang dibutuhkan klien
- Menyediakan lingkungan yang terapeutik, santai, hangat, dan personal
- Memantau kebersihan kuku
- Memantau integritas kulit
- Memantau higne klien
d. Diagnosa ke empat
Resiko defisit volume cairan b/d intake tidak adekuat secara teori rencana
tindakan keperawatan ada 11 implementasi yang dapat dilakukan penulis hanya 6
implementasi yang dapat dilakukan yaitu :
- Monitor tekanan darah, suhu, nadi, dan tekanan darah
- Memantau pemberian cairan IV
- Melakukan pemberian terapi
- Memonitor balance cairan
- Monitor masukan makanan
- Mendorong keluarga untuk memantau makanan

E. Evaluasi
Dari empat diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang
penulis temukan dalam melakukan study khasus dan melakukan asuhan keperawatan
kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari
itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal
memerlukan kerja sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim
kesehatan lainnya.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan dengan diagnosa infeksi
saluran kemih
1. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi saluran kemih (ISK)
dapat dilakukan dengan baik dan tidak ada mengalami kesulitan dalam
mengumpulkan data

2. Diagnosa
Pada diagnosa asuhan keperawatan pada klien infeksi saluran kemih didapatkan
empat diagnosa.

3. Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi saluran kemih ada
yang dapat diterapkan di rumah sakit dan ada yang tidak dapat diterapkan ri
rumah sakit.

4. Implementasi
Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi saluran kemih ada
yang dapat dilakukan dirumah sakit dan ada yang tidak dapat dilakukan di rumah
sakit dikarenakan ada sebagian sudah dilakukan oleh perawat di ruangan seperti
pemasangan infus dan pemberian terapi.

5. Evaluasi
Pada klien dengan infeksi saluran kemih dapat dilakukan dan dari empat diagnosa
tersebut semua masalah dapat teratasi dan pasien sudah di izinkan pulang oleh
dokter.

B. SARAN
1. Bagi penulis
Diharapkan bagi penulis agar dapat mencari tau memberikan lebih banyak lagi
pengetahuan tentang infeksi saluran kemih sehingga penulis bisa memberikan
pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai infeksi saluran kemih, bagaiman
penyebab dan juga car pencegahan pada penyakit tersebut

2. Bagi instusi pendidikan


Menjadi sumber referensi yang baik dalam memahami tentang infeksi saluran
kemih dan juga menjadi acuhan untuk asuhan keperawatan pasien dengan infeksi
saluran kemih.

3. Bagi rumah sakit


Untuk mencegah meningkatnya infeksi saluran kemih sebaginya pasien diberikan
informasi yang memadai mengenai infeksi saluran kemih itu sendiri dan aspeknya
dengan diperolehnya informasi yang cukup maka pencegahan dapat dilakukan
dengan segera. Dan adapun untuk pasien yang telah mengalami atau menderita
infeksi saluran kemih maka harus segara dilakukan perawatan yang intensif.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC. Yogyakarta:Medication
Departemen Kesehatan RI 2014, waspada infeksi saluran kemih:
http:/ww.depkes.go.id/index.php/wasada+infeksi+saluran+kemih/. Diakses tanggal 02 maret
2016.
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasikanperawat pasien. Alih Bahasa : I Made Kariasa, Ni made Sumarwati.
Edisi : 3 Jakarta:EGC.
Enggram, Barbara.(1998).Rencana Asuhan Keperawatan
Nugroho, Wahyudi.(2000). Keperawatan Gerontik. Edisi:2. Jakarta:EGC.
Parsudi, Imam A.(1999).Geriatri(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:FKUI
Price, Sylvia Andrson.(1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit:pathophysiologi clinical concept of diseaseprocesses. Alih Bahasa : Peter Anugrah.
Edisi:4 Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & suddart.
Alih Bahasa: Agung Waluyo. Edisi :8 Jakarta :EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto.(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Infeksi Saluran
Kemih. Edisi :3 Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai