Pembayaran PPH Pasal 21
Pembayaran PPH Pasal 21
Salah satu jenis SPT Masa yang dikecualikan pelaporan adalah SPT Masa Nihil
untuk Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21/26, kecuali karena adanya Surat
Keterangan Domisili (Certificate of Domicile), SPT Masa PPh Pasal 21/26 nihilnya masa
Desember, dan adanya potongan PPh Pasal 21/26 final.
SPT Masa PPh Pasal 21/26 masa Desember yang jatuh tempo pelaporannya paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya atau 20 Januari tahun berikutnya menjadi wajib
untuk dilaporkan. Hal ini menjadi perhatian penting untuk para wajib pajak yang selama
ini lebih banyak tidak menyampaikan SPT Masa PPh 21 dikarenakan nihil.
Kenapa SPT Masa PPh 21 masa Desember diwajibkan untuk dilaporkan meskipun status
pembayarannya nihil? Dikarenakan SPT Masa PPh 21 masa Desember terdapat
rekapitulasi penghasilan aktual, sehingga laporan SPT Masa Pph 21 Bulan Desember
bisa mengakomodasi kasus kurang bayar maupun lebih bayar.
Secara garis besar, SPT Masa PPh 21 masa Desember seperi pengganti SPT Tahunan
PPh Pasal 21 yang kini telah ditiadakan sehingga diwajibkan untuk disampaikan.
Perhitungan SPT Masa PPh 21 masa Desember berbeda dengan penghitungan SPT
Masa PPh pasal 21 masa Januari - November. Kalau untuk penghitungan di bulan selain
Desember, PPh Pasal 21 didapat dari hasil yang dirata-ratakan. Pada bulan Desember
penghitungannya adalah akumulasi pajak dalam setahun berdasarkan penghasilan riil
(yang diterima).
Perbedaan pengisian SPT Masa PPh 21 bulan Desember dengan selain Desember
adalah pengisian formulir Lampiran-I (1721-I) sebanyak 2x.
Isian kedua ini berbeda dari bulan-bulan sebelumnya yang merupakan rekapitulasi
penghasilan selama satu tahun penuh (Januari - Desember) dengan memilih kolom
"SATU TAHUN PAJAK".
Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 masa Desember paling lambat dilakukan pada
tanggal 20 bulan berikutnya atau Januari tahun berikutnya dan telah diwajibkan
menggunakan e-filling PPh 21/26 sesuai aturan yang tercantum dalam pasal 8 ayat 6
PMK-09/PMK.03/2018 mulai berlaku sejak 1 April 2018.
Selain memotong dan melaporkan PPh Pasal 21, perusahaan/pemberi kerja juga wajib
membuat bukti potong PPh Pasal 21 (1721-A1 untuk non Pegawai Swasta, 1721-A2
untuk PNS, TNI, Polri). Bukti potong ini yang akan dijadikan dasar pegawai / karyawan
untuk membuat laporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi.
Jenis pegawai yang wajib dibuatkan bukti potong 1721 A1 atau A2 adalah pegawai
tetap, penerima pensiun, penerima tunjangan hari tua, dan penerima jaminan hari tua
berkala.
Periode pembuatan bukti potong adalah akhir bulan Desember atau paling lambat bulan
Januari tahun berikutnya untuk pegawai yang bekerja sampai dengan akhir tahun. Jika
tidak sampai dengan akhir tahun, maka bukti potong PPh Pasal 21 diberikan pada bulan
terakhir atau paling lambat bulan berikutnya setelah berakhirnya periode penerimaan
penghasilan.
Menu pembuatan bukti potong sudah disediakan dalam aplikasi e-SPT Masa PPh Pasal
21/26. Setelah data-data terisi dengan lengkap dan benar, pemberi kerja dapat
mencetak bukti potong sesuai dengan nama pegawai, masa kerja dan jumlah pajak
yang telah dipotong.
Pembuatan SPT Masa Desember berbeda dengan bulan lainnya, dan kewajiban
tambahan pembuatan bukti potong 1721 tidak bisa dilepaskan. Demi efisiensi dan
efektifitas, selayaknya dilakukan pada saat yang bersamaan. (*)
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi
penulis bekerja.
Cara Pelaporan Pajak PPh 21 Online
Surtan Siahaan | 92224 views
Walaupun pada saluran resmi e-Filing lainnya juga dapat melakukan pelaporan pajak
PPh 21 online, namun bila Anda melakukan e-Filing PPh 21 pada aplikasi pajak yang
terintegrasi dan otomatis, tentu akan semakin menghemat waktu Anda dalam
penuntasan kewajiban pajak karyawan Anda. Apalagi jika Anda harus menghitung PPh
21 karyawan dalam jumlah yang banyak untuk satu perusahaan. Tentu menghitung
satu per satu menggunakan excel akan melelahkan. Sehingga solusinya adalah
menggunakan aplikasi pajak yang terintegrasi untuk hitung, setor, dan lapor pajak
seperti aplikasi OnlinePajak. Berikut ini adalah cara pelaporan pajak PPh 21 online
di aplikasi OnlinePajak.
Sebelum membahas mengenai cara pelaporan pajak PPh 21 online, mari kenali dulu
fitur-fitur yang dapat mempermudah e-Filing PPh 21 Anda di OnlinePajak, yaitu:
Selesai dengan perhitungan PPh 21, Anda dapat langsung buat ID Billing, dan
setor PPh 21 online dengan menggunakan fitur PajakPay. Caranya cukup
konfirmasi akun virtual Anda, tambah saldo di akun virtual tersebut, lakukan
setor pajak dengan 1 klik saja, dan dapatkan bukti pembayaran (Nomor
Transaksi Penerimaan Negara/NTPN). OnlinePajak bekerja sama dengan bank
persepsi (bank resmi yang mendapatkan izin dari Bank Indonesia untuk
menyalurkan pembayaran pajak ke kas negara), sehingga NTPN yang Anda
terima sah dari negara.
OnlinePajak juga menyediakan SPT Masa PPh 21 yang dapat terisi otomatis
setelah Anda menyelesaikan perhitungan PPh 21. Setelah mendapatkan SPT
Masa PPh 21 tersebut, Anda langsung melakukan e-Filing dengan 1 klik dan
mendapatkan bukti pelaporan pajak (BPE/NTTE) Anda. Sebagai mitra resmi DJP,
maka BPE/NTTE yang Anda terima sah dari DJP.
Setelah memahami fitur-fitur andalan OnlinePajak, mari selanjutnya ikuti cara pelaporan
pajak PPh 21 online berikut ini. Di OnlinePajak, Anda dapat melakukan e-Filing PPh 21
dengan 3 metode, yaitu:
2. e-Filing CSV
Fitur efiling pajak dengan mengunggah file CSV Pelaporan PPh 21 yang
didapatkan dari software e-SPT.
Fitur efiling pajak untuk perusahaan berskala besar yang perlu lapor SPT online
secara praktis dan hemat waktu dengan melakukan lapor SPT online
untuk beragam NPWP perusahaan dan jenis pajak secara serempak. Fitur ini
merupakan fitur premium yang dikenakan biaya.
Cara pelaporan pajak online PPh 21 dapat dilakukan secara terintegrasi mulai dari
hitung pajak otomatis, buat ID Billing, dan setor pajak online dengan 1 klik.
Daftar/akses melalui fitur eFiling Pajak OnlinePajak, lalu pilih menu PPh 21.
Selanjutnya:
o TIPS:
Jika Anda baru pertama kali lapor SPT online di OnlinePajak, pastikan
Anda telah memiliki EFIN Badan dan mendaftarkannya di menu
"Pengaturan e-Filing", serta melengkapi profil perusahaan Anda. Langkah
ini cukup sekali, untuk kemudahan seterusnya.
Selanjutnya klik tombol "Lapor". Bila status belum terlapor, jangan unggah
ulang file CSV karena pelaporan SPT tengah diproses. Sedangkan jika status
berhasil terlapor, Anda bisa melihat status "Lihat BPE".
Unduh Bukti Penerimaan Elektronik (BPE) Anda untuk melihat NTTE (Nomor
Tanda Terima Elektronik) dan waktu pelaporan Anda. Tanggal pelaporan yang
tertera pada BPE Anda adalah tanggal saat Anda klik "Lapor".
Tingginya lalu lintas data pada waktu bersamaan yang mengakses situs DJP untuk e-
Filing, sering kali menimbulkan kendala. Selain itu, kendala-kendala ditimbulkan dari
ketidakpahaman wajib pajak. Sebelum kami memberikan tips cara e-Filing PPh 21 yang
tepat, mari kenali risiko kendala-kendala yang dapat terjadi terlebih dahulu pada cara
lapor pajak online badan yang Anda lakukan.
KENDALA YANG SERING DIHADAPI SAAT LAPOR PAJAK ONLINE
Saat kewajiban e-filing untuk lapor SPT PPh 21/26 berlaku pada 1 April 2018,
wajib pajak tidak bisa lagi lapor melalui KPP. Konsekuensinya, cara lapor SPT
online akan meningkat drastis. Karena lonjakan pengunjung, bisa saja server DJP
down yang mengakibatkan laman DJP Online tidak dapat diakses.
Di saat tenggat waktu pelaporan pajak sudah dekat, ada kalanya aplikasi
perpajakan yang Anda gunakan butuh di-update atau diinstalasi ulang. Padahal,
untuk update dan menginstalasi ulang aplikasi seringkali memakan waktu tak
sebentar. Selain prosesnya memakan waktu, salah memilih aplikasi pajak
membuat Anda harus mengeluarkan uang setiap kali terdapat pembaruan versi.
3. Salah Bayar
Tidak jarang Anda harus melakukan membayar pajak karena adanya kurang
bayar pada SPT. Karena tidak ada fitur bayar pajak online pada aplikasi yang
Anda pakai, Anda pun harus mencari ATM atau menggunakan SMS/internet
banking. Karena terburu-buru, bisa saja Anda salah melakukan pembayaran
karena keliru mencatat atau memasukkan ID billing. Bila ini terjadi menjelang
batas pelaporan, bisa saja Anda telat menyampaikan SPT.
Pengguna saluran e-Filing lainnya kadang menerima bukti BPE dengan tanggal
lapor tidak sama dengan waktu lapor sebenarnya. Akibatnya, wajib pajak
dinyatakan telat lapor dan harus terkena sanksi. Situasi ini biasanya terjadi ketika
terjadi lonjakan pengunjung yang cukup drastis.
Salah pilih aplikasi e-filing juga dapat mengkonsumsi waktu pelaporan pajak
Anda. Karena itu pastikan Anda menggunakan aplikasi efiling pajak yang
menawarkan solusi yang tepat.
OnlinePajak sebagai salah satu dari 5 saluran resmi untuk e-filing SPT PPh Pasal
21 / 26 menawarkan solusi yang menjadi keunggulan-keunggulannya yaitu:
o Gratis Selamanya
Proses kerja jadi lebih mudah karena tidak perlu berganti aplikasi mulai
dari hitung PPh 21 secara otomatis, buat ID billing, pembayaran pajak
hingga e-filing. Semua cukup dilakukan menggunakan satu aplikasi
OnlinePajak.
Tidak perlu takut bukti laporan pajak Anda hilang atau rusak. BPE
elektronik yang dikeluarkan OnlinePajak tersimpan dalam waktu yang
lama.
Apakah Anda menggunakan file CSV dari OnlinePajak atau dari software
e-SPT dan mengimpornya ke OnlinePajak, Anda tetap bisa melakukan
efiling pajak online cukup satu klik, SPT Anda disampaikan ke DJP secara
online tanpa perlu antre di KPP.