Buku Meeting Costing Revisi
Buku Meeting Costing Revisi
PANDUAN PEMBIAYAAN
IMPLEMENTASI
PROGRAM PENYELAMATAN IBU DAN
BAYI BARU LAHIR
LAHIR DI INDONESIA
DAFTAR ISI
BABI ………………………………………………………………………………………………………………………….. 1
PENDAHULUAN .……………………………………………………………………………………………………………. 1
BAB II FOKUS INTERVENSI PROGRAM PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR (EMAS)…….. 3
1. Advokasi Program untuk Penyamaan Persepsi Tentang Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru
Lahir ………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 8
i
4. Pertemuan Berkala POKJA ………………………………………………………………………………………………………… 15
5.2 Keluaran Fasilitasi Maklumat Pelayanan dan Pengelolaan Umpan Balik ……………………….. 16
5.3 Peserta Pertemuan ……………………………………………………………………………………………………….. 17
6.5. Biaya……………………………………………………………………………………………………………………………… 19
7. Lokakarya Penyusunan Rencana Kerja Forum Masyarakat Madani ……………………………………………. 20
ii
9.3 Peserta Pertemuan ………………………………………………………………………………………………………. 22
10. Pertemuan Umpan Balik dari Masyarakat: Penyusunan Citizen Report Card (CRC) atau yang
10.1. Tujuan……………………………………………………………………………………………………………………...……. 23
10.3. Biaya……………………………………………………………………………...………………………………………………. 25
BAB IV PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KEGAWAT-DARUTAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR
MELALUI PENDAMPINGAN KLINIS DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS ………………………37
1. Membangun Komitmen Standarisasi Tata Kelola Klinis di Rumah Sakit dan PUSKESMAS …………. 39
2. Workshop pengenalan alat bantu penilaian kinerja Klinis untuk Rumah Sakit dan Puskesmas … 42
iii
4.. Kegiatan Pendampingan Awal …………………………………………………………………………………………………….. 46
iv
8.2.3. Peserta Pertemuan ……………………………………………………………….…………………………….. 58
BAB V PENGUATAN SISTEM RUJUKAN GAWAT DARURAT MATERNAL DAN NEONATAL ………….79
1. Pertemuan Penyusunan MOU Rujukan antara Fasilitas Layanan Primer dengan Layanan
Sekunder …………………………………………………………………………………………………………………………………….79
1.1. Tujuan Kegiatan …………………………………….……………………………………………………………………….80
v
2. Workshop Pengenalan iImplementasi Alat Pantau Kinerja Rujukan ….……………………………..………… 82
PROGRAM ……………………………………………………………………………………………………… 95
vi
2.4. Luaran ………………………………………………………………………………….………………..……………………. 100
3. Implementasi dan Monitoring Si Jari EMAS EMAS, SIGAPKU dan SIPPP ………………………………….. 101
vii
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2 Manfaat Langsung, Tidak langsung serta Tantangan dan Mitigasi berdasarkan
Pengalaman pelaksanaan intervensi Pemberdayaan Akuntabilitas.
Tabel 4 Manfaat , Tantangan dan Mitigasi Pembimbingan Klinis di Rumah Sakit &Puskesmas
ix
x
GLOSSARY
AKB Angka Kematian Bayi
AKI Angka Kematian Ibu
AKN Angka Kematian Neonatal
AMP Audit Maternal-Perinatal
ASI Air Susu Ibu
BBL Bayi Baru Lahir
BOK Biaya Operasional Kesehatan
BPJS Badan Pembiayaan Jaminan Sosial
CFR Case Fatality Rate
C&P Consultation & Participation
CRC Citizen Report Card
CSO Civil Society Organization
EMAS Expanding Maternal and Neonatal Survival
Faskes Fasilitas Kesehatan
FMM Forum Masyarakat Madani
GP Gerakan Pemuda
GOW Gabungan Organisasi Wanita
Humas Hubungan Masyarakat
IBI Ikatan Bidan Indonesia
ICU Intensif Care Unit
IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI Ikatan Dokter Indonesia
IGD Instalasi Gawat Darurat
IIDI Ikatan Istri Dokter Indonesia
IT Information Technology
K2 Kunjungan ke-2
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
KNPI Komite Nasional Pemuda Indonesia
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MOU Memorandum of Understanding
MKIA Motivator Kesehatan Ibu dan Anak
xi
Nifas Ibu baru melahirkan
NU Nahdatul Ulama
Obgyn Obstetri & Gynaegology
OK Operatie Kamer (Ruang Operasi)
ORMAS Organisasi Masyarakat
P2 Pendampingan ke-2
P3 Pendampingan ke-3
P4 Pendampingan ke-4
Perinatologi Ilmu Kesehatan Bayi Baru Lahir
PKK Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
PDCA Plan Do Check Action
POGI Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
POKJA Kelompok Kerja
PONED Pelayanan Obsetri dan Neonatal Emergensi Dasar
PONEK Pelayanan Obsetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif
RS Rumah Sakit
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
RTL Rencana Tindak Lanjut
SBMR Standard Based Management Recognition
Sekda Sekretaris Daerah
SI JARI EMAS Sistem Informasi Jejaring Rujukan Expanding Maternal And Newborn Survival
SIGAPKU Sistem Informasi Gerbang Aspirasi Pelayanan Kesehatan Publik
SIPP Sistem Informasi Penguatan dan Pembelajaran
SIPPP Sistim Informasi Penguatan Pembelajaran dan Performa
SIM Subscriber Identity Module
SK Surat Keputusan
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
SMF Staf Medis Fungsional
SMS Short Message Services
SPO Standard Prosedur Operasional
SPSI Serikat Pekerja Seluruh Indonesia
TP-PKK Tim Pusat Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
xii
UN United Nations
UPTD Unit Pelaksana Teknis Daerah
VK Verlos Kamer (Ruang Bersalin)
Wadir Wakil Direktur
xiii
xiv
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ungkapan terima kasih atas semua
upaya teman-teman dari berbagai sektor dan organisasi yang telah memberikan
kontribusi yang terbaik dalam upaya Peyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia
khususnya di daerah kerja Program EMAS yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Panduan ini dikembangkan dengan pengalaman langsung di Jawa Barat dan telah
dicoba dengan menyesuaikan dengan standar biaya Jawa Barat. Dari pengalaman Jawa
Barat maka pengalaman ini dihasas bersama dengan Provinsi lain dan juga Kementerian
Kesehatan serta Organisasi penyandang dana bantuan. Setelah beberapa kali pertemuan
pembahasan maka Panduan ini diharapkan dapat digunakan oleh Kabupaten/kota atau
fasilitas kesehatan yang ingin mereplikasi pendekatan mentoring dalam upaya
penyelamatan ibu dan bayi baru lahir sesuai dengan standar biaya masing-masing
daerah.
Saya berharap semoga Panduan ini bermanfaat dan dapat dijadikan Panduan bagi
Kabupaten/Kota untuk mendukung pembiayaan implemantasi penyelamatan ibu dan
bayi baru lahir dalam upaya mendukung strategi nasional percepatan penurunan
kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia. Formula perhitungan biaya dilampirkan
dalam bentuk CD.
Akhirnya, semoga panduan ini juga dapat diakui untuk digunakan dalam program
Kementerian Kesehatan.
Terima kasih
Anne Hyre
Chief of Party
xv
xvi
DRAFT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) yang selanjutnya disebut Program
Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir merupakan program bantuan teknis USAID kerjasama dengan
Pemerintah Indonesia selama kurun waktu 5 tahun (2011-2016). Program EMAS difokuskan di 6 Provinsi,
setidaknya di 30 Kabupaten/Kota pada 150 RS dan 300 PUSKESMAS yang bertujuan untuk memberikan
kontribusi setidaknya sebesar 25% untuk penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir secara nasional di
Indonesia melalui peningkatan mutu pelayanan emergensi maternal dan neonatal di pelayanan primer
dan sekunder serta meningkatkan efektifitas dan efisiensi system rujukan. Suatu target pencapaian yang
tidak mudah sehingga diperlukan kerjasama dan dukungan dari semua pihak. Apalagi hasil SDKI 2012
menunjukkan angka kematian ibu justru meningkat tajam menjadi 359 dari hasil SDKI 2010 sebelumnya.
Sampai tahun 2015 ini program EMAS telah memasuki tahun keempat, banyak kegiatan yang telah
dilakukan menunjukkan hasil yang menggembirakan terutama pada beberapa indikator kinerja program
serta perubahan perilaku petugas kepada pemberian pelayanan yang berkualitas sesuai standar yang ada.
Beberapa kabupaten/kota bahkan telah melakukan replikasi pendekatan program EMAS karena
menganggap sangat bermanfaat dalam memperbaiki sistem rujukan dan mutu pelayanan di fasilitas
pelayanan primer maupun sekunder utamanya dalam penanganan emergensi maternal dan neonatal.
Melihat besarnya keinginan daerah untuk mereplikasi Program EMAS dalam upaya Penyelamatan Ibu dan
Bayi Baru Lahir, maka perlu disusun Panduan Pembiayaan kegiatan yang dapat menjadi acuan setiap
1
Oleh karena itu buku panduan ini disusun agar Kabupaten/Kota yang akan melaksanakan Program
Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir yang bermaksud mengadopsi pendekatan Program EMAS dapat
memperoleh gambaran lengkap tentang tahapan kegiatan berikut pembiayaannya untuk memudahkan
dari sisi perencanaan dan penganggarannya. Untuk pertimbangan efesiensi dan efektifitas, beberapa
kegiatan dapat dilaksanakan secara terintegrasi, bersamaan dengan digabungkan antara satu kegiatan
dengan kegiatan lainnya. Oleh karena itu untuk memudahkan pelaksanaan berbagai kegiatan,
pemahaman konsep dan tahapan program secara utuh sangat diperlukan agar dapat disesuaikan dengan
Sebagai acuan atau pedoman bagi kabupaten/kota yang berminat untuk mengadopsi atau mereplikasi
program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir dengan fokus intervensi pada kasus kegawatdarutan
maternal dan neonatal dalam rangka mempercepat upaya penurunan AKI/AKB disetiap kabupaten/kota.
3. Sasaran Pengguna
Pemerintah Kabupaten/Kota
Instansi teknis seperti Dinas Kesehatan, RSU, Puskesmas, dll
Donor/NGO, dll
2
BAB II
Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (EMAS) difokuskan pada upaya peningkatan kualitas
pelayanan dan sistem rujukan pelayanan kasus kegawatdaruratan serta upaya penguatan, pembinaan dan
intensif atau mentoring dari fasilitas yang sudah memenuhi standard kepada fasilitas yang memerlukan
perbaikan mutu pelayanan khsususnya dalam penanganan kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir.
Secara garis besar Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (EMAS) terbagi atas 3 kelompok
1. Upaya peningkatan kualitas pelayanan kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir atau komponen
2. Upaya peningkatan efisiensi dan efektifitas sistem rujukan atau penguatan sistem rujukan.
3. Upaya peningkatan akuntabilitas pelayanan (kebijakan dan sumberdaya)
3
Ketiga upaya tersebut saling terkait satu sama lain dan oleh karena itu untuk mencapai hasil yang
maksimal maka harus dilaksanakan secara terpadu dan terintergrasi untuk setiap upaya tersebut.
Dukungan dan kerjasama para stakeholder, instansi teknis, korporasi atau swasta maupun masyarakat
melalui organisasi masyarakat sipil (OMS) sangat diperlukan terutama untuk mendorong terciptanya
transparansi dan akuntabilitas di berbagai tingkatan pelayanan dengan pemanfaatan sumber daya
Secara detail setiap upaya yang dilakukan berdasarkan pendekatan EMAS tersebut telah terangkum
dalam berbagai panduan implementasi yang disusun berdasarkan pengalaman dan pembelajaran dari
berbagai kabupaten/kota bantuan teknis Program EMAS. Bagi Kabupaten /Kota yang akan mengadopsi
atau menerapkan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir dapat memulai dari skala kecil misalnya
satu atau beberapa fasilitas kemudian dikembangkan ke cakupan yang lebih luas. Meski demikian d
ibeberapa kabupaten/kota bantuan teknis EMAS ada juga yang langsung melakukan intervensi secara
“total coverage” dengan sekaligus melibatkan semua faskes yang ada di daerahnya
Panduan ini dikembangkan berdasarkan pengalaman Provinsi Jawa Barat, Provinsi Sumatera Utara dan
Provinsi Banten dalam melaksanakan berbagai kegiatan untuk Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir.
Namun pengalaman implementasi dari setiap kegiatan tetap bersumber dari pengalaman 6 provinsi fokus
Berikut ini contoh dari Provinsi Jawa Barat yang mencoba menghitung dan mengusulkan pembiayaan
program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir yang dalam prosesnya melibatkan unsur pemerintah
provinsi dan kabupaten sejak awal dalam proses perencanaan. Keterlibatan Dinkes Provinsi dan
Kabupaten sejak awal berdampak pada peningkatan penganggaran kegiatan atau program yang dibiayai
4
Gambar 2. Logframe yang dikembangkan oleh Jawa Barat
Pengalaman menunjukkan bahwa upaya peningkatan kualitas pelayanan maupun penguatan sistem
rujukan akan lebih cepat terjadi bilamana upaya peningkatan akuntabilitas pelayanan publik dapat
dilakukan lebih awal. Oleh karena itu pada pembahasan berikutnya akan dimulai dengan bagaimana
membangun transparansi dan akuntantabilitas pelayanan berikut ini (BAB. III)
5
6
BAB III
Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir akan dapat berlangsung terus dan menjadi bagian dari
Pembangunan Kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota bila didukung oleh transparansi dan
akuntabilitas pelayanan kesehatan. Selain itu aspek transparansi dan akuntabilitas bisa menjadi landasan
utama dalam membangun atau melakukan upaya lainnya. Membangun transparansi dan akuntabilitas
dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir akan mempercepat penurunan AKI dan AKN yang
pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Membangun transparansi
dan akuntabilitas dilakukan melalui penguatan Kebijakan Publik,, termasuk monitoring pelaksanaan
Pengalaman dari kabupaten/kota bantuan teknis Program EMAS dalam membangun transparansi dan
1. Workshop penyamaan persepsi tentang Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir.
7
4. Pertemuan evaluasi program secara berkala POKJA
5. Pertemuan penyusunan Maklumat Pelayanan dan mekanisme umpan balik oleh Faskes
10. Pertemuan ujicoba umpan balik dari masyarakat melalui Citizen Report Card (CRC) atau mekanisme
lain yang sesuai dengan kebutuhan lokal
Ringkasan tahapan, bentuk, tujuan dan sasaran kegiatan, untuk membangun transparansi dan
akuntabilitas pada Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di tingkat Kabupaten/Kota dapat
Kerangka acuan atau (TOR) yang berisi secara detail kegiatan, latar belakang, tujuan, bentuk kegiatan dan
estimasi pembiayaan dapat dilihat dalam rincian berikut ini, sedangkan rincian pembiayaan dalam
1. Advokasi Program untuk Penyamaan Persepsi Tentang Program Penyelamatan Ibu dan Bayi
Baru Lahir
1.1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah membangun sistem yang mendukung pelaksanaan
program melalui:
1. Penyamaan persepsi upaya Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir yang dituangkan pada
program kerja organisasi.
2. Disepakatinya struktur organisasi dan pola kerjasama pada implementasi program baik
Bentuk kegiatannya adalah Lokakarya yang dilaksanakan selama dua hari penuh atau dapat
8
1.3. Peserta Lokakarya
Peserta lokakarya adalah mereka yang terkait dengan kebijakan maupun teknis operasional
program penurunan AKI dan AKN di Kabupaten/Kota ditambah dengan beberapa PUSKESMAS
yang akan menjadi daerah uji coba tahun pertama (dalam anggaran yang dihitung adalah untuk
5 PUSKESMAS)
4. Kepala Seksi yang bertanggung jawab terhadap pembinaan PUSKESMAS di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota (1orang)
6. Kepala Seksi yang bertanggung jawab terhadap pembinaan PUSKESMAS di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota (1 orang)
7. Pengelola Program Terkait Upaya Penurunan AKI dan AKI (cikal bakal FMM) di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ( 2 orang)
16. Peserta lain yang dinilai dapat memberikan kontribusi positif terkait upaya penurunan
9
1.4. Luaran Kegiatan
Adanya satu kesepakatan dari seluruh peserta untuk melaksanakan program Penyelamatan Ibu
dan Bayi Baru Lahir sebagai salah satu upaya penurunan AKI dan AKN di Kabupaten/Kota
Rincian Biaya untuk menyamakan persepsi, organisasi dan pola kerjasama terkait implementasi
program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di tingkat Kabupaten/Kota terdapat pada
lampiran 1.
10
2. Pertemuan Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA)
Upaya Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir sangat membutuhkan peran serta dan koordinasi dari
berbagai elemen, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Untuk dapat mengoptimalkan
peran serta dan koordinasi berbagai elemen tersebut perlu dibentuk Kelompok Kerja (POKJA)
termasuk koordinasi lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). POKJA yang dibentuk ini
diharapkan dapat menjalankan fungsi koordinasi, mediasi, fasilitasi, membangun dan
penyelamatan ibu dan bayi baru lahir dengan melibatkan peran aktif masyarakat. POKJA juga
diharapkan dapat membuka akses dan informasi edukasi serta fasilitas pelayanan kesehatan sehingga
AKI dan AKN dapat menurun yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di
2.1. Tujuan
Tujuan pertemuan ini adalah untuk membentuk POKJA Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir.
• merancang struktur pokja, tugas pokok dan fungsi dari masing masing POKJA Hasil dari
pertemuan pertama ditindaklanjuti dengan pertemuan kedua. Adapun tujuan dari
- sosialisasi hasil pertemuan pertama yaitu struktur POKJA, tugas dan fungsi masing-
masing POKJA.
- menyusun rencana kerja POKJA.
Bentuk kegiatan pembentukan POKJA berupa pertemuan yang dilaksanakan setidaknya 2 kali
pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan selama satu hari dan pertemuan kedua
2.3. Peserta
Peserta pertemuan diharapkan mereka yang bersedia duduk dan menjadi anggota POKJA,
yaitu:
11
1. Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Walikota
2. Sekretaris Daerah
9. Perwakilan SKPD yang terkait Upaya Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
(sesuai dengan situasi dan kondisi Kabupaten/Kota)
12. Staf RSUD yang terkait dengan Upaya Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jumlah dan
struktur POKJA disesuaikan dengan situasi dan kondisi Kabupaten/Kota dengan
Luaran dari pertemuan pertama adalah terbentuknya struktur organisasi POKJA berikut
keanggotaannya dan tugas pokok serta fungsi dari masing masing POKJA. Luaran dari
pertemuan kedua adalah disepakatinya keanggotaan POKJA dan adanya rencana kerja
POKJA.
2.5. Biaya
Rincian Biaya untuk pembentukan POKJA dan penyusunan rencana kerja program
Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di tingkat Kabupaten/Kota terdapat pada lampiran 2.
12
3. Pertemuan Penyusunan SK Bupati/Walikota untuk kerja tim Program Penyelamatan Ibu dan
Bayi Baru Lahir dan SK Forum Masyarakat Madani
Setelah seluruh pihak yang terkait dengan upaya Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir memiliki
persepsi yang sama dan sepakat pada bentuk organisasi serta pola kerja samanya serta rencana
kerja yang telah disusun, maka hal-hal tersebut perlu dituangkan dalam SK Bupati/Walikota agar
memiliki kekuatan hukum. Di dalam SK tersebut berbagai unsur baik unsur pemerintah maupun non
pemerintah (swasta, LSM/CSO, Asosiasi Profesi) dituangkan sebagai bentuk suatu sebuah forum multi
stakeholder yang menjalin interaksi lintas pelaku untuk meningkatkan efektivitas pengambilan
keputusan. Aspek lain dengan dilibatkannya unsur non Pemerintah adalah sebagai pengawal dan
mitra dalam memecahkan permasalahan Kesehatan, khususnya Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru
Lahir. Keberadaan forum juga merupakan indikator tatakelola pemerintahan yang baik - good
governance – di suatu daerah, mengingat fungsi forum sebagai alat untuk mencapai akuntabilitas
3.1. Tujuan
khususnya program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir melalui pembahasan bersama SK
Bupati agar forum/pokja memiliki dasar hukum dalam melakukan aktivitasnya.
selama 1 hari atau dapat disesuaikan dengan kondisi setiap daerah misalnya oleh tim kecil dari
Dinkes dan Pemda saja.
3.3. Peserta
13
3. Asisten Bidang Kesra Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
10. Perwakilan LSM yang memiliki minat pada upaya penyelamatan ibu dan bayi
POKJA Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir adalah draft SK Bupati/Walikota sebagai
Rincian Biaya untuk menyusun draft SK Bupati/Walikota sebagai landasan hukum pada
implementasi program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di tingkat Kabupaten/Kota
14
4. Pertemuan Berkala POKJA
Untuk dapat memantapkan pelaksanaan berbagai kegiatan POKJA yang telah disusun perlu
dilakukan kegiatan pertemuan berkala POKJA. Pertemuan ini dilaksanakan secara rutin setiap 3
bulan sekali, kecuali bila ada hal-hal khusus yang dibutuhkan maka frekuensi pertemuan dapat
Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk melakukan evaluasi berkala terhadap berbagai
Luaran dari pertemuan berkala POKJA adalah hasil evaluasi terhadap berbagai permasalahan
Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir serta mendiskusikan, menyepakati
4.5. Biaya
Rincian biaya pertemuan berkala POKJA setiap 3 bulan (dalam setahun 4 kali pertemuan)
15
5. Pertemuan Penyusunan Maklumat Pelayanan di Faskes
Salah satu upaya melalui Program EMAS untuk meningkatkan partisipasi, transparansi dan
akuntabilitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir adalah penggunaan Service
Charter (SC), atau Maklumat Pelayanan (MP) sesuai dengan amanat UU Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik. Maklumat Pelayanan adalah salah satu alat untuk
merupakan isu utama paradigma baru pelayanan publik dalam mana menghendaki adanya
reformasi pelayanan melalui demokratisasi, dimana kepentingan publik dan dialog menjadi
sesuatu yang sangat penting. Peran pemerintah lebih ditekankan kepada melayani, daripada
sekedar mengatur dan mengarahkan. Koalisi yang kolaboratif antara penyelenggara
pelayanan, pemerintah dan masyarakat adalah pilihan utama untuk mencapai tujuan. Pasal
22 UU Nomor 25 Tahun 2009 disebutkan bahwa penyelenggara berkewajiban menyusun dan
merupakan Pernyataan tertulis yang berisi keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang
terdapat dalam standar pelayanan pada fasilitas pelayanan.
5.1 Tujuan
16
e. Catatan umpanbalik yang ditindaklanjuti
f. Best Practices.
5.4 Biaya
Pembiayaan pertemuan ini dapat dikondisikan sesuai dengan daerah masing-masing dapat
dilihat pada lampiran 5.
17
6. Pertemuan Pembentukan Forum Masyarakat Madani
Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir untuk menurunkan AKI dan AKN merupakan
tanggung jawab bersama baik pemerintah maupun masyarakat. Berbagai upaya yang disusun oleh
pemerintah tidak akan berhasil bila tidak mendapatkan dukungan dan peran aktif masyarakat. Pada
Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di tingkat Kabupaten/Kota peranan organisasi
masyarakat di tingkat Kabupaten/Kota berikut jejaringnya sampai di tingkat desa merupakan hal
yang sangat penting. Peran organisasi masyarakat di tingkat Kabupaten/Kota dalam Program
Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir disalurkan melalui Forum Masyarakat Madani (FMM),
sedangkan di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan disalurkan dalam peran Motivator Kesehatan
Ibu dan Anak (MKIA).
Peranan organisasi masyarakat dalam Forum Masyarakat Madani adalah memberikan informasi
dan edukasi kepada masyarakat dan melakukan advokasi kepada pemerintah terkait dengan
berbagai hal yang terjadi di masyarakat dalam upaya Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir.
Adapun motivator KIA di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan adalah sebagai motivator bagi
ibu hamil dan suaminya serta keluarga agar ibu hamil mau melakukan persalinannya di fasilitas
kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang trampil. Motivator KIA diharapkan juga
dapat membangun kesiapsiagaan masyarakat sekitar ibu hamil untuk dapat segera melakukan
pertolongan sesuai dengan kemampuan masyarakat saat ibu hamil akan bersalin dan mengalami
6.1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah terbentuknya Forum Masyarakat Madani yang merupakan
sekumpulan masyarakat peduli Kesehatan Ibu dan Anak dengan memberi partisipasi
Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir sebagai bentuk partisipasi aktif dari masyarakat.
18
6.3. Peserta Pertemuan
Pertemuan ini difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun peserta pertemuan
adalah:
7. BAPPEDA
Pertemuan ini diharapkan dapat dihadiri oleh berbagai organisasi dan anggota masyarakat
yang peduli pada berbagai kegiatan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Peserta
Luaran dari pertemuan pertama adalah adanya penyamaan persepsi dan dukungan dari
organisasi masyarakat terhadap Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Luaran dari
komitmen dari organisasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif pada Program Penyelamatan
6.5. Biaya
Rincian Biaya untuk Sosialisasi dan peresmian dibentuknya Forum Masyarakat Madani
dapat dilihat pada lampiran 6.
19
7. Lokakarya Penyusunan Rencana Kerja Forum Masyarakat Madani
Setelah Forum Masyarakat Madani terbentuk, agar forum dapat mencapai visi dan misinya dalam
menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir dibutuhkan rencana kerja yang sinergis dengan program
Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Pemerintah.
7.1. Tujuan
Masyarakat Madani.
7.3. Peserta
Peserta lokakarya adalah anggota Forum Masyarakat Madani, berjumlah sekitar 20–25 orang
7.4. Luaran
Luaran dari Lokakarya ini adalah adanya rencana kerja tahunan Forum Masyarakat Madani
7.5. Biaya
20
8. Pertemuan Berkala Forum Masyarakat Madani
8.1. Tujuan
Pertemuan berkala Forum Masyarakat Madani bertujuan untuk melakukan konsolidasi dan
koordinasi di antara seluruh anggota FMM. Pada pertemuan berkala ini juga dilakukan
sosialisasi berbagai hal yang terkait dengan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
sehingga seluruh anggota Forum dapat mengikuti kemajuan program baik di tingkat
Tujuan lain dari pertemuan berkala adalah untuk melakukan evaluasi berkala dan
8.3. Peserta
Peserta pertemuan berkala adalah anggota Forum Masyarakat Madani, berjumlah sekitar 20
– 25 orang
8.4. Luaran
Luaran dari pertemuan berkala ini adalah adanya hasil evaluasi dan rencana tindak lanjut dari
berbagai permasalahan pada implementasi Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
8.5. Biaya
Rincian biaya untuk pertemuan berkala Forum Masyarakat Madani dapat dilihat pada
lampiran 8.
21
9. Pembentukan dan Orientasi Motivator KIA
Berdasarkan teori Blum, derajat kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh peranan lingkungan
ibu hamil dan ibu bersalin serta perilakunya. Keberhasilan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi
Baru Lahir sangat ditentukan oleh peran serta banyak pihak untuk dapat mengubah lingkungan
dan perilaku ibu hamil dan keluarganya. Untuk itu diperlukan komunikasi dan informasi langsung
kepada ibu hamil, keluarga dan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu peranan motivator untuk
mengkomunikasikan berbagai hal sangatlah penting agar ibu dan bayi baru lahir dapat selamat.
Motivator KIA merupakan orang yang dinilai memiliki pemahaman yang baik terhadap budaya
masyakarat tempat tinggalnya sehingga mampu mengenal lebih dekat ibu hamil dan keluarganya.
Motivator KIA dinilai mampu memberikan informasi, motivasi dan dukungan agar ibu hamil dan
keluarganya mau melakukan pertolongan persalinan pada fasilitas kesehatan dan oleh tenaga
yang terlatih.
9.1. Tujuan
Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk menetapkan siapa yang menjadi MKIA di tingkat
desa/kecamatan dan sosialisasi tugas dan fungsi serta peranan MKIA. Selain itu tujuan dari
pertemuan ini juga untuk menegaskan bahwa MKIA bukanlah kader kesehatan.
Peserta pertemuan adalah masyarakat yang berminat menjadi motivator bagi ibu hamil dan
berasal dari desa/kecamatan yang berada dalam wilayah kerja PUSKESMAS uji coba Program
Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Dari setiap PUSKESMAS uji coba dimintakan 2 orang
9.4. Luaran
Peserta memahami tugas, fungsi dan peranan MKIA untuk berbagai kegiatan pada Program
Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir dan tersedianya MKIA disetiap daerah.
9.5. Biaya
Rincian Biaya untuk pembentukan dan orientasi MKIA terdapat pada lampiran 9.
22
10. Pertemuan Umpan Balik dari Masyarakat: Penyusunan Citizen Report Card (CRC) atau yang
lainnya sesuai dengan kebutuhan local.
Citizen Report Card merupakan salah satu alat yang digunakan oleh program EMAS untuk
memungkinkan terjadinya interaksi antara Fasilitas/Provider dengan warga, dimana umpan
balik dari warga menjadi saran bagi peningkatan kualitas pelayanan. Melalui mekanisme CRC,
3. Nilai atau bobot atas dasar kriteria tertentu, baik itu masalah pelayanan yang diterima
maupun sejauh mana masalah yang ada dan timbul dapat diatasi oleh penyelenggaran
pelayanan publik/fasilitas kesehatan.
Selain tiga poin di atas, kartu penilaian warga (citizen report card/CRC ) dapat digunakan sebagai
dasar untuk merumuskan strategi dalam meningkatkan kinerja dan kualitas dari penyelenggaraan
pelayanan publik.
Pada Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Kabupaten/Kota yang merupakan
kabupaten/kota replikasi program EMAS, pengembangan CRC merupakan hal penting yang dapat
mendukung keberhasilan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di tingkat
Kabupaten/Kota.
10.1. Tujuan
23
10.2. Bentuk Kegiatan, Peserta dan Luaran
Bentuk kegiatan dan Peserta kegiatan untuk tujuan no 1 dan no 2 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tujuan Merumuskan Indikator Penilaian Kualitas Pelayanan Gawat Darurat Ibu dan
Luaran Parameter – parameter pelayanan yang akan dinilai dengan metode CRC
(Output)
Teknis Satu kali FGD kira-kira membutuhkan waktu 3 jam. Dalam hal ini, FGD
pelaksanaan perumusan indikator dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama untuk FGD dengan
Secara teknis, pelaksanaan FGD akan dipandu oleh Tim Konsultan. Dalam hal ini,
penanggungjawab dan tim teknis pelaksana CRC di masing-masing
Waktu dan RSUD setempat atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selama 2 hari pertemuan
tempat
Peserta Faskes Kabupaten/Kota ( 8 – 10 Pengguna/Konsumen Kabupaten/Kota
Bentuk kegiatan dan peserta untuk mencapai ukuran dan teknik penarikan sampel dapat dilihat pada
tabel berikut:
24
Teknis Penetapan jumlah dan sebaran sampel ini dilakukan dalam rapat kerja tim
Pelaksanaan pelaksana CRC di masing- masing kabupaten. Secara teknis, proses
Waktu dan Rapat kerja tim teknis pelaksana CRC dilaksanakan setelah selesai FGD,
Tempat bertempat di kantor Dinas Kesehatan Kabuapten/Kota atau Rumah Sakit
atau kantor salah satu anggota Pokja Pemberdayaan masyarakat
Peserta Peserta dalam rapat kerja ini meliputi :
10.3. Biaya
Rincian Biaya untuk kegiatan penyusunan citizen card report terdapat pada lampiran 10 dan 11
25
Penjelasan Khusus untuk
Tujuan
Tujuan dari kegiatan survey CRC adalah untuk mengetahui kualitas layanan gawat darurat kebidanan
dan bayi baru lahir di fasilitas layanan kesehatan baik di RSUD maupun di UPTD PUSKESMAS dan
jejaringnya. Adapun tujuan dari kegiatan Pelaporan Hasil adalah untuk menuliskan hasil survey CRC
Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan ini adalah survey yang dilaksanakan di UPTD PUSKESMAS uji coba berikut jejaringnya.
Ukuran sampel sangat ditentukan oleh jumlah populasi ibu hamil dan ibu nifas yang ada dalam wilayah
UPTD PUSKESMAS berikut jejaringnya. Pada program EMAS ukuran sampel CRC berjumlah 300 orang.
Peserta
Pelaksana survey adalah surveyor. Analisis Data, penulisan laporan dan diseminasi hasil survey adalah
penanggung jawab CRC. Peserta pelaporan hasil adalah anggota Forum Masyarakat Madani
Luaran
Adanya laporan penilaian masyarakat terhadap kualitas pelayanan gawat darurat kebidanan dan bayi
Biaya
Rincian Biaya untuk kegiatan survey citizen card report terdapat pada lampiran 12.
26
Pengukuran Civicus Index
Civicus merupakan suatu kumpulan atau aliansi organisasi masyarakat yang bekerja untuk
memperkuat aksi atau peran masyarakat sipil di suatu negara. Di beberapa kabupaten seperti Jawa
Barat, Banten dan Sumatera Utara, dalam hubungannya dengan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi
Baru Lahir, Civicus berperan memperkuat peran masyarakat untuk mendukung Program Penyelamatan
Ibu dan Bayi Baru Lahir.
Pengukuran kekuatan partisipasi masyarakat terhadap Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
untuk mendukung percepatan penurunan AKI dan AKB dinyatakan sebagai Civicus Index. Variabel
variabel yang digunakan pada pengukuran Civicus Index adalah variabel struktur, variabel nilai, variabel
aktor/para pelaku, sumber daya dan keorganisasian civil society. Variabel nilai adalah variabel
masyarakat sipil yang menggambarkan komitmen dan pengamalan nilai- nilai yang dianut dan
dipraktikkan civil society. Variabel lingkungan merupakan variabel yang menggambarkan faktor luar
yang mempengaruhi civil society. Variabel dampak merupakan variabel yang menggambarkan sejauh
mana pengaruh civil society terhadap pihak luar
Mengetahui peningkatan kekuatan dan peran masyarakat sipil dalam pembangunan kesehatan di
Kabupaten/Kota khususnya dalam mendukung penurunan AKI dan AKB melalui Program Penyelamatan
Bentuk Kegiatan
Kegiatan berbentuk pertemuan yang dilaksanakan dalam 1 hari pertemuan
Peserta Kegiatan
Peserta pertemuan adalah perwakilan dari berbagai organisasi masyarakat yang ada di tingkat
Kabupaten/Kota, antara lain:
27
Muhamadiyah Karang Taruna
Aisyiyah GOW
NU Dharma Wanita
Muslimat NU Persatuan Tenaga Kerja Sosial Indonesia
Serikat Buruh Pemuda Muhamadiyah
GP Anshor Organisasi lainnya
IIDI (Ikatan Istri Dokter Indonesia) Media local online
SPSI Radio
PKK TV
KNPI
Luaran Kegiatan
3. Mengetahui kontribusi civil society dalam masalah kesehatan ibu dan anak.
Biaya
Rincian Biaya untuk kegiatan pengukuran civicus index terdapat pada lampiran 13. Biaya yang diperlukan
untuk keselurahan intervensi dalam membangun transparansi dan akuntabilitas adalah sebagai berikut
dalam Tabel 1.
28
TABEL 1 : MEMBANGUN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PELAYANAN
19,100,000
29
30
31
32
9,100,000
TOTAL 178,700,000
Tabel 2
Manfaat Langsung, Tidak langsung serta Tantangan dan Mitigasi berdasarkan pengalaman pelaksanaan intervensi
Pemberdayaan Akuntablilitas
MANFAAT TIDAK
NO KEGIATAN MANFAAT LANGSUNG LANGSUNG TANTANGAN MITIGASI
1 CIVIKUS 1. Tahu akar masalah 1. Efektifitas dan efesiensi 1. Utusan berganti – 1. Perwakilan yang fokus
INDEX sehingga intervensi 2. Memberi dukungan ganti 2. Sosialisasi ke masing -
lebih fokus, tingkat terhadap gerakan 2. ORMAS belum masing organisasi
partisipasi menurunkan AKI dan berperan seperti 3. Variabel di sederhana-
masyarakat,oms tahu AKB yang diinginkan. kan
apa yang diinginkan, 3. Pengisian variabel
mapping. susah karena
2. Mengenal langsung perwakilan organisasi
ORMAS yang ada. bukan orang yang
3. Mengetahui peran berkompeten dan
masing – masing ormas tidak memahami
(mapping SDM dan peran mereka dalam
Kekuatan) KIA.
4. Memperkuat FMM
2 FMM 1. Masyarakat lebih peduli 1. Promkes bisa berjalan 1. Tidak semua OMS 1. Sosialisasi & edukasi
2. Masyarkat bisa dengan lebih baik peduli terus menerus,
menyampaikan aspirasi 2. Menjadi jembatan 2. Implementasi yang pendekatan secara
tanpa rasa takut antara pemberi dan masih kurang/aksi kontinue terhadap
3. Komunikasi lebih efektif penerima layanan/ yang masih minim tokoh masyarakat,
masyarakat- 3. Masih berfikir by tokoh agama
33
34
MANFAAT TIDAK
NO KEGIATAN MANFAAT LANGSUNG LANGSUNG TANTANGAN MITIGASI
3 Motivator 1. Sasaran lebih terinci dan 1. Sumber dana, sumber 1. CSR, edukasi
KIA tepat, promosi lebih tepat 1. Derajat kesehatan lebih daya, dukungan yang /advokasi terhadap
guna & tepat sasaran, bisa tercapai, capaian masih minim, organisasi lokal yang
data bumil lebih valid. target pelayanan akses/jejaring yang aktif.
2. Menjadi penggerak di meningkat <K1-K4> di masih terbatas. 2. Komunikasi
organisasi-nya dan di linakes dll, kunjungan 2. Tidak banyak yang 3. Pendekatan ke
masyarakat. bayi BL, masyarakat mau bekerja secara masyarakat yang
3. Pendamping-an terkait lebih memahami nakes. suka rela. mapan dan
kasus ibu dan bayi 2. Sebagai panutan berpotensi.
4. Peningkatan masyarakat 4. Pendekatan ke
3. Dapat meningkat-kan
MANFAAT TIDAK
NO KEGIATAN MANFAAT LANGSUNG LANGSUNG TANTANGAN MITIGASI
35
36
MANFAAT TIDAK
NO KEGIATAN MANFAAT LANGSUNG LANGSUNG TANTANGAN MITIGASI
4 Monitoring 1. Tahu masalah di faskes 1. Pelayanan kesehatan 1. Masyarakat masih 1. Pendekatan secara
Mekanisme & yankes, masyarakat secara malas menulis, kurang emosional.
Umpan 2. Tahu harapan dan kualitas & kuantitas peduli, sosialisasi 2. Kaderisasi
Balik keinginan masyarakat 2. Diketahui langkah umpan balik yang 3. Pem-belajaran melalui
atas pelayanan perbaikan. kurang, forum
faskes/nakes 3. Kualitas pelayanan 2. Tidak semua 4. Pemanfaatan dan
3. Tahu maklumat kesehatan meningkat masyarakat mau dana yang ada di
pelayanan dilaksana- 4. Hak masyarakat untuk menerima begitu saja organisasi.
kan/tidak layanan KIA terpenuhi apa yang kita 5. Adanya sistim yang
4. Kontrol standarisasi sampaikan. baku
pelayanan, keterlibatan 3. Kemampuan dan
keberanian
masyarakat secara 4. Anggaran
langsung.
5. Mengetahui apakah
masyarakat sudah
mendapat-kan informasi
dan terlayani dengan
baik
BAB IV
Untuk peningkatan kualitas pelayanan kegawat-daruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir, pendekatan yang
dilakukan melalui pendampingan klinis di Rumah Sakit dan Puskesmas khususnya pada emergensi
maternal dan neonatal di fasilitas. Gambar berikut ini menjelaskan mengapa pendekatan EMAS hanya
pada bagian emergensi di fasilitas, sebesar 32,5% penyebab kematian terjadi di fasilitas .
37
Oleh karena itu pendekatan klinis yang dilakukan pada program EMAS dengan pendampingan yang
sangat intensif. Bagan berikut ini menjelaskan bagaimana metoda pendampingan yang dilakukan.
Untuk peningkatan kualitas pelayanan kegawat-daruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir di rumah sakit dan
puskesmas disesuaikan dengan kondisi yang ada dan dilakukan melalui pentahapan seperti gambar
berikut:
38
Kegiatan pada pembimbingan klinis di Rumah Sakit dan Puskesmas adalah sbb:
1. Membangun Komitmen Standarisasi Tata Kelola Klinis di Rumah Sakit dan PUSKESMAS
Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan Ibu dan Bayi Baru Lahir
tetapi penurunan AKI dan AKB khususnya Angka Kematian Neonatal belum menunjukkan hasil sesuai
target MDG’s. Untuk dapat menunjukkan hasil yang lebih optimal dibutuhkan peran serta aktif
berbagai pihak baik mereka yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan secara langsung maupun
mereka yang berkaitan secara tidak langsung dengan pelayanan kesehatan. Semua pihak selayaknya
saling bahu membahu dalam upaya Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir sehingga berbagai sebab
keterlambatan upaya penyelamatan tersebut dapat membuahkan hasil sesuai dengan harapan, yaitu
Faktor kesiapan fasilitas kesehatan dan pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang juga
harus disiapkan. Agar dapat mencapai hasil yang optimal salah satunya adalah komitmen semua petugas
kesehatan dari tingkat desa sampai ke tingkat rumah sakit harus memiliki komitmen untuk menerapkan
standar tata kelola klinis dalam memberikan pelayanan gawat darurat kebidanan bagi ibu dan bayi yang
ada dalam kandungan.
39
1.1. Tujuan
Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk membangun komitmen dari seluruh pihak untuk
menerapkan standarisasi tata kelola klinis pada pelayanan kesehatan gawat darurat kebidanan dan
3. Direktur RSUD
4. Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medis
17. Kepala Bidang yang bertanggung jawab dalam pembinaan rumah sakit di
18. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
19. Kepala Bidang yang bertanggung jawab dalam pembinaan PUSKESMAS di Dinas
Kesehatan Kabupaten Kota
20. Kepala Seksi yang bertanggung jawab dalam pembinaan rumah sakit di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
21. Kepala Seksi yang bertanggung jawab dalam pembinaan PUSKESMAS di Dinas Kesehatan
Kabupaten Kota
40
22. Penanggung jawab Program KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Disepakatinya penerapan standarisasi tata kelola klinis di tingkat rumah sakit maupun
PUSKESMAS dalam pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal termasuk pelayanan
rujukannya.
1.5. Biaya
Rincian Biaya untuk pertemuan ini dapat dilihat pada lampiran 14
Catatan : Kegiatan Membangun Komitmen Standarisasi Tata Kelola Klinis di Rumah Sakit dan PUSKESMAS
41
2. Workshop pengenalan alat bantu penilaian kinerja Klinis untuk Rumah Sakit dan Puskesmas
Untuk dapat mencapai tujuan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, berbagai institusi
pelayanan kesehatan yang terlibat aktif harus memiliki pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal
yang sesuai dengan standar dan dijalankan secara profesional. Selain itu juga dituntut kemampuan
manajerial dan leadership agar berbagai standar yang dikembangkan tersebut dapat terimplementasikan
sesuai dengan yang seharusnya dan sesuai dengan kesepakatan bersama termasuk juga aspek
rujukannya. Institusi pelayanan kesehatan baik di tingkat layanan primer maupun sekunder harus
melakukan kerjasama agar proses rujukan dapat berlangsung. Aspek lain yang juga tidak kalah
pentingnya adalah komitmen bersama untuk mau menjalankan kesepakatan bersama agar pelayanan
gawat darurat kebidanan dan neonatal dapat berlangsung dengan standar mutu yang sama.
Langkah awal agar standar mutu pelayanan dapat sesuai pada berbagai tingkat layanan, dibutuhkan
sosialisasi tools klinis pada penanganan gawat darurat kebidanan dan neonatal baik di tingkat rumah
sakit maupun PUSKESMAS. Sosialisasi atau pengenalan ini sangat penting karena akan menentukan
persepsi dan kesepakatan penggunaan standar pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal di
layanan primer maupun layanan sekunder.
2.1. Tujuan
2. Disepakatinya standar pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal untuk di layanan
42
4. Kepala SMF Anak RSUD
Kabupaten/Kota
9. Kepala Bidang yang bertanggung jawab terhadap pembinaan PUSKESMAS di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
10. Kepala Seksi yang bertanggung jawab terhadap pembinaan RS di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
11. Kepala Seksi yang bertanggung jawab terhadap pembinaan PUSKESMAS di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
3. Adanya kesepakatan dan komitmen Rumah Sakit Pemerintah, Swasta dan Bersalin
1.5. Biaya
Rincian Biaya untuk workshop ini dapat dilihat pada lampiran 16.
Catatan : Kegiatan Workshop pengenalan alat bantu penilaian kinerja klinis untuk Rumah Sakit dan
43
3. Kegiatan Kunjungan Awal (K1)
Kunjungan awal pendampingan klinis dilakukan pada institusi rumah sakit yang sudah menyatakan
berkomitmen untuk melakukan peningkatan mutu pelayanan kesehatan gawat darurat kebidanan melalui
peningkatan mutu pada sisi suplai dan demand serta melakukan berbagai kegiatan advokasi untuk
memperbaiki kebijakan pemerintah terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB. Untuk dapat
mencapai mutu pelayanan yang diharapkan baik ditinjau dari sisi suplai maupun demand dibutuhkan
koordinasi dan partisipasi aktif dari stakeholder di tingkat Kabupaten/Kota dan PUSKESMAS serta rumah
sakit.
3.1. Tujuan
Kunjungan pertama pendampingan klinis bertujuan untuk:
1. Memantapkan komitmen dan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya baik dalam
memberikan pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal maupun pelayanan rujukannya.
2. Melihat ketersediaan sumber daya yang ada di rumah sakit yang menjadi pusat rujukan
tingkat Kabupaten/Kota untuk pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal.
3. Memberikan gambaran mutu pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal sebagai
upaya Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir.
3.3. Peserta
44
12. Kepala Bidang yang bertanggung jawab terhadap pembinaan RS di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Kabupaten/Kota.
14. Kepala Bidang yang bertanggung jawab terhadap PUSKESMAS di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
15. Kepala Seksi yang bertanggung jawab rhadap pembinaan PUSKESMAS di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
16. Bidan Koordinator Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Kepala Instalasi UGD RSUD
17. Kepala PUSKESMAS terpilih, sebanyak 5 PUSKESMAS
3.4. Luaran
1. Peserta pertemuan memiliki gambaran ketersediaan sumber daya di RS yang menjadi pusat
rujukan gawat darurat kebidanan dan neonatal.
2. Terjalin hubungan yang baik antara sumber daya manusia di Rumah Sakit rujukan dan di
PUSKESMAS
3.5. Biaya
Rincian biaya untuk kegiatan Pendampingan Klinis (K1) dapat dilihat pada lampiran 15 .
45
4. Kegiatan Pendampingan Awal (P1 – 6 hari)
Keberhasilan Upaya Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir sangat ditentukan oleh tingkat
pengetahuan dan tingkat ketrampilan klinis petugas kesehatan yang menangani gawat darurat
kebidanan dan neonatal di tingkat PUSKESMAS maupun rumah sakit. Ketrampilan petugas
kesehatan yang sudah baik harus dipertahankan dan ditingkatkan melalui konsep belajar
sepanjang hayat. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan untuk dapat memperbaiki
Kegiatan pendampingan klinis memerlukan dukungan dari seluruh stakeholder yang ada di
Kabupaten/Kota, yaitu Pemerintah Daerah, Dinas kesehatan, organisasi profesi, forum masyarakat
madani maupun sektor lain yang terkait. Tim Pendampingan Klinis memfokuskan diri pada upaya
peningkatan mutu pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal termasuk efisiensi dan efektivitas
sistem rujukannya.
4.1. Tujuan
pada standar yang ada dan yang sudah dikerjakan dengan melakukan pendekatan
performance standard dan pengenalannya (SBMR), dalam penerapan tata kelola klinik pada
organisasi belajar.
2. Pendamping bersama dengan tim dan aktor, mampu melaksanakan rangkaian kegiatan
3. Pendamping bersama dengan tim dan aktor mendeskripsikan dan melaksanakan upaya
5. Pendamping bersama dengan tim dan aktor memahami dan mampu mengupayakan advokasi
ke pihak terkait (hasil dari C&P ke seluruh stakeholder)
rangkaian kegiatan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir kepada Rumah Sakit dan 5
PUSKESMAS terpilih
46
4.2. Bentuk Kegiatan
Partisipatory assesmen
4.3. Peserta
Peserta workshop Hari 1 dan hari terakhir (hari ke 6) adalah:
4. Wadir Administrasi
47
20. Kepala Instalasi Laboratorium
30. Kabupaten/Kota.
31. Kepala Bidang yang bertanggung jawab pada pembinaan rumah sakit Dinas
48
4. Dokter Umum
4.4. Luaran
dan menyusun rencana tindak lanjut terhadap berbagai masalah terkait upaya
Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir mulai di tingkat desa, PUSKESMAS sampai ke tingkat
rumah sakit
3. Peserta mampu menjalankan simulasi kegiatan upaya Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
sesuai scenario dengan benar sesuai standar yang telah disepakati
4. Peserta mampu menyiapkan bahan advokasi sesuai permasalahan dan rencana tindak lanjut ke
berbagai pihak terkait upaya Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir.
4.5. Biaya
Rincian biaya untuk kegiatan Pendampingan Klinis dapat dilihat pada lampiran 17.
49
5. Kegiatan Kunjungan ke 2
Kegiatan kunjungan ke 2 merupakan kegiatan yang dilaksanakan setelah seluruh peserta workshop
pendampingan klinis (P1) bekerja kembali pada institusi mereka masing-masing. Kegiatan kunjungan ke
2 merupakan bentuk kegiatan review dari implementasi hal-hal yang diperoleh pada workshop
1.1. Tujuan
1. Memahami implementasi best practice, tata kelola klinis, dan learning organization sebagai
upaya peningkatan kualitas pelayanan maternal dan neonatal.
2. Memahami kegiatan audit klinis sebagai salah satu upaya evaluasi pelayanan kesehatan.
3. Memahami dan mengimplementasi penggunaan dashboard sebagai alat untuk memantau
4. Mempersiapkan rencana tindak lanjut dalam persiapan sebagai tim pendamping dan
5. Memahami dan bersepakat menjalankan kegiatan upaya peningkatan mutu pelayanan gawat
darurat kebidanan dan neonatal
6. Melihat implementasi best practice dan clinical governance dan learning organization Rumah
Sakit yang menjadi role model.
Bentuk kegiatan K2 adalah pertemuan dengan kegiatan prensentasi, curah pendapat, observasi dan
50
5. Kepala Ruangan kamar bedah
Puskesmas
1. Kepala Puskesmas / dokter Puskesmas
2. Bidan koordinator
5.4. Luaran
1. Adanya umpan balik terhadap implementasi berbagai kegiatan pada program penyelematan
ibu dan bayi baru lahir di tingkat PUSKESMAS dan rumah sakit baik ditinjau dari sisi klinis
maupun manajemen.
2. Adanya RTL di tingkat PUSKESMAS dan rumah sakit berdasarkan pendekatan tata kelola
1.5. Biaya
Rincian biaya untuk kegiatan Kunjungan ke 2 dapat dilihat pada lampiran 18.
51
6. Kegiatan Pendampingan 2 (P-2)
6.1. Tujuan
1. Melakukan review terhadap tahapan pencapaian kinerja kualitas pelayanan kesehatan di
Fasilitas kesehatan.
Ibu dan Bayi Baru Lahir, upaya yang sudah dilaksanakan dan menyusun kembali rencana
mencapai kinerja kualitas pelayanan klinis pada tingkat 80 % pada kunjungan pendampingan
berikutnya.
Kesehatan Kabupaten/Kota, Direktur RSUD dan POKJA Program Penyelamatan Ibu dan
Kegiatan K-2 berbentuk workshop yang memuat kegiatan review RTL yang disusun pada kegiatan
P-1, assessmen ulang dan review serta penyusunan RTL berdasarkan hasil assessmen ulang selama
5 hari.
6.3. Peserta
1.4. Luaran
1. Disepakatinya RTL untuk mencapai kinerja kualitas pelayanan klinis pada tingkat 80%
Kesehatan Kabupaten/Kota, Direktur RSUD dan POKJA Program Penyelamatan Ibu dan Bayi
Baru Lahir
1.5. Biaya
52
7. Kegiatan Pendampingan ke RS dan PUSKESMAS secara berkala …Pn
Untuk dapat menjaga kontinuitas dan mutu dari berbagai implementasi kegiatan upaya Penyelamatan
Ibu dan Bayi Baru Lahir perlu dilakukan kegiatan pendampingan klinis secara berkala. Kegiatan ini dapat
diselenggarakan dengan frekuensi sesuai kebutuhan di tingkat PUSKESMAS dan rumah sakit. (minimal 3
bulan)
Tujuan, bentuk kegiatan, peserta dan biaya untuk setiap kegiatan pendampingan sama dengan kegiatan
pendampingan 2 (P-2).
Salah satu bentuk kegiatan pendampingan klinis yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan
teleconference. Untuk dapat melakukan kegiatan teleconference, dibutuhkan sarana prasarana penunjang
53
7.1. Standarisasi calon tim pendamping klinis (2 hari)
Tujuan : mempersiapkan dan memastikan suatu faskes berikut sumber daya manusianya siap
- Presentasi dan diskusi : langkah dan materi pendampingan serta peran setiap anggota tim
pendamping)
- Role play
Kegiatan Standarisasi dilakukan bila suatu Faskes telah memenuhi lebih dari 80% kriteria sebagai
calon pendamping.
Untuk kebutuhan biaya kegiatan Pendampingan Klinis P3 dan P4 (Standarisasi) dapat dilihat pada
lampiran 19 s/d 22. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan teleconference dapat dilihat
pada lampiran biaya no 19 s/d 22.
maupun perbanyakan materi edukasi dan pendampingan klinis seperti halnya mannequin dapat
dilihat pada lampiran biaya no 20.
54
8. Pertemuan Penyusunan Maklumat Pelayanan di Rumah Sakit dan P U S K E S M A S .
Berbagai kegiatan yang dilakukan pada program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir harus disertai
dengan upaya membangun akuntabilitas pada pelayanan tersebut baik di tingkat layanan primer
maupun layanan sekunder. Berbagai mekanisme akuntabilitas termasuk akuntabilitas pada tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance), juga merupakan hal perlu diperkuat pada program
Sebagai contoh, Jawa Barat telah menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2011 tentang
Transparansi, Partisipasi dan Akuntabilitas. Perda ini mendorong berkembangnya kesadaran terhadap
hak masyarakat yang menimbulkan kewajiban bagi pemerintah, sehingga dalam jangka panjang
diharapkan mampu menstimulasi masyarakat untuk lebih aktif berpartisipasi mengambil inisiatif dalam
pengelolaan urusan publik termasuk juga penyelenggaraan pelayanan kesehatan (khususnya KIA).
sebagai salah satu urusan wajib Pemerintah Daerah, diperlukan kesamaan visi, persepsi dan misi dari
seluruh Penyelenggara Pemerintahan Daerah dan masyarakat. Hal ini sejalan dengan tuntutan
antara Penyelenggara Pemerintahan Daerah dengan Masyarakat memerlukan suatu alat yang menjadi
medium mekanisme interaksi positif dan produktif anatara Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara
pelayanan dengan warga.
Peralatan Akuntabilitas (acountability tools) Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
Pemberdayaan masyarakat pada program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir memerlukan tools dan
metodologi yang tepat sehingga partisipasi masyarakat dapat memberikan kontribusi positif. Hal ini
55
sejalan dengan ide negara hukum bahwa partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan
Salah satu tools yang digunakan pada program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir adalah service
charter (Maklumat Pelayanan) dan Kartu Penilaian Warga (Citizen Report Card). Maklumat Pelayanan
dikembangkan baik di Rumah Sakit maupun di PUSKESMAS (contoh Maklumat Rumah Sakit dan
Kegiatan ini berbentuk pertemuan satu hari yang dilaksanakan di rumah sakit.
8.1.3. Peserta Pertemuan
56
14. PKM 5 orang
Luaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya draft maklumat pelayanan di tingkat rumah
8.1.5. Biaya
Rincian Biaya untuk kegiatan penyusunan maklumat pelayanan di tingkat Rumah Sakit
57
8.2. Pertemuan penyusunan Maklumat Pelayanan di PUSKESMAS
8.2.1. Tujuan
2. Disepakatinya alur pelayanan dan pengiriman rujukan ibu dan bayi yang akan
1.
2. Bidan Koordinator dari 5 PUSKESMAS terpilih
3. Perwakilan Bidan desa dari setiap 5 PUSKESMAS terpilih
Kesehatan Kabupaten/Kota
8.2.4. Luaran Pertemuan
1. Diketahuinya kemampuan setiap PUSKESMAS dalam memberikan pelayanan
tingkat PUSKESMAS
3. Disepakatinya draft maklumat pelayanan di tingkat PUSKESMAS
58
8.2.5. Biaya
8.3.1 Tujuan
3. Disepakatinya draft maklumat pelayanan rumah sakit menjadi maklumat rumah sakit
4. Disepakatinya mekanisme umpan balik maklumat rumah sakit dari masyarakat.
8.3.3. Peserta
orang
17. Perwakilan forum masyarakat yang concern terhadap masalah kesehatan ibu dan
anak 5 orang
59
8.3.4. Biaya
Rincian Biaya untuk kegiatan konsultasi publik maklumat pelayanan rumah sakit
pada lampiran 26
60
8.4 Konsultasi Publik PUSKESMAS
8.4.1. Tujuan
1. Draft maklumat pelayanan Puskesmas mendapatkan masukan dari masyarakat.
Puskesmas.
Pertemuan setengah hari di Puskesmas dengan metoda focus group discussion dan
diskusi kelompok
8.4.3. Peserta
1. Kepala Puskesmas
2. Bidan koordinator Puskesmas
Rincian Biaya untuk kegiatan konsultasi publik maklumat pelayanan Puskesmas pada
lampiran 27
61
8.5 Sosialisasi Maklumat Pelayanan Rumah Sakit
8.5.1. Tujuan
8.5.4. Biaya
Rincian Biaya untuk kegiatan sosialisasi maklumat pelayanan rumah sakit pada
lampiran 28
62
8.6 Sosialisasi Maklumat Pelayan Puskesmas
8.6.1. Tujuan
pelayanan Puskesmas.
8.6.4. Biaya
lampiran 29.
63
9. Berbagi pengalaman dari Kabupaten Pakpak Bharat yang melaksanakan program
Melahirkan dan Bayi Baru Lahir adalah hal yang luar biasa dan tidak boleh terjadi di Kabupaten Pakpak
Bharat.
Salah satu indikator Millennium Development Goals/MDGs, 2000 adalah menurunkan AKI, AKB dan
AKABA. Untuk mewujudkan target diatas Indonesia mempunyai komitmen di tahun 2015 menurunkan
AKI menjadi 102/100.000 KH, AKB dari 68 menjadi 23/1.000 KH, AKABA dari 97 menjadi 32/1.000 KH.
Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat telah melakukan berbagai upaya dan inovasi dalam rangka
menurunkan Angka Kematian Ibu melahirkan dan Bayi Baru lahir. Salah satu bentuk upaya dan inovasi
dimaksud adalah dengan mengadopsi Program dari USAID-EMAS yang bergerak dalam bidang
kesehatan ibu dan anak khususnya penyelamatan ibu melahirkan dan bayi baru lahir. Kunjungan tim
Emas ke Puskesmas Siempat Rube dan RSUD Salak di kabupaten Pakpak Bharat pertengahan bulan
Agustus 2013 untuk melakukan penilaian terhadap kesiapan sarana dan prasarana serta sumber daya
manusia / SDM dalam penanganan Ibu melahirkan dan bayi baru lahir. Dari hasil penilaian tersebut dapat
disimpulkan masih banyak kekurangan yang harus dibenahi baik dari sarana prasarana maupun SDM nya.
Untuk itu Bapak Bupati langsung memberikan saran dan masukan sekaligus menjalin kerjasama dengan
USAID-EMAS agar petugas kesehatan yang terlibat dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak langsung
dibina untuk meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Pakpak Bharat.
Kegiatan pembinaan yang dilakukan berupa kunjungan sekaligus magang tim kesehatan ibu dan anak
dari Kabupaten Pakpak Bharat ke daerah binaan program EMAS yang ada di Sumatera Utara
(Deliserdang dan Asahan) pada bulan november 2013. Kemudian dilanjutkan dengan magang ke
Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan (LKBK) Jakarta. Selain kegiatan tersebut juga dilakukan Kegiatan
Peningkatan Kemampuan Aparatur dan Membangun Motivasi Secara Mandiri Dalam Mewujudkan
Gerakan Mandiri Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (GEMA KIBBLA). Yang bertujuan untuk Membangun
kemampuan aparatur dalam mendukung gerakan mandiri Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di
Kab.Pakpak Bharat.
64
Metoda kegiatan ini dilaksanakan dengan pendekatan Appreciative Inquiry (AI) yaitu suatu pendekatan
untuk melakukan perubahan dengan menggunakan kekuatan atau potensi yang ada pada diri individu
atau organisasi yang selama ini belum tergali. Daripada menggali masalah yang dihadapi lebih baik
mencari apa yang telah berjalan baik di dalam system atau “best practice” yang ada dan menciptakan
sukses selanjutnya yang akan menjadi kekuatan bagi individu dan juga organisasi. Dari Kesepakatan yang
didapatkan dari kegiatan Peningkatan Kemampuan Aparatur dan Membangun Motivasi secara Mandiri
melalui Gerakan Mandiri Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (GEMA KIBBLA) Melahirkan Komitmen:
Memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak secara professional, mewajibkan persalinan di
Guna mendukung hasil kesepakatan kegiatan tersebut maka Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat
meluncurkan sebuah kegiatan yang dinamakan SMS Bunda, yang dipromosikan oleh bidan desa dengan
pendekatan langsung kepada ibu hamil agar mendaftarkan diri sehingga dapat menerima layanan
informasi melalui SMS ke nomor telepon selulernya masing-masing dengan tanpa biaya. SMS BUNDA
dapat menjawab kebutuhan ibu hamil dan nifas dengan diterimanya, SMS yang berisi informasi tentang
kehamilan baik berupa perawatan selama kehamilan, tanda-tanda bahaya pada masa kehamilan sesuai
Dari seluruh kegiatan yang telah dilakukan dan komitmen Tenaga kesehatan yang terlibat langsung maka
salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu melahirkan dan Bayi Baru lahir adalah
melaksanakan persalinan yang aman di Puskesmas. Puskesmas Sibande merupakan salah satu Puskesmas
pertama yang melaksanakan persalinan aman di Ruangan bersalin yang ada di puskesmas tersebut.
Dengan melaksanakan program persalinan aman di Puskesmas maka jumlah persalinan di Puskesmas
menjadi meningkat, sampai dengan bulan April tahun 2015 tercatat 44 ibu yang memilih bersalin di
Puskesmas, dengan rincian sebagai berikut:
65
- persalinan di Puskesmas Singgabur berjumlah 1 orang ,
Persalinan yang dilakukan sejauh ini dengan kondisi ibu melahirkan yang sehat dan bayi baru lahir juga
sehat. Hal ini menjadi motivasi bagi puskesmas untuk tetap dan terus melakukan persalinan diruang
bersalin yang ada di seluruh puskesmas di Kabupaten Pakpak Bharat.
Manfaat yang akan dirasakan masyarakat dengan persalinan aman yang dilakukan di puskesmas dapat
berupa peningkatan sterilitas untuk pencegahan infeksi, metode pertolongan persalinan dilakukan sesuai
standar pelayanan dan memudahkan dalam proses rujukan bilamana ditemukan penanganan persalinan
yang memerlukan tingkat pelayanan lebih tinggi.
Persalinan aman yang dilakukan di Puskesmas merupakan sebuah perwujudan ide dan gagasan Bapak
Bupati sebagai sebuah representasi untuk memuliakan perempuan dan upaya dini untuk mendorong
Persalinan di Puskesmas juga sangat mendukung untuk melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD) dan
ASI Eksklusif sekaligus pemberian imunisasi awal untuk bayi yang baru lahir seperti imunisasi HB0, BCG
dan Polio.
Dengan sudah berjalannya persalinan aman di puskesmas diharapkan akan dapat menekan angka
Kematian Ibu /AKI dan Angka Kematian Bayi /AKBi di Kabupaten Pakpak Bharat, Dinas Kesehatan
Kabupaten Pakpak Bharat juga melakukan sosialisasi yang terus menerus kepada masyarakat agar
mendukung program persalinan aman di puskesmas untuk mewujudkan harapan Bapak Bupati ”Pakpak
Bharat bebas dari kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir”.
66
Tabel 3
Biaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Kegawat-daruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir Melalui Pendampingan Klinis
Di Rumah Sakit dan Puskesmas
No KEGIATAN Rincian Unit Cost Hari Jumlah Estimasi Jumlah
/materi Kegiatan
Lampiran 14 Membangun Komitmen Tata Kelola Klinis di Rumah Sakit dan PUSKESMAS
Sekda)
6,000,000
Sekda)
18,500,000
67
68
/materi Kegiatan
10,500,000
69,600,000
/materi Kegiatan
45,500,000
69
70
/materi Kegiatan
143,700,000
(2 hari)
26,200,000
Pendampingan Klinis
2. Boneka Neonatalie
300,000,000
No KEGIATAN Rincian Unit Cost Hari Jumlah Estimasi Jumlah
/materi Kegiatan
6. Speaker 18,600,000
/eklamsia
71
72
/materi Kegiatan
48,600,000
19,500,000
24,000,000
/materi Kegiatan
10,000,000
7,000,000
7,000,000
1,000,000
TOTAL 755,700,000
73
74
Beberapa catatan penting dalam pelaksanaan intervensi seperti manfaat langsung, tidak langsung, tantangan dan mitigasi dapat dilihat pada
Tabel 4
Manfaat , Tantangan dan Mitigasi Pembimbingan Klinis di Rumah Sakit &Puskesmas
emergensi obstetrik dan terpasang dan terlihat mengetahui standar 5. Melaksanakan Sosialiasi,
neonatal siap pakai. dengan jelas untuk kinerja klinis Pelatihan, driil emergency,
dapat di gunakan Pendamping-an, dan Bimtek
6. Belum semua petugas
oleh staf. secara rutin
mampu melaksanakan
SKK
75
76
5. Transfer knowledge dari RS 4. Meningkatkan 5. Tidak semua petugas 5. Melibatkan RS yang sudah
ke PKM meningkat. penguatan jejaring mau untuk dimagangkan terstandar sebagai tempat
Puskesmas dan RS magang
5 Audit 1. Mengetahui penyebab 1. Meningkatkan 1. Perencanaan dan peng- 1. Adanya perencanaan dan
kematian & kematian kualitas pelayanaan anggaran anggaran
nearmiss 2. Mengetahui potensi 2. Pembelajaran. 2. SDM 2. Motivasi
penyelamatan pasien 3. Mencegah terjadinya 3. Tindak lanjut 3. Rekomendasi di tindak
nearmiss kematian untuk kasus Rekomendasi AMP lanjuti.
yang sama di 4. Kepatuhan dalam 4. Revitalisasi Tim
kemudian hari pelaporan setiap kasus 5. Membuat jadwal rutin
4. Merubah prilaku masih kurang 6. Adanya monev
pihak-pihak yang 5. Tim AMP RS yang
terkait dalam dibentuk tidak bekerja
pelayanan secara optimal
5. Sebagai bahan kajian 6. Belum semua kematian
No Kegiatan Manfaat Langsung Manfaat Tidak Tantangan Mitigasi
Langsung
77
78
4. Masyarakat bisa
menyampaikan keluhan
secara langsung
BAB V
Dalam Penguatan system rujukan pentahapan berikut dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran.
1. Pertemuan Penyusunan MOU Rujukan antara Fasilitas Layanan Primer dengan Layanan
Sekunder
Upaya penyelamatan ibu dan bayi baru lahir memerlukan tenaga kesehatan yang terampil dan
penyediaan layanan gawat darurat bagi ibu dan bayi baru lahir serta sistem rujukan berjenjang yang
berkualitas mulai dari layanan primer baik pemerintah maupun swasta ke layanan sekunder. Pelayanan
rujukan dapat berlangsung dengan baik dan berkualitas apabila terdapat kesepahaman dalam
berbagai hal terkait aspek rujukan antara lain kasus apa saja yang akan dirujuk, bagaimana persiapan
rujukannya, bentuk komunikasi yang terjalin antara institusi layanan primer dan institusi layanan
sekunder, dan berbagai aspek lainnya.
79
Aspek lain yang perlu dipertimbangkan dalam meningkatkan kualitas rujukan adalah daerah yang
penyamaan persepsi institusi pelayanan kesehatan yang berada di kabupaten/kota yang berdekatan dan
memang menjadi tujuan rujukan perlu dilibatkan dalam menyusun nota kesepahaman di kabupaten/kota.
Berbagai aspek harus disepakati bersama antara layanan primer dan layanan sekunder baik
pemerintah maupun swasta di dalam satu Kabupaten/Kota ataupun di antara Kabupaten/Kota yang
berbatasan. Kesepakatan tersebut antara lain bertujuan untuk menyamakan persepsi, pemahaman terkait
proses rujukan dan kerja sama di antara sesama institusi pelayanan kesehatan agar pelayanan rujukan
dapat berkualitas sehingga upaya penyelematan ibu dan bayi dapat berhasil. Adapun kesepakatan
kesepakatan tersebut selayaknya dituangkan dalam nota kesepahaman (MOU) sehingga menjadi suatu
komitmen bersama antara berbagai nstitusi dalam mendukung upaya Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru
Lahir. Kalau yang diinginkan regulasli maka yang dibuat adalah Peraturan Walikota – Bupati atau
3. Menyepakati rencana tindak lanjut masing-masing institusi sesuai dengan muatan kunci
dalam MOU.
berbentuk pertemuan yang dilakukan dalam 2 kali. Masing masing pertemuan dilaksanakan dalam
waktu satu hari. Frekuensi pertemuan tergantung kompleksitas permasalahan.
80
2. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah setempat
3. Direktur Rumah Sakit Swasta yang berminat untuk berpartisipasi dalam program EMAS
9. Kepala Bidang yang melakukan pembinaan Rumah Sakit di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
10. Kepala Seksi yang melakukan pembinaan Rumah Sakit di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
11. Kepala Bidang yang melakukan pembinaan PUSKESMAS dan klinik di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
12. Kepala Seksi yang melakukan pembinaan PUSKESMAS dan klinik di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
13. Kepala Bidang yang membawahi program Kesehatan Ibu dan Anak di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
14. Kepala Seksi yang membawahi program Kesehatan Ibu dan Anak di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
15. Biro Hukum Pemerintah Kabupaten/Kota
Kegiatan Pertemuan Penyusunan MOU Rujukan antara Fasilitas Layanan Primer dengan Layanan
Sekunder dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, masing masing pertemuan berlangsung selama
1 hari. Adapun luaran dari pertemuan pertama adalah:
1. Adanya kesepakatan jejaring rujukan antara institusi layanan primer dan sekunder baik
pemerintah maupun swasta.
2. Adanya kesepakatan muatan kunci yang perlu dilakukan dan dituangkan dalam nota
81
4. Adanya kesepakatan pertemuan berikutnya
Luaran dari pertemuan kedua adalah Draft finalisasi MOU yang sudah disepakati bersama
Sistem rujukan termasuk rujukan gawat darurat kebidanan dan neonatal akan berjalan efisien dan
efektif bila dilakukan monitoring terhadap proses rujukan dan kinerja rujukan. Untuk dapat melakukan
monitoring secara konsisten dan continue dibutuhkan alat bantu yang telah disusun pada saat Program
EMAS dijalankan. Alat tersebut dikenal sebagai alat pantau kinerja rujukan gawat darurat kebidanan dan
neonatal.
Agar dapat diimplementasikan dengan baik maka alat pantau tersebut harus disosialisasikan kepada.
Tim Penyeliaan Fasilitatif kabupaten Tim Puskesmas, Tim Rumah Sakit, dan FMM.
1.1. Tujuan
2. Menyusun rencana kerja penyeliaan fasilitatif untuk implementasi pemantauan kinerja rujukan
Pertemuan evaluasi pelaksanaan penyeliaan fasilitatif secara berkala setiap 3 bulan sekali
82
2. Kepala Bidang dan Kepala Seksi yang bertanggung jawab terhadap pembinaan rumah sakit
3. Kepala Bidang dan Kepala Seksi yang bertanggung jawab terhadap pembinaan Puskesmas
6. Direktur RSUD
3. Terlaksananya kegiatan monitoring, evaluasi dan umpan balik terhadap kinerja sistem rujukan
1.5. Biaya
Rincian biaya untuk workshop sosialisasi dan implementasi alat pantau kinerja rujukan dapat dilihat
pada lampiran 31.
83
3. Penyeliaan Fasilitatif Alat Pantau Kinerja Rujukan
Jejaring sistem kegawatdaruratan maternal dan neonatal merupakan suatu sistem pelayanan rujukan
yang dapat terlaksana secara efektif efisien dan berkeadilan serta dilaksanakan secara komprehensif dan
terpadu.
Agar sistem rujukan dapat berfungsi maka prinsip kolaborasi dan pertukaran informasi harus
dilaksanakan dalam suatu jejaring pelayanan dari tingkat masyarakat di desa sampai fasilitas tertinggi di
suatu kabupaten/kota.
Alat pantau kinerja merupakan alat pantau yang berisi kinerja yang disepakati bersama lintas program
terkait dan diharapkan dapat dicapai oleh suatu jejaring pelayanan rujukan agar dapat berfungsi dengan
Cara pemanfaatan alat pantau kinerja menggunakan metode penyeliaan fasilitataif. Metode ini sudah
dikenal dan dimanfaatkan bagi program KIA/KB (Pedoman Penyeliaan Fasilitatif Pelayanan KIA dan KB
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta 2001).Penyeliaan fasilitatif yaitu penyeliaan dengan
pendekatan sistem dalam menemukan masalah atau penyebab rendahnya kinerja termasuk rencana
perbaikannya dengan melibatkan dari pihak terkait.
3.1. Tujuan
Tujuan umum:
Membangun jejaring sistem rujukan kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang berfungsi secara
Tujuan umum:
Melakukan penyeliaan fasilitatif jejaring sistem rujukan di wilayah kabupaten/kota secara berkala dan
berkesinambungan.
Melaksanakan rencana tindak lanjut managemen dan pelayanan rujukan sesuai hasil penyeliaan
fasilitataif.
Bentuk kegiatan berupa penyeliaan fasilitatif ke Puskesmas dan rumah sakit secara berkala setiap 3
bulan.
84
3.3. Pelaksana
Pelaksana kegiatan penyeliaan fasilitatif terdiri dari Tim Penyeliaan Fasilitatif Kabupaten yang
3.4. Luaran
1. Terlaksananya kegiatan monitoring evaluasi dan umpan balik terhadap inderja sistem rujukan
3.5. Biaya
Rincian biaya untuk pelaksanaan penyeliaan fasilitatif alat pantau kinerja rujukkan dapat dilihat pada
lampiran 32.
85
4. Pemantapan Audit Maternal Perintal
Audit Maternal Perintal merupakan satu kegiatan audit terhadap kematian ibu hamil, ibu bersalin dan bayi
baru lahir. AMP bukan dimaksudkan untuk, mencari siapa yang menjadi penyebab kematian ibu hamil, ibu
bersalin dan bayi baru lahir tetapi lebih didorong untuk melakukan evaluasi pelayanan gawat darurat
kebidanan dan neonatal sehingga dapat dikeluarkan rekomendasi untuk perbaikan mutu pelayanan.
4.1. Tujuan
melakukan penyesuaian tim AMP Kabupaten/Kota bagi yang sudah memiliki tim AMP
2. Adanya kesepakatan tim untuk rencana kerja audit maternal perinatal termasuk aspek tata
laksana kasus, pencatatan dan pelaporannya dari tingkat desa, PUSKESMAS sampai ke rumah
sakit
3. Adanya kesepakatan tim AMP untuk melibatkan POKJA Program Penyelamatan Ibu dan Bayi
Baru Lahir, Si JariEMAS, SIGAPKU dan SIPP.
4.3. Peserta
86
4.3.3. Pengkajian kasus kematian maternal dan perinatal:
- Kepala Bidang dan Kepala Seksi di Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab terhadap
pembinaan Puskesmas
- Kepala Bidang dan Kepala Seksi di Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab terhadap
pembinaan program KIA
- Stake holder yang berkepentingan untuk dihadirkan sesuai dengan rekomendasi hasil
pengkajian kasus yang dilakukan tim pengkaji.
4.4. Luaran
1. SK Bupati/Walikota tentang Tim AMP yang sesuai dengan Pedoman AMP 2010
2. Adanya pencatatan dan pelaporan untuk setiap kasus kematian ibu dan bayi baru lahir
3. Adanya kajian tehadap setiap kasus kematian ibu dan bayi baru lahir
4. Adanya evaluasi dan umpan balik serta tindak lanjut terhadap setiap kasus kematian ibu dan
bayi baru lahir di tingkat bidan desa, PUSKESMAS maupun rumah sakit.
4.5. Biaya
Biaya untuk pemantapan AMP dapat dilihat pada lampiran 33, 34, 35, 36 dan 37. Tergantung
87
88
Tabel 5
Penguatan Sisitem Rujukan
54,600,000
Rujukan
102,900,000
89
90
16,000,000
40,500,000
18,800,000
4,000,000
66,000,000
97,600,000
400,400,000
91
92
Beberapa pengalaman dalam pelaksanaan intervensi tersebut seperti manfaat langsung, tidak langsung dan tantangan serta mitigasi dapat dilihat
pada matriks berikut.
Tabel 6
Manfaat , Tantangan dan Mitigasi Penguatan Sistem Rujukan
3 Alat Pantau Dapat menilai tata kelola Meningkatnya efektifitas Keterbatasan waktu, Membentuk tim Supfas
rujukan apakah sesuai sistem rujukan tenaga dan dana dan penjadwalan
standart Pasien safety Kepatuhan petugas. pelakssanaan
Intervensi terhadap Mutu faskes meningkat Integrasi sufas
ketidaksesuaian standart. Efisiensi dan efektifitas Akreditasi Faskes
Memantau sistem rujukan program PKP Pengalokasian anggaran.
(SPO) Evidence base Implementasi RTL Komitmen/ konsistensi
Proses dan standar faskes perencanaan (Sumber daya dan Koordinasi & komunikasi
Tindak lanjut faskes utk regulasi) adekuat
perbaikan sesuai standar Kepatuhan terhadap Kebijakan ttg APKJR dari
APKJR penentu kebijakan
Reward & punishment
4 AMP Dapat mengidentifikasi Proses pembelajaran Waktu tim pengkaji Membentuk Tim AMP
mslh dlm penatalaksanaan untuk penatalaksanaan Ketidakjujuran dalam Perencanaan pendanaan
kasus kasus pengisian format Guideline rekomendasi
Adanya rekomendasi tim Memerlukan biaya Pendampingan/ orientasi
pengkaji untuk stakeholder Tindaklanjut Advokasi
Kepatuhan terhadap /implementasi
standart layanan dan SOP rekomendasi
Data tidak lengkap,
dan tidak tepat waktu
93
94
5 Maklumat Pasien mengetahui hak2nya Adanya kontrol Konsistensi Harus ada protap dan
Pelayanan dalam pelayanan akuntabilitas dalam pelaksanaan MP kebijakan
Faskes mengetahui kapasitas pemberian pelayanan Pengelolaan dan Sosialisasi
dan kemampuan dalam Merasa diawasi, shg umpan balik terhadap Pengukuran, assesment,
memberikan pelayanan kinerja meningkat keluhan evaluasi, monitoring kinerja
Faskes melakukan upaya Diingatkan utk memberi Masih ada masyarakat faskes
untuk mempertahankan pelayanan yg efektif dan pelaku kesehatan
kualitas pelayanan efisien berkeadilan yg kurang peduli
Masyarakat mengetaui jenis
pelayanan yang ada di faskes
Peningkatan kinerja petugas
Keberanian masyarakat utk
komplain terhadap
pelayanan
Memprjelas peran dan
tanggunga jawab dari pelaku
(Pkm, RS, Dinkes &
masyarakat)
6 Mekanisme Cepat berespons melakukan Perbaikan kualitas pely Kurangnya kepatuhan Memastikan bahwa sistem
Umpan perbaikan dan rujukan petugas dan berjalan melalui Supfas yg
Balik Ada perubahan perilaku masyarakat berkesinambungan shg
terjadi pembudayaan
sistem
BAB VI
MENDUKUNG PROGRAM
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Neonatal yang masih tinggi di Indonesia khususnya
di Jawa Barat disebabkan oleh 3 terlambat. Ketiga terlambat tersebut khususnya terlambat
mendapatkan pertolongan dapat diminimalisir dengan membangun sistem komunikasi yang baik antara
masyarakat, tenaga kesehatan di layanan primer dan tenaga kesehatan di layanan sekunder.
Keterbatasan akses geografi dan jarak merupakan salah satu sebab dari keterlambatan tersebut. Untuk
dapat mengatasi hal tersebut pemanfaatan kemajuan teknologi akan sangat membantu proses
komunikasi dalam mempersiapkan rujukan dan layanan kesehatan bagi kasus gawat darurat kebidanan
dan neonatal.
Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia termasuk di Jawa Barat telah
mengembangkan Sistem Informasi Manajemen (SIM) dengan berbasiskan pada SMS ataupun Web
untuk meminimalisasi keterlambatan tersebut. Sistem Informasi yang telah dikembangkan tersebut
dapat diimplementasikan juga pada Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, yaitu Sistem
Informasi Jejaring Rujukan Ibu dan Bayi (Si Jari EMAS), Sistem Informasi Gerbang Aspirasi Pelayanan
Kesehatan Publik (SIGAPKU) dan Sistem Informasi Penguatan Pembelajaran dan Performa (SIPPP).
Tujuan:
1. Tersosialisasikannya dan terbentuknya komitmen bersama untuk menggunakan SIM pada Program
mulai dari tingkat desa, PUSKESMAS sampai ke tingkat Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
95
4. Terimplementasinya pemanfaatan teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas sistem rujukan pada Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir baik melalui Si
Untuk dapat menjalankan program penyelamatan ibu dan bayi baru lahir dengan berbasiskan
Untuk dapat lebih mengetahui pemanfaatan SIM pada Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir,
EMAS. Diharapkan hasil kunjungan ini dapat memberikan gambaran yang utuh untuk memanfaatkan
kemajuan teknologi pada program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir melalui Si JariEMAS, SIGAPKU
96
1.1. Tujuan
1. Diperolehnya gambaran sumber daya yang dibutuhkan untuk mendukung penggunaan SIM
pada program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di tingkat Kabupaten/Kota.
2. Diperolehnya gambaran tahapan kegiatan dan manfaat penggunaan SIM pada program
Kegiatan Benchmarking merupakan kegiatan kunjungan lapangan ke Kabupaten/ Kota yang sudah
3. Direktur RSUD
8. Kepala Bidang yang bertanggung jawab dalam pembinaan rumah sakit dan
9. PUSKESMAS Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
10. Kepala Bidang yang membawahi program KIA Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
1.4. Luaran
Luaran dari kegiatan Benchmarking ini adalah:
a. Tersusunnya draft rencana kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan untuk implementasi
penggunaan SIM pada program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di tingkat
Kabupaten/Kota.
97
1.5. Biaya
Rincian biaya untuk kegiatan benchmarking dapat dilihat pada lampiran 38.
98
2. Pertemuan Persiapan Implementasi Penggunaan SIM
2.1. Tujuan
a. Finalisasi daftar kebutuhan sumber daya untuk implementasi penggunaan SIM pada
program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, baik hardware, software, sumber daya manusia,
b. Finalisasi rencana kegiatan Implementasi SIM dalam bentuk Si JariEMAS, SIGAPKU DAN SIPPP
1. Ketua POKJA
4. Direktur RSUD
5. Dokter spesialis OBGYN
9. Kepala Bidang dan Kepala Seksi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung
10. Kepala Bidang dan Kepala Seksi yang membawahi program KIA Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
11. Bidan Koordinator Program KIA
99
18. Perwakilan Pengurus IBI Kabupaten/Kota
2.4. Luaran
a. Luaran pertemuan pertama adalah finalisasi kebutuhan sumber daya SIM baik hardware
maupun software.
b. Luaran pertemuan kedua adalah disepakatinya alur rujukan dan SOP penggunaan SIM pada
c. Luaran pertemuan ketiga adalah disepakatinya rencana kegiatan implementasi Si Jari EMAS,
100
3. Implementasi dan Monitoring Si Jari EMAS EMAS, SIGAPKU dan SIPPP
Untuk dapat terimplementasikan Si JariEMAS, SIGAPKU dan SIPPP terdapat beberapa tahapan
kegiatan yaitu:
1. Promosi dan sosialisasi Si JariEMAS, SIGAPKU dan SIPPP di berbagai media promosi,
berbagai pertemuan lintas sektoral maupun pertemuan internal sector kesehatan di tingkat
Kabupaten/Kota
2. Orientasi Operator pada Call Centre dan pengguna Si JariEMAS, SIGAPKU dan SIPPP di
berbagai tingkatan mulai dari tingkat desa (bidan desa dan motivator KIA), PUSKESMAS,
3.1. Tujuan kegiatan implementasi dan monitoring Si JariEMAS, SIGAPKU dan SIPPP adalah:
1. Adanya penguatan jejaring rujukan gawat darurat kebidanan dan neonatal melalui
2. Meningkatnya jumlah rujukan gawat darurat kebidanan dan neonatal yang disertai dengan
persiapan rujukan yang berkualitas
3. Menurunnya jumlah kematian ibu dan kematian neonatal baik di tingkat layanan primer
4. Adanya umpan balik perbaikan kualitas rujukan gawat darurat kebidanan dan
neonatal pada berbagai pihak yang terkait sesuai dengan permasalahan yang ditemukan.
3.2. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan implementasi dan monitoring Si Jari EMAS, SIGAPKU dan SIPPP adalah promosi
dan sosialisasi, orientasi, peluncuran Si Jari EMAS, SIGAPKU dan SIPPP, pelaksanaan dan
monitoring. Tidak seluruh tahapan kegiatan perlu didukung biaya secara khusus tetapi dapat
diintegrasikan dengan berbagai kegiatan koordinasi lainnya.
3.3. Peserta
Peserta kegiatan sangat tergantung pada kegiatan dari implementasi. Pada umumnya peserta
kegiatan adalah:
101
5. Dokter Spesialis OBGYN
10. Kepala Bidang dan Kepala Seksi yang membawahi program KIA Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
3.4. Luaran
Luaran dari kegiatan ini adalah implementasi SIM melalui Si Jari EMAS, SIGAPKU dan SIPPP adalah
untuk meningkatkan kualitas rujukan dan pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal di
layanan primer dan rumah sakit. Difasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan
tingkat lanjut.
3.5. Biaya
Rincian Biaya Implementasi dan Monitoring dapat dilihat pada lampiran 40.
102
Tabel 7
18,500,000
103
104
31,125,000
13,500,000
10,190,000
19,000,000
Biaya Internet
105
106
.Hardware Si JariEMAS 0
.Hardware Si JariEMAS 0
di SERVER DAN Call
Center
Hardware Dinkes 0
Kabupaten
107
108
655,200,000
TOTAL 747,515,000
matriks berikut.
Tabel 8
Manfaat, Tantangan dan Mitigasi Penguatan Sistem Informasi dan Teknologi
1 Sijariemas Kesiapan penerima rujukan Transfer of knowledge Sistem komunikasi Maintenance sistem
Kepastian peneriamaan di Terbangunnya sering error/down Provider internet
FKRTL komunikasi Lambatnya respond terintegrasi dg SIK
Perujuk menerima advis Transfer knowledge & petugas penerima Kemenkes/ Pusdatain
awal prarujukan skill Memerlukan biaya besar
Mempersingkat waktu Fungsi Poned meningkat Sinyal/ internet provider
rujukan Pasien safety tdk stabil
Mencegah hospital touring Nakes percaya diri Format data tidak
Kepastian pasien mendapat lengkap/ salah
tempat pelayanan Masih ada yang melalui
Komunikasi efektif efisien telpon, shg hrs dientri
Terpantaunya pasien dari oleh call center
awal sampai pulang
Respon time lebih cepat
Pasien mendapat tindakan
stabilisasi sesuai SPO
2 SIPPP Updating ilmu petugas. Peningkatan kualitas Susah merubah perilaku Ada reward untuk
Peningkatan pengetahuan pelayanan. petugas. petugas dengan nilai
Tersedia data ttg Bahan acuan Standar soal terlalu baik.
pengetahauan nakes perencanaan pelatihan tinggi Standarisasi soal oleh
Pasien safety Tidak semua soal organisasi profesi
dijawab
Tidak semua nakes
menjawab soal
109
110
BAB VII
PENUTUP
Berbagai kegiatan baik yang dirangkai secara komprehensif yang terangkum dalam penguatan
transparansi dan akuntabilitas, pembimbingan klinis di rumah sakit dan PUSKESMAS, penguatan sistem
rujukan gawat darurat kebidanan dan neonatal serta penguatan penggunaan sistem informasi dan
teknologi diharapkan dapat memberikan kontribusi pada Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir yang
pada akhirnya dapat menurunkan AKI dan AKN. Kabupaten/Kota dapat menambahkan kegiatan ataupun
frekuensi kegiatan yang telah disusun sesuai dengan situasi dan kondisinya.
Semoga buku ini dapat memberikan acuan, gambaran tahapan kegiatan maupun besaran biaya yang
dibutuhkan sehingga dapat dijadikan bahan untuk penyusunan rencana kegiatan tahunan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Berikut ini adalah pengalaman Jawa Barat dalam merplikasi Program EMAS, dengan menyesuiakan
aturan yang berlaku di provinsi. Berikut ini adalah pembiayaan untuk kegiatan Penyelamatan Ibu dan Bayi
Baru Lahir di Provinsi Jawa Barat. Model ini dapat digunakan oleh Provinsi dan Kabupaten/Kota lainnya
dengan menyesuaikan pada aturan keuangan local yang berlaku.
111
Komponen biaya menggunakan struktur berikut:
112
LAMPIRAN 41
Lambang
Daerah Alamat dan no tilpun
VISI :
MISI :
SLOGAN :
STANDAR PELAYANAN :
• IGD
1. Jam buka Pelayanan Gawat Darurat 24 Jam
2. Ketersediaan tim penanggulangan bencana
3. Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka
• Rawat Jalan :
1. Ketersediaan Pelayanan :
a. Poli Anak
b. Poli Penyakit
Dalam c.Poli
Kebidanan
e. Poli
Mata
113
f. Poli
THT
i. Poli Syaraf
3. Rawat inap
- Dokter penanggung jawab pasien rawat inap dokter spesialis
- Ketersediaan pelayanan Rawat Inap
a. Anak
b. Penyakit Dalam
c. Kebidanan
d. Bedah
e. Mata
f. THT
g. Bedah Syaraf
h. Syaraf
i. Gigi dan mulut
j. Rehabilitasi medik
2. Bedah Sentral
- Tidak adanya kejadian operasi salah sisi
- Tidak adanya kejadian operasi salah orang
4. ICU
Pemberian pelayanan unit intensif (dokter spesialis, perawat D3 dengan sertifikasi perawat
mahir ICU/setara)
5. Radiologi
Pelaksana ekspertisi Dokter Sp.Rad
114
6. Laboratorium Patologi Klinik
a. Pelaksanaan ekstertisi (dokter Sp.Pk)
b. Tidak adanya kesalahan pemberian hasil pemeriksaan laboratorium
7. Farmasi
Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat.
8. Tranfusi Darah
Terlayaninya kebutuhan darah bagi setiap pelayanan transfuse
9. Pelayanan Jamkesmas/Jampersal
Pelayanan terhadap pasien Jamkesmas/Jampersal yang datang ke RS pada setiap unit
pelayanan tidak dibeda-bedakan.
TARIF PELAYANAN :
Tarif sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku, kecuali bagi peserta ASKES dan
Jamkesmas/ Jampersal sesuai paket INA-CBG’S
115
LAMPIRAN 42
ALUR PELAYANAN :
116
LAMPIRAN 43
ALUR PENERIMAAN PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD ............................
Pasien: LOKETI
- Datang Sendiri
- Kiriman Dokter Praktek PENDAFTARAN
-- Rujuka;1dari PUSKESMAS (KARCIS)
Rujukan RS Lain
LOKETm
TPPRJ
PERNAH
BEROBAT
TIDAK
CARI No.
REG di KIUP
CARI DRM
LAMA
DIRU.JUK
DIRAWAT KERS LAIN
PULANG
117
LAMPIRAN 44
PENYAMPAIAN KELUHAN, KRITIK dan SARAN
Apabila terjadi keluhan karena pelayanan yang kurang memuaskan dapat disalurkan melalui:
1. Kotak saran rumah sakit : dilakukan evaluasi setiap akhir jam pelayanan dengan membuka
kotak saran
2. Bagian Humas Rumah Sakit
3. SMS pengaduan masyarakat : ...........................
4. SMS Gate way : ..............................
5. Melalui telepon dan surat
Pengguna layanan akan mendapatkan jawaban resmi atas keluhan yang diajukan paling lambat 2 x
24 Jam sejak keluhan diterima oleh petugas.
Hak
• Membuat peraturan-peraturan yang berlaku di rumah sakit sesuai dengan kondisinya secara
partispatif
• Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
Kewajiban
• Memberikan informasi pelayanan kepada penerima layanan
• Melakukan pelayanan sesuai standart pelayanan dan membuat rekam medik.
• Memakai tanda pengenal, atribut, seragam dll
• Mengingatkan penerima layanan agar mentaati peraturan.
Hak
• Memperoleh informasi mengenai peraturan yang berlaku di rumah sakit
• Mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan
• Mendapatkan informasi atas:
- Penyakit yang diderita
- Tindakan medis yang akan dilakukan
- Kemungkinan gejala sampingan akibat tindakan medis dan cara mengatasinya atau
alternatif lainnya
• Meminta konsultasi medis
• Menyampaikan keluhan/ saran/ kritik.
Kewajiban:
• Membawa kartu identitas
• Membawa kartu berobat:
- Pengguna layanan ASKES harus membawa kartu ASKES
- Pengguna layanan Jamkesmas harus membawa kartu Jamkesmas
• Membayar sesuai tarif Perda yang berlaku.
• Mengikuti alur pelayanan Rumah Sakit
• Mentaati aturan pelayanan.
118
EVALUASI KEPUASAN PELAYANAN :
Demikian Pakta Pelayanan ini kami buat sebagai perwujudan komitmen kami dalam memberikan
pelayanan yang prima kepada masyarakat.
............................., ...........................................
Kabupaten ...................
……………………………
NIP. …………………..
119
LAMPIRAN 45
PEMERINTAH ……………….
Lambang
Daerah PUSKESMAS
………………
Alamat dan No tilpun
MAKLUMAT PELAYANAN
Puskemas ……………………
VISI :
MISI :
SLOGAN :
STANDAR PELAYANAN :
TARIF PELAYANAN :
ALUR PELAYANAN :
120
PENYAMPAIAN KELUHAN, KRITIK dan SARAN :
Apabila terjadi keluhan karena pelayanan yang kurang memuaskan dapat disalurkan melalui:
Pengguna layanan akan mendapatkan jawaban resmi atas keluhan yang diajukan paling lambat 2 x 24
Jam sejak keluhan diterima oleh petugas.
Hak
Kewajiban
Hak
Kewajiban
Demikian Pakta Pelayanan ini kami buat sebagai perwujudan komitmen kami dalam memberikan
pelayanan yang prima kepada masyarakat.
………………………………, ……………………………...
Nama
NIP
121
LAMPIRAN 46
Kontributor dalam pengembangan buku panduan ini adalah tim dari Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Program EMAS:
1. Rosida R. Berutu Dinkes Sumut
122
30. Ibu Tetty Mulyati FOPKIA Serang
31. dr. Eni Gustina Sub Dit Bayi, Dit. Anak ,Kemenkes RI
32. dr. Dina Milana Sub Dit Bayi, Dit. Anak Kemenkes RI
33. drs. Emil Noviyadi, M.Kes Dit Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
34. dr. Jehezkiel Panjaitan Dit. Bina Kesehatan Ibu Kemenkes RI
42. dr. Djoko H. Soetikno, MPH Provincial Team Leader EMAS Jabar
123