Anda di halaman 1dari 4

Nama : Soraya Risti Noviani

No : 32
Kelas : X IPA 8

Akulturasi Budaya Hindu-Budha


1. Candi Borobudur

Candi Borobudur termasuk akulturasi budaya hindu budha yang termasuk dalam
bangunan.
Borobudur adalah nama sebuah candi yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya
Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa  ini
didirikan oleh para penganut agama Budha Mahayana 800-an Masehi pada masa
pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk
bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya
dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Budha. Stupa utama
terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga
barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah
duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan)
Dharmachakra mudra (memutar roda dharma). sekitar tahun
Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sur
Thomas Stamfor Raflles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris
atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan
dan pemugaran. 
2. Prasasti Kebon Kopi

Prasasti adalah contoh akulturasi budaya hindu-budha yang termasuk dalam seni
ukir. Salah satunya adalah Prasasti Kebonkopi I atau Prasasti Tapak adalah prasasti
peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan di daerah Kampung Muara
(sekarang: Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor) oleh para penebang hutan pada
abad ke-19 ketika mereka akan membuka lahan untuk membudidayakan tanaman
kopi. Hingga kini, prasasti kebon kopi masih berada pada tempat pertama kali ia
ditemukan. Prasasti yang terbuat dari batu alam ini dipahatkan di bidang perbukaan
batu besar bertuliskan aksara Palawa dan bahasa Sansekerta dalam bentuk seloka dan
diapit sepasang pahatan telapak kaki gajah.

3. Kitab Ramayana

Kitab ini termasuk akulturasi budaya hindu-budha dalam karya seni sastra.
Kitab Ramayana ditulis oleh Empu Walmiki, adalah sebuah cerita epos dari India
yang digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki. Cerita epos lainnya adalah
Mahabharata.
Ramayana terdapat pula dalam khazanah sastra Jawa dalam bentuk kakawin
Ramayana, dan gubahan-gubahannya dalam bahasa Jawa Baru yang tidak semua
berdasarkan kakawin ini.
Dalam bahasa Melayu didapati pula Hikayat Seri Rama yang isinya berbeda dengan
kakawin Ramayana dalam bahasa Jawa kuna.
4. Arca Partapa Hindu

Arca adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media
keagamaan, yaitu sarana dalam memuja tuhan atau dewa-dewinya. Arca berbeda
dengan patung pada umumnya, yang merupakan hasil seni yang dimaksudkan sebagai
sebuah keindahan.
Arca ini diyakini berasal dari akhir masa kerajaan Majapahit. Akan tetapi, saat ini arca
pertapa Hindu nasibnya sama seperti arca penjaga Gerbang berada di luar Indonesia
tepatnya di Museum Fur Indische Kunsht, Berlin Jerman.

5. Wayang

Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di


Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan ini juga populer di beberapa daerah seperti
Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang
terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.
Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar
di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India.
Namun, kegeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu
menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna
tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa
didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung pada Abad ke 4
yang berbunyi si Galigi mawayang
Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah
ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu.
Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata.

6. Candi Pawon

Letak Candi Pawon ini berada di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur,
tepat berjarak 1750 meter dari Candi Borobudur ke arah timur dan 1150 m dari Candi
Mendut ke arah barat.
Nama Candi Pawon tidak dapat diketahui secara pasti asal-usulnya. Ahli epigrafi J.G.
de Casparis menafsirkan bahwa Pawon berasal dari bahasa Jawa awu yang berarti
'abu', mendapat awalan pa- dan akhiran -an yang menunjukkan suatu tempat. Dalam
bahasa Jawa sehari-hari kata pawon berarti 'dapur', akan tetapi de Casparis
mengartikannya sebagai 'perabuan' atau tempat abu. Penduduk setempat juga
menyebutkan Candi Pawon dengan nama Bajranalan. Kata ini mungkin berasal dari
kata bahasa Sanskerta vajra =yang berarti 'halilintar' dan anala yang berarti 'api'. Candi
Pawon dipugar tahun 1903

Anda mungkin juga menyukai