Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“KONSEP ASPEK SEKSUALITAS”

Dosen:
Azizah Al Ashri, S Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :
Mutiara Sakinah (2014201052)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG (UMT)
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yg berjudul “ Konsep
Kesehatan Spiritual “ tepat waktu.

Makalah Konsep Aspek Seksualitas disusun guna memenuhi tugas dosen Azizah
Al Ashri, S Kep.,Ners.,M.Kep pada Mata Kuliah Falsafat dan Teori
Keperawatan di Universitas Muhmmadiyah Tangerang (UMT). Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Azizah Al Ashri,


S Kep.,Ners.,M.Kep selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang penulis tekuni.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Tangerang,26 Oktober 2020


Mutiara Sakinah
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah .…………………………………………………..2
1.3 Tujuan Masalah .………………………………………………….2
1.4 Manfaat …………………………………………………..2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Seksualitas ………………………………………………....3
2.2 Respon Seksual …………………………………………………4
2.3 Kehamilan dan Seksualitas …………………………………………6
2.4 Hubungan Seksualitas ………………………………………...10
2.5 Seksualitas dalam Keperawatan ………………………………...12
2.6 Faktor-faktor Terkait Seksualitas ………………………………...13
2.7 Asuhan Keperawatan (NIC & NOC) Terkait Seksualitas ………...14
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………...20
3.2 Saran ………………………………………………………………...20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pertumbuhan, perkembangan seseorang berlangsung sejak dilahirkan sampai
dengan mati.Memiliki arti kuantitatif atau segi jasmani bertambah besar bagian-
bagian tubuh. Kualitatif atau psikologis bertambah perkembangan intelektual dan
bahasa.
Pertumbuhan dan perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut
matang jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sampai pada tingkat tertentu (Langeveld).
Konsep pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara interpendensi
saling bergantung satu sama lain. Tidak bisa dipisahkan tetapi bisa dibedakan
untuk memperjelas penggunaannya (Sunarto, 1999).
Fase perkembangan individu tidak terlepas dari proses pertumbuhan individu itu
sendiri. Perkembangan pribadi individu meliputi beberapa tahap atau periodisasi
perkembangan, antara lain perkembangan berdasarkan analisis Biologis,
perkembangan berdasarkan Didaktis, perkembangan berdasarkan psikologis.Fase
perkembangan Biologis merupakan perubahan kualitatif terhadap struktur dan
fungsi-fungsi fisiologis atau pembabakan berdasarkan keadaan atau proses
pertumbuhan tertentu. Fase perkembangan dedaktis dapat dibedakan menurut dua
sudut tujuan, yaitu dari sudut tujuan teknis umum penyelenggara pendidikan dan
dari sudut tujuan teknis khusus perlakuan pendidikan. Fase perkembangan
psikologis merupakan pribadi manusia dimulai sejak masa bayi hingga masa
dewasa.
Aspek– aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi,
bahasa, moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum
lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir
merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situas baru atau
lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan
lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan perasaan
tertentu yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa merupakan
kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas merupakan
kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-
prinsip moral. Agama merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Untuk efisiensi waktu, maka penulis membatasi penulisan ini pada
perkembangan peserta didik fase remaja aspek psikoseksual. Masa remaja
merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu,
dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa
dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996).
1.2 Rumusan Masalah
Dari Latar belakang diatas kami mendapat rumusan masalah sebagai berikut :
a) Apa definisi tentang seksualitas?
b) Apa yang dimaksud respon seksualitas?
c) Bagaimana hubungan kehamilan dan seksualitas?
d) Bagaimna hubungan seksualitas?
e) Bagaimana Definisi Seksualitas dalam keperawatan?
f) Apa saja Faktor-faktor Terkait Seksualitas?
g) Bagaimana Asuhan keperawatan (NIC & NOC) terkait seksualitas?

1.3 Tujuan
Dari Rumusan Masalah diatas kami mendapat Tujuan masalah sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
a) Untuk Mengetahui Definisi Seksualitas.
b) Untuk Memahami Respon Seksualitas.
c) Untuk Mengetahui Hubungan kehamilan dan Seksualitas.
d) Untuk Mengetahui Hubungan Seksualitas.
e) Untuk Memahami seksualitas dalam keperawatan.
f) Untuk Mengetahui Faktor-faktor Terkait Seksualitas.
g) Untuk Memahami Asuhan Keperawatan (NIC & NOC) Terkait Seksualitas.

1.4 Manfaat
Dari Tujuan diatas kami mendapat manfaat bisa mengetahui bagaimana respon
seksualitas, definisi seksualitas, hubungan kehamilan dan seksualitas, seksualitas
dalam keperawatan, Faktor-faktor terkait seksualitas dan asuhan keperawatan
terkait seksualitas berdasarkan NANDA NIC & NOC.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Seksualitas


Seksualitas merupakan energi psikis yang mendorong manusia untuk bertingkah
laku. Tidak hanya perilaku untuk masalah seks saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan
nonseksual, seperti bidang kesenian, ilmiah, melakukan kewajiban moral, dan
lain-lain. Sebagai energi psikis seks tersebut merupakan motivasi untuk berbuat
sesuatu.
Aktifnya insting seks dalam diri manusia umumnya baru berlangsung pada usia
pubertas. Menurut Freud, seksualitas itu sudah memanifestasikan diri sejak masa
bayi, dalam bentuk tingkah laku yang tidak menggunakan alat kelamin, missal
waktu bayi menyusu ibunya, atau sewaktu menikmati permukaan kulit yang di
belai sayang oleh ibunya. Seksualitas bayi ditekankan pada erotic oral atau mulut.
Seks adalah satu mekanisme, yang dengannya manusia mampu meneruskan
keturunan. Oleh sebab itu, seks merupakan mekanisme vital, sehingga manusia
dapat berevolusi sepanjang sejarah manusia. Di samping hubungan sosial biasa, di
antara wanita dan pria dapat terjadi hubungan khusus yang sifatnya erotis dan
disbut relasi seksual, yakni kedua belah pihak dapat menghayati bentuk
kenikmatan, jika dilakukan dalam hubungan yang normal / heteroseksual, dan
yang termasuk abnormal adalah homoseksual / lesbian.
Laki-laki dan wanita dewasa adalah mereka yang mampu melakukan relasi
seksual yang adekuat atau dengan kata lain wanita dewasa bila mampu
mengadakan hubungan seksual dengan seorang pria dalam bentuk yang normal
dan bertanggung jawab.
Pria normal secara kejiwaan mampu mengadakan relasi seksual dengan wanita.
Hubungan normal mengandung arti bahwa hubungan tersebut tidak
mengakibatkan konflik-konflik psikis pada kedua belah pihak, relasi seks yang
bertanggung jawab berarti bahwa kedua belah pihak menyadari konsekuensinya
dan berani memikul tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun
pasangannya dan melakukannya dalam batas-batas norma etis atau kesusilaan,
norma masyarakat, dan norma agama. Bentuk seks yang abnormal dan
menyimpang adalah sadisme, homo seksualitas, kelesbianisme, masturbasi,
onami, eksibisionisme, impotensi (lemah), mikrofilia (tertarik secara seksual
untuk menyetubuhi mayat), bestialitas (persetubuhan dengan binatang), inses
( bersetubuh dengan orang tua atau saudara kandung), oralseks (melalui mulut).
Seksualitas pada binatang ditentukan oleh insting yang bearsal dari naluri dan
ciri-ciri kodrati. Sedang seksualitas pada diri manusia ditentukan oleh tiga
komponen yaitu :
1. Komponen hormonal. Ditentukan oleh hormon-hormon tertentu. Yang
memengaruhi perkembangan aktivitas seks, yaitu hormone estrogen pada wanita
dan testosteron pada pria.
2. Komponen genetis. Terdapatnya kromosom-kromosom seks, yaitu kromosom
X/wanita dan kromosom Y/pria
3. Komponen psikologis. Yang terdapat pada seksualitas manusia dipengaruhi
oleh factor-faktor lingkungan, keluarga atau alam sekitar, kultural dan semua
pengalaman hidup individu, seperti pendidikan, pengaruh bacaan, film, pergaulan
dan lain-lain.

2.2 Respon seksual


Hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior pada wanita dan pria mengatur
produksi FSH dan LH. Jaringan target hormon-hormon ini adalah gonad: ovarium
dan testis. Pada wanita ovarium memproduksi ovum dan menyekresi progesteron
dan estrogen. Pada pria testis memproduksi sperma dan menyekresi testoteron.
Mekanisme umpan balik antara hormon yang di sekeresi oleh gonad.
Hipotalamus, dan hipofisis anterior membantu mengendalikan produksi sel-sel
kelamin dan sekresi hormon seks steroid.
2.2.1 Respon fisiologis terhadap stimuli seksual
Walaupun pematangan perkembangan pada wanita terjadi pada umur yang lebih
dini, baik pria maupun wanita mencapai kematangan fisik pada usia sekitar 17
tahun. Walaupun demikian, frekuensi perkembangan individu sangat bervariasi.
Perbedaan anatomi dan reproduksi tidak menjadi penghalang, respon fisiologis
wanita dan pria terhadap rangsangan seksual dan orgasme lebih banyak
persamaannya dari pada perbedaannya. Misalnya, glens , klitoris, dan glan penis
homolog pada masa embrio. Bukan saja hanya terdapat sedikit perbedaan antara
respon seksual wanita dan pria, tetapi respon fisik pun pada dasarnya sama, baik
di stimulasi oleh koitus, fantasi, mekanis, maupun oleh masturbasi manual.
Bangkitan ditandai dengan miotonia (peningkatan tegangan otot), menyebabkan
kontraksi ritmik yang volunter dan involunter. Contoh-contoh miotonia yang di
stimulasi secara seksual adalah doroongan pelvi, wajah meringis, serta spasme
tangan dan kaki (spasme karpopedal).
Siklus respon seksual dibagi menjadi 4 fase, yaitu :
1. Fase rangsangan (Exicetement)
Reaksi umum pada kedua jenis kelamin :
a) Denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
b) Puting susu ereksi.
c) Miotonia dimulai.
a. Reaksi wanita :
a) Diameter klitoris membesar dan membengkak.
b) Genetalia eksterna menegang dan warna menjadi gelap.
c) Terjadi lubrikasi vagina : dua pertiga bagian atas vagina memanjang dan
meluas.
d) Serviks dan uterus tertarik ke atas.
e) Ukuran payudara membesar.
b. Reaksi pria :
a) Timbul ereksi penis : panjang dan diameter penis meningkat.
b) Kulit skrotum menegang dan menebal.
c) Testis mulai menegang dan terangkat ke arah tubuh
2. Fase falateau (penguatan fase exicetement)
Reaksi umum pada kedua jenis kelamin :
a) Denyut jantung dan tekanan darah terus meningkat.
b) Pernafasan meningkat.
c) Miotonia menjadi nyata : wajah meringis.
a. Respon wanita :
a) Kepala klitoris retraksi dibawah pembungkus klitoris.
b) Sepertiga bagian bawah vagina membesar.
c) Warna kulit berubah terlihat kemerahan di payudara, abdomen atau
dipermukaan yang lain.
b. Respon pria :
a) Kepala penis sedikit membesar.
b) Scrotum menegang dan menebal.
c) Testis terangkat dan membesar.
d) Sekresi kelenjar cowper (bulbouretalis) pengeluaran dua atau tiga tetes
cairan bening (madzi) pada kepala penis sebelum orgasme.
3. Fase orgasme (penyaluran kumpulan darah dan tegangan otot)
Reaksi umum pada kedua jenis kelamin :
a) Denyut jantung, tekanan darah, dan pernafasan meningkat sampai tingkat
maksimum.
b) Timbul spasme otot involunter.
c) Sfingter rektum eksterna berkontraksi.
a. Respon wanita :
a) Kontraksi ritmik yang kuat terasa di klitoris, vagina dan uterus.
b) Sensasi hangat menyebar diseluruh daerah pelvis.
b. Respon pria :
a) Testis terangkat ketingkat maksimum.
b) Titik yang tidak terelakan terjadi sesaat sebelum ejakulasi dan terasa ada
cairan di uretra.
c) Kontraksi pada penis, uretra anal spincter, vesikula seminalis, kelenjar
prostat, otot sphincter vesika urinaria interna dan vasdeferens.
d) Terjadi ejakulasi semen (ejakulat) yang terdiri dari sperma dari testis dan
cairan dari sekresi kelenjar vesicula seminalis, prostat dan bulbouretralis.

4. Fase resolusi (fisiologis dan psikologis kembali kedalam keaadan tidak


terangsang)
Reaksi umum pada kedua jenis kelamin :
a) Denyut jantung, tekanan darah, dan pernafasan kembali normal.
b) Ereksi puting susu mereda.
c) Miotonia berkurang.
d) Berkeringat.
a. Respon wanita :
a) Engorgement pada genetalia eksterna dan vagina berkurang.
b) Serviks dan uterus turun ke posisi normal
c) Ukuran payudara mengecil.
d) Kemerahan dikulit menghilang.
b. Respon pria :
a) 50% ereksi segera hilang setelah ejakulasi : penis secara bertahap kembali
keukuran normal.
b) Periode refrakter (waktu yang diperlukan supaya ereksi lagi) bervariasi
sesuai usia dan kondisi fisik secara umum.

2.3 Kehamilan dan Seksualitas


Perubahan kehidupan seksual dapat terjadi karena perubahan-perubahan
yangterjadi secara fisik dan mental, khususnya pada istri dan pasangan itu
umumnya.Kondisi yang lemah dari istri seperti karena mual-mual atau muntah,
nafsu makan yang menurun akan membuatnya lemah dan keinginan seksualnya
menurun.Kadang-kadang walau suami mengajak, istri sering menolak. Hanya bila
suamimerasa senang dengan kehamilan itu, dia dapat mengatasinya dengan
baik.Pada wanita yang tidak mengalami muntah atau mual yang
serius,makaaktivitas seksual tidak akan terganggu.
Bahkan cukup banyak dari mereka yang justru meningkat keinginan seksual
serta frekuensi hubungan seksnya karenamerasa bahagia telah hamil. Suami-istri
senang bersama-sama dan ingin menikmatinya dalam kontak seksual yang sering.
Pada 3 bulan kedua, Sekitar 80 persen wanita akan meningkat doronganseksnya.
Selain itu, mual atau muntah sudah hilang. Kesehatan umumnya akan meningkat.
Perasaan senang karena hamil. Pada sebagian faktor lain ialahterjadinya
pembesaran payudara yang membuat daya tariknya meningkat. Suamiakan merasa
lebih bergairah melihat istrinya yang payudaranya bertambah besar. besar
pasangan kontak seksual akan jauh lebih sering pada periode ini.Pada 3 bulan
ketiga, beban kehamilan itu sudah memberati si Ibu. Banyak wanita yang jadi
susah makan.Juga banyak keringat yang membuatnya tidak bersih, sehingga daya
tariknya pun menurun. Selain itu. pada kehamilan yangmulai tua, akan timbul
peningkatan cairan tubuh. Hampir semua badan letih atau bengkak. Air ditahan
dalam badan. Akibatnya, cairan vagina juga bertambah. Adaterasa licin yang
mengganggu sehingga kontak seksual menjadi kurang memuaskan.

2.4 Hubungan Seksualitas


Seksualitas merupakan suatu komponen integral dari kehidupan seorangwanita
normal, dimana hubungan seksual yang nyaman dan memuaskan merupakan salah
satu faktor yang berperan penting dalam hubungan perkawinan bagi banyak
pasangan (winkjosastro, 2002).
Hubungan seks adalah hubungan yang bukan hanya alat kelamin dan daerah
mudah terangsang yang ikut berperan tetapi juga psikologis dan emosi
(Manuaba,2002).
Frekuensi hubungan seksual selama kehamilan sangat tergantung pada kondisi
wanita. Semakin jarang hubungan frekuensi seksual pada pasangan, semakin tidak
sehat pernikahan tersebut. Hal ini dikarenakan masing-masing kebutuhan ada
yang tidak terpenuhi dan dapat menyebabkan rasa frustasi karena kurangnya
perhatian dari pasangan tentang hal seksual.
Frekuensi rata-rata berhubungan seks pada kehamilan adalah sebagai berikut:
Terimester pertama 2 kali perminggu, Trimester kedua 3 kali perminggu,
Trimester ketiga 1 kali perminggu (Andik, 2007). Jadi selama tidak menjadi
beban bagi istri, hubungan intim selama hamil tak jadi masalah. Namun jika istri
kehilangan dorongan seksual dan hanya melakukan hubungan seksual demi
memuaskan suami bisa hanya akan menjadi beban (Dianloka, 2008).

2.4.1. Hubungan seksual pada trimester ke-1 menurut (Suryoprajogo 2008)


adalah:
a. Hubungan Seksual pada Trimester Pertama (0-12 minggu)
Selama tiga bulan pertama kehamilan wanita yang mengalami mual muntah
karena pengaruh hormon terjadinya peningkatan hormon progresteron, sehingga
merasakan dorongan seksualnya menurun yang mengakibatkan berkurangnya
frekuensi semua aktivitas seksual. Keadaan ini mudah dipahami, karena mual dan
muntah yang terjadi dapat menimbulkan gangguan bagi kesehatan tubuh secara
umum. Meskipun terdapat bermacam-macam variasi dari masing- masing
pasangan, pola ketertarikan seksual pada trimester pertama kehamilan tetaplah
umum. Tidak mengherankan jika pada awal kehamilan terjadi penurunan minat
terhadap seks. Survey mengatakan bahwa 54% wanita mengalami penurunan
libido pada trimester pertama. Akan tetapi, pada wanita yang kehamilan trimester
pertamanya sangat nyaman, hasrat seksual yang muncul kemungkinan sama atau
bahkan meningkat dengan kondisi sebelum kehamilan terjadi. Sebagian kecil
wanita bahkan merasakan perubahan yang sangat signifikan terhadap kehidupan
seksualnya. Hal tersebut sering kali disebabkan oleh perubahan hormon pada awal
kehamilan yang membuat organ vulva lebih sensitif dan payudara yang lebih
berisi sehingga meningkatkan kepekaan terhadap sentuhan.

2.5 Seksualitas dalam Keperawatan


Fakta yang ada di Indonesia,berbagai intervensi terapiutik pemberian edukasi
dan konseling yang merupakan bagian dari tujuan pelayanan keperawatan,belum
optimal dilaksanakanoleh perawat di Imdonesia. Hasil wawancara dngan beberapa
perawat (afiyanti,2013,unpublised data) mengidentifikasi bahwa belum banyak
perawat yang secara optimal memberikan edukasi dan konseling tentang
kesehatan psikoseksual kepada para pasien. Kalaupun mereka memberikan
penjelasan tentang hal tersebut,penjelasan yang diberikan hanya terkesan sebagai
pesan singkat dan dilakukan sambil lalu.
Para pemberi pelayanan kesehatan,termasuk perawat perlu dibekali
pengetahuan,keterampilan dan memiliki rasa nyaman ketika menjelaskan masalah
seksualitas para kliennya. Selain itu,para perawat membutuhkan pengetahuan
dasar tentang konsep seksualitas,fungsi seksual,dan beberapa isu atau masalah
seksualitas. Keterampilan komunikasi yang dekuat,dan pengetahuan dalam
melakuan pemeriksaan atau mengkaji masalah seksualitas,kenyamanan personal
dalam mendiskusikan seksualitas,dan sikap perduli atau caring yang sensitif juga
diperlukan perawat dalam membantu mengatasi masalah seksualitas kliennya.
Selain itu,terdapat banyak nilai sosial,mitos,dan isu sosial dimasyarakat seputar
seksualitas serta aspek religi,pengaruh budaya pada peran gendr,dan keyakinan
berkenaan dengan orientasi seksual,iklim sosial dan lingkunga memengaruhi
sistem nilai personal setiap individu tentang konsep seksualitas.
Oleh krena itu,sampai saat ini pelayanan kesehatan dan keperawatan di
Indonesia memiliki standar pelayan untuk mempromosikan kesehatan seksual dan
reproduksi khususnya untuk para perempuan. Berdasarkan dua fakta
tersebut,terdpat kebutuhan yang tidak terpenuhi,baik kebutuhan para pasien
memperoleh penjelasan dn informasi dri para profesional kesehatan dalam
menyelesaikan masalah seksualitad dan reproduksinya,maupun kebutuhan para
peofesional pemberi layanan kesehatan untuk membantu menyelesaikan masalah
seksual dan reproduksi para pasien mereka.

2.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Seksual


1.Meningkatnya Seksualitas
Usia kematangan seksual bagi remaja putri pada saat usia haid pertama 13
tahun. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk
tingkah laku seksual tertentu, semakin tinggi dorongan seksual maka tingkat
perilaku seksualnya juga semakin tinggi.
2.Penundaan Usia Perkawinan
Adanya undang-undang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah
sedikitnya 17 tahun untuk wanita dan 20 tahun untuk pria. Norma sosial makin
lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, persiapan mental. Norma agama yang melarang untuk
melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
3.Adanya Penyebaran Informasi dan Rangsangan Seksual Melalui Media
Dengan teknologi yang canggih memudahkan untuk mengakses media yang
merangsang seksualitas remaja.
4.Komunikasi Keluarga
Adanya komunikasi yang baik dalam keluarga dapat menekan perilaku seksual
yang berbahaya.
5.Pergaulan yang Makin Bebas
Membuat perilaku seksual yang berbahaya semakin meningkat.
6.Ketaatan Beragama
Landasan agama yang kuat berpengaruh terhadap bentuk perilaku seksual remaja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual menurut Monks dan Knoers
(1987: 273) yaitu:
1.Usia
Usia seseorang mempengaruhi bentuk perilaku seksual seseorang. Pada masa
remaja seksualitas dimulai dengan perubahan tubuh, yang menimbulkan tujuan
baru dari dorongan seks, yaitu reproduksi. Tahap inilah yang disebut fase genital.
2.Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan mempunyai pandangan tentang bentuk dan perilaku
seksual yang berbeda. Pria lebih permisif terhadap perilaku seksual dibandingkan
wanita, mereka beranggapan bahwa seksualitas merupakan cara bersenggama,
cara pacaran, dan cara mencari hati lawan jenis. Sedangkan wanita lebih malu-
malu dan cenderung tidak tahu.

2.7 Asuhan Keperawatan Pada Seksualitas


Masalah terkait seksualitas
1.Ketidakefektifan pola seksual
-batasan karakteristik
a. kesulitan dalam aktivitas seksual
b. kesulitan dalam perilaku seksual
c. konflik nilai
d. perubahan dalam hubungan orang terdekat
e. perubahan pada aktivitas seksual
f. perubahan pada perilaku seksual
g. perubahan peran seksual
-faktor yang brhubungan
a. hambatan dalam hubungan dengan orang terdekat
b. konflik dengan orientasi seksual
c. konflik dengan perbedaan farian
f. keterampilan tentang alternatif yang berhubungan dengan seksual
g. kurang pengetahuan dengan alternatif yang berhubungan dengan seksual
h. modal peran tidak cukup
i. takut hamil
j. takut infeksi menular seksual
k. tidak ada orang terdekat
l. tidak ada prifasi
2. Harga diri rendah kronik
-batasan karakteristik
a. bergantung pada pendapat orang lain
b. ekspresi serba salah
c. ekspresi rasa malu
d. enggan mencoba hal baru
e. kegagalan hidup berulang
f. kontak mata kurang
g. melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri
h. perilaku bimbang
i. perilaku tidak asertif
-faktor yang berhubungan
a. gangguan psikiatrik
b. kegagalan berulangc. Ketidak sesuaian budaya
c. ketidaksesuaian spiritual
d. koping terhadapkehilangan tidak efrektif
e. kurang kasih sayang
f. kurang keanggotaan dalam kelompok
g. kurang aspek dari orang lain
h. merasa efek tidak sesuai
i. terpapar peristiwa traumatik

3. Gangguan Citra tubuhr


-batasan karakteristik
a. berfokus pada fungsi masa lalu
b. berfokus pada penampilan masa lalu
c. gangguan fungsi tubuh
d. gangguan pandangan tentang ubuh seseorang
e. gangguan struktur tubuh
f. menghindari melihat tubuh
g. menghindari menyentuh tubuh
h. menolak menerima perubahan
i. perasaan negatif tentang tubuh
-faktor yang berhubungan
a. ciderab
b. Gangguan fungsi psikososial
c. ketidaksesuaian budaya
d. ketidaksesuaian spiritual
e. perubahan fungsi kognitif
f. perubahan fungsu tubuh
g. peruban persepsi diri
h. trauma
4.Gangguan pola tidur
-batasan karakteristik
a. kesulitan jatuh tertidur
b. ketidakpuasan tidur
c. menyatakan tidak merasa cukup istirahat
d. perubahan pola tidur normal
e. sering terjaga tanpa jelas penyebabnya
-faktor yang brhubungan
a. gangguan karena pasangan tidur
b. halangan lingkungan,misal bising
c. imobilisasi
d. kurang prifasi
e. pola tidur tidak menyehatkan
5. Disfungsi seksual
-batasan karakteristik
a. gangguan aktivitas seksual
b. gangguan aksitasi selsual
c. gangguan kepuasan seksual
d. merasakan keterbatasan seksual
e. penuruna hasrat seksual
f. perubahan fungsi seksual yang tidak diinginkan
-faktor yang berhubungan
a. adanya penganiayaan,misal fisik/seksual
b. gangguan fungsi tubuh
c. gangguan struktur tubuh
d. konflik nilai
e. kurang pengetahuan tentang fungsi seksual
6. Gangguan rasa nyaman
-batasan karakteristik
a. ansietas
b. berkeluh kesah
c. gangguan pola tidur
d. gatal
e. gejala disstres
f. iritabilitas
g. kridakmampuan untuk rilek
-faktor yang berhubungan
a. gejala terkait penyakit
b. kurang konrol situasi
c. kurang prifasi
d. stimulasi lingkungan yang mengganggu
7.Stres berlebihan
-batasan karakteristik
a. dampak negatif dari stres,misal gejala fisik
b. ganggua berfungsi
c. gangguan pengambilan keputusan
d. perasaan tertekan
e. tegang
f. peningkatan ketidak sabran
-faktor yang berhubungan
a. stres berlebihan
b. stressor
c. stressor berulang
d. sumber daya tidak cukup
2.5.2 NOC & NIC
Ketidakefektifan pola seksual
NOC:
1.Setelah dilakukan tindakan askep selama 3x24 jam didapat status kecemasan
dengan indikator: Mengurangi penyebab kecemasan dari skala 1 Ke 5.
2.Setelah dilakukan askep selama 2x24 jam didapat status koping dengan
indikator: adaptasi perubahan hidup dari skala 1 ke 4
3.Setelah dilakukan askep selama 2x24 jam didapat status citra tubuh dgn
indikator: penyesuaian terhadap perubahan kesehatan skala 1 ke 4
NIC:
1. Pengurangan kecemasan
2.Peningkatan koping
3.Peningkatan citra tubuh
Harga diri rendah kronik
NOC:
1.Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam didapat status dukungan keluarga
dengan indikator: anggota keluarga bertanya bagaimana mereka dapat membantu
dari skala 1 ke 5
2.Setelah dilakukan askep selama 2x24 jam didapat keseimbangan alam perasaan
dengan indikator: menunjukkan alam perasaan yang stabil dari skala 2 ke 5
3.Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam didapat status harga diri dengan
indikator: perasaaan tentang nilai diri dari 1 ke 5
NIC:
1.Peningkatan sistem dukungan keluarga
2. Manajemen alam perasaan
3.Peningkatan sosialisasi
4.Membangun hubungan yang komplek
Gangguan Citra
NOC:
1.Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam didapat status kecemasan dengan
indikator: Mengurangi penyebab kecemasan dari skala 1 ke 5
2.Setelah dilakukan askep selama 2x24 jam didapat status perawatan diri dengan
indikator: mempertahankan kenbersihan tubuh skala 1 ke 5
3.Setelah dilakukan askep selama 2x24 jam didapat status perawatan diri dengan
indikator: orientasi kognitif dari skala 1 ke 5.
NIC:
1. Pengurangan kecemasan
2.Bantuan perawatan diri
3. Peningkatan kesadaran diri
4.Menghadirkan diri
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan
meliputi sek, identitas dan peran orientasi seksual,erotisme,kenikmatan,kemesraan
dan reproduksi. Fungsi dari seksualitas itu sendiri yaitu sebagai
kesuburan,kenikmatan,mempeerat ikatan dan meningkatkan intiman
pasangan,menegaskan maskulinitas atau feminitas, meningkatan harga
dirimencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan,mengurangi ansietas atau
ketegangan,pengambilan resiko,keuntungan materi.Seksualitas di pengaruhi oleh
beberapa dimensi yakni dimensi sosiokultural,dimensi agama dan etik,dimensi
psikologis,dan dimensi biologis.Ada banyak permasalahan seksualitas yang antara
lain di sebabkan oleh ketidaktahuan mengenai seks,kelelahan,konflik dan
kebosanan.
B.Saran
Masalah seksual merupakan masalah subyektif dank arena diagnosis
sering kali bergantung pada kesadaran orang untuk memeriksakan diri,masalah
atau gangguan seksual sulit sekali untuk di identifikasi,ditangani dan di pantau,
terutama jika masalahnya bersifat psikoseksua, untuk itu sebagai seorang perawat
perlu adanya promosi kesehatan seksual kepada masyarakat agar mengetahui
dengan benar konsep seksualitas untuk meningkatkan control dan meningkatkan
ksehatan seksual mereka. Apalagi kepada remaja yang rentan terlibat dalam
perilaku seksual yang beresiko menyebabkan infeksi menular seksual,kehamilan
tidak di harapkan, dan kesehatan seksual yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Uripmi Lia, 2011. Psikologi kebidanan. Jakarta: EGC
Amy G. Miron dan Charles D. Miron. 2006. Bicara Soal Cinta, Pacaran, dan Seks
Pada Remaja. Jakarta : Erlangga
Fitriyanti A. 2011. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja
Dengan Perilaku Remaja Dengan Perilaku Reproduksi Sehat. Medan
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan,
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Nurjanah, I, 2010, Intan’s Screening Diagnoses Assesment (ISDA), Mocomedia:
Yogyakarta
NANDA, 2007, Nursing Diagnoses: Definitions and Clasification 2007-2008,
Philadelphia
NANDA, 2010, Diagnosa Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2009-2010,
EGC: Jakarta
Bibilung. 2007. Hamil Dan Libido. Available From

Anda mungkin juga menyukai