Anda di halaman 1dari 1

1.

Urgensi pembentukan Undang-undang Kefarmasian

Rancangan Undang - Undang Kefarmasian menjadi penting karena adanya ketidakjelasan akan
payung hukum tertinggi yang menaungi praktik kefarmasian di Indonesia. Ketidakjelasan tersebut
berupa munculnya dua peraturan di tahun yang sama, yang sama-sama membahas tentang kesehatan.
Kedua peraturan tersebut adalah UU nomor 36 tahun 2009 dan PP nomor 51 tahun 2009, dimana
Peraturan Pemerintah tersebut mengacu pada Undang Undang nomor 23 tahun 1992 yang juga
berbicara tentang kesehatan. Peraturan Perundang undangan tersebut dibuat sebagai bentuk
pelaksanaan terhadap pasal 23 dari UU nomor 23 tahun 1992. Padahal, masa berlaku UU nomor 23
tahun 1992 sudah digantikan dengan adanya UU nomor 36 tahun 2009. Jika dilihat berdasarkan hierarki
perundang-undangan yang disebutkan dalam UU nomor 12 tahun 2011 pasal 7 ayat 1, peraturan yang
menjadi payung tertinggi untuk praktik kefarmasian adalah UU nomor 36 tahun 2009. Adapun hierarki
yang dimaksud tercantum sebagai berikut. RUU Kefarmasian adalah suatu landasan yang mengatur
tentang pendidikan, profesi apoteker, serta payung hukum yang mendasari praktik kefarmasian. Selain
itu, RUU Kefarmasian merupakan penjabaran serta jawaban dari hal hal yang melatarbelakangi di
bentuknya Rancangan Undang Undang serta regulasi yang berhubungan dengan RUU Kefarmasian. Para
Farmasis/Apoteker atau Tenaga Kefarmasian karena telah memiliki legalitas yang jelas maka sejatinya
layaklah disebut sebagai Profesi Kefarmasian, kemudian yang kedua adalah masyarakat akan merasa
aman dan nyaman dengan adanya Undang Undang Kefarmasian karena terlindungi dan tidak takut akan
maraknya kasus seperti saat ini karena akan ada sanksi yang tegas. Untuk menjawab kegalauan diatas,
mari saya suarakan dan langkahkan untuk pewujudan UU Kefarmasian.

2. Peran Teknis tenaga kefarmasian


Mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang peran teknis tenaga yang
membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian adalah Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi (Asisten apoteker). Adapun syarat syarat
administratif tenaga kefarmasian umumnya adalah mempunyai Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknik
Kefarmasian (STRTTK). Tempat tenaga kefarmasian yaitu antara lain industri farmasi termasuk obat
tradisional, apotik dan toko obat.
3. Perbedaan kewenangan antara apoteker
4. Singungan apoteker dan teknis tenaga kefarmasian dalam kefarmasian

Anda mungkin juga menyukai