Anda di halaman 1dari 16

1

kondsisi pandemi ini sangat berpengaruh pada dunia pendidikan.


Walaupun Covid-19 sangat berdampak dalam kehidupan terutama dunia
pendidikan, namun ada hikmah di balik itu khususnya bagi Pengawas Sekolah.
Pengawas sekolah harus tetap bekerja dan bisa menyesuaian diri dengan kondisi
yang tidak normal ini agar mutu dan kualitas pendidikan di sekolah tetap terjamin
dengan baik. Proses pengawasan juga berubah menjadi pengawasan serba digital
dengan memanfaatkan teknologi modern. Guru yang terbiasa melaksanakan
pembelajaran tatap muka telah beralih ke kelas-kelas virtual. Pengawas Sekolah,
Kepala Sekolah, Guru, dan siswa yang biasanya berinteraksi di ruang nyata telah
beralih ke ruang maya dengan bantuan teknologi IT. Bagi guru yang sudah
terbiasa dengan teknologi IT mengadapi masa pandemi Covid-19 dengan
mengajar melalui kelas-kelas virtual merupakan hal yang biasa saja, namun bagi
guru yang belum siap dengan teknologi IT akan menghadapi masalah tersendiri.
Teknologi IT ini akan menjadi kebutuhan pokok bagi setiap manusia terutama
bagi pendidikan baik itu dimasa pandemi ataupun dalam kondisi normal.
Ada 3 (tiga) tipe sekolah dalam kaitannya dengan kesiapan teknologi IT di
masa pandemi Covid-19, yaitu tipe A dimana sekolah telah siap dengan teknologi
IT sehingga tidak mengalami kendala pada saat ini, tipe B dimana sekolah telah
mengenal teknologi IT namun belum mampu menggunakannya sehingga adanya
pandemi Covid-19 mengalami kebingunan bahkan tidak tahu apa yang harus
dikerjakan, apalagi dengan sekolah tipe C dimana semua warga sekolah sama
sekali belum mengenal teknologi IT. Tipe B dan C membutuhkan pendampingan
yang serius di masa pandemi Covid-19.
Tugas pokok pengawas sekolah adalah melaksanakan pembinaan,
pendampingan akademik untuk guru, pendampingan manajerial untuk Kepala
Sekolah dan Tendik, serta pendampingan Bimlat untuk guru dan/atau Kepala
Sekolah. Pendampingan ini diperlukan dalam rangka penjaminan mutu
pendidikan di sekolah binaan sekalipun saat ini sedang berada dalam masa
darurat atau pandemi Covid-19. Laporan melaksanakan Pembinaan, Penilaian
Kinerja KS dan Guru pendampingan Bimlat akademik dan atau pendampingan
Bimlat manajerial merupakan bagian dari tugas pengawasan. Pendampingan
akademik dilakukan melalui pembinaan, pemantauan, penilaian, dan Bimlat
untuk guru, sedangkan pendampingan manajerial dilakukan melalui pembinaan,
pemantauan, penilaian, dan Bimlat untuk Kepala Sekolah. Pendampingan dalam
laporan ini selanjutnya dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu (1)
pendampingan akademik, (2) pendampingan manajerial, dan (3) pendampingan
Bimlat.

A Dasar Hukum
1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
5) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 sebagaimana diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
6) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
7) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan
8) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil
9) Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
10) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah
11) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
12) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 30 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Beban Kerja Guru
dan Pengawas Sekolah
13) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya, sebagaimana telah dirubah dengan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka
Kreditnya
14) Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6 Tahun 2011
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan
Angka Kreditnya
15) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 143 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya
16) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
17) Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala
Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2016 dan Nomor
I/56/XII/2016 tentang Penjelasan Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2016

b. Tujuan
Panduan Kerja Pengawas Sekolah Pendidikan Dasar dan Menengah
disusun untuk memudahkan pengawas sekolah dalam :
1) Merencanakan pengawasan (program pengawasan dan sasaran kerja
pegawai [SKP] Pengawas Sekolah);
2) Merencanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru/kepala
sekolah;
3) Melaksanakan pengawasan (program pengawasan dan SKP Pengawas
Sekolah);
4) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru/kepala
sekolah;
5) Melaporkan kegiatan pengawasan;
6) Melaporkan kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesional guru/kepala
sekolah;
7) Mengevaluasi hasil pelaksanaan pengawasan; dan
8) Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru/kepala
sekolah.

c. Hasil yang diharapkan


Dengan digunakannya Panduan Kerja Pengawas Sekolah Pendidikan
Dasar dan Menengah diharapkan Pengawas Sekolah dapat:
1) Melaksanakan tugas pokok Pengawas Sekolah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
2) Melaksanakan pengembangan karier;
3) Meningkatkan kinerja guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan
lainnya; serta
4) Meningkatkan mutu pendidikan.
d. Ruang Lingkup Pelaksanaan RTLPP:
Ruang lingkup pengawasan meliputi kepengawasan akademik dan
manajerial. Kepengawasan akademik dan manajerial tersebut tercakup dalam
kegiatan :
(1) penyusunan program pengawasan;
(2) pelaksanaan program pengawasan;
(3) evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan;
(4) membimbing dan melatih profncaesional guru dan/atau kepala sekolah.

1. Pembinaan Guru Melalui Supervisi Akademik


Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap
sebagai orang yang berperan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yang
merupakan cerminan mutu pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan guru
dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Sehingga kemampuan guru tersebut
berpengaruh terhadap jalannya pendidikan di sekolah.
Kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
tugas pembelajaran disekolah dan bertanggungjawab atas peserta didik dibawah
bimbingan dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Kinerja
merupakan prilaku atau kemampuan seiorang guru dalam melaksanakan tugasnya
secara profesional sesuai dengan tujuan pengajaran atau keawjibannya sebagagai
pendidik.
Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru
merupakan komponen yang harus dibina dan dikembangkan terus menerus.
Pembinaan guru sangatlah penting dalam meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan. Pembinaan guru selama ini adalah dari kepala sekolah dan pengawas.
Menjadi pengawas bukanlah mencari-cari kesalahan guru melainkan membina
guru agar lebih profesional dalam menjalankan tugasnya.
Pembinaan guru berarti serangkaian usaha bantuan kepada guru terutama
bantuan berwujud dalam layanan profesioanl yang dilakukan oleh pengawas
sekolah untuk meningkatkan proses hasil belajar siswa dan sebagai mitra guru
dalam mencari solusi terhadap kesulitan-kesulitan atau hambatan-hambatan yang
dialami guru dalam menjalankan tugasnya.
Salah satu tugas pengawas sekolah adalah melaksanakan supervisi
akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan
keterampilan teknik dalam melaksanakan supervisi. Ada dua macam teknik
supervisi yaitu :
1. Teknik individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan
terhadap guru.
2. Teknik supervisi kelompok adalah salah satu cara melaksanakan
program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih.

2. Penilaian Kinerja
Pengertian Penilaian kinerja terhadap guru oleh pengawas sekolah
merupakan penilaian kinerja guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala
sekolah pada unsur pembelajaran (14 kompetensi guru mapel/kelas, 17
kompetensi guru BK, atau 12 kompetensi guru TIK). Perangkat penilaian yang
digunakan adalah sebagaimana telah diatur dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun
2010 atau ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Kegiatan penilaian
pada pengawasan akademik meliputi:
1) Penilaian kinerja kepala sekolah pada unsur pembelajaran dan
2) Menganalisis hasil penilaian kinerja guru yang telah dilaksanakan oleh
kepala sekolah dan/atau oleh guru yang ditunjuk.

2.1. Penilaian Kinerja Kepala Sekolah


Yang dimaksud dengan kinerja kepala sekolah adalah hasil kerja yang
dicapai kepala sekolah mengelola sekolah yang dipimpinnya. Hasil kerja tersebut
merupakan refleksi dari kompetensi yang dimilikinya. Pengertian tersebut
menunjukkan bahwa kinerja kepala sekolah ditunjukkan dengan hasil kerja dalam
bentuk konkrit, dapat diamati, dan dapat diukur baik kualitas maupun
kuantitasnya. Kinerja kepala sekolah dalam tulisan ini diukur dari tiga aspek
yaitu: (a) perilaku dalam melaksanakan tugas yakni perilaku kepala sekolah pada
saat melaksanakan fungsi-fungsi manajerial, (b) cara melaksanakan tugas dalam
mencapai hasil kerja yang tercermin dalam komitmen dirinya sebagai refleksi dari
kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang dimilikinya, dan (c) hasil dari
pekerjaannya yang tercermin dalam perubahan kinerja sekolah yang dipimpinnya.
Ketiga aspek di atas menjadi ranah dari penilaian kinerja kepala sekolah yang
dikembangkan dalam meiningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
Penilaian kinerja kepala sekolah yang dilaksanakan oleh pengawas
sekolah bertujuan untuk:
1. Memperoleh data tentang pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan tanggung
jawab kepala sekolah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajerial dan
supervisi/pengawasan pada sekolah yang dipimpinnya.
2. Memperoleh data hasil pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai peminpin sekolah.
3. Menentukan kualitas kerja kepala sekolah sebagai dasar dalam promosi dan
penghargaan yang diberikan kepadanya.
4. Menentukan program peningkatan kemampuan profesional kepala seko-lah
dalam konteks peningkatan mutu pendidikan pada sekolah yang
dipimpinnya.
5. Menentukan program umpan balik bagi peningkatan dan pengembangan diri
dan karyanya dalam konteks pengembangan karir dan profesinya.

Hasil penilaian kinerja akan bermanfaat bagi kepala dinas pendidikan dalam
menentukan promosi, penghargaan, mutasi dan pembinaan lebih lanjut.
Sedangkan bagi pengawas sekolah sendiri hasil penilaian kinerja kepala sekolah
dapat dijadikan dasar dalam menyusun program pengawasan khususnya dalam
membina kemampuan profesional kepala sekolah.

2.2. Menganalisis Hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang dilakukan oleh KS.
. Pentingnya Penilaian kinerja guru (PK guru) merupakan penilaian tiap
butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karier, kepangkatan dan
jabatannya. Penilaian kinerja guru sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran
harus mampu memberikan informasi yang dapat membantu guru meningkatkan
kemampuan mengajarnya dalam rangka membantu siswa mencapai
perkembangan pendidikan secara optimal. Pelaksanaan PK guru dilakukan di
sekolah oleh Kepala Sekolah. Apabila Kepala Sekolah tidak dapat melaksanakan
sendiri karena jumlah guru yaqng dinilai terlalu banyak, maka kepala sekolah
dapat menunjuk guru Pembina atau Koordinator pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB) sebagai penilai. Komponen Penilaian Kinerja Guru di
Indonesia ada 14 komponen. Waktu pelaksanaan penilaian kinerja guru di awal
tahun pelajaran dan akhir tahun pelajaran dengan prosedur persiapan,
pelaksanaan, pemberian nilai dan pelaporan.
Tunjangan profesi guru harus disesuaikan dengan kinerja yang diperoleh
guru yang bersangkutan. Faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah motivasi,
etos kerja dan lingkungan kerja. Penilaian kinerja guru selain kepala sekolah harus
melibatkan pihak eksternal (orang tua, tokoh masyarakat dan peserta didik) untuk
menjaga obyektifitas penilaian. Perlu diberikan penghargaan bagi guru dan
kelompok guru yang memperlihatkan kinerja baik selama mengajar. Perlu
memberikan hukuman bagi guru yang memiliki kinerja kurang atau tidak baik.
Hasil penilaian kinerja guru oleh kepala sekolah akan dianalisis oleh
pengawas untuk mengetahui seberapa jauh kepala sekolah dapat melakukan
penilaian kenerja guru secara obyektif dan juga sebagai bahan refleksi kepala
sekolah dalam menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi
dan keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah serta untuk
menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran,
pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut.
3. Pembimbingan dan Pelatihan (Bimlat) Profesional Guru dan/atau KS
sesuai dengan masalah utama pembelajaran.
Pembimbingan dan pelatihan profesional adalah salah satu tugas pokok
pengawas yang harus dilaksanakan. Pembimbingan dan pelatihan profesional
tersebut dilaksanakan kepada guru, dan atau kepala sekolah. Pembimbingan dan
pelatihan dilakukan kepada guru dalam rangka peningkatan kompetensi guru
dalam pembelajaran dan memenuhi tuntutan pengembangan karirnya. Sedangkan
pembimbingan dan pelatihan yang dilakukan kepada kepala sekolah dalam rangka
untuk memenuhi tuntutan pengetahuan dan ketrampilan kepala sekolah dalam
pengelolaan satuan pendidikan untuk keterlaksanaan dan pemenuhan delapan
standar Nasional Pendidikan.
Didalam peraturan menteri PAN dan RB nomor 14 Tahun 2016 Tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya menyatakan bahwa tugas pokok Pengawas Sekolah
adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan
pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan
pembinaan, pemantauan pelaksanaan Delapan Standar Nasional Pendidikan,
penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil
pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di
daerah khusus. Dengan demikian, pengawas sekolah dituntut mempunyai
kualifikasi dan kompetensi yang memadai untuk mampu melaksanakan tugas
pengawasan.
Kualifikasi dan kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi
sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12
Tahun 2007, tentang standar pengawas sekolah/ madrasah yaitu kompetensi
kepribadian, kompetensi supervisi akademik, kompetensi supervisi manajerial,
kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan, dan
kompetensi sosial.
Berkaitan dengan kompetensi evaluasi pendidikan, maka setelah pengawas
melaksanakan kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesional kepada guru dan
kepala sekolah, maka dalam rangka mengetahui secara jelas hasil pelaksanaan
pembimbingan dan pelatihan yang sudah diprogramkan, maka disusun laporan
evaluasi pelaksanaan program yang berisi secara komprehensif tentang
pelaksanaan program dan tindak lanjutnya. Laporan evaluasi pembimbingan dan
pelatihan profesional ini penting karena akan menyangkut hasil, evaluasi dan
tindak lanjut yang harus dilakukan atas pelaksanaan pembimbingan dan latihan
yang telah dilakukan oleh pengawas.

4. Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)


Langkah awal sebelum melakukan PTS adalah membuat proposal.
Proposal merupakan rencana langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
melaksanakan PTK. Bila proposal ini salah, maka pelaksanaan PTS pun akan
salah pula. Oleh sebab itu, proposal harus dibuat dengan benar dahulu jika ingin
melaksanakan PTS dengan benar pula. Jika PTS itu melalui bimbingan,
pembimbing tidak akan mengizinkan peneliti mengambil data di lapangan
sebelum proposal itu disetujuinya. Jika PTS itu didanai sponsor, maka proposal
itu belum akan mendapatkan dananya selama proposalnya belum benar.
Beberapa hal yang perlu dipahami dan diperhatikan dalam penulisan PTS
pada umumnya adalah sebagai berikut :
a. Judul
Judul PTS minimal berisi informasi tentang:
1) apa yang akan ditingkatkan?,
2) menggunakan tindakan apa?, dan
3) siapa yang akan ditingkatkan?

b. Latar belakang masalah


Dalam latar belakang masalah, peneliti menceritakan hal-hal yang
melatarbelakangi mengapa peneliti memilih judul tersebut. Peneliti dalam
latar belakang masalah ini seolah-olah sebagai orang mata-mata yang
sedang mengamati sekolah tempat terjadinya perkara. Untuk
memunculkan alasan-alasan memilih judul tersebut, peneliti dapat
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang
perkepalasekolahan, tetapi belum efektif pelaksanaannya. Latar belakang
masalah dapat pula mengacu pada krisis pengelolaan sekolah. Dalam latar
belakang ditampakkan secara tersurat atau tersirat masalah-masalah yang
nantinya menjadi identifikasi masalah secara berurutan. Akhirnya, latar
belakang ditutup dengan kalimat kunci yang menekankan pentingnya
masalah tersebut untuk segera diteliti dan dampaknya jika penelitian itu
ditunda-tunda.

c. Rumusan Masalah
Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan
pemecahannya. Perumusan masalah merupakan pertanyaan atau
pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang
akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah.
Perumusan masalah yang baik berarti telah menjawab setengah rumusan
masalah. Masalah yang telah dirumuskan dengan baik bukan saja
membantu memusatkan pikiran, tetapi juga sekaligus mengarahkan cara
berpikir kita. Menemukan masalah adalah langkah awal setiap penelitian.
Masalah yang baik adalah: (1) di bawah kewenangan kepala
sekolah/madrasah /madrasah untuk memecahkannya, (2) bermanfaat bagi
kemajuan sekolah, (3) praktis (mudah dan murah untuk dilaksanakan), dan
(4) legalistis (ada dasar hukumnya). Tujuan utama PTS adalah untuk
melakukan tindakan untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu,
perumusan masalah berkaitan dengan tujuan tersebut.
d. Tujuan penelitian
Tujuan Penelitian : Untuk meningkatkan kemampuan pengawas
dalam menyusun dan menulis PTS guna pengembangan karir secara
profesioanal.
Kajian Teori
Berisi konsep, prinsip, yang terkait dengan masalah/ yang diteliti
sebagai dasar dalam pemecahan masalah. Acuan teori menguraikan kajian
teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan
rancangan PTS. Pada acuan teori, tuliskan berbagai teori (berdasar pada
kajian kepustakaan) yang mendasari usulan rancangan PTK
ini. Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang
mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian
tersebut. Untuk masalah PTS tentang masih rendahnya inovasi untuk
memecahkan masalahnya pilih buku-buku dan hasil peneltian terdahulu
yang relevan tentang inovasi. Kemudian simpulkan definisinya menurut
Anda. Analisis perbedaan dan persamaan masing-masing
pendapat.Analisis kelebihan dan kelemahan masing-masing pendapat.
Putuskan Anda berpihak kepada pendapat siapa dan uraikan alasannya.
Metode penelitian
Metode penelitian menjelaskan tentang apa yang akan
ditingkatkan, bagaimana cara meningkatkan, dan siapa yang akan
ditingkatkan (subjek), objek, metode penelitian yang digunakan yaitu PTS,
validitas dan reliabilitas instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data
yang digunakan, dan langkah-langkah PTS.
Cara menuliskan daftar pustaka
Banyak model pembuatan daftar pustaka tergantung siapa
sponsornya. Misalnya model American Psychology Association (APA).
Cara membuat daftar pustaka mengacu pada model Pusat Pengembangan
Bahasa Indonesia yang terdapat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008). Kriteria kepustakaan yang baik. Sedikitnya ada dua syarat utama
harus dipenuhi oleh sumber bacaan yang akan digunakan
dalam acuan teori; (1) adanya keterkaitan antara isi bacaan dengan
masalah yang dibahas, dan (2) kemutahiran sumber bacaan, artinya
sumber bacaan yang sudah kadaluwarsa harus ditinggalkan.
Nama pengarang, Tahun penerbitan, Judul buku dicetak miring.
Kota penerbit: Penerbit. Buku, artikel, dan sumber lain yang boleh
dituliskan dalam daftar pustaka adalah acuan yang dikuti saja. Buku,
artikel, dan sumber lain yang tidak dikutif tidak boleh dituliskan dalam
daftar pustaka. Hal yang sering tejadi adalah peneliti menuliskan sumber
acuan yang tidak dikutip atau sebaliknya, acuan dikutip tetapi tidak ada di
dalam daftar pustaka. Setiap acuan diketik satu spasi. Spasi acuan satu
dengan lainnya berjarak 2 spasi.

5. Peningkatan kompetensi calon pengawas sekolah berdasarkan hasil


Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK)
Analisis Kebutuhan Pengembanagan Keprofesian (AKPK) bagi calon
kepala sekolah. Dimensi Kompetensi AKPK bagi Calon Kepala Sekolah
didasarkan pada lima dimensi kompetensi profesional calon kepala
sekolah/madrasah, yaitu: Dimensi Kepribadian, Dimensi Manajerial, Dimensi
Kewirausahaan, Dimensi Supervisi, dan Dimensi Sosial. Tujuan Para calon kepala
sekolah/madrasah didorong untuk menggunakan patokan kompetensi yang ada di
dalam AKPK ini untuk: Mengidentifikasi bagian-bagian dari kompetensi kepala
sekolah yang sudah dimiliki oleh calon kepala sekolah. Bagian-bagian ini
merupakan kekuatan. Mengidentifikasikan bagian-bagian dari kompetensi kepala
sekolah yang belum dimiliki oleh calon kepala sekolah. Bagian-bagian ini
merupakan bagian-bagian ini yang memerlukan penguatan. AKPK ini dirancang
untuk membantu calon kepala sekolah/madrasah untuk mengidentifikasi sejauh
mana ia telah mencapai kompetensi tersebut sesuai dengan peran
kepemimpinannya sebagai calon kepala sekolah. AKPK dibagi ke dalam tiga
kolom. Kolom berisi penerapan yang diharapkan dipenuhi oleh seorang calon
kepala sekolah/madrasah yang berkompetensi. Seorang calon kepala
sekolah/madrasah mungkin sudah mendapatkan pengalaman-pengalaman yang
digambarkan pada contoh tersebut, yang berkaitan dengan kegiatan
kepemimpinan dan manajemen baik sebagai seorang guru, pemimpin dan juga
calon kepala sekolah/madrasah di sekolah/madrasah dimana ia bertugas. Kolom
merupakan refleksi atas pengetahuan dan praktik-praktik yang telah dikuasai dan
dilakukannya. Calon kepala sekolah perlu menilai diri sendiri terhadap
penguasaan dan praktik-praktik yang telah dikuasai dan dilakukannya dengan
memberi respon berdasarkan 4 pilihan jawaban A, B, C, atau D yang tersedia.
Calon kepala sekolah harus memberi nilai yang paling sesuai (JUJUR) dengan
gambaran tingkat kompetensi yang telah dimiliki. Kolom DI LAKUKAN
CALON KEPALA SEKOLAH diisi oleh calon kepala sekolah dengan satu atau
lebih contoh praktik yang dilakukannya untuk mendukung nilai yang telah
diberikan pada kolom Tingkat Penilaian Kompetensi.

e. Visi, Misi dan Tujuan


Pengawasan Visi:
"Terwujudnya insan yang, cerdas, berakhlak, profesional, dan berbudaya melalui
pengawasan sekolah di Wilayah Pendidikan Banyuwangi"
Diterjemahkan menjadi sejumlah indikator visi sebagai berikut:
1) Insan yang cerdas adalah insan yang memiliki daya kapabilitas tinggi
dalam merealisasikan kecerdasan spiritual beriman dan takwa, kecerdasan
emosional, kecerdasan sosial, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan
kinestetis. Kecerdasan spiritual tercermin melalui kemampuan
beraktualisasi diri dalam hal olah hatikalbu untuk menumbuhkan dan
memperkuat keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, budi pekerti luhur, dan
kepribadian unggul. Kecerdasan emosional tercermin melalui kemampuan
beraktualisasi diri dalam hal olah rasa untuk meningkatkan kualita a
sensitivitas dan apresiasi terhadap kehalusan dan keindahan seni dan
budaya dan b kompetensi dalam mengekspresikannya. Kecerdasan sosial
tercermin melalui kemampuan beraktualisasi diri dalam realitas interaksi
sosial. Kecerdasan intelektual tercermin melalui kemampuan
beraktualisasi diri dalam hal olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan
kemandirian dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan sikap kritis, kreatif,
dan imajinatif. Kecerdasan kinestetis tercermin melalui kemampuan
beraktualisasi diri dalam bidang olah raga untuk mewujudkan insan
adiraga yang sehat, bugar, berdaya tahan, sigap, terampil, dan trengginas.
2) Insan yang berakhlak adalah insan yang memiliki kapabilitas tinggi dalam
merealisasikan pikiran dan tindakan positif dan menghindari pikiran dan
tindakan negatif sesuai dengan norma agama, sosial, dan perundang-
undanganperaturan yang berlaku.
3) Insan yang profesional adalah insan yang memiliki kapabilitas tinggi
dalam mengekspresikan kinerja dan produk kerja. Memahami dan
melaksanakan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan, mampu
berkomunikasi secara efektif yang relevan dengan pengembangan bidang
kerjanya.
4) Insan yang berbudaya adalah insan yang memiliki kapabilitas tinggi dalam
interaksi dan adaptasi sosial, serta menjunjung tinggi nilai-nilai luhur hasil
olah hati, olah pikir, olah rasa, olah batin, dan olah rohani yang terkandung
dalam budaya bangsa. Pada hakikatnya indikator visi ini sejalan dan
merupakan keinginan untuk mewujudkan falsafah pembangunan Jawa
Timur, yakni : Noto Roso, Among Roso, Mijil Tresno, Agawe Karyo.
Falsafah tersebut memberikan legitimasi terbentuknya insan yang
berbudaya harus mampu mengatur perasaan diri sendiri sebelum berbagi
rasa, bersemangat dan menyamakan persepsi dengan orang lain, sehingga
timbul saling menghormati dan timbul rasa kasih manusiawi silih asih dan
silih asah sebagai sendi terciptanya saling pengertian dengan
mengedepankan persatuan dan kesatuan untuk selanjutnya bersama-sama
membangun bangsa ini silih asuh.

Misi :
1) Meningkatkan kompetensi pengawas melalui pelatihan dan pengembangan
profesi.
2) Melakukan koordinasi fungsi pengawasan yang dilakukan lintas sektoral.
3) Melaksanakan penilaian, pembinaan, dan pemantauan terhadap sekolah,
kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam penerapan 8
Standar Nasional Pendidikan.
4) Meningkatkan mutu pendidikan melalui efektivitas pelaksanaan
pengawasan yang berorientasi akuntabilitas, objektivitas, dan mandiri.
5) Mendorong terwujudnya akuntabilitas di sekolah yang efektif dan efisien.
6) Meningkatkan profesional kerja praktisi pendidikan di sekolah melalui
pembinaan dan pelatihan sehingga dapat menciptakan peserta didik yang
cerdas dan kompetitif.
7) Menegakkan etika dan moral pengelolaan dan pelaksana pendidikan."

Tujuan Pengawasan :
Berdasarkan Visi Misi diatas maka tujuan pengawasan adalah:
1) Mendorong peningkatan Aksesbilitas dan Kualitas Pendidikan dan Mutu
Pendidik;
2) Mendorong terwujudnya fasilitasi hasil karya cipta pendidikan SMK.
3) Membantu memberikan solusi terhadap sekolah binaan dalam memcahkan
permasalahan yang dihadapi sekolah binaan.

f. Sasaran Pengawasan
Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Cabang Dinas Wilayah Kabupaten
Banyuwangi Propinsi Jawa Timur Nomor :800/1825/101.6.7/2020 bahwa tempat
magang calon pengawas yaitu di sekolah :
1. SMK Negeri 1 Glagah Banyuwangi
2. SMK Negeri Ihya’ Ulumudin Singojuruh.

Anda mungkin juga menyukai