Anda di halaman 1dari 18

1.

Pertama, sebuah perusahaan menciptakan nilai bagi Anda dengan memberikan


keuntungan ke dalam perusahaannya. Tidak hanya sekedar menciptakan laba, namun laba
ini diharapkan meningkat dari waktu ke waktu. Semakin tinggi sebuah perusahaan
mencetak laba, maka semakin besar value yang diberikan kepada Anda pemegang
sahamnya. Misalkan di tahun ini perusahaan mencetak laba Rp 100 miliar, dan di tahun
berikut nya perusahaan mencetak laba Rp 110 miliar, maka value yang diberikan kepada
Anda juga ikut meningkat. Sebaliknya apabila ternyata di tahun berikutnya perusahaan
mencetak laba Rp 90 miliar, maka value yang diberikan kepada Anda ikut menurun.
Kedua, sebuah perusahaan tidak hanya menciptakan nilai bagi Anda dengan memberikan
keuntungan yang lebih besar ke dalam perusahaan, perusahaan juga memberikan nilai
yang lebih besar kepada pemegang saham dengan meningkatkan ekuitas. Bagaimana cara
perusahaan meningkatkan ekuitas? Salah satunya adalah dengan memutarkan kembali
laba bersih yang didapatkan pada tahun sebelumnya sebagai Laba Ditahan. Laba ditahan
ini biasa disebut sebagai retained earnings. Dengan ekuitas yang semakin besar,
perusahaan dapat melakukan ekspansi usaha yang lebih besar, dan dalam jangka yang
lebih Panjang diharapkan akan mencatatkan kembali keuntungan yang lebih besar.
Ketiga, sebuah perusahaan bisa menciptakan nilai bagi Anda dengan memberikan
dividend. Ketika perusahaan mencetak keuntungan, perusahaan tidak hanya memutarkan
kembali keuntungan tersebut sebagai Laba Ditahan (Retained Earnings), melainkan juga
membagikan sebagian keuntungannya kepada pemegang saham dalam bentuk dividend.
Bedanya, dividend ini dapat langsung Anda nikmati sesuai dengan jadwal pembagian
dividend yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Namun perlu dicatat, porsi pembagian
dividend yang terlalu besar justru
2. Hal yang perlu diperhatikan jika menggunakan metode pengukuran kinerja finansial
perusahaan, adalah dimana dalam pengukuran kinerja perusahaan dapat dikelompokkan
menjadi pengukuran kinerja non keuangan (non-financial performance measurement) dan
pengukuran kinerja keuangan (financial performance measurement).
1) Pengukuran Kinerja Keuangan
Menurut Sutrisno (2009: 53) menjelaskan pengertian kinerja keuangan
perusahaan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam periode tertentu
yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja
keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode
analisis. Metode analisis laporan keuangan yang dapat digunakan antara lain
analisis rasio keuangan, analisis nilai tambah pasar (Market Value Added/MVA),
dan analisis nilai tambah ekonomis (Economic Value Added/EVA)”.
Penilaian kinerja keuangan perusahaan juga ditimbulkan sebagai akibat dari
proses pengambilan keputusan manajemen, hal ini merupakan persoalan yang
cukup rumit, karena menyangkut persoalan efektivitas pemanfaatan modal
efisiensi, dan profitabilitas dari kegiatan operasional perusahaan. Pendekatan rasio
profitabilitas (profitability ratio method), merupakan suatu pendekatan yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan.
A. Perhitungan Dengan Menggunkan Rasio Keuangan
Metode rasio profitabilitas yang dijelaskan berikut ini hanya berkaitan
dengan penilaian atas hasil dari investasi yang terdiri atas:
1) Hasil dari total aktiva atau hasil dari investasi (Return On Assets
atau Return On Investments), merupakan perbandingan antara laba
bersih setelah pajak dengan total aktiva. Metode hasil atas total
aktiva ini, digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan
memanfaatkan sumber ekonomi yang berupa total aktiva untuk
menciptakan keuntungan. Formula yang digunakan untuk
menghitung hasil dari total aktiva (Return On Assets atau Return
On Investment) atau ROA/ROI, sebagai berikut:
2) Dimana :
ROA = Tingkat pengembalian atas asset
Net Profit After Tax = Laba bersih setelah pajak
Net assets = Total asset
Dimana :
ROI = Tingkat pengembalian atas asset
Net Profit after tax = Laba
Net Assets = Total Investasi
3) Hasil dari ekuitas (Return On Equity), merupakan perbandingan
antara laba bersih setelah pajak dengan ekuitas. Metode ini
memberikan gambaran tentang pengukuran efektivitas perusahaan
dalam memanfaatkan ekuitas untuk menciptakan keuntungan.
Formula untuk menghitung hasil dari ekuitas (Return On Equity)
atau ROE sebagai berikut:
Dimana :
ROE = Return on Equity
Net Income = Laba bersih
Shareholder's equity = Dana yang diinvestasikan pemegang
saham pada perusahaan.
4) Hasil dari penjualan (Return On Sales / Profit Margin),merupakan
perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan
bersih. Metode ini memberikan gambaran tentang pengukuran
efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan hasil penjualan
untuk menciptakan keuntungan. Formula untuk menghitung
hasil dari penjualan (Return On Sales) atau ROS sebagai berikut:
Dimana:
ROS = Return on Sales
Net Income = Laba bersih
Sales = Total penjualan
Pendekatan rasio profitabilitas memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan pendekatan rasio profitabilitas adalah
proses perhitungan kinerja investasi dengan metode yang relatif
sederahana. Sedangkan kekurangannya adalah:
I. Tidak mendasarkan pada arus kas, sehingga hasil dari
investasi tidak mencerminkan nilai riil.
II. Tidak mempertimbangkan nilai waktu uang dan
III. Hasil atas investasi bukan merupakan hasil atas investasi
secara netto, karena tidak dikurangkan dengan biaya
ekuitas yang diperoleh dalam rangka menghimpun
dana untuk diinvestasikan.

B. Pengertian EVA
EVA (Economic Valu Added) merupakan metodepenilaian kinerja
keuangan perusahaan berdasarkan nilai tambah (Value Added). Metode
EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart & Stern seorang analis
keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun 1993. Di
Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah
Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk
mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan
bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu
memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of
capital)”. EVA merupakan alat komunikasi yang efektif baik untuk
penciptaan nilai yang dapat dijangkau oleh manajer lini yang akhirnya
mendorong kinerja perusahaan dan untuk berhubungan dengan pasar
modal.” Berdasarkan definisi EVA yang dikemukakan oleh beberapa ahli
tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya EVA merupakan alat untuk
menilai kinerja keuangan perusahaan berdasarkan nilai tambah yang
memperhatikan adanya biaya modal (cost of capital) yang ditanggun
perusahaan. EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk
menilai kinerja keuangan perusahaan karena EVA memperhatikan adanya
biaya modal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa EVA merupakan
metode analisis keuanga untuk menilai profitabilitas dan kinerja
manajemen dari operasi perusahaan.
Perhitungan EVA
Menurut Young & O’Byrne (2001:39), EVA sama dengan
selisih antara laba operasi perusahaan setelah pajak (NOPAT) dengan
biaya modal. Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan
perusahaan dikalikan dengan biaya modal rata-rata tertimbang. Secara
matematis dirumuskan sebagai berikut:
EVA = NOPAT – (WACC x Modal yang diinvestasikan)
Keterangan :
NOPAT = Net Operating Profit After Taxes (Laba operasi bersih
setelah pajak)
EBIT = Earning Before Interest And Taxes (Laba sebelum pajak)
WACC Capital = Weighted Average Cost (Biaya modal rata-rata
tertimbang)
EVA yang positif (EVA > 0) menandakan perusahaan berhasil
menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahaan mampu
menghasilkan tingkat penghasilan melebihi tingkat biaya modal.
Sebaliknya EVA yang negatif (EVA < 0) menunjukkan bahwa nilai
perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah daripada
biaya modalnya.
C. Pengertian MVA (Market Value Added)
Konsep Market Value added (MVA) juga dikembangkan oleh Stewart &
Stern. Menurut Warsono (2003:47) “Market Value Added (MVA) adalah
perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan pada periode tertentu
dengan nilai ekuitas yang dipasok para investorny”. MVA hanya dapat
dihitung atau diaplikasikan pada perusahaan publik atau yang listed di
pasar modal. Menurut Winarto (2005:4) “Market value added (MVA)
adalah perbedaan antara modal yang ditanamkan di perusahaan sepanjang
waktu (untuk keseluruhan investasi baik berupa modal, pinjaman, laba
ditahan dan sebagainya) terhadap keuntungan yang dapat diambil
sekarang, yang merupakan selisih antara nilai buku dan nilai pasar dari
keseluruhan tuntutan modal. MVA harus menjadi tujuan utama
perusahaan yang menitikberatkan pada kemakmuran pemegang saham.
Pada dasarnya MVA adalah suatu konsep untuk menilai
kinerja keuangan perusahaan dari sudut pandang eksternal dengan
menghitung selisih antara nilai pasar saham dengan nilai buku saham.
Perhitungan MVA
Nilai tambah pasar (MVA) dari sebuah perusahaan merupakan hasil dari
selisih nilai pasar perusahaan dikurangi oleh komponen biaya yang telah
dikeluarkan perusahaan untuk modal investasinya (Winarto, 2005:5).

A. Baridwan dan Legowo (2002:143) merumuskan MVA sebagai


berikut :
MVA = Market Value 0f equity (MVE) - Book Value of equity (BVE)
MVE = Shares outstanding x stock price
BVE = Shares outstanding x nominal value of share
B. Hanafi (2008:55) merumuskan MVA adalah sebagai berikut:
MVA = Nilai Pasar Saham– Nilai Buku Saham
Nilai pasar saham dapat dicari dengan mengalikan harga pasar
perlembar saham dengan jumlah saham yang beredar dipasar.
Menurut Winarto (2005:5) langkah yang harus ditempuh untuk
menghitung nilai MVA adalah:
a. Menghitung jumlah saham yang beredar (the number of
shareoutstanding)
b. Menghitung harga pasar (share price)
c. Menghitung nilai buku ekonomis per lembar saham (economic
book value per share)
d. Menghitung MVA

MVA yang positif ( MVA>0 ) berarti menunjukkan pihak


manajemen telah mampu meningkatkan kekayaan pemegang
saham dan MVA yang negatif ( MVA<0 ) mengakibatkan
berkurangnya nilai modal pemegang saham sehingga
memaksimumkan nilai MVA seharusnya menjadi tujuan utama
perusahaan dalam meningkatkan kekayaan pemegang saham
(Gatot, 2008:359). Menurut Young & O’byrne (2001:27) “semakin
besar MVA semakin baik, MVA yang negatif berarti nilai dari
investasi yang dijalankan manajemen kurang dari modal yang
diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal, yang berarti
bahwa kekayaan telah dimusnahkan”.

Kesimpulan

Penilaian kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan suatu metode atau
pendekatan. Pengukuran kinerja dapat dikelompokkan menjadi pengukuran kinerja non
keuangan (non financial performance measurement) dan pengukuran kinerja keuangan
(financial performance measurement). Selama ini untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan, biasanya dinilai dengan laba akuntansi, dengan alat ukur yang lazim
digunakan untuk mengukur tingkat laba (profitability ratios) adalah Return on Assets dan
Return on Equity. Pendekatan rasio profitabilitas (profitability ratio method), merupakan
suatu pendekatan yang digunakan untuk mengukurkemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan.

EVA mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan


dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat
investasi yang dilakukan. Sedangkan Market Value Added (MVA) merupakan hasil
kumulatif dari kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah
dilakukan maupun yang diantisipasi akan dilakukan, sehingga keberhasilan dari MVA ini
adalah sebagai keberhasilan memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan alokasi
sumber- sumber yang sesuai.

Konsep Economic Value Added (EVA) dikembangkan oleh Bennett Stewart and Joel
Stern of Stern, Stewart & Company. EVA didefinisikan sebagai laba bersih setelah pajak
dan setelah dikurangi biaya modal. Biaya modal merupakan tingkat pengembalian yang
diharapkan oleh pemegang saham dan kreditur. Saat pendapatan melebihi biaya
untuk menjalankan bisnis tersebut dan biaya modal, maka perusahaan dapat dikatakan
menghasilkan kemakmuran bagi para pemegang sahamnya.

Perhitungan MVA diperoleh dengan mengurangkan Equity Market Value dengan Equity
Book Value. Equity Market Value diperoleh dengan mengalikan number share dengan
price per share sedangkan Equity Book Value diperoleh dengan mengalikan number
share dengan nominal value per share. Nilai MVA mencerminkan besarnya nilai tambah
yang berhasil dikapitalisasikan dan memperbesar nilai yang digunakan suatu
perusahaan. MVA positif (>1) artinya pihak manajemen telah mampu meningkatkan
kekayaan perusahaan dan kekayaan pemegang sahampun bertambah, demikian pula
sebaliknya.

2) Pengukuran Non Keuangan


Dalam hal ini pengukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh banyak
perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai, sehingga
dikembangkan suatu konsep “Balanced Scorecard.” Balanced Scorecard adalah
suatu konsep pengukuran kinerja bisnis yang diperkenalkan oleh Robert S.
Kaplan (Guru Besar Akuntansi di Harvard Business School) dan David P. Norton
(Presiden dari Renaissance Solutions, Inc.). Konsep ini menyeimbangkan
pengukuran atas kinerja sebuah organisasi bisnis yang selama ini dianggap terlalu
condong pada kinerja keuangan. Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan pada akhirnya akan bermuara pada nilai yang akan diberikan
oleh pelanggan mengenai kepuasan yang dirasakan. Kepuasan merupakan tingkat
perasaan dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk
(jasa) yang diterima dan yang diharapkan (Kotler, 1997).
Secara umum, terdapat empat macam kinerja bisnis yang diukur dalam Balanced
Scorecard, yaitu:
a. Perspektif keuangan (financial perspective)
b. Perspektif nasabah/konsumen (customer perspective)
c. Perspektif proses internal bisnis (intenal business process perspective)
d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth
perspective)

Konsep pengukuran kinerja Balanced Scorecard memiliki keistimewaan dalam


hal cakupan pengukurannya yang komprehensif, karena selain
mempertimbangkan kinerja finansial, juga mempertimbangkan pula kinerja-
kinerja non finansial. Selain itu Balanced Scorecard tidak hanya mengukur
aktivitas akhir (outcome) tetapi juga aktivitas-aktivitas penentu hasil akhir.
Balanced Scorecard dapat diterapkan pada organisasi bisnis yang menghasilkan
produk maupun jasa.

3. Struktur modal dapat digunakan sebagai alat keputusan manajemen dalam


mempertimbangkan dan menentukan pendanaan perusahaan pada periode usaha yang
akan datang. Maka dari itu untuk perusahaan harus menuntukan stuktur modal yang
optimal agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat dicapai. Utang dan modal
ekuitas digunakan oleh perusahaan untuk membiayai operasi bisnis, belanja modal,
akuisisi, dan investasi lainnya. Dengan demikian, ada timbal balik yang harus dilakukan
perusahaan ketika memutuskan untuk menaikkan utang atau ekuitas dalam keputusan
struktur modal. Tujuannya agar perusahaan mendapatkan perbandingan yang seimbang
untuk menggunakan modal asing (utang) dan penggunaan modal sendiri (laba dan aset
kepemilikan usaha). Bisa didefinisikan juga sebagai perimbangan atau perbandingan
antara modal asing dengan modal sendiri. Struktur modal yang optimal adalah
memberikan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga harga saham bisa
maksimum. Maka dari itu, dalam penetapan hal ini suatu perusahaan perlu
mempertimbangkan berbagai variabel yang mempengaruhinya. Struktur modal yang
optimal dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal
rata-rata, sehingga nilai perusahaan menjadi maksimal.
Untuk menemukan Struktur Modal yang optimal, maka manajer bisa menggunakan
formulasi Weighted Average Cost of Capital (WACC) atau Biaya Modal Rata-Rata
Tertimbang. WACC dihasilkan dari proporsi penyesuaian tingkat utang dan modal
dengan pertimbangan risiko keuangan yang sangat diminimalisasikan. Namun, dalam
praktek, WACC bukan satu-satunya formulasi yang digunakan oleh manajemen dalam
menentukan keputusan yang optimal.

Tujuan manajemennya adalah untuk memadukan beberapa sumber dana permanen yang
dapat digunakan oleh perusahaan untuk biaya operasional sehingga dapat
memaksimalkan nilai perusahaan. Pencarian yang optimal merupakan pekerjaan yang
sangat sulit, karena terdapat konflik yang mengarah kepada biaya agensi. Maka dari itu,
untuk mengurangi kemungkinan manajemen menanggung risiko berlebihan atas nama
pemegang saham, perlu memasukkan beberapa batasan yang lebih protektif.
4. Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana atau
disebut biaya modal individual. Biaya modal individual tersebut dihitung satu per satu
untuk tiap jenis modal. Namun, apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber
modal maka biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang
(weighted average cost of capital disingkat WACC) dari seluruh modal yang digunakan.
Sekali lagi bahwa, konsep biaya modal dimaksudkan untuk menentukan besarnya biaya
nyata (riil) dari penggunaan dana dari masing-masing sumber dana. Dari biaya modal
secara indvidual tersebut digunakan untuk menentukan biaya modal rata-ratanya. Konsep
biaya modal erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian tingkat keuntungan
yang disyaratkan (required rate of return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan
sebenarnya dapat dilihat dari dua pihak yaitu dari sisi investor dan perusahaan. Dari sisi
investor, tinggi rendahnya required rate of return merupakan tingkat keuntungan (rate of
return) yang mencerminkan tingkat risiko dari aktiva yang dimiliki. Sedangkan bagi
perusahaan yang menggunakan dana (modal), besarnya required rate of returnmerupakan
biaya modal (cost of capital) yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut.
5. Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana pada
suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan
mencari mean-variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga
mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan para
investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset
dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam maupun
meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak
berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio
yang risikonya identik.
Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa dalam keadaan ekuilibrium, portofolio
pasar adalah tangensial dari rata-rata varians portofolio. Sehingga strategi yang efisien
adalah passive strategy. Capital Asset Pricing Model berimplikasi bahwa premium risiko
dari sembarang aset individu atau portofolio adalah hasil kali dari risk premium pada
portofolio pasar dan koefisien beta
6. Rasio-rasio altman z-score yaitu:
a. Net Working Capital to Total Asset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja
bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan
membagi modal kerja bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih diperoleh
dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal kerja bersih
yang negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi
kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup
untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja
bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi
kewajibannya.
b. Retained Earnings to Total Assets
Rasio ini mengukur keuntungan kumulatif terhadap umur perusahaan yang
menunjukkan kekuatan pendapatan. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba
ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham.
Dengan kata lain, laba ditahan menunjukkan berapa banyakpendapatan
perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang
saham.
c. Earning Before Interest and Tax to Total Asset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari
aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak.
d. Market Value of Equity to Book Value of Debt
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban –
kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar ekuitas sendiri
diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan
harga pasar per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan
menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang.
e. Sales to Total Asset
Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang
cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini mencerminkan
efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk
menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba.
Semakin awal suatu perusahaan memperoleh peringatan kebangkrutan, semakin
baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-
perbaikan dan dapat memberikan gambaran dan harapan yang mantap terhadap
nilai masa depan perusahaan tersebut. Agar perusahaan tetap berjalan dengan baik
dapat melakukan analisis Z- Score untuk menilai bagaimana perusahaan mereka
pada masa sekarang dan bagaimana perusahaan mereka nantinya. Analisis Z-
Score merupakan suatu persamaan yang dapat memprediksikan tingkat
kebangkrutan atau tingkat kesehatan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
7. Suatu Perusahaan harus melakukan efisiensi dalam penggunaan uang karena terbatasnya
dana atau modal yang dimiliki perusahaan. Dalam manajemen keuangan yang konservatif
(hati-hati), maka investasi aktiva tetap lebih aman menggunakan modal sendiri. Namun,
modal sendiri ini sifatnya terbatas, sehingga diperlukan prioritas dalam penggunaannya.
Karena terbatasnya dana, maka usulan investasi yang akan dilaksanakan perusahaan perlu
dinilai secara rasional dengan melihat present value tiap-tiap usulan investasi tersebut.
Pemilihan usulan investasi dengan melihat terbatasnya modal yang tersedia dinamakan
“capital rationing”. Oleh karena itu,capital rationing terjadi ketika perusahaan
menghadapi pilihan beberapa usulan investasi yang menghasilkan return yang berbeda-
beda, sedangkan perusahaan memiliki keterbatasan dana yang akan digunakan untuk
investasi tersebut.
8. Persamaan dan perbedaan metode perhitungan nilai option (kontrak) dengan analisis real
option (penganggaran modal)
a. Persamaan metode perhitungan nilai option (kontrak) dengan analisis real option
(penganggaran modal) yaitu dalam hal pengakuan hak atas sesuatu, namun tidak
kewajiban untuk melakukannya pada harga tertentu selama periode tertentu. Kedua
metode ini juga memiliki persamaan dalam menyediakan suatu jalan untuk
mengestimasi keuntungan dari proyek yang mungkin ada di masa mendatang, serta
dapat digunakan untuk mengevaluasi proyek yang sedang berjalan dengan
memberikan analisa berupa opsi-opsi untuk dimodifikasi, ditinggalkan, atau
diteruskan pengembangannya.
b. Perbedaan metode perhitungan nilai option (kontrak) dengan analisis real option
(penganggaran modal) yaitu:
 Pada metode perhitungan nilai option (kontrak) memungkinkan para pemodal
mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preverensi resiko
mereka. Sedangakan Real Option (penganggaran modal) merupakan suatu tipe
fleksibilitas manajerial dalam pengendalian suatu proyek. Hal itu
dimungkinkan karena manajemen menguasai sepenuhnya suatu proyek dan
mereka dapat meningkatkan nilai proyek berarti pada saat yang sama
meningkatkan nilai fleksibilitas proyek tersebut.
 Metode perhitungan nilai Option (kontrak) dipengaruhi oleh nilai quantifiable
variable option dan non- quantifiable variable option. Sedangkan Real Option
(penganggaran modal) dipengaruhi oleh fleksibilitas, kontingensi, dan
ketidakpastian atau volatilitas.
9. Perbedaan tujuan kebijakan keuangan jangka pendek fleksibel dan ketat ;
a. Ukuran dari investasi perusahaan dalam aset lancar biasanya di ukur terhadap tingkat
pendapatan operasi. Kebijakan jangka pendek yang fleksibel atau akomodatif akan
menjaga rasio aset lancar terhadap penjualan yang relatif tinggi. Kebijakan keuangan
jangka pendek yang terbatas akan mengharuskan rasio aset lancar terhadap penjualan
yang rendah Jadi pada kebijakan jangka pendek yang fleksibel, perusahaan memiliki
kelebihan kas dan pinjaman jangka pendek dalam jumlah yang kecil Kebijakan ini
mengurangi kemungkinan bahwa perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan
maka perusahaan tidak perlu khawatir dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
yang berulang
b. Pendanaan aset lancar: diukur sebagai proporsi dari utang jangka pendek (yaitu
liabilitas lancar) dan utang jangka panjang yang digunakan untuk mendanai aset
lancar Kebijakan keuangan jangka pendek yang terbatas seperti proporsi penggunaan
utang jangka pendek relatif lebih tinggi terhadap pendanaan jangka panjang, dan
kebijakan yang fleksibel berarti utang jangka pendek yang digunakan lebih sedikit
dan lebih banyak menggunakan utang jangka panjang Perusahaan mendanai
persediaannya dengan pmjaman bank jangka pendek dan aset tetap dengan pendanaan
jangka panjang. Jadi, perusahaan cenderung menghindari pendanaan aset jangka
Panjang dengan pinjaman jangka pendek (kebijakan keuangan jangka pendek ketat)
10. Pendekatan Metode Manajemen Persediaan
Dalam mengelola persediaan, manajemen bisa menggunakan salah satu dari beberapa
metode yang sering digunakan dibawah ini
a) Metode EOQ (economic order quantity)
b) Metode MRP (material Requirement planning)
c) Metode JIT (just in time)
d) Metode analisa ABC
 Metode EOQ (Economic Order Quantity)Metode EOQ atau metode kuantitas pesanan
ekonomi adalah metode pembelian persediaan berdasarkan jumlah pesanan yang
diterima. Ketika perusahaan mendapatkan pesanan produk dengan jumlah, spesifikasi dan
waktu yang telah ditentukan oleh customernya. Perusahaan memiliki kepastian mengenai
berapa kebutuhan, spesifikasi dan harga bahan baku yang akan dibeli untuk memenuhi
pesanan tersebut. Namun Metode EOQ berlaku hanya jika:
1. Biaya pemesanan jumlahnya selalu sama
2. Item barang yang dipesan tidak tergantung pada barang lain (independen)
3. Pesanan telah diterima dengan pasti
4. Jumlah kebutuhan bahan baku sudah bisa ditentukan dan pasti
5. Biaya pemeliharaan persediaan per unit sama
6. Harga barang tidak berubah (konstan)
7. Ketersedaiaan barang tidak terbatas
8. Barang tidak cepat rusak 
9. Jumlah kebutuhan stabil

 Metode MRP (Material Requirement Planning)


Metode material requirement planning (MRP) atau metode perencanaan kebutuhan
material adalah perencanaan dan pengendalian persediaan untuk menjamin material atau
bahan baku selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan. Bukan hanya itu, metode MRP
juga bertujuan untuk menjaga persediaan dalam jumlah yang sedikit. Karena semakin
sedikit jumlah persediaan maka biaya persediaan yang muncul juga akan sedikit.
Perencanaan pada metode ini bisa meliputi rencana penjadwalan pembelian, jadwal
produksi dan pengiriman material. Metode MRP menentukan jumlah kebutuhan material
yang dibutuhkan, jadwal produksi dan bahkan berjaga jaga terhadap hal hal buruk yang
mungkin terjadi. Ada beberapa keuggulan dari metode MRP ini:
a) Memberi informasi mengenai kapasitas pabrik
b) Meminimalisir kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan dan sekaligus menjadi
acuan perencanaan jumlah produksi
c) Memperbaiki dan mengupdate jumlah pemesanan dan persediaan barang.
d) Mengadakan persediaan dengan jumlah dan harga yang tepat.
e) Dapat memenuhi permintaan material yang datang secara bergelombang
MRP didasarkan pada perusahaan yang permintaannya dependen. Permintaan dependen
adalah permintaan yang disebabkan oleh permintaan terhadap item level yang lebih
tinggi. Misalnya permintaan akan mesin otomotif, roda merupakan permintaan dependen
yang tergantung pada permintaan otomobil. MRP digunakan pada berbagai industri
terutama yang berkarakteristik job-shop, yakni industri yang memproduksi sejumlah
produk dengan menggunakan peralatan produksi yang relatif sama.. MRP tidak akan
cocok bila diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk dalam jumlah yang
relatif sedikit
 Metode JIT (Just In Time)
Metode just in time (JIT) atau metode tepat waktu adalah metode yang mengusahakan
perusahaan tidak menyetok atau memiliki persediaan. Artinya persediaan nol (0) atau
setidaknya mendekati nol Apabila perusahaan tidak memiliki persediaan, maka
perusahaan tidak akan menanggung biaya persediaan.Metode ini berusaha mendatangkan
persediaan bahan baku hanya pada saat yang dibutuhkan. Pada saat yang tepat. Dan
dalam jumlah yang tepat sehingga tidak ada sisa. Jadi perusahaan tidak sempat menahan
atau menyimpan persediaan karena bahan baku datang jika hanya dibutuhkan dan dalam
jumlah yang pas sehingga tidak ada yang tersisa.
Ada beberapa karakteristik utama pada perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan
sistem Just In Time. Adapun karakteristik-karakteristik perusahaan dalam menerapkan
sistem Just In Time menurut Sulastiningsih (1999), dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kuantitas
a) Tingkat kuantitas stabil sesuai yang diinginkan penyerahan dengan ukuran lot
kecil dengan frekuensi lebih sering.
b) Kontrak jangka
c) Lebih sedikit menggunakan kertas
d) Kuantitas penyerahan bervariasi, tetapi masih bentuk kontrak keseluruhan
e) Pemasok didorong untuk melakukan pengepakan kuantitas yang tepat.
f) Pemasok didorong untuk mengurangi ukuran lot produksi mereka.
2. Kualitas
a) Spesifikasi minimum
b) Pemasok membantu untuk memenuhi kebutuhan kualitas
c) Membina hubungan yang erat antara pembeli dan pemasok melalui tim kerja
sama pengendalian kualitas
d) Pemasok didorong untuk menggunakan pengendalian proses daripada
mengandalkan inspeksi.
3. Pemasok
a) Membina hubungan dengan lebih sedikit pemasok (pemasok tunggal) dalam
lokasi geografis yang dekat.
b) Aktif menggunakan analisis nilai untuk memperoleh pemasok yang diinginkan
serta bertahan pada harga yang kompetitif
c) Melakukan pengelompokkan pemasok
d) Menjalin hubungan bisnis berulang dengan pemasok yang sama pemasok
didorong untuk mengembangkan Just In Time dalam aktivitas pembelian.
4. Pengiriman
Pengiriman terjadwal dengan menggunakan metode atau transportasi yang telah
dikontrak dalam jangka panjang.
 Metode analisa ABC
Metode analisa ABC adalah metode penggolongan persediaan yang dibedakan
berdasarkan nilai persediaan. Nilai persediaan yang dimaksud adalah nilai total dari
persediaan, bukan nilai atau harga persediaan per unit. Persediaan akan digolong ke
dalam kelas kelas. Seperti kelas A, kelas B, kelas C dan seterusnya. Karakteristik
perusahaan yang menggunakan metode abc ;
a) Ragam produk yang dihasilkan
Jika badan usaha Anda menghasilkan berbagai macam produk, maka sangat
disarankan menggunakan metode ABC. Banyaknya jenis produk berarti memiliki
banyak aktivitas yang berbeda dalam setiap produk untuk menghasilkan barang yang
siap dijual.
b) Persaingan harga jual
Biasanya, beberapa harga jual produk dihasilkan dari analisa harga produk saingan.
Perusahaan tidak bisa bebas menentukan harga jual karena banyaknya kompetitor
yang menjual produk serupa. Bila perusahaan Anda mengalami peristiwa ini, metode
ABC sangat tepat jika digunakan. Dengan metode ini, perusahaan dapat menekan
biaya aktivitas yang sekiranya tidak perlu, sehingga profit dari suatu produk dapat
lebih maksimal diterima oleh perusahaan.
c) Keputusan strategi
Semakin banyak suatu strategi untuk pengambilan keputusan bagi suatu produk,
maka semakin perlu menggunakan metode ABC. Strategi yang dimaksut adalah cara-
cara yang perusahaan gunakan untuk penjualan produk. Misalkan dengan melakukan
pemasaran melalui iklan, maka ada yang namanya biaya iklan atau dengan cara
memberikan bonus, maka ada biaya lain lagi yang harus dimasukan dalam 1 produk
supaya tidak rugi.
d) Pertumbuhan biaya
Coba hitung pertumbuhan biaya perusahaan Anda setiap tahun. Jika pertumbuhannya
cukup tinggi, akan sulit dalam mengalokasikan biaya. Bahkan mungkin perusahaan
akan mengalami peningkatan distorsi biaya. Situasi ini menyarankan Anda untuk
mulai memikirkan ABC sebagai solusi penekanan biaya dan menekankan resiko rugi.

Metode Periodic Review


Pendekatan metode periodic review adalah metode pemesanan barang yang dilakukan dengan
jarak waktu atau interval waktu yang sama. Pemesanan material bahan dijadwal secara rutin
sehingga manajer keuangan bisa memperkirakan dan mempersiapkan biaya yang akan
dikeluarkan. Keunggulan metode periodic review ini salah satunya adalah untuk meredam
fluktuasi naik turunnya permintaan dan kebutuhan persediaan.
Metode ini juga relatif mudah dilakukan karena tidak membutuhkan proses administrasi yang
panjang karena pemesanan persediaan sudah terjadwal secara rutin. Namun, metode ini juga
memiliki sejumlah kelemahan.
Salah satunya adalah setiap kali pemesanan material jumlahnya sangat tergantung pada sisa
persediaan yang ada pada saat pemesanan, sehingga ketika pemesanan material dilakukan,
jumlah pesanan tidak sama. Hal ini bisa berpotensi membuat stok persediaan habis terlebih
dahulu sebelum waktu pemesanan material berikutnya tiba. Untuk itu, safety stock atau
stok persediaan yang aman untuk berjaga jaga harus besar. Sehingga terkadang membutuhkan
biaya persediaan yang besar pula

Ukuran dari investasi perusahaan dalam aset lancar biasanya di ukur terhadap tingkat pendapatan
operasi. Kebijakan jangka pendek yang fleksibel atau akomodatif akan menjaga rasio aset lancar
terhadap penjualan yang relatif tinggi. Kebijakan keuangan jangka pendek yang terbatas akan
mengharuskan rasio aset lancar terhadap penjualan yang rendah

Jadi pada kebijakan jangka pendek yang fleksibel, perusahaan memiliki kelebihan kas dan
pinjaman jangka pendek dalam jumlah yang kecil Kebijakan ini mengurangi kemungkinan
bahwa perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan maka perusahaan tidak perlu khawatir
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang berulang

b. Pendanaan aset lancar: diukur sebagai proporsi dari utang jangka pendek (yaitu liabilitas
lancar) dan utang jangka panjang yang digunakan untuk mendanai aset lancar Kebijakan
keuangan jangka pendek yang terbatas seperti proporsi penggunaan utang jangka pendek relatif
lebih tinggi terhadap pendanaan jangka panjang, dan kebijakan yang fleksibel berarti utang
jangka pendek yang digunakan lebih sedikit dan lebih banyak menggunakan utang jangka
panjang Perusahaan mendanai persediaannya dengan pmjaman bank jangka pendek dan aset
tetap dengan pendanaan jangka panjang. Jadi, perusahaan cenderung menghindari pendanaan
aset jangka Panjang dengan pinjaman jangka pendek (kebijakan keuangan jangka pendek ketat)

Anda mungkin juga menyukai