Anda di halaman 1dari 144

KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH

PENDIDIKAN MENENGAH

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

MANAJEMEN UNIT PRODUKSI/JASA


SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA
DAN PENGGALIAN DANA PENDIDIKAN
PERSEKOLAHAN

DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN


DIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
TAHUN 2007
PENGANTAR

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007


tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan bahwa
ada 5 (lima) dimensi kompetensi yaitu: Kepribadian, Manajerial,
Kewirausahaan, Supervisi dan Sosial. Dalam rangka pembinaan
kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah untuk menguasai
lima dimensi kompetensi tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan
telah berupaya menyusun naskah materi diklat pembinaan
kompetensi untuk calon kepala sekolah/kepala sekolah.
Naskah materi diklat pembinaan kompetensi ini disusun bertujuan
untuk memberikan acuan bagi stakeholder di daerah dalam
melaksanakan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/kepala
sekolah agar dapat dihasilkan standar lulusan diklat yang sama di
setiap daerah.
Kami mengucapkan terimakasih kepada tim penyusun materi
diklat pembinaan kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah ini
atas dedikasi dan kerja kerasnya sehingga naskah ini dapat
diselesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi upaya-upaya kita
dalam meningkatkan mutu tenaga kependidikan.

Jakarta, November 2007


Direktur Tenaga Kependidikan

Surya Dharma, MPA, Ph.D


NIP. 130 783 511

i
DAFTAR ISI

PENGANTAR................................................................................
i
DAFTAR ISI..................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................
iv
DAFTAR TABEL...........................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN...........................................................
1
A. Latar belakang...........................................................
1
B. Dimensi Kompetensi..................................................
2
C. Kompetensi yang Diharapkan Dicapai....................
2
D. Indikator Pencapaian Hasil........................................
3
E. Alokasi Waktu............................................................
3
F. Skenario.....................................................................
4

BAB II KONSEP MANAJEMEN UNIT PRODUKSI..................


5
A. Pengertian Manajemen..............................................
5
B. Pengertian UP/J SMK/MAK.......................................
6
C. Tujuan dan Manfaat UP/J SMK/MAK........................
7

ii
D. Prinsip-Prinsip Manajemen UP/J SMK/MAK.............
9
E. Cara Pemperkuat Manajemen UP/J SMK/MAK........
18

BAB III PERENCANAAN UNIT PRODUKSI/JASA SMK/MAK


23
A. Pengertian Perencanaan UP/J SMK/MAK................
23
B. Konsep Perencanaan UP/J SMK/MAK sebagai
Sumber Belajar.........................................................
24
C. Konsep Perencanaan UP/ SMK/MAK sebagai
Sumber Pendanaan Pendidikan...............................
28

BAB IV PELAKSANAAN UP/J SMK/MAK................................


51
A. Pengorganisasian UP/J SMK/MAK...........................
51
B. Uraian Tugas Personil UP/J SMK/MAK.....................
55
C. Sistem Administrasi UP/J SMK/MAK.........................
58
D. Pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai Sumber
Pembelajaran Siswa..................................................
59
E. Pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai Salah Satu
Sumber Pendanaan Pendidikan SMK/MAK..............
65
F. Kepemimpinan Pembelajaran di UP/J SMK/MAK.....
71
G. Kepemimpinan Intrapreneurship di UP/J SMK/MAK.
73

iii
H. Upaya-upaya menumbuhkan Naluri Kewirausahaan
84
I. Rangkuman................................................................
85

BAB V PENGAWASAN UP/J SMK/MAK.................................


86
A. Konsep Pengawasan UP/J SMK/MAK sebagai
Sumber Belajar Siswa...............................................
86
B. Konsep Pengawasan UP/J SMK/MAK sebagai
Sumber Pendanaan...................................................
89
C. Konsep Pembinaan UP/J SMK/MAK.........................
92

BAB VI PEMASARAN HASIL UP/J SMK/MAK.........................


104
A. Pengertian Pemasaran..............................................
104
B. Produk........................................................................
105
C. Siklus Hidup Produk..................................................
110
D. Harga.........................................................................
112
E. Tempat.......................................................................
115
F. Promosi......................................................................
116
G. Tahap-Tahap Pemasaran.........................................
117
H. Survei Pasar.............................................................
118

iv
I. Teknik Penjualan.......................................................
120
J. Rangkuman................................................................
120

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Alternatif 1 Struktur Organisasi UP/J......................


53
Gambar 4.2. Alternatif 2 Struktur Organisasi UP/J......................
54
Gambar 4.3. Alternatif 3 Struktur Organisasi UP/J......................
55
Gambar 6.1. Pemesaran dan Indikatornya (Overton, 2000).......
104

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbedaan Unit Produksi dengan Teaching


Factory.....................................................................
7
Tabel 4.1. Perbedaan Manajer, Enterpreneur dengan
Intrapreneur.............................................................
74

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Persaingan yang dialami oleh tamatan SMK/MAK dalam
memenangkan kesempatan kerja semakin hari semakin ketat. Hanya
mereka yang kompetenlah yang mampu memenangkan persaingan
tersebut. Terlebih-lebih dalam menghadapi pasar global, di mana
tenaga kerja dari negara manapun akan bebas bersaing di negara
kita.
Sejalan dengan kondisi tersebut, SMK/MAK harus semakin siap
membekali tamatannya dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh
dunia kerja sehingga tamatannya benar-benar mampu bersaing dan
siap memenangkannya.
Tujuan utama SMK/MAK adalah menyiapkan tamatan yang siap
bekerja di bidangnya. Berkaitan dengan penyiapan tenaga kerja ini,
secara eksplisit disebutkan dalam Peraturan pemerintah Nomor 29
tahun 1990 pada pasar 29 ayat 2, bahwa:
”untuk mempersiapkan siswa SMK menjadi tenaga kerja, pada
SMK dapat didirikan Unit Produksi yang beropersional secara
profesional” Untuk itu, SMK harus mampu memberi pengalaman
belajar kepada siswanya agar menguasai kompetensi produktif
secara profsional. Di samping itu, siswa juga harus diajari
kewirausahaan agar tamatannya tidak hanya menjadi pencari kerja
tetapi juga dapat menjadi pencipta lapangan kerja. Kompetensi
kewirausahaan tersebut dapat diperoleh melalui pembelajaran di unit
produksi/jasa sekolah. Manfaat unit produksi/jasa SMK/MAK adalah
sebagai sumber belajar siswa dan pendanaan pendidikan.

1
Siswa-siswa belajar cara menghasilkan barang/jasa yang bernilai
ekonomis sehingga laku dijual di pasaran. Pengalaman ini
memberikan rasa percaya diri bagi siswa untuk berwirausaha kelak di
samping siswa dan sekolah mendapatkan keuntungan finansial.
Keuntungan finansial unit produksi/jasa ini dapat menjadi salah satu
sumber pendanan pendidikan di SMK/MAK mengingat tingginya biaya
praktik. Agar unit produksi/jasa sekolah dapat menjadi sumber
pembelajaran dan pendanaan pendidikan maka perlu dikelola secara
profesional.
Berdasarkan alasan di atas maka calon Kepala SMK/MAK perlu
diberi diklat manajemen unit produksi/jasa sekolah. Manajemen UP/J
SMK/MAK ialah perencanan, pelaksanaan, kepemimpinan,
pengawasan, dan pemasaran di UP/J SMK/MAK.
Ruang lingkup manajemen UP/J SMK/MAK adalah: (1) Pengantar
Manajemen UP/J SMK/MAK, (2) Perencanaan UP/J SMK/MAK, (3)
Pelaksanaan UP/J SMK/MAK, (4) Kepemimpinan UP/J SMK/MAK, (5)
pengawasan UP/J SMK/MAK, dan (6) pemasaran UP/J SMK/MAK.
Materi pendidikan dan pelatihan ini disusun berdasarkan ruang
lingkup tersebut dan dengan uraian berikut ini.

B. DIMENSI KOMPETENSI
Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir
pendidikan dan pelatihan ini adalah dimensi kompetensi majemen unit
produksi.

C. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN DICAPAI


1. Memahami konsep manajemen UP/J SMK/MAK.

2
2. Membuat perencanaan UP/J SMK/MAK sebagai sumber
belajar dan pendanaan pendidikan.
3. Melaksanakan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar dan
pendanaan pendidikan..
4. Memiliki kepemimpinan UP/J SMK/MAK
5. Mengawasi UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar siswa dan
pendanaan pendidikan di SMK/MAK
6. Memahami konsep pemasaran hasil UP/J SMK/MAK

D. INDIKATOR PENCAPAIAN HASIL


1. Mampu memahami konsep manajemen UP/J SMK/MAK
2. Mampu membuat perencanaan UP/J SMK/MAK sebagai
sumber belajar dan pendanaan pendidikan.
3. Mampu melaksanakan UP/J SMK/MAK sebagai sumber
belajar dan pendanaan pendidikan.
4. Mampu mengimplemetasikan kepemimpinan UP/J SMK/MAK.
5. Mampu mengawasi UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar
siswa dan pendanaan pendidikan.
6. Mampu melaksanakan pemasaran UP/J SMK/MAK

E. ALOKASI WAKTU
No. Materi Diklat Alokasi
1. Konsep Manajemen U/J SMK/MAK 5 jam
2. Perencanaan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar dan 7 jam
pendanaan pendidikan.
3. Pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar dan 5 jam
pendanaan pendidikan.
4. Kepemimpinan UP/J SMK/MAK. 4 jam
5. Pengawasan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar siswa 5 jam
dan pendanaan pendidikan.
6. Konsep pemasaran UP/J SMK/MAK 4 jam

3
F. SKENARIO
1. Perkenalan
2. Pejelasan singkat, jelas dan terarah tentang dimensi
kompetensi, indikator alokasi waktu dan skenario pendidikan
dan pelatihan menajemen kewirausahaan.
3. Pre-test
4. Eksplorasi pemehaman peserta berkenaan dengn seluk beluk
unit produksi melalui pendekatan andragogi.
5. Pendidikan dan pelatihan (diklat) ini diselenggarakan dengan
menggunakan pendekatan andragogi. Pendekatan ini lebih
mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta
pelatihan, menganalisis, menyimpulkan, dan mengeneralisasi
dalam suasana diklat yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,
menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih lebih
mengutamakan sebagai fasilitator.
6. Diskusi tentang indikator keberhasilan pelaksanaan unit
produksi
7. Praktik ( Simulasi) unit produksi.
8. Pelatih memberikan post test selama 10 menit.
9. Penutuplatih

4
BAB II
KONSEP MANAJEMEN UNIT PRODUKSI

A. PENGERTIAN MANAJEMEN

Manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus
yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu
digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani.
Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggeris dalam bentuk
kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager
untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya,
management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi
manajemen atau pengelolaan.
Manajemen menurut Mary Parker (Stoner & Freeman, 2000)
ialah seni melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (The art of
getting things done through people). Meskipun banyak definisi
manajemen yang telah diungkapkan para ahli sesuai pandangan dan
pendekatannya masing-masing seperti: Barnard (1938), Terry (1960),
Gray (1982), Manullang (1983), Gitosudarmo (1984), Sukiswa (1986),
Siregar & Samadhi (1997), Hitt,et.al. (1989), Schermerhon (1996),
Wright & Noe (1996), Fattah (1996), Matteson & Ivancevich (1996),
Handoko (2003), Gibson (2003), Dressler (2003) dan Casio (2003);
namun tidak satupun yang memuaskan. Walaupun demikian, esensi
manajemen dapat dianggap baik sebagai proses (fungsi) maupun
sebagai tugas (task).
Fungsi manajemen menurut Taylor adalah: Planning, Directing,
and Organizing of work (PDO). Menurut Fayol, ada empat fungsi
manajemen yaitu: Planning, Commanding, Coordinating, and

5
Controlling yang disingkat PCCC. Sedangkan menurut Gulick, fungsi
manajemen adalah Planning, Organizing, Staffing, Directing,
Coordinating, Reporting, and Budgeting dengan akronim POSDCoRB.
Terry menyatakan fungsi manajemen adalah Planning, Organizing,
Actualizing, and Controlling (POAC).
Manajemen (pengelolaan) sebagai fungsi meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, kepemimpinan, pemantauan,
supervisi, evaluasi pelaporan, dan tindak lanjut hasil (Gibson, 2003 &
Husaini Usman, 2007). Tetapi liputan manajemen ini dapat lebih
disederhanakan menjadi Perencanaan, Pelaksanaan, dan
Pengawasan (P3). Karena pengorganisasian dan kepemimpinan
dapat dimasukkan dalam pelaksanaan. Sedangkan pemantauan,
supervisi, evaluasi pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan
dapat dimasukkan ke dalam pengawasan.

B. PENGERTIAN UP/J SMK/MAK


UP/J SMK/MAK ialah suatu proses kegiatan usaha yang
dilakukan sekolah/madrasah secara berkesinambungan, bersifat
akademis dan bisnis dengan memberdayakan warga
sekolah/madrasah dan lingkungan dalam bentuk unit usaha
produksi/jasa yang dikelola secara profesional (Bambang Sartono,
2006). Selanjutnya, ditambahkan Bambang Sartono (2006), UP/J
SMK/MAK juga merupakan suatu usaha incorporated-enterpreuneur
atau suatu wadah kewirausahaan dalam suatu organisasi yang
memerlukan kewenangan khusus dari pimpinan sekolah kepada
pengelola untuk melakukan tugas dan tanggungjawabnya secara
demokratis. Karena UP/J SMK/MAK adalah wadah kewirausahaan di
sekolah maka ia harus dikelola secara akademis/bisnis dan
dilembagakan dalam suatu wadah usaha. Untuk mendukung

6
pengertian tersebut, lebih lanjut Bambang menjelaskan perbedaan
antara Unit produksi dengan Teaching Factory, sebagai berikut.

TABEL 2.1. PERBEDAAN UNIT PRODUKSI DENGAN TEACHING


FACTORY
Unit Produksi Teaching Factory
1. Produk mendukung 1. Menekankan pada kualitas
pelaksanaan Kegiatan Belajar produk
Mengajar
2. Produksi bergantung pada idle 2. Dapat diexpand tan-pa batas
capacity sekolah
3. Harus melibatkan guru, siswa 3. Hanya melibatkan guru,
dan staf sekolah siswa, staf sekolah yang
profesional.
Bambang Sartono (2006).

C. TUJUAN DAN MANFAAT UP/J SMK/MAK


Tujuan UP/J SMK/MAK adalah untuk:
meningkatkan mutu tamatan dalam berbagai segi terutama dalam hal
pengetahuan dan keterampilan;
1. wahana pelatihan berbasis produksi/ jasa bagi siswa;
2. wahana menumbuhkan dan mengembangkan jiwa wirausaha
guru dan siswa pada SMK/MAK;
3. sarana praktik produktif secara langsung bagi siswa;
4. membantu pendanaan untuk pemeliharaan, penambahan
fasilitas dan biaya-biaya operasional pendidikan lainnya;
5. menambah semangat kebersamaan, karena dapat menjadi
wahana peningkatan aktivitas produktif guru dan siswa serta
memberikan ’income’ serta peningkatan kesejahteraan warga
sekolah;

7
6. mengembangkan sikap mandiri dan percaya diri dalam
pelaksanaan kegiatan praktik siswa;
7. melatih untuk berani mengambil risiko dengan perhitungan
yang matang;
8. mendukung pelaksanaan dan pencapaian Pendidikan Sistem
Ganda (PSG) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
seutuhnya;.
9. memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk
mengerjakan pekerjaan praktik yang berorientasi pada pasar;
10. meningkatkan kreativitas dan inovasi di kalangan siswa, guru
dan manajemen sekolah;
11. menumbuhkan sikap profesional produktif pada siswa dan
guru;
12. melatih siswa untuk tidak bergantung kepada orang lain,
namun
13. mandiri khususnya dalam mendapatkan kesempatan kerja;
14. wadah Pendidikan Sistem Ganda (PSG) bagi siswa yang tidak
mendapatkan tempat praktik kerja industri di dunia usaha dan
industri;
15. menjalin hubungan yang lebih baik dengan dunia usaha dan
industri serta masyarakat lain atas terbukanya fasilitas untuk
umum dan hasil-hasil produksinya;
16. meningkatkan intensitas dan frekuensi kegiatan intra, ko, dan
ekstra kurikuler siswa; dan
17. membangun kemampuan sekolah dalam menjalin kerjasama
sinergis dengan pihal luar dan lingkungan serta masyarkat
luas.
(Dikmenjur, 2007).

8
Adapun Manfaat UP/J SMK/MAK
a. Sebagai sumber belajar siswa.
b. Sebagai salah satu sumber pendanaan pendidikan di
SMK/MAK.

D. PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN UP/J SMK/MAK


Dalam mengelola UP/J SMK/MAK antara lain dapat menerapkan
manajemen berbasis sekolah dengan prinsip:
1. kemandirian
2. akuntabilitas,
3. tranparan,
4. kemitraan,
5. partisipasi.
6. efektif,
7. efisien.

1. Kemandirian
Kemandirian ialah otonomi dalam mengatur diri sendiri secara
merdeka (tidak tergantung pihak lain). Dengan otonomi yang lebih
besar, manajer UP/J SMK/MAK akan mempunyai kewenangan yang
lebih besar dalam mengelola UP/J SMK/MAK sehingga UP/J
SMK/MAK lebih mandiri. Melalui kemandiriannya, UP/J SMK/MAK
lebih berdaya dalam mengembangkan program-program sekolah
sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Yang ada.
Manajemen UP/J SMK/MAK dilakukan secara otonomi mengandung
arti bahwa manajemen mampu memutuskan sendiri karena
merekalah yang tahu yang terbaik bagi UP/J SMK/MAK-nya. Otonomi
manajemen juga berarti mampu mengatasi masalahanya sendiri.

9
Otonomi UP/J SMK/MAK yang terus menerus akan menjamin
keberlangsung (sustainabilitas) dan pengembangan UP/J SMK/MAK.
Otonomi harus didukung antara lain oleh kemampuan:
merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, kepemimpinan
transformasional, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan,
berkomunikasi, berkoordinasi secara sinerjis, dan melakukan
perubahan organisasi organisasi (jujur, adil, demokratis, transparan,
adaptif, antisipatif, memberdayakan sumberdaya yang ada, dan
memenuhi kebutuhan sendiri).
Otonomi dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat memberikan
pembelajaran bagi siswa SMK/MAK bahwa dalam berusaha
janganlah menunggu perintah orang lain, mulailah dari diri sendiri
karena diri sendirilah yang paling tahu apa yang terbaik bagi dirinya
berdasarkan kemampuan dan kemauan yang dimiliki. UP/J SMK/MAK
diharapkan mampu menghasilkan tamatan yang mandiri. Otonomi
juga menuntut siswa agar mau berubah ke arah yang lebih baik dan
menyadarkan siswa bahwa nasib tidak akan berubah kecuali oleh diri
sendiri.

2. Akuntabilitas
Akuntabilitas ialah pertanggungjawaban tertulis sekolah kepada
stakeholder-nya. Semua kegiatan dalam mengelola UP/J SMK/MAK
yang sudah dilaksanakan harus dilaporkan kepada stakeholder atau
komite sekolah dalam suatu rapat sekolah sebagai bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan UP/J SMK/MAK. Selanjutnya,
komite sekolah diberi kesempatan secukupnya untuk mempelajari
Laporan Kinerja UP/J SMK/MAK untuk diterima atau ditolak. Adanya
prinsip akuntabilitas dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat

10
mengurangi bahkan menghindarkan kecurigaan telah terjadi KKN.
UP/J SMK/MAK adalah milik sekolah dan menggunakan fasilitas dan
dana milik sekolah dan atau milik investor. Oleh sebab itu, sudah
sewajarnya pihak manajemen melaporkan pemanfaatan fasilitas dan
dana tersebut kepada pihak sekolah dan investor.
Penerapan prinsip akuntabilitas dalam manajemen UP/J
SMK/MAK dapat memberikan pembelajaran bagi siswa SMK/MAK
bahwa bahwa setiap mendapat tugas harus diselesaikan dengan
penuh tanggung jawab dan mampu mempertangungjawabkan
hasilnya kepada pihak pemberi tugas. Penyelesaian suatu pekerjaan
harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan. UP/J SMK/MAK
diharapkan mampu menghasilkan tamatan yang bertanggung jawab
baik bagi dirinya maupun orang lain. Prinsip otonomi dalam
manajemen UP/J SMK/MAK dapat menyadarkan siswa bahwa setiap
manusia adalah pemimpin minimal memimpin dirinya sendiri dan
setiap pemimpin diminta pertanggungjawabannya.
Akuntabiltas dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai salah
satu sumber pendanaan pendidikan di SMK/MAK dapat menambah
kepercayaan bagi warga sekolah, investor, mitra, dan pelanggan UP/J
SMK/MAK untuk membantu fasilitas dan dana, serta menyalurkan,
dan membeli barang/jasa yang dihasilkan UP/J SMK/MAK. Pelanggan
tidak akan mau bekerja sama dengan UP/J SMK/MAK jika kurang ada
rasa tanggung jawabnya.

3. Transparan
Transparan ialah keterbukaan. Keterbukaan dalam manajemen
UP/J SMK/MAK dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa saling
curiga antara sekolah dengan stakeholder-nya. UP/J SMK/MAK yang

11
dicurigai akan ditinggalkan stakeholder-nya. Stakeholder sekolah
ialah orang-orang yang peduli dengan kemajuan sekolah.
Stakeholder internal sekolah adalah: siswa, guru, wakil kepala
sekolah, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya.
Stakeholder eksternal sekolah antara lain adalah: orang tua/wali
siswa, birokrat Dinas Pendidikan, tokoh masyarakat termasuk LSM,
pengusaha, anggota profesi, dan alumni.
Keterbukaan merupakan awal dari kejujuran. Keterbukaan dalam
arti bersifat proporsional yaitu tidak semua rahasia pribadi
diungkapkan melainkan keterbukaan dalam manajemen dan
keuangan UP/J SMK/MAK. Keterbukaan hanya akan efektif jika ada
komunikasi yang efektif atau sebaliknya.
Penerapan prinsip keterbukaan dalam manajemen UP/J
SMK/MAK sebagai sumber belajar memberikan pembelajaran bagi
siswa SMK/MAK bahwa dalam berwirausaha perlu keterbukaan
karena keterbukaan berhubungan timbal balik dengan kejujuran.
Kejujuran terletak dalam hati nurani. Dalam menjual barang/jasa
ungkapkan bahwa produk kami/jasa kami memang bermutu tinggi
dengan bukti-buktinya. Sebaliknya, jika ada produk/jasa yang cacat,
sebutkan pula lengkap dengan potongan harganya. Esensi
keterbukaan adalah berusaha atau berdaganglah dengan jujur.
SMK/MAK menetapkan prosedur yang mengatur transparansi sistem
evaluasi hasil belajar untuk penilaian formal yang berkelanjutan.
Semua guru mengembalikan hasil kerja siswa yang telah dinilai.
SMK/MAK menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional yang
mengatur mekanisme penyampaian ketidakpuasan peserta didik dan
penyelesaiannya mengenai penilaian hasil belajar.

12
Penerapan prinsip keterbukaan dalam manajemen UP/J
SMK/MAK sebagai salah satu sumber pendanaan di SMK/MAK
adalah pengelola UP/J SMK/MAK terbuka terutama dalam hal
keuangan UP/J SMK/MAK, terbuka dalam hal mutu yang dihasilkan
UP/J SMK/MAK sehingga tidak mengecewakan pelanggan.

4. Kemitraan
Kemitraan ialah kerja sama saling menguntungkan dalam
hubungan setara dan interaktif, aktif, dan positif. Di lingkungan
SMK/MAK, lembaga tempat bermitra disebut institusi pasangan.
Dalam mengelola UP/J SMK/MAK, manajemen harus memikirkan
dengan siapa akan bermitra karena bekerja sendiri-sendiri hasilnya
cenderung lebih kecil dibandingkan dengan bekerja bersama-sama
mitra (sinerjis). Kemitraan akan berjalan efektif bila saling untung
(profit), saling kebersamaan (together), saling emphaty, saling
membantu (assist), saling dewasa (maturity), saling berkeinginan
(willingness), saling teratur (organization), saling menghormati
(respect), dan saling berbaik hati (kindness) atau disingkap P-
TEAMWORK (Fasli Jalal & Edy Supriyadi, 2006). Dengan adanya
mitra maka UP/J SMK/MAK mungkin akan memiliki pemasok
(supplayer) sumber daya manusia dan nonmanusia dan/atau pangsa
pasar dan/atau penyalur (distributor) produk barang/jasa yang
dihasilkan oleh UP/J SMK/MAK. Dalam melakukan kemitraan,
keluarga, masyarakat, dan pemerintah melaksanakan fungsinya
masing-masing sesuai dengan perannya masing-masing. Masing-
masing mempunyai tugas dan tanggung jawabnya terhadap
pendidikan (Husaini Usman, 2005).

13
Penerapan prinsip kemitraan dalam manajemen UP/J SMK/MAK
sebagai sumber belajar bagi siswa SMK/MAK dapat memberikan
pelajaran dalam belajar dan berusaha: (1) binalah kemitraan melalui
jaringan kerja (netwoking) dalam melakukan usaha, (2) bermitralah
dengan prinsip saling menguntungkan, (3) mengetahui sumber daya
yang akan dipasok mitra, dan (4) mengetahui apa yang dapat
dilakukan mitra dalam memasarkan produk barang/jasa. Dalam
penyusunan silabus untuk UP/J SMK/MAK, guru dapat bermitra
dengan Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata
Pelajaranan (MGMP), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP)
atau perguruan tinggi.
Penerapan prinsip kemitraan dalam manajemen UP/J SMK/MAK
sebagai salah satu sumber pendanaan pendidikan di SMK/MAK
adalah UP/J SMK/MAK dapar dukungan sumberdaya manusia dan
nonmanusia dari mitra atau industri pasangan dalam
mengembangkan UP/J SMK/ MAK dan untuk menempatkan siswa
SMK/MAK magang di tempat mitra atau industri pasangan.

5. Partisipasi
Partisipasi ialah keterlibatan aktif stakeholder secara langsung
dalam manajemen UP/J SMK/MAK yang dilandasi keyakinan bahwa
bila stakeholder berpartisipasi maka mereka merasa dihargai.
Manusia pada hakekatnya ingin memenuhi kebutuhannya dengan
penghargaan (esteem need) (Maslow,1954). Jika manusia dihargai
maka dia akan merasa dilibatkan. Jika manusia dilibatkan maka ia
merasa bertanggung jawab dan berdedikasi. Jika manusia merasa
bertanggung jawab dan berdedikasi maka ia merasa memiliki. Dalam
melakukan partisipasi harus mempertimbangkan kompetensi, tenaga,

14
dana, waktu stakeholder sesuai dengan relevansinya. Stakeholder
bekerja bahu membahu secara profesional sebagai tim kerja yang
sinergis dan solid. Untuk membuat stakeholder yang terlibat dan
merasa memiliki terhadap perencanaan UP/J SMK/MAK, diperlukan
suasana yang demokratis, dan stakeholder terlibat dalam proses
pengambilan keputusan. Prinsip ini menuntut para orang-tua dan guru
mengerti segala kebutuhan yang terbaik untuk peserta didiknya, dan
melalui satu usaha yang kooperatif, mereka dapat bahu membahu
meningkatkan program-program yang tepat sesuai kebutuhan peserta
didik (Duhou, 2002).
Penerapan prinsip partisipasi dalam manajemen UP/J SMK/MAK
sebagai sumber belajar adalah dalam belajar dan berusaha, siswa
berpartisipasi aktif tidak bedrsikap pasif. Dalam menyusun silabus,
SMK/MAK dapat mengundang kelompok kerja guru (KKG),
Musyawarah Guru Mata Pelajaranan (MGMP), Lembaga Penjamin
Mutu Pendidikan (LPMP) atau perguruan tinggi untuk meningkatkan
partisipasi aktif. Peningkatan partisipasi stakeholder dalam
penyelenggaraan sekolah akan mampu menciptakan keterbukaan,
kerjasama yang kuat, akuntabilitas, dan demokrasi pendidikan.
Keterbukaan adalah dalam hal program dan keuangan. Kerja sama
ialah adanya sikap dan perbuatan lahiriyah kebersamaan/kolektif
untuk meningkatkan kualitas sekolah. Kerjasama sekolah yang baik
ditunjukkan oleh hubungan antar stakeholder yang erat, dan adanya
kesadaran bersama bahwa output sekolah merupakan hasil kolektif
kerja tim yang kuat dan cerdas (Depdiknas,2002). Pembelajaran
partsipasi bagi siswa SMK/Mak bahwa dalam merencanakan usaha
perlu ada dukungan aktif pihak lain karena manusia adalah makhluk
sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

15
Penerapan prinsip partisipasi dalam manajemen UP/J SMK/MAK
sebagai salah satu sumber pendanaan di SMK/MAK adalah UP/J
SMK/MAK mendapatkan dukungan dana dan fasilitas lainnya dari
mitra SMK/MAK.

6. Efektif
Efektif ialah setiap upaya untuk mencapai hasil/output yang
cocok/sesuai dengan persyaratan yang diinginkan/diharapkan para
pelanggan. Rendah atau kurangnya keefektifan (effectiveness) diukur
oleh tingkatan di mana proses menghasilkan output tidak
sesuai/sejalan/dan tidak cocok dengan persyaratan-persyaratan yang
diinginkan/diharapkan pelanggan (dapat dilihat pada rendahnya mutu
output/hasil) (Anonim, 2006). Sedangkan keefektifan (effectiveness)
ialah keadaan di mana pencapaian hasil sesuai dengan acuan yang
direncanakan dan diharapkan untuk memenuhi kepuasan
pelanggan/pengguna hasil pendidikan. Hasil yang diharapkan dapat
diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Efektivitas secara kuantitatif
adalah perbandingan antara hasil yang diperoleh dibagi dengan target
yang harus dicapai, sedangkan efektivitas secara kualitatif adalah
tingkat kepuasan yang diperoleh. Sesuatu yang efisien belum tentu
efektif dan sesuatu yang efektif belum tentu efisien.
Efisien (daya guna) adalah proses penghematan 7M+1I dengan
cara melakukan pekerjaan dengan benar (do things right), sedangkan
efektif (hasil guna) adalah tingkat keberhasilan pencapaian tujuan
(outcomes) dengan cara melakukan pekerjaan yang benar (do the
right things). Efektif juga berarti mampu mencapai tujuan dengan baik.
Jika efisiensi lebih memfokuskan diri pada proses penghematan,

16
maka efektivitas lebih memfokuskan diri pada output atau hasil yang
diharapkan.

7. Efisien
Efisien ialah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang
dipersyaratkan dengan pengorbanan sumber daya yang paling
minimal (Anonim, 2006). Sumber daya terutama biaya, waktu, dan
tenaga. Dalam hal ini, proses-proses yang dilakukan selalu
menghindari terjadinya pemborosan atau kerugian-kerugian percuma
yang tidak perlu. Proses efisiensi diukur dengan perbandingan antara
output yang dicapai dengan biaya-biaya untuk menghasilkan output
yang diharapkan. Biaya-biaya ini lazimnya dinyatakan dalam bentuk
satuan sumber biaya yang telah dikeluarkan (baik dalam bentuk
rupiah, jam kerja, satuan enerji yang digunakan). Sedangkan yang
dimaksud efisiensi ialah acuan terukur kinerja di mana hasil yang
dicapai dibandingkan dengan biaya-biaya/pengorbanan sumber daya
yang telah dikeluarkan bagi pencapaian hasil tersebut (Anonim,
2006).
Beda efektif dan efisien adalah sebagai berikut. Efisien (daya
guna) adalah proses penghematan 7M+1I dengan cara melakukan
pekerjaan dengan benar (do things right), sedangkan efektif (hasil
guna) adalah tingkat keberhasilan pencapaian tujuan (outcomes)
dengan cara melakukan pekerjaan yang benar (do the right things).
Efektif juga berarti mampu mencapai tujuan dengan baik. Jika
efisiensi lebih memfokuskan diri pada proses penghematan, maka
efektivitas lebih memfokuskan diri pada output atau hasil yang
diharapkan.

17
Penerapan prinsip efisien dalam manajemen UP/J SMK/MAK
sebagai sumber belajar bagi siswa SMK/MAK dapat memberikan
pelajaran bahwa dalam mengerjakan sesuatu harus hemat biaya,
tenaga, dan waktu. Penerapan prinsip efisien dalam manajemen UP/J
SMK/MAK sebagai salah satu sumber pendanaan pendidikan di
SMK/MAK adalah UP/J SMK/MAK harus berupaya menghemat biaya,
waktu, dan tenaga dalam menghasilkan barang/jasa. Penghematan
dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar, dan dapat
menekan harga harga barang/jasa yang diproduksi sehingga mampu
bersaing dengan para pesaing.

E. CARA PEMPERKUAT MANAJEMEN UP/J SMK/MAK


Keberhasilan Unit Produksi di SMK sangat tergantung kepada
manajemen yang diterapkan di sekolah tersebut. Oleh karena menjadi
hal yang penting untuk mem-perkuat manajemen SMK agar Unit
Produksi dapat dikembangkan dalam upaya memperkokoh daya
saing tamatan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

1. Perkuat Jiwa Wirausaha


Karena wirausahawan adalah juga seorang pemimpin yang
mampu mempengaruhi dan meyakinkan kelompoknya dalam
mengembangkan gagasannya dengan cara melakukan kerjasama
yang saling mempercayai satu sama lain. Komitmen yang teguh
dalam mencari dan menciptakan peluang ini bisa ditumbuhkan
dengan cara penyederhanaan birokrasi dan pendelegasian
wewenang yang jelas kepada mitra usaha dan bawahan dalam
menjalankan bisnis dan dalam pengembilan keputusan.

18
2. Diperlukan Kesadaran akan Manfaat Keberadaan Unit
Produksi di SMK
Keberadaan Unit Produksi di SMK seharusnya dapat mengatasi
masalah-masalah yang berkaitan dengan produksi hasil praktik siswa.
Unit produksi dapat menjadi wadah yang menampung produk siswa;
menjadi quality control atas produk siswa; menjadi tim pemasaran;
menjadi agen penjualan yang dapat memberikan kontribusi langsung
siswa memperoleh hasil penjualan. Dalam upaya mengembangkan
kesadaran ini, diperlukan iklim manajemen yang transparan sehingga
seluruh warga sekolah dapat melihat secara langsung berbagai
keuntungan yang diperoleh.

3. Tertib Administrasi
Aspek administrasi sering kurang mendapat perhatian dalam
usaha kecil di Indonesia. Unit Produksi seharusnya melakukan
pembukuan atas setiap transaksi yang dapat dipelajari oleh warga
sekolah. Data operasi Unit produksi dapat menjadi sarana untuk
mengkaji berbagai hal yang berhubungan dengan pengembangan
usaha, misalnya jenis permintaan yang paling sering disampaikan
pelanggan, jenis produk yang cenderung diperlukan pada waktu
tertentu, jenis produk yang diminati pada kalangan tertentu, dimana
lokasi tempat tinggal pelanggan, pada waktu kapan keuntungan
terbesar, pada saat bagaimana produk mencapai puncaknya atau
sebaliknya permintaan pada posisi terendah.
Dalam pembelajaran praktik, siswa perlu diberi kesempatan untuk
bekerja cepat dan akurat. Artinya semua tugas diselesaikan secara
benar dengan waktu yang sependek mungkin dengan prosedur yang
benar pula. Namun ketika siswa telah menunjukkan penguasaan

19
kompetensi, mereka perlu ditantang untuk kreatif dan inovatif.
Tantangan ini akan menggugah kompetisi diantara siswa, lebih-lebih
bila diberikan sistem reward yang konsisten.

4. Ciptakan Iklim ‘Market’ di Sekolah


Beri kesempatan siswa dan guru untuk melakukan ‘jual-beli’ di
sekolah. Misalnya antara siswa maupun siswa dengan guru atau
sebaliknya guru dengan siswa. Mereka dapat saling berjual-beli untuk
saling memenuhi kebutuhan. Selanjutnya anjurkan siswa untuk
berjual-beli di lingkungan keluarga mereka dan diteruskan dengan
berjual-beli dengan di lingkungan masyarakat sekitar. Dengan cara ini
maka akan terbentuk jejaring laba-laba yang bermuara di sekolah.

5. Pengkondisian Lingkungan Sekolah


Mulailah dengan menanamkan nilai-nilai yang ada di industri
untuk terjadi dan berlangsung di sekolah. Beberapa nilai yang dapat
mulai dikondisikan adalah kebersihan, ketertiban, disiplin, dan ramah
terhadap setiap tamu. Kondisi ini harus diciptakan dan menjadi
budaya sekolah, karena dengan terciptanya kondisi tersebut warga
sekolah khususnya siswa akan mengalami lingkungan/ dunia usaha
yang sesungguhnya. Karena di dunia usaha selalu diupayakan
suasana yang tertib, disiplin, ramah terhadap pelanggan dan selalu
menjaga kebersihan untuk memberi kenyamanan kepada pelanggan
dan relasi.

6. Guru adalah Sumberdaya yang Penting


Ikut sertakan guru dalam berbagai diklat yang memungkinkan
mereka berkembang dalam penguasaan kompetensi dan mencapai

20
peningkatan wawasan dan keterampilan berwirausaha. Guru sebagai
aset penting SMK akan menjadi agen perubahan dalam iklim belajar
siswa. Bila perlu guru perlu dicarikan kesempatan melakukan on the
job training di unit usaha kecil dan menengah. Pelatihan yang
berkaitan dengan inovasi produk dan layanan berkaitan dengan
program keahlian dan bidang mereka akan menjadi nilai tambah bagi
pribadi guru maupun kepentingan sekolah.

7. Membuka Berbagai Referensi


Belajar dengan multi referensi dan metode yang variatif akan
menjadi daya tarik bagi siswa untuk menekuninya. Siswa perlu
dibawa untuk melihat kemungkinan mencari informasi dan ide serta
sumber belajar dari berbagai jenis referensi. Gunakan metode survey
ke lapangan/ pasar, menjelajah internet, mempelajari iklan, berbagi
berita ekonomi dan bisnis, membaca success story, akan merupakan
pengalaman belajar yang memberi banyak pengetahuan.

8. Mengembangkan Organisasi Unit Produksi


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat strukur
organisasi Unit Produksi antara lain:
a. Organisasi dan manajemen Unit Produksi disusun secara flat:
o Lebih menekankan pada kerja tim
o Sebagai anggota tim, karyawan dilibatkan dan
diberdayakan untuk memberi kontribusi kepada
manajemen dalam mewujudkan kepuasan kepada
pelanggan
o Adanya pendelegasian tugas dan wewenang yang jelas
kepada setiap unit kerja dan pelaksana

21
b. Mengembangkan prinsip ’desentralisasi’ dan otoritas dalam
pembagian tugas dan wewenang
c. Peran dan tanggungjawab personel dan pengelola secara
jelas, untuk dapat menumbuhkan usaha tanpa dikekang oleh
jalur birokrasi yang kaku
d. Gaya kepemimpinan sekolah bersifat luwes, fleksibel dan
demokratis, untuk dapat menjalin komunikasi dan menyaring
informasi dengan cepat bagi kepentingan Unit Produksi
e. Staffing, dilakukan dalam aktivitas yang berkaitan dengan
pengelolaan SDM dalam pengembangan Unit Produksi yang
meliputi: rekrutmen, seleksi, penempatan, orientasi,
pemberian imbalan, unit pelatihan, promosi dan penilaian
prestasi kerja.
f. Pengendalian dilakukan untuk melakukan pengaturan atau
pengarahan dalam organisasi agar tujuan tercapai.
1) Pengendalian fisik, misal:
o Bahan baku
o Kualitas produk
o Peralatan produksi
o Kapasitas mesin, dll
2) Pengendalian Personel, meliputi:
oPenempatan pekerja baru
oTraining karyawan
oPenggajian dan prestasi kerja
3) Pengendalian Informasi, meliputi:
oInformasi pemasaran dan penjualan
oInformasi analisis lingkungan
oJadual produksi
4) Pengendalian finansial

22
BAB III
PERENCANAAN UNIT PRODUKSI/JASA SMK/MAK

A. PENGERTIAN PERENCANAAN UP/J SMK/MAK


Perencanaan UP/J SMK/MAK ialah kegiatan yang akan
dilaksanakan UP/J SMK/MAK untuk mencapai tujuan sekolah secara
efektif dan efisien. Perencanaan UP/J SMK/MAK dalam hal ini adalah
perencanan pembelajaran dan usaha atau bisnis karena fungsi UP/J
SMK/MAK adalah sebagai sumber belajar dan pendanaan pendidikan
SMK/MAK.
UP/J SMK/MAK seharusnya dapat menjadi wahana siswa
melakukan praktik kerja sebagaimana mereka melakukan praktik
kerja industri. Sebagai contoh, SMK program keahlian Tata Boga
dapat memberikan kesempatan kepada siswa terlibat langsung dalam
aktivitas jasa Catering pada unit produksi sekolah; siswa SMK/MAK
program keahlian mekanik otomotif dapat melakukan praktik industri
pada Unit Produksi sekolah yang berupa layanan perawatan dan
perbaikan kendaraan bermotor/mobil. Namun tidak demikian
kenyataan di lapangan, Unit Produksi di sekolah tidak dapat
berkembang sebagai unit yang setara dengan unit usaha yang
seharusnya, sehingga belum dapat memberikan pengalaman nyata
dan intens terhadap siswa yang terlibat. Di sisi lain, UP/J SMK/MAK
yang mampu berkembang dan dikelola secara profesional, biasanya
cenderung tertutup bagi siswa yang akan melakukan praktik kerja.
Kondisi ini menjadikan UP/J SMK/MAK seoleh-olah organisasi yang
terpisah dari program pembelajaran reguler di sekolah. Agar Unit
produksi mampu menjadi bagian dari organisasi SMK yang dapat

23
menyiapkan tenaga kerja terampil, maka Unit Produksi perlu
dikembangkan, dan manakala telah mencapai pertumbuhan yang
memadai dapat menjadi wahana praktik industri bagi siswa
(Dikmenjur, 2007).

B. KONSEP PERENCANAAN UP/J SMK/MAK SEBAGAI SUMBER


BELAJAR

1. Program Pembelajaran di UP/J SMK/MAK


a. Visi UP/J SMK/MAK
1) Pengelola UP/J SMK/MAK merumuskan dan menetapkan visi
UP/J SMK/MAK serta mengembangkannya.
2) Visi UP/J SMK/MAK:
a) dijadikan sebagai cita-cita bersama warga SMK/MAK dan
segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang
akan datang.
b) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan
pada warga SMK/ MAK dan segenap pihak yang
berkepentingan
c) dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga
SMK/MAK dan stakeholder selaras dengan visi
SMK/MAK.
d) diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh
kepala sekolah/ madrasah dengan memperhatikan
masukan komite sekolah
e) disosialisaikan kepada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan

24
f) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai
dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.
b. Misi S/M
1) Pegelola UP/J SMK/MAK merumuskan dan menetapkan misi
serta mengembangkannya.
2) Misi UP/J SMK/MAK
a) memberikan arah dalam mewujudkan visi UP/J SMK/MAK
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
b) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu
tertentu
c) menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah
d) menekankan pada mutu layanan siswa dan mutu lulusan
yang diharapkan oleh sekolah/madrasah
e) memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan
dengan program sekolah/madrasah
f) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan
kegiatan satuan-satuan unit sekolah/madrasah yang
terlibat
g) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak
yang berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah
dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin
oleh kepala sekolah/madrasah
h) disosialisaikan kepada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan
i) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai
dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.

c. Tujuan UP/J SMK/MAK

25
1) Pengelola UP/J SMK/MAK merumuskan dan menetapkan
tujuan serta mengembangkannya.
2) Tujuan UP/J SMK/MAK
a) menggambarkan tingkat mutu yang perlu dicapai dalam
jangka menengah (empat tahunan);
b) mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional
serta relevan dengan kebutuhan masyarakat;
c) mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah
ditetapkan oleh sekolah/madrasah;
d) mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang
berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan
diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh
Kepala SMK/MAK; dan
e) menyosialisasikan kepada warga SMK/MAK dan segenap
pihak yang berkepentingan.

2. Rencana Pembelajaran UP/J SMK/MAK


a. Pengelola UP/J SMK/MAK membuat:
1) rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan
tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun
yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai
dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan
mutu lulusan; dan
2) rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana
Kegiatan dan Anggaran UP/J SMK/MAK dilaksanakan
berdasarkan rencana jangka menengah
b. Rencana kerja jangka menengah dan tahunan UP/J
SMK/MAK:

26
1) disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan
pertimbangan dari komite sekolah/madrasah dan
disahkan berlakunya oleh dinas pendidikan
kabupaten/kota. Pada sekolah/madrasah swasta, rencana
kerja ini disahkan berlakunya oleh penyelenggara
sekolah/madrasah; dan
2) dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca oleh
pihak-pihak yang terkait.
c. Rencana kerja empat tahun dan tahunan disesuaikan dengan
persetujuan rapat dewan pendidik dan pertimbangan komite
sekolah/madrasah;
d. Rencana kerja tahunan dijadikan dasar manajemen UP/J
SMK/MAK yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan,
partispasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
e. Rencana kerja tahunan UP/J SMK/MAK memuat ketentuan
yang jelas mengenai:
1) kesiswaan yang akan terlibat praktik
2) kurikulum dan kegiatan pembelajaran praktik
3) pendidik dan tenaga kependidikan serta
pengembangannya,
4) sarana dan prasarana,
5) keuangan dan pembiayaan,
6) budaya dan lingkungan sekolah,
7) peran serta masyarakat dan kemitraan,
8) rencana-rencana kerja lain yang mmengarah pada
peningkatan dan pengembangan mutu.

27
C. KONSEP PERENCANAAN UP/ SMK/MAK SEBAGAI SUMBER
PENDANAAN PENDIDIKAN

1. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Menyiapkan


Rencana Unit Produksi/Jasa
Langkah-langkah yang akan dibahas mencakup faktor-faktor
utama yang dipertimbangkan dalam mempersiapkan ssuatu rencana
usaha. Rencana usaha anda bisa meliputi sebagian atau seluruh
langkah-langkah ini.

a. Pelajari Pasar Anda (Membaca Peluang Bisnis)


Tentukan siapa saja konsumen bagi produksi atau jasa yang akan
anda tawarkan. Sebagai contoh, jika anda akan menjual kusen
pintu/jendela, anda harus tahu bahwa pasar anda (atau konsumen)
adalah orang-orang yang sedang membutuhkan tempat tinggal dan
biasanya akan membeli kusen/jendela berdasarkan selera pribadi
mereka. Memahami orang yang akan anda layani. Bagaimana
karakteristik mereka? Berapa besar belanja mereka dan apa saja
yang biasanya menarik perhatian mereka?
Selidiki siapa pesaing anda. Berapa banyak mereka dan dimana
mereka berusaha? Dengan mengetahui persaingan dan jumlah orang
yang mungkin akan membeli produk seperti produk anda, berapa
banyak dari orang-orang ini anda inginkan menjadi konsumen tetap
anda? Ini adalah pangsa pasar anda.
Pertama-tama yang harus diingat pada saat mencoba
mengidentifikasi peluang usaha adalah tujuan utama didirikannya
suatu perusahaan atau unit produksi baik yang memproduksi
barang/jasa untuk kebutuhan atau keinginan manusia. Berikut ini

28
dijelaskan permintaan masyarakat akan produk barang/jasa pada saat
ini yang dapat dipenuhi. Mungkin permintaan sekarang dipasok oleh
pemasok atau produsen lokal. Bila demikian, selidiki apakah suplai
lokal sudah memenuhi permintaan lokal atau belum sehingga dapat
diketahui masih ada peluang atau tidak untuk membuka usaha di
bidang tersebut. Sebagai contoh, jika suatu perusahaan bangunan
hanya mampu memenuhi setengah dari kebutuhan lokal maka dapat
dipertimbangkan untuk membuka perusahaan bangunan.
Alternatif lain, sejumlah produk disuplai oleh konsumen atau
pemasok dari luar. Pelajari produk-produk itu dan adakan modifikasi-
modifikasi. Ada kemungkinan dengan sumber daya tertentu, Anda
dapat menghasilkan produk sejenis dengan bentuk, fasilitas, dan
mutu yang lebih tinggi tetapi dengan harga yang lebih rendah maka
produk yang dhasilkan akan berpeluang laku di pasaran.
Sebaliknya, Anda juga dapat mencari peluang dari produk-produk
yang dieksport. Biasanya, produk-produk ini diekspor dalam bentuk
bahan baku setengah jadi. Misalnya, kayu yang diproduksi
masyarakat biasanya dijual ke pembuat mebel di luar daerahnya.
Sebagai seorang calon pengusaha, Anda dapat menemukan cara-
cara meningkatkan nilai tambah kayu tersebut sebelum dijual atau
diekspor. Misalnya dengan membuat mebel yang mempunyai nilai
jual. Dengan demikian, Anda berpeluang membuka usaha.
Tersedianya sumber daya tertentu di lokasi tertentu dapat
membuka peluang usaha. Beberapa hal yang pelu dipertimbangkan
dalam memilih alternatif usaha.
1) Bahan Baku
Temukan materal yang berasal dari suatu kawasan dan tersedia
dalam jumlah besar. Selidik kemungkinan mendapatkan uang dai

29
sumber daya yang melimpah ini baik melalui pengumpulan,
perdagangan, pengolahan parsial atau proses produksi. Misalnya
tersedianya tanah lempung membuka peluang industri keramik.
2) Keterampilan khusus SMK/MAK dan masyarakat setempat
Suatu kelompok siswa du sekolah dan masyarakat biasanya
memiliki keterampila khusus yaitu keterampilan tradsional yang
dapat digunakan untuk keperluan komersial. Pelajari
keterampilan-keterampilan ini secara cermat sebagai peluang
tenaga kerja. Contoh: Daerah pantai tersedia tenaga nelayan
dapat membuka peluang usaha penangkapan ikan.
3) Informasi Industri
Membaca jurnal-jurnal teknik dan bisnis akan membuka wawasan
dunia usaha dewasa ini. Majalah SWA misalnya, adalah
menyajikan berita-berita secara teratur tentang produk dan teknik-
teknik baru. Beberapa lembaga ada yang melakukan studi berkala
yang membahas: pertumbuhan, kemajuan, dan kinerja industri-
industri tertentu. Stud-studi ini akan memberikan informasi yang
bermanfaat dan mungkin akan membantu memutuskan apakah
Anda melakukan investasi pada industri atau tidak.
3) Teknologi
Ikuti terus kemajuan teknologi untuk memperbaharui dan
meningkatkan sesuatu yang baru. Proyek-proyek tertentu
memerlukan pengetahuan teknis, keterampilan khusus, dan
teknologi tertentu. Apakah Anda memiliki ketiga hal tersebut
secara memadai? Contoh: mesin-mesin dan peralatan baru serta
hasil-hasil penelitian dan pengembangan.

30
4) Berbisnis Mulailah dari yang Kecil
Berbisnis sendiri dengan memulai dari kecil atau bekerja sama
dengan orang lain, sama-sama memiliki nilai kelebihan dan
kekurangannya. Bagi bisnis pemula, untuk memulainya
disarankan mulai dari yang kecil. Jangan karena orang tersebut
memiliki uang banyak atau modal besar, langsung berbisnis
dalam skala besar.
Belajarlah dari yang kecil. Jika bisnisnya berkembang, ini
merupakan doa dan harapan semua pebisnis dan dapat
dibesarkan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki baik m odal,
tenaga, pikiran, peluyang, dan tantangan yang ada. Jika bisnisnya
dimulai dari kecil maka resiko yang dihadapi juga kecil. Kalau
bisnisnya kurang maju atau sama sekali tidak berkembang,
kerugian yang yang dideritanya tidak terlalu besar. Sesuatu yang
dimulai dari kecil itu biasanya menyenangkan. Sebab, jika terjadi
sesuatu kerugian, tidaklah terlalu menyakitkan. Di samping itu,
usaha yang dimulai dari kecil pada umumnya mempunyai fondasi
yang kokoh yang bermanfaat untuk pengembangan usaha ke
depannya sehingga tidak mudah goyah dengan berbagai
persaingan dan kendala-kendala.

5) Risiko
Pertimbangkan tingkat resiko keberhasilan atau kegagalan
gagasan usaha sebelum melakukan investasi dalam usaha.
Misalnya akan lebih berisiko melakukan investasi usaha di mana
Anda tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman praktis di
bidang usaha itu. Kemungkinan gagal juga tinggi apabila pasar
sudah jenuh atau persaingan sangat keras.

31
6) Hobby
Anda juga harus mempertimbangkan apakah usaha itu adalah
usaha dalam bidang Anda atau kesukaan Anda.
Dari mana usaha dimulai? Jawabnya:
a) Mulailah dari yang ringan
b) Mulailah dari yang dekat.
c) Mulailah dari yang kecil
d) Mulailah dari yang mudah
e) Mulailah dari diri sendiri
f) Mulailah dari sekarang

b. Teliti perilaku pasar di masa datang


Hitung berapa orang yang membeli produk anda di masa lalu,
berapa orang yang membeli produk serupa dari perusahaan lain, dan
berapa harganya. Faktor-faktor permintaan pasar akan suatu produk
atau jasa serta tingkat persaingan juga menentukan tipe usaha Anda.
Jangan membuka usaha yang sudah jenuh dan persaingan sangat
keras meskipun Anda memiliki keunggulan khusus. Bukalah tipe
usaha yang paling sedikit ditekuni orang lain atau yang paling tidak
keras persaingannya.

c. Memilih lokasi usaha


Dari penelitian terhadap calon konsumen anda, selidiki siapa
mereka, apa dan dimana mereka bekerja; dan apa saja
kebutuhan/keinginan mereka. Dimana mereka akan memakai produk
anda – di rumah atau di tempat kerja? Bagaimana mereka
menghabiskan waktu luang mereka?

32
Contoh: Tempat dimana banyak orang yang menghabiskan waktu
luangnya, merupakan tempat yang ideal bagi usaha penjualan
makanan atau hiburan. Usaha t-shirt printing mungkin paling baik
berlokasi dekat sekolah, atau dekat tempat pusat olahraga, atau di
tempat lain yang sering dikunjungi oleh calon pemakai produk anda.
Perhatikan fasilitas yang tersedia di daerah yang akan digunakan
sebagai lokasi usaha anda. Apakah fasilitas listrik, air dan/atau
sambungan telepon tersedia? Mudahkah dijangkau oleh pemasok dan
konsumen anda? Apakah lokasi itu dekat dengan kawasan
perdagangan dan dipinggir jalan besar?
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi usaha:
1) Jarak antara sumber bahan baku dengan pasar (calon
pembeli)
2) Ketersediaan dan keandalan transportasi dan fasilitas lain
3) Ketersediaan dan upah tenaga kerja
4) Ketersediaan, keandalan dan harga daya listrik
5) Ketersediaan, kualitas dan harga air
6) Fasilitas pembuangan dan pengelolaan limbah
7) Pajak
8) Ketersediaan, karakteristik dan harga limbah

Jika bahan baku dan/atau produk jadi sangat berat, maka


sebaiknya pabrik berlokasi dekat dengan sumber bahan baku
dan/atau termpat pendistribusian. Jika tidak perusahaan akan
terbebani dengan biaya transportasi. Sebagai contoh, pabrik bubur
kertas (pulp) dan kertas harus berlokasi dekat sumber bahan baku
karena bahan bakunya (kayu) jauh lebih berat dari produk jadinya
(kertas).

33
Jika bahan baku/produk jadi termasuk barang yang berat, harus
diperhitungkan dengan benar ketersediaan dan keandalan alat angkut
di lokasi yang akan kita pilih.
Jika perusahaan berbentuk padat karya seperti perusahaan
rokok, lokasi perusahaan harus diusahakan dekat dengan daerah
yang penduduknya dapat direkrut sebagai tenaga kerja.
Lokasi terpilih adalah lokasi yang memerlukan investasi awal dan
biaya operasional yang paling rendah.

d. Mempersiapkan Rencana Usaha


Berdasarkan jumlah calon konsumen yang anda tuju, tentukan
jumlah barang yang akan anda produksi untuk memenuhi pangsa
pasar anda. Dari sini anda bisa mengestimasi jumlah bahan baku dan
biaya yang dibutuhkan.
Putuskan juga apakah anda akan menyewa, membeli toko lama
atau membangun yang baru. Jika akan membangun toko baru jangan
lupa untuk memenuhi semua persyaratan (misalnya IMB) dan dengan
sendirinya biaya yang dibutuhkan lebih besar.
Pada rencana usaha yang telah disusun sebelumnya, telah
ditentukan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mengisi posisi
administrasi, penjualan dan produksi. Hendaknya berhati-hati dalam
memilih dan melatih tenaga kerja, karena ada hubungannya dengan
uang yang akan dikeluarkan sebagai imbalan atas jasa mereka. Kita
harus tahu persis keahlian khusus apa yang dibutuhkan untuk
menjalankan usaha agar uang kita berguna.
Biasanya bentuk usaha yang kecil hanya melibatkan saudara dan
relasi sebagai karyawan, tetpi begitu usaha berkembang kita harus
merekrut tenaga dari luar. Bisa dilakukan berdasarkan rekomendasi

34
dari kenalan (cara yang murah), atau melalui bursa tenaga kerja
(memerlukan biaya). Cara lain adalah dengan memasang iklan
lowongan pekerjaan di koran/majalah. Tenaga kerja yang telak
direkrut harus dilatih (dan diawasi) sesuai dengan tugasnya dan
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.

e. Mempersiapkan Rencana Organisasi


Tentukanlah bentuk organisasi usaha anda. Apakah itu berupa
perusahaan perseorangan, firma, atau korporasi (PT)? Selain itu,
pelajari semua persyaratan-persyaratan hukum untuk memulai usaha.
Selain ijin-ijin umum, cari informasi apakah jenis usaha anda
memerlukan ijin khusus dari suatu departemen tertentu, misalnya.
Apakah usaha Anda legal atau tidak? Pelajari dengan seksama
apakah ada batasan-batasan hukum yang dapat membuat usaha
Anda sulit atau dilarang beroperasi.
Setelah itu tulis semua kegiatan/aktivitas yang harus dilakukan
dalam berusaha seperti perencanaan, pengemasan, penjualan, dan
lain-lain. Tentukan posisi pada tiap kegiatan dan estimasi jumlah
orang yang diperkerjakan pada setiap posisi. Tetapkan gaji untuk
posisi pekerjaan berdasarkan tarip gaji di perusahaan-perusahaan
lain yang bergerak pada usaha yang sejenis.

f. Mempersiapkan Rencana Keuangan


Berapa banyak modal yang dibutuhkan untuk mendirikan usaha?
Biasanya suatu usaha memerlukan investasi dalam bentuk lahan,
gedung, mesin-mesin, peralatan, dan modal untuk membayar
pembelian bahan baku, gaji, dan pengeluaran-pengeluaran lain. Bisa
jadi karena jumlah sumber dana yang dimiliki terbatas maka akan

35
terbatas pula jenis usaha yang akan Anda terjuni. Sebagai contoh:
jika modal kecil bukalah usaha yang bermodal kecil pula. Misalnya
membuka usaha warung makanan cukup modal relatif kecil.
Dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari rencana-
rencana lain, susunlah informasi keuangan berikut.
1) Tentukan berapa banyak uang akan dibutuhkan untuk
memulai usaha;
2) Putuskan dari mana uang tersebut akan didapat;
3) Estimasi semua item pendapatan dan pengeluaran. Buat
anggaran kas untuk tahun pertama operasi, berdasarkan
pemasukan kas yang diharapkan dan pengeluaran kas.
4) Estimasi modal yang dimiliki (misalnya, kas, property, dll)
serta jumlah uang yang akan diinvestasikan sebagai modal
kerja, dan pinjaman yang harus anda peroleh untuk menutupi
selisih antara investasi yang dibutuhkan dan uang yang anda
miliki. Dari informasi ini, buatlah taksiran neraca akhir.

Modal usaha bisa berasal dari modal sendiri atau melalui


pinjaman dari pihak lain, yang penting, harus dilakukan estimasi
secara akurat mengenai jumlah dana yang dibutuhkan agar usaha
berjalan lancar. Bila memang diperlukan, dana bisa dipinjam dari
berbagai sumber dan setiap sumber punya kelebihan/kekurangan
sendiri.
Beberapa hal yang harus diperhatikan: (1) periode pengembalian
atau jangka waktu peminjaman, (2) tingkat suku bunga dan biaya
provisi atau komisi, (3) jaminan, (4) periodik pengembalian, (5)
batasan/aturan dari bank/debitur, dan (6) kemudahan pengambilan
kembali jaminan

36
Setelah modal terkumpul, harus dibuat keputusan yang tepat
mengenai pengadaan mesin/peralatan atau yang dibutuhkan untuk
menghindari hal-hal berikut: (1) membayar lebih mahal, (2) membeli
peralatan yang tidak diperlukan, (3) biaya operasi yang besar
(perawatan, reparasi dan lain-lain).
Bila dana yang dibutuhkan tidak mencukupi, pemilihan mesin bisa
dilakukan dengan memperhatikan: (1) karakteristik operasi, (2)
teknologi, dan (3) harga.
Dilihat dari karakteristik operasinya mesin terdiri dari mesin
khusus dan mesin multiguna. Sangat dianjurkan membeli mesin yang
multiguna bila: (1) volume produksi rendah, (2) desain produk
berubah dari waktu ke waktu, (3) tingkat fleksibilitas tinggi, (4)
menginginkan harga mesin lebih murah.
Mesin khusus dapat digunakan bila: (1) desain produk tertentu,
dan (2) volume produksi besar.
Sebelum memutuskan untuk membeli, bandingkan harga dari
setiap mesin beserta untung-ruginya. Pertimbangkan juga biaya
perawatannya. Anda dapat meminta informasi dari produsen lain yang
menggunakan mesin dimaksud, juga mengenai reputasi suplier. Pilih
suplier yang dapat menentukan mesin berdasarkan kebutuhan anda,
dan yang memberikan jaminan purna jual yang baik misal :
pemasangan, perawatan, dan reparasi; dan juga menyediakan suku
cadang.
Mesin/peralatan yang akan dibeli tidak selalu harus baru. Anda
dapat juga mempertimbangkan untuk membeli mesin bekas bila: (1)
harga mesin bekas jauh lebih murah dari mesin baru, (2) keadaan
keuangan tidak memungkinkan membeli mesin baru, dan (3) mesin
bekas dapat memenuhi (cukup memuaskan) kebutuhan produksi..

37
Dalam membeli mesin bekas, perhatikan hal-hal berikut: (1) cek
reparasi suplier yang menjual mesin bekas, (2) cari dan bandingkan
beberapa mesin di beberapa tempat, (3) periksa kondisi mesin, dan
(4) ketahui umur mesin dan lama pemakaian, sehingga dapat
diramalkan performansinya dimasa datang.

g. Studi Kelayakan Usaha Bisnis


Lakukan pengambilan keputusan membuka usaha dengan
kriteria: tingkat kemudahan, tingkat resiko, dan cepat kembali modal
atau Tingkat Return of Invesment (ROI).
Kriteria:
Kemudahan : 3 = sangat mudah
2 = mudah
1 = sukar
Risiko : 3 = kurang berisiko
2 = berisiko
1 = sangat berisiko
Kembali modal : 3 = cepat kembali modal
2 = lambat kembali modal
1 = sukar kembali modal

Usaha Kemudahan Risiko Kembali Bobot


yang akan modal
dibuka
A 2 2 3 12
B 3 3 3 27
C 3 1 2 6
Usaha yang dibuka adalah usaha B

Anda dapat pula menggunakan alternatif lain dalam membuka


usaha. Caranya sebagai berikut. Berilah nilai 1 sampai 4 untuk
kriteria-kriteria di bawah ini. 1 sangat tidak mendukung dan 4 sangat
mendukung.

38
A. Kelayakan pemasaran
B. Kesukaan
C. Keahlian
D. Dana
E. Bahan baku
F. SDM/Teknologi

Jika A + B + C + D + E + F hasilnya kurang dari 2 maka usaha jangan


dibuka.
24

Contoh: 2 + 4 + 0 + 2 + 3 + 1 hasilnya = 0,5 maka usaha jangan


dibuka.
24

h. Cara Memilih Bentuk Usaha


Pengelolaan usaha dapat dilakukan melalui cara: (1) menjadi
pemilik, (2) mencari mitra kerja, dan (3) membentuk perusahaan
Jika anda mempunyai uang, ide dan pengalaman, anda dapat
memutuskan untuk menjadi pemilik. Jika anda punya uang dan ide,
tetapi kurang memiliki pengalaman, anda dapat mencari mitra kerja
yang mempunyai keahlian yang dibutuhkan. Jika anda mempunyai
ide, tetapi tidak punya uang dan kurang pengalaman, anda dapat
mencari mitra kerja, atau membentuk perusahaan.
Karakteristik setiap bentuk usaha:
1) Pemilik Tunggal
Sebagai satu-satunya pemilik, banyak keuntungan yang
didapat misalnya :
 Dapat memulai atau membubarkan tanpa banyak
formalitas.

39
 Dapat bereaksi dengan cepat terhadap perubahan yang
terjadi dalam dunia usaha.
 Semua keuntungan menjadi milik anda.

Dari sisi lain kerugiannya juga, misalnya : ada kemungkinan


anda harus membayar hutang dengan kekayaan pribadi
apabila asset usaha tidak cukup untuk menutupi hutang.
2) Kerjasama
Dapat dibentuk bila anda dan orang lain sepakat untuk
bekerja sama dan bersama-sama memiliki perusahaan, dan
harus perjanjian yang memperinci hak dan kewajiban setiap
pihak. Paling tidak ada satu pihak yang bertanggung jawab
terhadap masalah keuntungan. Perusahaan akan bubar bila
salah satu pihak meninggal dunia.
3) Perusahaan
Dalam bentuk usaha ini, dipisahkan antara pemilik (yang
disebut dengan pemegang saham) dengan perusahaan
(pelaksana). Kelangsungan hidup perusahaan ini tidak
dipengaruhi baik oleh jumlah saham yang ada, ataupun
dengan kematian salah seorang pemegang saham.

i. Cara memulai unit produksi/jasa sekolah


Berikut ini beberapa petunjuk dalam memulai unit produksi/jasa
sekolah. Berikut ini beberapa petunjuk dalam merencanakan UP/J
SMK/MAK (Dikmenjur, 2007) antara lain:
1) Temukan ide untuk memulai bisnis pada Unit Produksi
sekolah antara lain melalui:

40
a) Menginventarisir hobi/ minat siswa/ guru yang relevan
dengan program keahlian yang dikembangkan di SMK
b) Menginventarisasi kompetensi dan peng-alaman yang
dimiliki siswa/ guru yang dapat dikembangkan menjadi
kegiatan usaha
c) Pelajari media masa (koran, majalah, internet, tayangan
televisi), khususnya yang mem-bahas tentang hal-hal
yang berkaitan dengan bisnis
d) Kunjungi pameran; anjurkan para siswa dan guru untuk
menunjungi pameran dan menemukan ide bisnis
berkaitan dengan kompetensi masing-masing program
keahlian
e) Lakukan survey ke pasar dan lingkungan tertentu untuk
menemukan kebutuhan yang mendesak dalam
lingkungan tersebut
f) Menginventarisir keluhan-keluhan; tugaskan siswa dan
guru untuk mewawancarai orang-orang yang
mengkonsumsi produk tertentu.
g) Melakukan curah gagasan/brainstorming, hal ini dapat
dilakukan dengan siswa, staf/ guru, maupun dengan
stakeholders lainnya
h) Kembangkan kreativitas, malalui lomba/ kompetisi; jajak
pendapat; penyelenggaraan acara/ kegiatan yang
memungkinkan munculnya aneka ide dari berbagai
sumber.
i) Lakukan berbagai inovasi: dalam pem-belajaran, dalam
penyelenggaraan ekstra maupun ko-kurikuler, sehingga

41
inovasi tersebut masih terintegrasi dengan program
reguler di SMK

2) Setelah ditemukan ide untuk memulai bisnis, maka perlu


dilakukan pembahasan oleh tim di sekolah untuk menjawab
beberapa pertanyaan berikut:
a) dimana posisi kita sekarang?
b) ke mana kita akan pergi?
c) bagaimana kita mencapai?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka dilakukan analisis


SWOT.
Sebagai contoh:
Kekuatan:
a. Hubungan sekolah dengan masyarakat baik
b. Lokasi sekolah strategis
c. Fleksibilitas anggaran
d. Sarana prasarana mencukupi
e. Pelanggan produksi dan jasa sudah ada
f. Dukungan pemerintah baik
g. Seluruh warga sekolah mendukung,
h. dll

Kelemahan:
a. Tingkat motivasi/ disiplin warga sekolah rendah
b. Motivasi warga sekolah untuk berkembang rendah
c. Staf yang terlatih sangat kurang/ tidak mempunyai jiwa
enterpreuneur

42
d. Rasa memiliki atas fasilitas rendah
e. Pengambangan staf tidak ada
f. Hanya memusatkan perhatian terhadap ke-pentingan
pembelajaran reguler
g. Manajemen usaha menjadi satu dengan manajemen sekolah
h. Perangkat keras masih dipergunakan hanya untuk KBM
i. Para guru pelaksana Unit Produksi memiliki beban mengajar
yang sama dengan guru lain yang tidak terlibat,

Kesempatan:
a. adanya pengembangan praktik kerja industri di SMK
b. Daya dukung DU/DI dalam bentuk pening-katan kemampuan
warga sekolah
c. Prospek SMK
d. DU/DI masih menuntut tenaga terampil,
e. dll

Ancaman
a. Kekurangan profesionalitas pengelola
b. Daya saing usaha produk/ jasa masih ren-dah
c. Stabilitas ekonomi dan politik yang tidak stabil

Untuk lebih memantapkan perencanaan Unit produksi maka


dalam pembentukannya perlu diawali juga dengan langkah-langkah
Rencana Bisnis (Bisnis Plan)

Deskripsi Usaha
a. Jenis usaha apa yang akan dikembangkan

43
b. Jenis produksi dan jasa apa yang akan dijual/ dihasilkan
c. Jenis peluang apa yang ada
d. Potensi yang dapat membantu pertumbuhan usaha
e. Apa yang dapat mendukung keberhasilan usaha

Masalah pemasaran:
a. siapa konsumen yang potensial
b. Siapa pesaing yang dihadapi dan apa saja keunggulan
mereka
c. Bagaimana promosi penjualan yang akan dilakukan
d. Berapa target pasar yang akan diraih
e. Bagaimana stategi iklan dan promosi yang akan ditempuh

Infrastruktur:
a. Dimana lokasi usaha
b. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi
c. Fasilitas dan peralatan untuk usaha
d. Jenis transportasi yang ada dan yang akan dibutuhkan
e. Faktor pendukung lain (jaringan listrik, komunikasi, air bersih,
drainase, dll)
f. Ketersediaan tenaga kerja
g. Siapa suplier dalam usaha yang akan dilaksanakan

Manajemen:
a. Siapa manajernya
b. Jumlah pekerja yang dibutuhkan
c. Berapa gaji yang dibayarkan
d. Jenis dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan

44
e. Apakah diperlukan konsultan ahli
f. Apakah diperlukan ijin usaha
g. Bagaimana pengaturan antara kegiatan pembelajaran reguler
dengan Unit produksi.

Risiko:
a. Problem apa yang amat potensial yang dapat diidentifikasi
b. Risiko yang harus diperhitungkan

Finansial:
a. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk usaha yang akan
dikembangkan
b. Berapa modal yang dibutuhkan untuk mengawali usaha
c. Cashflow (aliran dana)
d. Break Even Point
e. Sumber keungan yang potensial
f. Apakah ada investor
g. Apakah ada loan

Penjadwalan:
a. Berapa waktu yang diproyeksikan untuk usaha tersebut
b. Bagaimana mengatur waktu mewujudkan tujuan

j. Cara Membuat Rencana Bisnis (Business Plan)


Sistematika Rencana Bisnis adalah sebagai berikut.

I. Ringkasan Eksekutif
Maksimal dua halaman

45
Berisi:
A. Tujuan UP/J SMK/MAK dan produksi/jasa yang akan
dihasilkan.
B. Kecenderungan paling penting industri barang/jasa.
C. Tipe iklan dan promosi yang akan diimlementasikan
D. Penjualan dan keuntungan tiga tahun terakhir (jika UP/J
sudah berjalan)
E. Proyeksi penjualan dan keuntungan tiga tahun yang akan
datang
F. Pendidikan dan pengalaman bisnis manajemen UP/J
SMK/MAK
G. Pertimbangan penting seperti MoU, kontak pelanggan,
hak paten, dan lain-lain.
I. Informasi penting lainnya seperti prosedur kerja di UP/J
SMK/MAK.

II. Pernyataan Misi


A. Tujuan bisnis
B. Identifikasi produk barang/jasa yang akan ditawarkan.
C. Gambaran filsafat manajemen yang dianut.

III. Analisis Lingkungan Bisnis


Uraikan pertimbangan perubahan penduduk, bekijakan dan
tindakan pemerintah, perubahan teknologi, kecenderungan
ekonomi, dan sebagainya.
Analisis juga menjawab:
 Bagaimana informasi industri yang sama saat ini?
 Apakah industri yang ada rata-rata gagal?

46
 Apakah sudah ada industri baru atau sudah ada satu
industri yang sedang berkembang?
 Apa saja keuntungan industri selain uang?
 Siapa sasaran pembelinya dan bagaimana daya beli
masyarakat?

IV. Gambaran Produksi/Jasa


Berisikan:
Informasi tentang ukuran, bentuk, bahan utama, warna, berat,
kecepatan, kemasan, tekstur, feature, lama garansi,
pelayanan purna jual, dan jenis-
jenis jasa yang ditawarkan.

V. Analisis Persaingan
Berisikan:
 Idnetifikasikan tiga nama pesaing utama Anda.
 Jarak antara UP/J SMK/MAK dengan pesaing lainnya.
 Analisis kekuatan dan kelemahan pesaing Anda misalnya:
Pilihan produksi: partai besar, menengah, kecil?
Luas Pemasaran: 100%, 50%, 0%?
Mutu layanan : baik, rata-rata, jelek?
Jumlah promosi : banyak, sedang, sedikit?
Harga : mahal, sedang, murah?
Pekerja : stabil, rata-rata, banyak yang berhenti?
Pengetahuan pekerja: baik, rata-rata, rendah?
Keuangan : kuat, rata-rata, lemah?
Perlengkapan : baru, rata-rata, lama?
Kapasitas produksi: penuh, rata-rata, sedikit?

47
VI. Strategi Harga
Berisikan: apakah ada harga promosi? Harga eceran? Harga
partai besar?
Harga kontan? Bonus?

VII. Gambarkan Kebijakan Kredit


Berisikan berapa harga kredit, frekuensi pembayaran, cara
pembayaran, bonus dan sanksi.

VIII. Gambarkan Keunggulan Kompetitif UP/J SMK/MAK


Berisikan: mutu, harga, waktu pemesanan, harga, lokasi,
pelayanan purna jual. Jelaskan bagaimana Anda membuat
mutu lebih baik, pelayanan lebih baik, lokasi lebih baik.
Kombinasikan beberapa kelebihan atau keunggulan jika
mungkin.

IX. Gambaran Metode Segmentasi Pasar yang Akan


Digunakan
Berisikan:
Wilayah akan akan dilayani
Status penduduk yang akan menjadi pangsa pasar.
Psikologi pembeli seperti gaya hidup, orientasi keluarga, olah
ragawan, dan sebagainya.

X. Gambaran Lokasi
Berisikan denah lakasi usaha, alamat email dan nomor
telepon

48
XI. Gambaran Rencana Promosi
Berisikan apa yang akan dipromosikan, bagaimana
mempromosikan, siap yang terlibat, waktu promosi, dan
berapa biayanya?.

XII. Identifikasi Manajemen dan Personil


Berisikan: struktur organisasi, uraian tugas, dan rencana
gaji/upah. Alamat rumah dan nomor telepon masing-masing
personil

XIII. Pertimbangan Hukum


Berisikan: akte pendirian, pajak yang akan dibayar, hak paten,
merk dagang, perjanjian kontrak dengan pemasok, penyalur,
pelanggan, dan lain-lain.

XIV. Identifikasi Persyaratan Asuransi


Berisikan: asuransi kesehatan, kecelakaan, perusahaan, dan
lain-lain.

XV. Identifikasi Pemasok


Berisikan: siapa pemasok bahan baku utama? Sistem
pembayaran, jadwal penyampaian, dan standar minimal mutu
dan kuantitas.
XVI. Daftar Resiko yang Tidak Dapat Diramalkan
Berisikan: kemungkinan krisis ekonomi, perubahan cuaca,
atau keadaan force majure lainnya. Jelaskan tindakan apa
yang akan dilakukan jika terjadi force majure tersebut.

49
XVII. Simpulan
Bersikan keputusan apakah usaha layak atau tidak layak
untuk dibuka. Asumsi yang mendukung simpulan Anda. Jika
usaha sudah dibuka, gambarkan bagaimana
pengembangannya dan apa asumsinya.

50
BAB IV
PELAKSANAAN UP/J SMK/MAK

A. PENGORGANISASIAN UP/J SMK/MAK

1. Prinsip Pengorganisasian
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat strukur
organisasi UP/J SMK/MAK (Dikmenjur, 2007) antara lain:
a. Organisasi dan manajemen Unit Produksi disusun secara flat:
1) Lebih menekankan pada kerja tim
2) Sebagai anggota tim, karyawan dilibatkan dan diberdayakan
untuk memberi kontribusi kepada manajemen dalam
mewujudkan kepuasan kepada pelanggan
3) Adanya pendelegasian tugas dan wewenang yang jelas
kepada setiap unit kerja dan pelaksana
b. Mengembangkan prinsip ’desentralisasi’ dan otoritas dalam
pembagian tugas dan wewenang
c. Peran dan tanggungjawab personel dan pengelola secara jelas,
untuk dapat menumbuhkan usaha tanpa dikekang oleh jalur
birokrasi yang kaku
d. Gaya kepemimpinan sekolah bersifat luwes, fleksibel dan
demokratis, untuk dapat menjalin komunikasi dan menyaring
informasi dengan cepat bagi kepentingan Unit Produksi
e. Staffing, dilakukan dalam aktivitas yang berkaitan dengan
pengelolaan SDM dalam pengembangan Unit Produksi yang
meliputi: rekrutmen, seleksi, penempatan, orientasi, pemberian
imbalan, unit pelatihan, promosi dan penilaian prestasi kerja.

51
f. Pengendalian dilakukan untuk melakukan pengaturan atau
pengarahan dalam organisasi agar tujuan tercapai.
1) Pengendalian fisik, misal: (1) bahan baku, (2) kualitas produk,
(3) peralatan produksi, dan (4) kapasitas mesin, dll
2) Pengendalian Personel, meliputi: (1) penempatan pekerja
baru, (2) diklat karyawan, dan (3) penggajian dan prestasi
kerja
3) Pengendalian Informasi, meliputi: (1) informasi pemasaran
dan penjualan, (2) informasi analisis lingkungan, (3) jadwal
produksi, dan (4) pengendalian finansial

2. Pelaksanaan Pengorganisasian UP/J SMK/MAK


a. Struktur organisasi UP/J SMK/MAK berisi sistem
penyelenggaraan dan administrasi yang diuraikan secara
jelas dan transparan.
b. Semua pimpinan, pendidik, dan tenaga kependidikan
mempunyai uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab
yang jelas tentang keseluruhan pelaksanan UP/J SMK/MAK.
c. Pedoman yang mengatur tentang struktur organisasi UP/J
SMK/MAJK:
1) memasukan unsur staf administrasi dengan wewenang
dan tanggung jawab yang jelas untuk menyelenggarakan
administrasi secara optimal;
2) dievaluasi secara berkala untuk melihat efektivitas
mekanisme kerja pengelolaan sekolah;
d. Diputuskan oleh Kepala SMK/MAK dengan
mempertimbangkan pendapat dari komite SMK/MAK.

52
3. Alternatif Struktur Organisasi UP/J SMK/MAK
Unit produksi pada hakekatnya secara kelembagaan merupakan
suatu unit yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
organisasi sekolah. Namun demikian, untuk mempermudah dan lebih
fokus dalam pembahasan, maka unit produksi dapat divisualisasikan
dalam bentuk bagan tersendiri.
Pada prinsipnya, struktur organisasi unit produksi SMK/MAK
belum terbakukan dan sangat tergantung dari kebutuhan masing-
masing sekolah. Hal ini dipengaruhi oleh cakupan/luasan kegiatan
yang ada pada unit produksi itu sendiri. Untuk itu, perlu dipahami
bahwa bentuk struktur organisasi Unit produksi tidak ada yang terbaik.
Yang ada, adalah organisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan sumberdaya yang dimiliki (Dikmenjur, 2007).
Secara sederhana, organisasi unit produksi sekolah paling tidak
terdiri atas penanggung jawab, ketua, bendahara, sekretaris, dan
bagian operasional yang meliputi bagian produksi dan pemasaran.
Dengan demikian bagan struktur organisasi UP/J SMK/MAK dapat
digambarkan sebagaimana halaman berikut ini (Dikmenjur (2007):

Gambar 4.1 Alternatif 1 Struktur Organisasi UP/J

53
Gambar 4.2 Alternatif 2 Struktur Organisasi UP/J

Apabila kondisinya sudah berkembang dan mempunyai jenis/


bidang usaha yang bervariasi, maka organisasinya perlu ditambah
kepala divisi untuk masing-masing jenis/ bidang usaha tersebut Misal
kepala Divisi Usaha Bengkel (jasa service, ganti oli, penjualan
spareparts,dll) Kepala Divisi Usaha Keuangan (Bank Mini, Koperasi
simpan pinjam, dll), Kepala Divisi Usaha Perkayuan (perabot dan
kusen), Kepala Divisi Diklat (paket keterampilan, kursus-kursus, dll)
dan lain-lain. Bagan struktur organisasi dan uraian tugasnya dapat
digambarkan sebagaimana pada halaman berikut (Dikmenjur, 2007).

54
Gambar 4.3 Alternatif 3 Struktur Organisasi UP/J

B. URAIAN TUGAS PERSONIL UP/J SMK/MAK

1. Penanggungjawab
a. Menyusun visi dan misi
b. Menetapkan struktur organisasi, uraian tugas dan mekanisme
kerja
c. Menetapkan sistem pengelolaan keuang-an dan pembagian
hasil kerja
d. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat
e. Menyusun rencana program
f. Mengevaluasi pelaksanaan program

2. Ketua
a. Mengkoordinir kegiatan Unit Produksi se-kolah
b. Mengawasi kegiatan Unit Produksi sekolah

55
c. Menjalin Kerjasama dengan mitra kerja
d. Menyusun uraian Tugas Personil Unit Pro-duksi Sekolah
e. Mendistribusikan tugas kepada setiap personil Unit Produksi
Sekolah
f. Menandatangani naskah kerjasama de-ngan mitra kerja
g. Memberikan persetujuan atas produk sesuai dengan hasil
musyawarah dengan personil lainnya (Kadiv usaha)
h. Memberikan persetujuan anggaran pro-duksi berdasarkan
perhitungan harga yang telah diperhitungkan sebelumnya

3. Kepala Divisi
a. Mengkoordinir kegiatan pada Unit Usaha masing-masing
b. Mengawasi kegiatan pada Unit Usaha masing-masing
c. Bekerjasama dengan ketua unit produksi menjalin Kerjasama
dengan mitra kerja
d. Menyusun draft uraian tugas Personil pada unit usaha
e. Meneruskan pendistribusian tugas kepada setiap personil
yang ada pada unit usaha
f. Memberikan rekomendasi persetujuan atas produk sesuai
dengan hasil musyawarah dengan personil lainnya dalam
lingkup unit usaha
g. Memberikan rekomendasi persetujuan anggaran produksi
pada unit usaha berdasarkan perhitungan harga yang telah
diperhitungkan sebelumnya
4. Sekretaris
a. Melakukan pencatataan kegiatan Unit Produksi
b. Mengagendakan dan mengarsipkan surat-surat
c. Menangani administrasi Unit Produksi secara umum

56
d. Mengatur Jadwal kegiatan Unit Produksi
e. Membantu Bendahara dalam menyiapkan administrasi
laporan keuangan
f. Menyiapkan Naskah Kerjasama Unit Produksi dengan mitra
kerja
g. Mendistribisukan surat-surat baik intern maupun ekstern
h. Membuat dan mengarsipkan notula rapat
i. Mendokumentasikan berbagai dokumen Unit Produksi
(Sertifikat: MoU; Kontrak; SPK, dll)
j. Membuat laporan berkala

5. Bendahara
a. Menyusun Rencana anggaran Biaya untuk mendapat
persetujuan ketua
b. Mengatur aliran dana masuk dan keluar dari dan ke Unit
Produksi
c. Membukukan aliran dana Unit Produksi
d. Mendokumentasikan bukti-bukti penge-luaran dan
pemasukan Unit Produksi
e. Membuat perhitungan upah bersama dengan bagian produksi
f. Menyusun laporan keuangan secara berkala dan tahunan

6. Bagian Produksi
a. Mengkoordinir pengerjaan permintaan produksi
b. Menyusun perhitungan kebutuhan produksi yang meliputi:
bahan dan upah
c. Mengawasi pelaksanaan produksi
d. Melakukan quality control

57
e. Membuat sample inovasi produk

7. Bagian Pemasaran
a. Membuat program promosi
b. Menjalin kerjasama dan melakukan pende-katan dengan
mitra kerja
c. Melaksanakan kegiatan promosi
d. Berkordinasi dengan Bagian Produksi untuk realisasi produksi
sesuai permintaan pelanggan
e. Membuat laporan berkala tentang kegiatan promosi

8. Pelaksana Produksi
a. Melaksanakan kegiatan produksi sesuai dengan permintaan
bagian produksi
b. Melaporkan hasil produksi kepada bagian produksi
c. Melakukan perawatan dan pencatatan kondisi peralatan kerja
d. Menjaga keselamatan kerja
(Dikmenjur, 2007).

C. SISTEM ADMINISTRASI UP/J SMK/MAK

Beberapa unsur pokok yang harus ada dalam sistem administrasi


UP/J SMK/MAK adalah (Dikmenjur, 2007):
1. Kesekretariatan, yang meliputi: (1) surat menyurat, (2)
penggajian, (3) data Pelanggan, (4) mekanisme Alur
Informasi, (5) peraturan-peraturan, (6) perjanjian-perjanjian,
(7) Buku Kas per Unit Usaha, (8) Buka Kas Sentral, (9)
Budget Anggaran, (10) pembayaran, dan (11) rekening bank.

58
2. Akuntansi, yang meliputi: (1) pembagian pendapatan, (2)
pengelolaan kas dan tunai bank, dan (3) pembukuan

D. PELAKSANAAN UP/J SMK/MAK SEBAGAI SUMBER


PEMBELAJARAN SISWA

1. Pedoman Pembelajaran di UPJ/ SMK/MAK


a. Pengelola UP/J SMNK/MAK membuat dan memiliki pedoman
yang mengatur berbagai aspek pengelolaan pembelajaran
secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang
terkait.
b. Perumusan pedoman S/M
1) Mempertimbangkan visi, misi, dan tujuan SMK/MAK;
2) Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai
dengan perkembangan masyarakat
3) Pedoman pengelolaan pembelajaran meliputi: (1) KTSP,
(2) kalender pendidikan/akademik, (3) struktur organisasi
S/M, (4) pembagian tugas di antara guru, (5) pembagian
tugas di antara tenaga kependidikan, (6) peraturan
akademik, (7) tata tertib UP/J SMK/MAK, (8) kode etik
SMK/MAK, dan (9) biaya operasional SMK/MAK
c. Pedoman UP/J SMK/MAK berfungsi sebagai petunjuk
pelaksanaan operasional pembelajaran
d. Pedoman pengelolaan KTSP, kalender pendidikan, dan
pembagian tugas pendidik serta tenaga kependidikan
dievaluasi dalam skala tahunan sementara lainnya dievaluasi
sesuai kebutuhan.

59
e. Kepala SMK/MAK mempertanggungjawabkan pelaksanaan
pengelolaan pembelajaran di UP/J SMK/MAK pada rapat
dewan pendidik dan bidang nonakademik pada rapat komite
SMK/MAK dalam bentuk laporan pada akhir tahun ajaran
yang disampaikan sebelum penyusunan rencana kerja
tahunan berikutnya.

2. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di UP/J


SMK/MAK
Pelaksanaan MBS diarahkan agar UP/J SMK/MAK dapat
mencapai target indikator mutu implementasi manajemen
sekolah/madrasah antara lain: (1) pengelola UP/J SMK/MAK
menerapkan prinsip-prinsip MBS, (2) kegiatan UP/J SMK/MAK
tersusun secara proporsional untuk satu tahun pelajaran, (3)
penugasan guru praktik sesuai dengan tuntutan minimal, (4) kuantitas
dan kualitas guru praktik dan staf sesuai dengan kebutuhan UP/J
SMK/MAK, (5) tenaga yang ada dimanfaatkan secara optimal, (6)
pengelola UP/J SMK/MAK memiliki rencana pengembangan karier
guru dan staf, (7) pengelola UP/J SMK/MAK memiliki mekanisme
pemberian sanksi dan insentif, (8) pengelola UP/J SMK/MAK memiliki
perencanaan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan, (9) pengelola
UP/J SMK/MAK memiliki program peningkatan mutu pendidikan, (10)
pengelola UP/J SMK/MAK mengembangkan keterbukaan secara
proporsional, dan (11) pengelola UP/J SMK/MAK mengelola
keuangan sekolah/madrasah dengan transparan.
Tidak ada satu implementasi MBS yang seragam untuk semua
sekolah/madrasah. Pelaksanaan MBS bukanlah proses sekali jadi
langsung bagus hasilnya, tetapi merupakan proses yang berlangsung

60
kontinyu dan melibatkan warga sekolah/madrasah dan stakeholders
secara aktif dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah/madrasah.

3. Tujuan Tahap-tahap Implementasi MBS


Tahap-tahap implementasi MBS dibuat dengan tujuan untuk:
(1)membantu SMK/MAK agar MBS dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien; (2) membantu SMK/MAK dalam menyusun rencana dan
program-programnya untuk mendapatkan dukungan dana dari
sponsor kompeten, dan (3) melakukan ujicoba pelaksanaan konsep
MBS.

4. Tahap-tahap implementasi MBS


a. Menyosialisasikan Konsep MBS
Menyosialisasikan konsep MBS melalui pelatihan, workshop
dan sejenisnya. Dalam sosialisasi tersebut, dijelaskan apa,
mengapa, dan bagaimana konsep MBS diimplementasikan.
b. Mengidentifikasi Tantangan Nyata UP/J SMK/MAK
Tantangan nyata UP/J SMK/MAK adalah selisih hasil
sekolah/madrasah dengan target sekolah/madrasah.
Tantangan nyata UP/J SMK/MAK umumnya bersumber dari
empat kategori yaitu: mutu, produktivitas, efektivitas, dan
efisiensi. Contoh: Keuntungan Rp 50 juta. Target = Rp 75 juta.
Tantangan nyata = Rp 25 juta.
c. Merumuskan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran UP/J SMK/MAK.
d. Mengidentifikasi Fungsi-fungsi yang diperlukan untuk
mencapai sasaran.

61
Setelah sasaran ditetapkan maka langkah berikutnya adalah
mengidentifikasi fungsi-fungsi yang digunakan untuk
mencapai sasaran yang masih perlu diteliti tingkat
kesiapannya antara lain fungsi manajemen seperti
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan UP/J
SMK/MAK.
e. Melakukan Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan untuk mengenali tingkat kesiapan
UP/J SMK/MAK dalam mencapai sasaran sekolah/madrasah.
Kekuatan adalah faktor dari dalam UP/J SMK/MAK yang
mendorong pencapaian sasaran. Peluang adalah faktor dari
luar UP/J SMK/MAK yang mendorong pencapaian sasaran.
Kelemahan adalah faktor dari dalam UP/J SMK/MAK yang
menghambat pencapaian sasaran. Ancaman adalah faktor
dari luar UP/J SMK/MAK yang menghambat pencapaian
sasaran.
f. Alternatif Langkah Pemecahan Masalah
Dari hasil analisis SWOT dapat dilakukan tindakan yang
diperlukan untuk merubah fungsi yang tidak siap menjadi
siap. Tindakan mengatasi kelemahan menjadi kekuatan, dan
ancaman menjadi peluang.
g. Menyusun Rencana dan Program UP/J SMK/MAK
Rencana dan Program UP/J SMK/MAK harus menjelaskan
secara detail dan lugas tentang: siapa yang melakukan, apa
yang dilakukan, bilamana dilakukan, di mana dilakukan,
bagaimana melakukan dan bagaimana biayanya. Hal ini untuk
memudahkan pelaksanaan dan dukungan moral maupun
finansial dari stakeholders. Hal pokok yang perlu diperhatikan

62
dalam menyusun rencana adalah keterbukaan kepada
stakeholders.
h. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu
Pengelola UP/J SMK/MAK hendaknya: (1) proaktif
melaksanakan rencana yang sudah disetujui stakeholders; (2)
mendayagunakan sumberdaya pendidikan semaksimal
mungkin, (3) menggunakan pengalaman-pengalaman yang
efektif, teori-teori yang cocok untuk meningkatkan mutu; (4)
bebas mengambil inisiatif dan kreatif dalam menjalankan
program-program; (5) menerapkan konsep belajar tuntas
(mastery learning).
i. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi pelaksanaan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
program. Pengelola UP/J SMK/MAK perlu melakukan evaluasi
pelaksanaan program baik jangka pendek, menengah,
maupun jangka panjang. Evaluasi jangka pendek dilakukan
setiap akhir semester. Jangka menengah setiap akhir tahun.
Jangka panjang setiap akhir empat tahun. Dalam melakukan
evaluasi, pengelola UP/J SMK/MAK harus melibatkan
stakeholders. Sebelum melakukan evaluasi perlu disepakati
sejak awal indikator-indikator keberhasilan setiap program.
Hasil evaluasi perlu dibuat laporannya yang terdiri laporan
teknis dan keuangan Jika UP/J SMK/MAK melakukan upaya-
upaya penambahan pendapatan maka pendapatan tambahan
itu harus dilaporkan sebagai bentuk pertangungjawaban
(akuntabilitas) yang dikirimkan kepada atasan (kepala
sekolah) dan komite sekolah/madrasah.

63
j. Sasaran Baru
Hasil evaluasi merupakan umpan balik UP/J SMK/MAK dan
orang tua siswa untuk merumuskan sasaran baru untuk tahun
yang akan datang. Bila dianggap berhasil maka sasaran
dapat ditingkatkan sesuai dengan kemampuan sumber daya
UP/J SMK/MAK. Jika gagal maka sasaran dapat saja tetap
seperti sedia kala, namun dilakukan perbaikan strategi dan
mekanisme pelaksanaan kegiatan. Setelah sasaran baru
ditetapkan, selanjutnya dilaksanakan analisis SWOT untuk
mengetahui tingkat kesiapan masing-masing fungsi
manajemen dalam sekolah/madrasah sehingga dapat
diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
rangka penyusunan rencana dan program baru.

5. Ruang Lingkup Pembinaan MBS


Ruang lingkup pembinaan MBS adalah tugas-tugas yang
dilakukan pengelola UP/J SMK/MAK dalam pelaksanaan MBS yaitu:
(1) menyusun rencana dan program pelaksanaan MBS dengan
melibatkan stakeholder, (2) mengoordinasikan dan menyerasikan
segala sumberdaya di UP/J SMK/MAK dan di luar UP/J SMK/MAK
untuk mencapai sasaran MBS, (3) melaksanakan program MBS
secara efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip Total Quality
Management (TQM) dan pendekatan sistem, (4) melaksanakan
pengawasan dan pembimbingan pelaksanaan MBS sehingga kejituan
implementasi dapat dijamin untuk mencapai sasaran MBS, (5) pada
setiap akhir tahun ajaran melakukan evaluasi pencapaian sasaran
MBS yang telah ditetapkan. Hasilnya untuk menentukan sasaran baru
MBS tahun berikutnya, (6) menyusun laporan pelaksanaan MBS

64
beserta hasilnya secara lengkap dan benar untuk disampaikan
kepada Dinas Pendidikan kabupaten/kota, komite SMK dan yayasan
(bagi MAK) setempat, (7) mempertanggungjawabkan hasil
pelaksanaan MBS kepada stakeholders.
Dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan pemberlakuan
kurikulum yang ada, SMK/MAK melaksanakan aktivitas produksi
dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan. Hal ini mengandung
arti bahwa semua aspek individu berproses dalam kegiatan
pembelajaran dan dapat diukur. Aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik terintegrasi dalam bentuk hasil belajar akhir yang berupa
barang, jasa atau hasil karya lainnya (Dikmenjur, 2007) .

E. PELAKSANAAN UP/J SMK/MAK SEBAGAI SALAH SATU


SUMBER PENDANAAN PENDIDIKAN SMK/MAK

Hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa SMK/MAK tentu saja
akan semakin bernilai apabila dapat diakui oleh masyarakat sebagai
sesuatu yang dapat bermanfaat dan laku untuk dijual. Siswa SMK
program keahlian Tata Boga dapat memproduksi berbagai jenis
makanan yang laku dijual; dari program keahlian Tata Busana dapat
menghasilkan barang dalam bentuk aneka pakaian jadi maupun jasa
dengan menerima jahit pakaian; program keahlian Budidaya
Tanaman Pangan dan Hortikultura dengan menghasilkan berbagai
hasil pertanian maupun budidaya hasil pertanian, perikanan maupun
peternakan dan masih banyak lagi dari program keahlian lainnya
(Dikmenjur, 2007).
Dengan berbagai produk yang dihasilkan oleh siswa, SMK
seharusnya dapat mengembangkan Unit Produksi dengan menjual
atau memasarkan produk hasil kompetensi siswa. SMK semestinya

65
dapat berproduksi secara lebih intensif dan siswa akan semakin
sering berlatih sehingga dapat mempertajam kompetensi sekaligus
mengalami dan menikmati langsung hasil dari penjualan produk
tersebut. Keuntungan hasil penjualan UP/J SMK/MAK tentu saja
dapat menjadi salah satu sumber pendanaan pendidikan bagi
SMK/MAK (Dikmenjur, 2007).

1. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Pelaksanaan


UP/J SMK/MAK
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan UP/J
SMK/MAK antara lain menurut Dikmenjur (2007) adalah: (1)
memastikan personil yang terlibat dalam UP/J SMK/MAK: Siapa yang
akan direkrut, bagaimana kriteria perekrutan, siapa yang akan terlibat
secara langsung, bagaimana tugas dan tanggungjawab masing-
masing; (2) mengatur waktu, meliputi waktu operasi UP/J SMK/MAK,
waktu produksi suatu produk/jasa, pengaturan waktu personil dan
pekerja lainnya atau dengan kata lain melaksanakan jadwal produksi
barang/jasa yang telah direncanakan secara tepat waktu; (3)
mengelola penjualan: Mengetahui pelanggan dan kebutuhannya,
mengenal pesaing dengan kekurangan dan kelebihannya, Penetapan
harga yang kompetitif (tidak selalu murah, namun harga yang
menggambarkan jaminan keunggulan produk), Promosi yang proaktif,
Layanan yang menjadi nilai tambah, tempat yang memadai dan
nyaman, pemanfaatan teknologi dan informasi, melakukan pencatatan
terhadap setiap transaksi; (4) menyiapkan peralatan yang dibutuhkan.
Peralatan sangat dibutuhkan dalam operasi unit produksi/jasa, oleh
karenanya, meskipun peralatan yang telah ada di sekolah masih perlu
dipastikan peralan mana saja yang akan digunakan dalam melakukan

66
aktivitas unit produksi/jasa sehingga tidak mengganggu aktivitas
pembelajaran. Setidaknya perlu dipastikan penjadwalan pemakaian
peralatan untuk operasi unit produksi/jasa yang tidak menimbulkan
gangguan terhadap kegiatan belajar mengajar reguler. Anda
mungkin bertanya pada diri sendiri: bagaimana saya membuat barang
atau jasa yang akan saya jual pada pasar saya? Salah satu bagian
terpenting dari usaha adalah produksi/jasa. Produksi/jasa adalah
proses pembuatan barang atau jasa yang dapat dikirim dan dijual oleh
suatu perusahaan ke pasar perusahaan tersebut.
Penggunaan input (bahan baku, tenaga kerja, modal, energi, dsb)
secara efesien untuk menghasilkan output (barang dan jasa) pada
biaya yang terendah adalah tugas dari manajemen produksi.
Manajemen produksi mengatur agar sumber daya digunakan secara
efektif untuk membuat produk/jasa pada jumlah yang tepat dan mutu
yang diinginkan serta harga yang tepat.
a. Memilih cara melaksanakan dengan menerapkan prinsip-
prinsip manajemen UP/J SMK/MAK seperti yang telah
dibahas pada modul 1. Misalnya bekerja secara profseional,
membagi keuntungan secara adil, dan sebagainya.
b. Melaksanakan seperti yang tertuang dalam rencana bisnis
yang telah dibuat sebelumnya.

2. Antisipasi Masalah Pelaksanaan UP/J SMK/MAK


Masalah umu dalam pelaksanaan adalah tidak diterapkannya
prinsip-prinsip manajemen efektif dan rencana bisnis yang telah
dibuat. Masalah pelaksanaan unit produksi dapat dikelompokkan
menjadi masalah yang berorientasi pada input, proses, dan output.
Masalah yang berorientasi input umumnya berhubungan dengan

67
ketersediaan dan biaya dari input. Sebagai contoh material atau
tenaga kerja mungkin tidak tersedia dalam mutu atau jumlah yang
diinginkan. Biaya dari kedua input juga tinggi. Masalah lainnya
misalnya bahan rusak, pekerja terlambat atau absen, kurangnya
pekerja yang trampil, dan seringnya mesin rusak. Masalah yang
berorintasi proses misalnya metode kerja yang tidak efisien,
kurangnya komitmen dan motivasi kerja. Masalah yang berhubungan
dengan output misalnya produk yang rusak, dan ketidakmampuan
untuk memenuhi jadwal pengiriman karena keterlambatan dalam
produksi dan biaya produksi yang tidak beralasan.
Sebagai manajer produksi, anda seharusnya berusaha agar
sumber daya atau input telah digunakan secara efesien untuk
menghasilkan output pada harga yang tepat, mutu dan jumlah yang
diinginkan oleh konsumen atau pembeli.Sasaran anda seharusnya:
(1) menjamin penggunaan sumber daya yang optimum, (2)
menurunkan biaya produksi, (3) meningkatkan mutu dan
produktivitas, (4) menjamin ketepatan waktu.

3. Biaya Produk Jadi


Biaya produk terbentuk dari dua komponen biaya, yaitu biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Input yang secara langsung
digunakan untuk membuat barang jadi membentuk biaya langsung,
Sedangkan semua biaya dari input-input lain yang digunakan seperti
biaya untuk keperluan persediaan, biaya kegiatan kantor, dan biaya
pemasaran disebut biaya tak langsung.
Biaya langsung dibentuk dari dua bagian yaitu biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya bahan baku dan
komponen yang digunakan untuk membuat suatu produk, disebut

68
biaya bahan baku langsung. Sedangkan biaya untuk upah, fasilitas
perumahan, asuransi dll yang dikeluarkan selama UP/J membuat
produk/jasa disebut biaya tak langsung.
Biaya tak langsung meliputi pengeluaran lainnya dari bisnis, di
antaranya: (1) penggunaan gedung, mesin dan peralatan beserta
perawatan dan penggantiannya; (2) tenaga listrik, pelumas, air,
pemanasan dan bahan-bahan lainnya yang diperlukan untuk
menjalankan proses produksi, (3) gaji untuk para karyawan yang tidak
membuat produk secara langsung seperti pemilik, pengelola, tenaga
penjualan, mandor, pengurus kantor dsb, (4) biaya transportasi, (5)
biaya kantor seperti biaya telpon, pos, fotocopy dll, (6) biaya
penjualan, seperti komisi penjual, potongan harga, biaya iklan, dan
sebagainya..

4. Efisiensi Produksi
Sebagai manajer produksi, seharusnya anda memperhatikan
penggunaan yang efisien dari input dalam memproduksi output. Anda
harus selalu meningkatkan produktivitas yaitu rasio antara nilai output
dan nilai input. Dengan kata lain produktivitas adalah efisiensi dalam
penggunaan input untuk menghasilkan output.

5. Pembuatan Barang/Jasa Bermutu


Mutu adalah bagian penting dalam rumus produktivitas. Dalam
produksi, anda tidak selalu membuat 100% produk yang baik.
Terkadang dihasilkan produk yang cacat, dan produk yang perlu
pekerjan kembali. Pada dasarnya produktivitas adalah rasio antara
output yang baik dengan input. Usaha, waktu dan uang yang terpakai
dalam pengerjaan kembali dan pemeriksaan komponen kembali dan

69
pemeriksaan komponen dan prosuk, merupakan kerugian karena
mengurangi produktivitas.
Pengalaman para pabrikan menunjukan 25% produktivitas hilang
karena rendahnya mutu. Jika anda dapat menghindari kehilangan ini
anda dapat meningkatkan output anda sampai 30% tanpa menambah
biaya produksi. Jadi jelas terdapat hubungan yang erat antara
produktivitas dan mutu.

70
BAB IV
KEPEMIMPINAN UNIT PRODUKSI/JASA SMK/MAK

F. KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN DI UP/J SMK/MAK

Keberadaan UP/J SMK/MAK yang utama adalah sebagai sumber


belajar siswa. Dengan adanya UP/J SMK/MAK diharapkan, siswa
dapat melaksanakan pembelajaran praktik dalam rangka
meningkatkan keterampilan, sikap, dan pengetahuanna. Oleh sebab
itu, orang yang memimpin UP/J SMK/MAK perlu memiliki
kepemimpinan pembelajaran. Tindakan kepemimpinan pembelajaran
antara lain : (1) pengambilan keputusan partisipatif, (2) pengambilan
keputusan bersifat objektif sesuai kebutuhan di lapangan, (3)
pengambilan keputusan relevan dengan kondisi siswa, (4) di
SMK/MAK terjadi keakraban antara kepala SMK/MAK, guru, staf, dan
siswa, (5) kepala SMK/MAK terbuka menerima kritik dan saran, (6)
kepala SMK/MAK terbuka terhadap pembaharuan-pembaharuan
dalam sistem pendidikan, (7) ada kejelasan pendelegasian tugas
antara kepala SMK/MAK, guru, dan staf; (8) kepala SMK/MAK
memberi kesempatan yang sama semua guru dan staf untuk
mengembangkan diri; dan (9) kepala SMK/MAK memiliki tujuan ke
depan yang jelas (visioner), (10) setiap UP/J SMK/MAK dipimpin oleh
seorang ketua UP/J SMK, (11) kriteria untuk menjadi ketua UP/J
SMK/MAK dipilh secara demokratis berdasarkan musyawarah dan
mufakat kecuali terpaksa dapat dengan voting, (12) pengelola UP/J
SMK/MAK memilki kemamuan memimpin yaitu seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki, dihayati,

71
dikuasa, dan diwujudkannya dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya, (13) pengelola UP/J SMK/MAK.
Dalam pegelolaannya harus mampu menjabarkan tentang (a)
menjabarkan visi UP/J SMK/MAK ke dalam target mutu pembelajaran
praktik.(b) merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai; (c)
menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan UP/J
SMK/MAK; (d) membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja
tahunan untuk pelaksanaan peningkatan mutu pembelajaran praktik;
(e) bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran UP/J
SMK/MAK; (f) melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan
keputusan penting SMK; (g) berkomunikasi untuk menciptakan
dukungan intensif dai orang tua peserta didik dan masyarakat; (h)
menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga
kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan
atas prestasi dan sanksi atas pelanggaran peraturan dan kode etik; (i)
menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik;
(j) bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai
pelaksanaan kurikulum; (k) melaksanakan dan merumuskan program
supervisi, serta memaanfatkan hasil supervisi untuk menngkatkan
kinerja UP/J SMK/MAK; (l) meningkatkan mutu pendidikan; (m)
memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya;
(n) memfaslitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan
visi pembelajaran yang dikomunikasi dengan baik dan didukung oleh
komunitas SMK/MAK; (o) membantu, membina, dan
mempertahankan lingkungan SMK/MAK dan program pembelajaran
praktik yang kondusif bagi proses belajar peserta didik dan
pertumbuhan profesional para guru dan tenaga kependidikan; (p)

72
menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya
SMK/MAK untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat,
efisien, dan efektif; (q) menjalin kerja sama dengan orang tua peserta
didik dan masyarakat, dan komite SMK/MAK menanggapi
kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan
memobilisasi sumber daya masyarakat; dan ® . memberi
contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab.

G. KEPEMIMPINAN INTRAPRENEURSHIP DI UP/J SMK/MAK

Kepemimpinan UP/J SMK/MAK lebih cocok menggunakan


kepemimpinan intrapreneurship daripada kepemimpinan
enterpreneurship. Karena intrapreneurship adalah enterpreneurship di
dalam organisasi (Hisrich & Peters, 2002). Unsur-unsur
kepemimpinan intrapreneurship dan perbedaannnya dengan manajer
dan interpreneurship seperti tabel di bawah ini.

73
Tabel 4.1. Perbedaan Manajer, Entrepreneur dengan Intrapreneur
Unsur Manajer Tradisional Entrepreneur Tradisional Intrapreneur
Motif Utama Menginginkan promosi dan Menginginkan kebebasan. Berorientasi Menginginkan kebebasan dan
imbalan perusahaan tradisional kepada tujuan, percaya diri dan diperbolehkannya mempergunakan
lainnya. Termotivasi oleh termotivasi oleh dirinya sendiri. sumberdaya perusahaan.
wewenang. Berorientasi kepada tujuan dan
dorongan diri sendiri, tetapi juga
tanggap terhadap imbalan dan
penghargaan perusahaan.
Orientasi Dipengaruhi oleh kuota dan Sasaran akhir pertumbuhan usaha 5-10 Sasaran kahir 3-15 tahun
Waktu anggaran belanja, cakrawala tahun, dipandang sebagai pedoman. tergantung pada jenis usaha.
rencana mingguan, bulanan, Mengambil tindakan sekarang untuk Penting memenuhi jadwal yang
kuartalan, dan tahunan, menggerakkan langkah-langkah ditetapkan oleh dirinya sendiri dan
promosi dan pemindahan yang selanjutnya. jadwal perusahaan.
akan dating.
Tindakan Mendelegasikan tindakan. Bersedia melakukan pekerjaan kasar. Bersedia melakukan pekerjaan
Pengawasan dan pelaporan Dapat membingungkan karyawan kasar. Mungkin tahu bagaimana
paling banyak menghabiskan karena tiba-tiba mengambil alih mendelegasikan tetapi jika perlu
tenaganya. pekerjaan mereka. mengerjakan sendiri apa yang perlu
dikerjakan.
Keterampilan Manajemen professional. Menguasai seluk beluk bisnis dengan Mirip sekali dengan entrepreneur
Seringkali tamat pendidikan akrab. Mempunyai lebih banyak tradisional, tetapi pekerjaan

74
Unsur Manajer Tradisional Entrepreneur Tradisional Intrapreneur
jurusan perniagaan. Alat kelihaian berusaha daripada ketrampilan menuntut kemampuan yang lebih
analisis abstrak, manajemen politik manajerial. Jika di bidang usaha besar untuk dapat sukses dalam
karyawan dan ketrampilan teknik seringkali berpendidikan teknik. perusahaan. Memerlukan bantuan
politik. Mingkin sebelumnya sudah mempunyai untuk kesuksesan ini.
tanggung jawab kepegawaian di
perusahaan.
Keberanian Memandang orang lain Percaya diri, bersifat optimis, dan Percaya diri dan berani. Banayk
dan Nasib bertanggung jawab atas berani. intrapreneur sinis terhadap sistim,
nasibnya. Mungkin mampu dan tetapi optimis mampu
berambisi, tetapi mungkin mengatasinya.
khawatir terhadap kemampuan
orang lain untuk merintanginya.
Perhatian Terutama kepada kejadian- Terutama kepada teknologi dan pasar. Ke dalam maupun ke luar
kejadian dalam perusahaan. perusahaan, meyakinkan karyawan
dalam perusahaan tentang
perlunya usaha spekulatif dan
pasar, tetapi juga memusatkan
perhatian kepada pelanggan.

Risiko Berhati-hati. Tidak keberatan terhadap risiko yang Tidak keberatan terhadap risiko
terbatas. Melakukan investasi yang yang terbatas. Biasanya tidak takut
besar, tetapi mengharapkan supaya dipecat, jadi menganggap kecil

75
Unsur Manajer Tradisional Entrepreneur Tradisional Intrapreneur
sukses. risiko pribadi.
Penelitian Melakukan penyelidikan pasar Menciptakan kebutuhan. Menciptakan Melakukan sendiri penelitian pasar
Pasar utnuk mengetahui kebutuhan produk yang sering kali tidak dapat diuji dan menilai pasar berdasarkan
dan mengarahkan dengan penelitian pasar. Pelanggan intuisi seperti entrepreneur
perencanaan produk. potensial belum memahami produk tradisional.
tersebut. Berbicara dengan pelanggan
dan membentuk pandangan sendiri.
Status Memperhatiakn lambang status Merasa senang duduk di atas peti jeruk Menganggap lambing status
(kantor disudut dan ketika pekerjaan sering dilakukan. tradisional sebagai lelucon,
sebagainya). menghargai lambang kebebasan.
Kegagalan Berjuang menghindari Memperlakukan kesalahan dan Ingin selalu kelihatan teratur dalam
dan kesalahan dan hal-hal yang kegagalan sebagai pengalaman belajar. perusahaan. Berusaha menutupi
Kesalahan tidak diduga. Menunda proyek yang mengandung risiko
mengakui kegagalan. sehingga dapat belajar dari
kesalahan-kesalahan tanpa
kerugian politis karena kegagalan
yang diketahui umum.
Keputusan Sependapat dengan orang Mengikuti visi pribadi. Tegas dan Pandai mengusahakan agar visi
yang berkuasa. Menunda berorientasi kepada tindakan. pribadi disetujui orang lain. Lebih
keputusan sampai dapat sabar dan mau berkompromi
meraba apa yang diingini dibandingkan dengan entrepreneur
atasan. tradisional, tetapi masih tetap

76
Unsur Manajer Tradisional Entrepreneur Tradisional Intrapreneur
seorang pelaku.
Melayani Memuaskan orang lain. Memuaskan diri sendiri dan pelanggan. Memuaskan diri sendiri, pelanggan
Siapa dan mereka yang meyokong
(sponsor).
Sikap Memandang sistem sebagai Mungkin dapat maju dengan cepat di Tidak suka kepada sistem, tetapi
Terhadap tempat untuk berkembang dan dalam sistem, tetapi jika gagal akan berusaha memanipulasinya.
Sistem berlindung mencari kedudukan menolak sistem tersebut dan
di dalam sistem itu. membentuk sistem sendiri.
Cara Memecahkan masalah dalam Menghindari masalah di dalam struktur Memecahkan masalah dalam
Memecahkan rangka sistem. yang besar dan formal dengan rangka sistem atau melewatkannya
Masalah meninggalkannya dan memulai sendiri tanpa meninggalkannya.
yang baru.
Riwayat Anggota keluarga bekerja di Mempunyai latar belakang bisnis kecil Mempunyai latar belakang bisnis
Keluarga perusahaan besar. entrepreneurial, professional atau kecil entrepreneurial, professional
pertanian. atau pertanian.
Hubungan Tidak tergantung kepada ibu, Tidak ada hubungan atau hubungan Hubungan dengan bapak lebih
dengan Orang hubungan baik dan agak tidak baik dengan bapak. baik, tetapi masih sering tidak
Tua tergantung dengan bapak. cocok.
Latar Latar belakang kelas Latar belakang kelas yang bawah Latar belakang kelas menengah
Belakang menengah (madya). menurut penelitian awal dan kelas (madya).
Sosioekonomi menengah (madya) menurut penelitian
yang baru diadakan.
Tingkat Berpendidikan tinggi. Berpendidikan menengah menurut Seringkali berpendidikan tinggi,

77
Unsur Manajer Tradisional Entrepreneur Tradisional Intrapreneur
Pendidikan penelitian sebelumnya dan menurut khususnya di bisang teknik, tetapi
penelitian yang diadakan kemudian, kadang-kadang tidak.
beberapa sudah sarjana tetapi bukan
Doktor.
Hubungan Hirarki sebagai hubungan Transaksi dan persetujuan dagang Transaksi dalam rangka hirarki.
dengan Orang dasar. sebagai hubungan dasar.
Lain
(Pinchot III, 1988).

78
Ciri-ciri kepemimpinan intrapreneurship menurut (Hisrich &
Peters, 2002) yaitu: (1) memahami lingkungan, (2) suka menghayal,
(3) luwes, (4) melaksanakan manajemen, (5) mendorong tim kerja, (6)
mendorong diskusi terbuka, (7) membangun dukungan koalisi, dan (8)
ulet.

1. Memahami Lingkungan
Seorang intrapreneur memerlukan pemahaman terhadap seluruh
aspek lingkungan. Kemampuan memahami lingkungan
mencerminkan tingkat kreativitas yang dimilki seseorang. Kreativitas
mungkin merupakan tingkatan tertinggi di organisasi yang besar.
Untuk menjadi seorang intrapreneurship yang berhasil, seseorang
harus kreatif dan memahami lingkungan internal dan eksternalnya
(Hisrisch & Peters, 2002).
Pengelola UP/J SMK/MAK bekerja di dalam sebuah sekolah baik
negeri maupun swasta karena ia terikat dengan lingkungan dan
ketentuan sekolah. Pengelola UP/J SMK/MAK harus pandai-pandai
memahami dan memanfaatkan lingkungan sekolah. Sebagai contoh,
jika lingkungan sekolah berada di daerah pantai maka kemungkinan
usaha perikananlah yang menjanjikan. Jika lingkungan seklah berada
di daerah pertanian, maka usaha pertanianlah yang mungkin dibuka.
Untuk memahami lingkungan maka sebagai calon
intrapreneurship yang sukses, ia harus hobby menjelajah. Kreativitas
dapat dikembangkan jika manusia suka menjelajah atau
berpetualang. Dalam pengembangan unit produksi/jasa, naluri
penjelajah ini diperlukan untuk memperoleh inovasi-inovasi baru
dalam bentuk produksi/jasa. Mereka yang bernaluri adventuring
merupakan pribadi yang senang menghadapi tantangan, sehingga

79
terus menerus mencari terobosan. Seorang Kepala SMK/MAK yang
berjiwa adventure akan terus menerus berusaha dan bahkan belajar
dari kesalahan atau kegagalan sebagai sukses yang tertunda untuk
meraih keberhasilan. Si penjelajah tidak akan mengenal kata patus
asa sehingga ia tidak akan pernah berhenti mencoba sampai
menemukan cara yang paling cocok untuk sampai ke tujuan.
Demikian juga dalam pengembangan unit produksi/jasa, Kepala
SMK/MAK akan mengerahkan tim pengelolaan (manajemen),
khususnya pengelolaan unit produksi/jasa untuk terus mencari jenis
produk/jasa yang benar-benar dapat memenuhi kepuasan pelanggan
internal dan eksternal sekolah.

2. Suka Mengkhayal (Visionary)


Seorang yang ingin menjadi intrapreneurship yang berhasil harus
menjadi penghayal atau pemimpi untuk berhasil.Pemimpin yang suka
berkhayal kemudian menawarkan hayalannya melalui komunikasi
efektif kepada bawahannya untuk diwujudkan (Hisrich & Peters,
2002). Pemimpin UP/J SMK/MAK yang terikat dengan sistem sekolah
harus terus-menerus mencari, menemukan dan meng-create ide-ide
dalam pengembangan SMK/MAK khususnya unit produksi/jasa. Untuk
itu Kepala SMK/MAK harus terus menerus dekat dengan sumber ide.
Kehidupan rohani yang baik, menyediakan waktu untuk membaca,
membangun jaringan, mengetahui informasi pasar sehingga ide
mengembangkan unit produksi/jasa akan mengalir tanpa henti.

3. Luwes
Luwes ialah bersifat fleksibel kepada siapa saja dalam pergaulan.
Tidak kaku dengan orang lain maupun dengan aturan sekolah yang

80
berlaku.. Dengan fleksibilitas, seseorang lebih lincah dalam mengelola
dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal, tidak lagi
harus menunggu petunjuk dari atasan dalam mengelola dan
memberdayakan sumberdaya sekolah yang ada. Akibatnya,
seseorang akan lebih responsif dan lebih cepat dalam merespons
kekuatan-kekuatan, kelemahan-kelemahan, peluang-peluang, dan
ancamana-ancaman yang dihadapinya. Meskipun seseorang sudah
memiliki keluwesan-keluwesan, ia harus tetap dalam koridor kebijakan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolahnya.

4. Melaksanakan Prinsip Manajemen


Pemimpin UP/J SMK/MAK yang sukses harus melaksanakan
prinsip manajemen (Overton, 2002) seperti yang telah diuraikan pada
Bab 1.

5. Mendorong Tim Kerja


Pemimpin UP/J SMK/MAK yang terikat dengan warga sekolah,
dalam mengembangkan UP/J SMK/MAK harus melibatkan warga
sekolah dalam sebuah tim yang solid. Ia dituntut untuk mendorong tim
kerja agar bersama-sama memajukan UP/J SMK/MAK.
Seorang intrapreneurship yang sukses harus memiliki teamwork yang
kompak (solid), cerdas, dan dinamis baik dalam arti sebenarnya
maupun singkatan. TEAMWORK dalam arti singkatan adalah
Together (bersama-sama, gotong royong), Empathy (saling
merasakan), Assist (saling menolong), Maturity (saling dewasa),
Willingness (saling memberi dan mengerti), Organization (saling
tertata dengan baik), Respect (saling menghormati), dan Kindness
(saling berbuat kebaikan(Jalal & Supriadi, 2001). Yang perlu

81
ditanamkan dalam setiap anggota teamwork adalah kebersamaan,
filsafat sapu lidi, bercerai kita runtuh bersatu kita teguh. Keberhasilan
UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar siswa dan pendanaan
bukanlah hasil kerja manajer UP/J SMK/MAK sendiri tetapi berkat
kerjasama seluruh warga sekolah dan stakeholders.

6. Mendorong Diskusi Terbuka


Pemimpin UP/J SMK/MAK yang terikat dengan warga sekolah,
dalam mengembangkan UP/J SMK/MAK harus melakukan diskusi
terbuka dalam memajukan UP/J SMK/MAK.(Hisrich & Peters, 2002).
Keterbukaan seorang intrapreneurship dalam manajemen UP/J
SMK/MAK dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa saling
curiga antara sekolah dengan stakeholder-nya. Sekolah yang
dicurigai tidak jujur akan ditinggalkan stakeholder-nya. Keterbukaan
merupakan awal dari kejujuran. Kejujuran terletak dalam hati nurani.
Sekarang banyak orang pintar tetapi sedikit orang yang jujur. Tugas
kepala sekolah dan guru adalah memberi dan menjadi contoh sebagai
orang yang jujur kepada siswa-siswanya. Keterbukaan dalam arti
bersifat proporsional yaitu tidak semua rahasia pribadi diungkapkan
dalm diskusi-diskusi melainkan keterbukaan dalam manajemen dan
keuangan sekolah. Keterbukaan hanya akan efektif jika ada
komunikasi yang efektif atau sebaliknya.

7. Membangun Dukungan Koalisi


Pemimpin UP/J SMK/MAK yang terikat dengan sekolah, dalam
mengembangkan UP/J SMK/MAK harus membangun koalisi dengan
stakeholders sekolah terutama dengan institusi pasangan sekolah
yang sudah ada MoU-nya.. Membangun dukungan koalisi berarti

82
mengadakan kemitraan. Kemitraan ialah kerja sama saling
menguntungkan dalam hubungan setara dan interaktif, aktif, dan
positif. Seorang intrapreneurship yang sukses akan memikirkan
dengan siapa akan bermitra atau membentuk jaringan kerja
(networking) karena bekerja sendiri-sendiri hasilnya cenderung lebih
kecil dibandingkan dengan bekerja bersama-sama mitra (sinerjis).
Kemitraan akan berjalan efektif bila saling untung (profit). Kemitraan
UP/J SMK/MAK misalnya bergabung dengan institusi pasangan yang
ada di dunia usaha dan industri. Dalam melakukan kemitraan,
keluarga, masyarakat, dan pemerintah melaksanakan fungsinya
masing-masing sesuai dengan perannya masing-masing. Masing-
masing mempunyai tugas dan tanggung jawabnya terhadap
pendidikan

8. Ulet
Berkeinginan kuat untuk menjadi nomor satu, selalu ingin maju,
ingin berprestasi, di atas yang terbaik selalu ada yang lebih baik, tidak
mudah menyerah, gigih, ulet (suka bekerja keras dan tidak mengenal
jera atau putus asa). Keuletan sangat diperlukan untuk
mengembangkan usaha karena di dalam keuletan akan muncul
motivasi. Keuletan untuk menjadikan produksi sekolahnya laku di
pasar, akan mendorong tumbuhnya inovasi produk dan layanan.
Orang ini cenderung menjadi orang yang tidak mudah terpengaruh
sesudah membulatkan tekatnya untuk mencapai sesuatu. Membentuk
irama kerjanya sendiri dan bertahan dengan itu. Ia bisa menjadi kaku
bahkan ‘ngotot’ jika amerasa ditekan untuk melakukan tindakan di luar
keinginannya.

83
Kesediaan untuk bekerja keras menjadi persyaratan tak tertulis
dalam mengelola kegiatab unit produksi/jasa SMK/MAK karena untuk
memenuhi permintaan konsumen kadang memerlukan waktu kerja
yang ingin cepat selasai. Sebagai wirausaha, tidak semestinya
menolak pesanan konsumen atau permintaan layanan, misalnya
mengantarkan pesanan ke tempat yang ditentukan, memenuhi
pesanan dalam jumlah banyak sekaligus yang tidak pernah dilakukan
sebelumnya. Oleh karenanya komitmen pemenuhan permintaan
konsumen ini dalam hal kuantitas, kualitas maupun pelayanan.
Beberapa unit produksi SMK/MAK sering mengalami kegagalan
atau kelambanan dalam perkembangan, antara lain dikarenakan
kurangnya komitmen terhadap pelanggan yang disebabkan oleh
ketidaksediaan Kepala SMK/MAK untuk bekerja keras. Bila hal ini
terjadi, maka sebaik apapun kualitas produk unit produksi/jasa akan
mengurangi minat pelanggan untuk memiihnya.

H. UPAYA-UPAYA MENUMBUHKAN NALURI KEWIRAUSAHAAN


1. Mengasah kepekaan terhadap berbagai peluang dan
fenomena
2. Mulailah dari sekarang (Just do it)
3. Think big, start small
4. Memelihara semangat untuk mencari tahu
5. Memelihara dan menumbuhkan kemauan baca
6. Siap menerima dan siap memberi
7. Membangun jaringan, berkumpul dengan pebisnis
8. Menjaga penampilan
9. Menjaga kepercayaan

84
10. Memelihara dan menumbuhkembangkan sikap mental
pewirausaha (K = 15 %; S = 15 %; Att = 70 %)
11. Di samping berusaha, terus-menerus berdoa

I. RANGKUMAN

Kepemimpinan UP/J SMK/MAK meliputi kepemimpinan


pembelajaran dan kepemimpinan intrapreneurship. Tindakan
kepemimpinan pembelajaran memperhatikan 13 hal. Kepemimpinan
intrapreneurship ialah wirausaha di dalam organisasi yang terikat
dengan aturan organisasi. Karakteristik kepemimpinan
intrapreneurship menurut (Hisrich & Peters, 2002) yaitu: (1)
memahami lingkungan, (2) suka menghayal, (3) luwes, (4)
melaksanakan manajemen, (5) mendorong tim kerja, (6) mendorong
diskusi terbuka, (7) membangun dukungan koalisi, dan (8) ulet. Ada
12 cara agar pemimpin memiliki naluri wirausaha

85
BAB V
PENGAWASAN UP/J SMK/MAK

A. KONSEP PENGAWASAN UP/J SMK/MAK SEBAGAI SUMBER


BELAJAR SISWA

1. Pengawasan Akademik
a. Pengelola UP/J SMK/MAK menyusun program pengawasan
akademik secara objektif, bertanggung jawab dan
berkelanjutan.
b. Penyusunan program pengawasan akademik di UP/J
SMK/MAK didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan.
c. Program pengawasan akademik disosialisasikan ke seluruh
pendidik dan tenaga kependidikan.
d. Pengawasan UP/J SMK/MAK meliputi pemantauan, supervisi,
evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.
e. Pemantauan pengelolaan UP/J SMK/MAK dilakukan oleh
komite sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga
perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan secara teratur
dan berkelanjutan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan
akuntabilitas pegelolaan.
f. Supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan oleh kepala sekolah/madrasah dan pengawas
sekolah/madrasah.
g. Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurang-
kurangnya setiap akhir semester yang ditujukan kepada
kepala sekolah/madrasah dan orang tua/wali peserta didik.

86
h. Tenaga kependidikan melaporkan pelaksanaan teknis dari
tugas masing-masing sekurang-kurangnya setiap akhir
semester yang ditujukan kepada kepala sekolah/madrasah.
Kepala sekolah/madrasah, secara terus-menerus melakukan
pengawasan pelaksanaan tugas tenaga kependidikan.
i. Kepala sekolah/madrasah melaporkan hasil evaluasi kepada
komite sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain yang
berkepeningan sekurang-kurangnya setiap akhir semester.
j. Pengawas sekolah melaporkan hasil pengawasan di sekolah
kepada bupati/walikota melalui Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota yan bertangung jawab di bidang pendidikan
dan sekolah yang bersankutan, setelah dikonfirmasikan pada
sekolah terkait.
k. Pengawas madrasah melaporkan hasil pengawasan di
madrasah kepada Kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota dan pada madrasah yang bersangkutan,
setelah dikonfirmasi pada madrasah terkait.
l. Pengawas madrasah melaporkan hasil pengawasan
menindaklanjuti laporan hasil pengawasan tersebut dalam
rangka meningkatkan mutu sekolah/madrasah termasuk
memberikan sanksi atas penyimpangan yang ditemukan.
m. Sekolah/madrasah mendokumentasikan dan menggunakan
hasil pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan serta
catatan tindak lanjut untuk memperbaiki kinerja
sekolah/madrasah dalam pengelolaan pembelajaran dan
pengelolaan secara keseluruhan.

87
2. Evaluasi Diri
a. Pengelola UP/J SMK/MAK melakukan evaluasi diri terhadap
kinerja UP/J SMK/MAK.
b. Pengelola UP/J SMK/MAK menetapkan prioritas indikator
untuk mengukur, menilai kinerja, dan melakukan perbaikan
dalam rangka pelaksanaan Sandar Nasional Pendidikan.
c. Pengelola UP/J SMK/MAK melaksanakan:
1) Evaluasi proses pembelajaran secara priodik, sekurang-
kurangnya dua kali dalam setahun, pada akhir semester
akademik; dan
2) Evaluasi diri UP/J SMK/MAK dilakukan secara priodik
berdasarkan data dan informasi yang sahih.

3. Evaluasi dan Pengembangan KTSP


a. Komprehensif dan fleksibel dalam mengadaptasi kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang mutakhir,
b. Berkala untuk merespons perubahan kebutuhan peserta didik
dan masyarakat, serta perubahan sistem pendidikan maupun
perubahan sosial,
c. Integratif dan monolitik sejalan dengan perubahan tingkat
mata pelajaran, dan
d. Menyeluruh dengan melibatkan bebagai pihak meliputi dewan
pendidik, komite sekolah/madrasah, pemakai lulusan, dan
alumni.

88
4. Evaluasi Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a. Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan
direncanakan secara komprehensif pada setiap akhir
semester dengan mengacu pada Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan.
b. Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan
meliputi keseuaian penugasan dengan keahlian,
keseimbangan beban kerja, dan kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan dalam pelaksanaan tugas.
c. Evaluasi kinerja pendidik harus memperhatikan pencapaian
prestasi dan perubahan-perubahan peserta didik.

B. KONSEP PENGAWASAN UP/J SMK/MAK SEBAGAI SUMBER


PENDANAAN

UP/J SMK/MAK harus menghasilkan barang/jasa yang memiliki


Biaya hemat, Mutu hebat, dan Waktu tepat (BMW) agar mampu
bersaing dengan barang/jasa sejenis di di masyarakat luas. Dengan
demikian UP/J SMK/MAK akan mendapatkan keuntungan finansial
yang dapat digunakan sebagai sumber pendanaan pendidikan di
SMK/MAK. Oleh sebab itu, pengawasan terhadap biaya, mutu, dan
waktu perlu dilakukan oleh pengelola UP/J SMK/MAK.

1. Pengawasan terhadap Biaya


Pengelola UP/J SMK harus mampu mengawasi pengeluaran
biaya untuk menekan biaya produksi serendah-rendahnya sehingga
mampu menjual produksi barang/jasa dengan harga bersaing dengan
pesaingnya di masyarakat luas. Pengelola UP/J SMK/MAJK

89
menjamin pemasok mengirim bahan baku dengan biaya dan mutu
yang wajar dan yang telah disepakati, dan menyimpannya dengan
baik untuk mencegah kerusakan. Periksa bahan baku yang dikirim
pemasok untuk memastikan bahwa bahan baku tersebut dengan
harga dan mutu yang telah disepakati (Dikmenjur, 2007).
Dalam bisnis dibutuhkan untuk menjaga persediaan bahan baku,
bahan setengah jadi dan barang jadi untuk memenuhi target produksi
dan penjualan. Pengelolaan dan pengawasan persediaan berarti anda
harus menjaga agar persediaan tidak terlalu sedidkit atau terlalu
rendah. Menyimpan kelebihan persediaan akan menaikkan modal
kerja anda dan berkurangnya kas anda. Pada kenyataannya
kelebihan persediaan juga akan merugikan anda dengan rusaknya
bahan baku dan barang jadi akan disimpan terlalu lama.
Ide dasar pada pengawasan persediaan adalah mengoperasikan
bisnis anda secara efektif dengan sekecil mungin jumlah persediaan,
Untuk dapat melakukan ini anda seharusnya tahu jawaban dari
pernyataan: (1) Kapan anda pesan? (2) Berapa kali anda pesan?, dan
(3) Berapa banyak anda pesan?. Untuk menjawab pertanyaan di atas,
anda harus tahu bagaimana memisahkan antara persediaan dasar
dan persediaan musiman karena setiap jenis persediaan tersebut
dikendalikan dengan cara yang berbeda.

2. Pengawasan terhadap Mutu


a. Standar Mutu
Pastikan produk/jasa jadi sesuai dengan standar mutu dengan
melakukan pengujian dan kriteria yang memadai. Gunakan form hasil
pemeriksaan barang jadi sebagai umpan balik untuk memelihara
standar proses produksi/jasa. (Dikmenjur, 2007)

90
b. Pengawasan informasi manufaktur
Pengelola UP/J SMK/MAK memastikan bahwa setiap pekerja
bagian produksi telah mendapat instruksi yang lengkap, mudah
dimengerti, jelas dan sederhana tentang proses produksi. Pengelola
UP/J SMK/MAK memberi mereka gambar dan diagram yang jelas.
Setiap perubahan kebijaksanaan dan prosedur diberikan dengan jelas
pada mereka untuk menjamin mutu, biaya, dan waktu berproduksi
(Dikmenjur, 2007)..

c. Proses manufaktur
Cegah memproduksi banyak produk jadi yang cacat dengan
melakukan prosedur pemeriksaan rutin pada proses yang penting,
perencanaan yang tepat, perawatan mesin yang baik dan pemberian
motivasi pada pekerja produksi/jasa.

d. Alat Ukur dan Alat Uji


Jadwalkan kalibrasi, penyesuaian, atau perawatan secara
periodik pada alat uji dan alat ukur. Alat ukur yang dipakai
menentukan mutu produksi yang akan dihasilkan

e. Pemeliharaan Peralatan
Untuk menjaga mutu dan menghemat biaya maka peralatan harus
dipelihara dengan melakukan hal-hal di bawah ini secara rutin: (1)
melumasi peralatan anda paling sedikit satu kali seminggu, (2)
memeriksa kondisi komponen peralatan sekali sebulan, (3)
memeriksa kondisi tenaga listrik dan kabel-kabel sekali sebulan.

91
3. Pengawasan terhadap Waktu
Pengelola UP/J SMK harus mampu mengawasi waktu produksi
dan waktu penyampaian barang/jasa kepada pelanggannya. Jika
UP/J SMK/MAK tidak mampu menepati janjinya kepada pelanggan
maka lama kelamaan UP/J SMK/MAK akan kehilangan pelanggan
dan pembeli dan akhirnya akan tutup.

C. KONSEP PEMBINAAN UP/J SMK/MAK

1. Membina UP/J SMK/MAK sebagai Pendidikan Berbasis


Produksi
Dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan pemberlakuan
KTSP, SMK/MAK menyelenggarakan aktivitas produksi dalam
pencapaian kompetensi yang diharapkan. Hal ini mengandung arti
bahwa semua aspek individu berproses dalam kegiatan pembelajaran
dan dapat diukur. Aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik
terintegrasi dalam bentuk hasil belajar akhir yang berupa barang, jasa
atau hasil karya lainnya. Hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa
SMK/MAK tentu saja akan semakin bernilai apabila dapat diakui oleh
masyarakat sebagai sesuatu yang dapat bermanfaat dan laku untuk
dijual. Siswa SMK/MAK program keahlian Tata Boga dapat
memproduksi berbagai jenis makanan yang laku dijual; dari program
keahlian Tata Busana dapat menghasilkan barang dalam bentuk
aneka pakaian jadi maupun jasa dengan menerima jahit pakaian;
program keahlian Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura
dengan menghasilkan berbagai hasil pertanian maupun budidaya
hasil pertanian, perikanan maupun peternakan dan masih banyak lagi
dari program keahlian lainnya (Dikmenjur, 2007).

92
Dengan berbagai produk yang dihasilkan oleh siswa, SMK/MAK
seharusnya dapat mengembangkan UP/J SMK/MAK dengan menjual
atau memasarkan produk hasil kompetensi siswa. SMK/MAK
semestinya dapat berproduksi secara lebih intensif dan siswa akan
semakin sering berlatih sehingga dapat mempertajam kompetensi
sekaligus mengalami dan menikmati langsung hasil dari penjualan
produk tersebut. Kenyataan di lapangan, tidak semua SMK/MAK
dapat melakukan penjualan produk hasil praktik siswa dengan
berbagai alasan. Alasan yang sering diungkapkan adalah bahwa hasil
produksi siswa belum layak jual, sulitnya memasarkan produk,
kekurangan modal, masih terbatasnya peralatan, terlalu banyak
saingan dan masih banyak lagi. UP/J SMK/MAK saat ini belum dapat
membantu mengatasi masalah utama yang berkaitan dengan
pemasaran produk hasil praktik siswa. Yang masih banyak terjadi di
SMK/MAK adalah, produk yang dipasarkan pada UP/J SMK/MAK
adalah hasil produksi pihak lain (misalnya produk yang dihasilkan oleh
karyawan UP/J SMK/MAK, alumni atau guru). Beberapa UP/J
SMK/MAK telah melibatkan siswa, namun keterlibatan siswa masih
sangat terbatas bahkan hanya sebagai pelengkap, yang hanya
sekedar mambantu beroperasinya UP/J SMK/MAK. Kondisi UP/J
SMK/MAK seharusnya dapat dimaksimalkan dengan dukungan
manajemen UP/J SMK/MAK yang handal (Dikmenjur, 2007).

2. Membina UP/J SMK/MAK sebagai Sumberdaya SDM dan


Peralatan
Investasi termahal di SMK/MAK adalah guru, karena komponen
guru adalah komponen pendidikan yang selain harus digaji,
memerlukan pengembangan terus menerus melalui pendidikan,

93
pelatihan, penyegaran, magang di industri dan jenis pengembangan
lainnya agar dapat mendidik dan membelajarkan siswa lebih optimal.
Guru yang sudah kompeten masih terus memerlukan pendidikan dan
pelatihan untuk memperbaharui pengetahuan dan penguasaan
kompetensi sesuai dengan kebutuhan perkembangan pengetahuan
dan teknologi. Komponen mahal yang ke dua yang ada di SMK/MAK
adalah peralatan. Peralatan selain memerlukan perawatan dan
perbaikan juga memerlukan pembaharuan agar praktik yang
dilakukan siswa di SMK/MAK dapat disesuaikan dengan
perkembangan teknologi serta tuntutan dunia usaha dan industri.
Peralatan di SMK/MAK seringkali menjadi investasi yang sangat
mahal akibat rendahnya use-factor. Alat yang harganya mahal hanya
dipergunakan dalam waktu dan oleh siswa yang terbatas, karena
singkatnya waktu pembelajaran praktik. Seharusnya alat yang ada di
SMK/MAK dapat dioptimalkan penggunaannya dengan adanya
kegiatan-kegiatan penunjang selain pembelajaran reguler (Dikmenjur,
2007).
Dalam rangka pemberdayaan peralatan, beberapa SMK
melakukan aktivitas pemakaian alat untuk kegiatan UP/J SMK/MAK.
Namun sayangnya beberapa SMK/MAK dalam pemberdayaan alat
melalui UP/J SMK/MAK tersebut lebih banyak melakukannya dengan
cara menyewakan peralatan kepada pihak luar untuk berproduksi.
Akibatnya, peralatan di UP/J SMK/MAK cepat mengalami kerusakan
dan hasil perolehan dari persewaan tidak dapat menutupi biaya untuk
perawatan, berbaikan maupun pengembangan, sehingga berakibat
pada terjadinya bambatan kegiatan praktik. Namun demikian sudah
ada beberapa SMK/MAK yang telah melakukan optimalisasi
pemanfaatan peralatan dengan cara lain, yaitu dengan melaksanakan

94
Career Center, yang berupa kursus-kursus atau pelatihan singkat bagi
masyarakat. Sebagian kecil SMK/MAK melakukan optimalisasi
peralatan dengan melaksanakan kegiatan UP/J SMK/MAK yang
masih variatif, baik dilihat dari segi pengelolaan, omset, pemasaran,
jenis usaha, lingkup kerja, dan kontribusanya terhadap sekolah
(Dikmenjur, 2007).

3. Membina UP/J SMK/MAK sebagai Wadah Penyiapan Tenaga


Kerja
Potensi tenaga kerja di Indonesia sangat besar, sebagian di
antaranya adalah tamatan SLTA yang un-skill. Dunia Usaha dan
IIndustri saat ini semakin selektif dalam perekrutan tenaga kerja
sehingga hanya yang benar-benar kompeten yang akan diterima
untuk mengoperasikan usaha. Berkaitan dengan kondisi ini SMK
seharusnya semakin tertantang untuk menyiapkan tenaga kerja yang
kompeten pada bidangnya yang siap mengisi lapangan kerja dan
mampu memenangkan persaingan. Kenyataan lain menunjukkan
bahwa banyak kaum muda di Indonesia memasuki lapangan kerja
pada usia sangat muda. Penelitian yang dilakukan oleh ILO-PBB di
Jakarta, Jawa Tengah dan NTT, 28 % responden mencari kerja pada
usia di bawah 18 tahun; 55 % pada usia 18-21 tahun dan 17% setelah
dewasa. Ini semakin memperjelas bahwa kebanyakan pencari kerja
adalah tamatan SLTA. Bila diasumsikan pencari kerja tersebut adalah
tamatan SMK/MAK, maka sebagai lembaga pendidikan yang
menyiapkan tenaga kerja, --seperti telah dijelaskan sebelumnya—
SMK/MAK harus mampu menyelanggarakan pembelajaran untuk
pencapaian kompetensi produktif, sekaligus kompetensi lainnya agar

95
mempunyai nilai tawar yang tinggi dalam menghadapi persaingan
(Dikmenjur, 2007).
Agar tamatan dapat menguasai kompetensi yang sesuai dengan
kebutuhan dunia usaha/dunia industri diperlukan sistem pembelajaran
yang memberikan pengalaman langsung bukan sekedar simulasi
dalam bekerja. Oleh karenanya para siswa SMK/MAK harus
mendapat kesempatan untuk melakukan praktik kerja di tempat
usaha/ industri. Mengharapkan pemenuhan kebutuhan akan praktik
kerja di industri bagi siswa SMK/MAK, berarti memerlukan
keterlibatan industri secara besar-besaran, karena secara jumlah dan
jangka waktu, industri tidak akan mampu menampung semua siswa
untuk melakukan praktik industri. Hal tersebut disebabkan oleh
berbagai hal yang antara lain karena keterbatasan kapasitas industri,
kurangnya tenaga pembimbing/ tenaga instruktur dari industri,
penjadwalan tenaga kerja yang ada dan pemakaian fasilitas industri
sudah sangat padat, sehingga berat untuk tambahan layanan kepada
siwa praktik.
Bagaimanapun kondisinya, praktik kerja di industri sangat
diperlukan bagi siswa SMK/MAK, karena untuk menyiapkan tenaga
kerja yang terampil dan siap memasuki dunia kerja diperlukan sistem
pendidikan yang adaptif, fleksibel dan profesional. Tujuan tersebut
hanya akan dapat dicapai dengan cara memadukan pengalaman
praktik dasar di sekolah dimantapkan dengan praktik kerja di industri
(Dikmenjur, 2007).
UP/J SMK/MAK seharusnya dapat menjadi wahana siswa
melakukan praktik kerja sebagaimana mereka melakukan praktik
kerja industri. Sebagai contoh, SMK program keahlian Tata Boga
dapat memberikan kesempatan kepada siswa terlibat langsung dalam

96
aktivitas jasa Catering pada unit produksi sekolah; siswa SMK/MAK
program keahlian mekanik otomotif dapat melakukan praktik industri
pada UP/J SMK/MAK yang berupa layanan perawatan dan perbaikan
kendaraan bermotor/ mobil. Namun tidak demikian kenyataan di
lapangan, UP/J SMK/MAK tidak dapat berkembang sebagai unit yang
setara dengan unit usaha yang seharusnya sehingga belum dapat
memberikan pengalaman nyata dan intens terhadap siswa yang
terlibat.
Di sisi lain, UP/J SMK/MAK yang mampu berkembang dan
dikelola secara profesional, biasanya cenderung tertutup bagi siswa
yang akan melakukan praktik kerja. Kondisi ini menjadikan UP/J
SMK/MAK seakan organisasi yang terpisah dari program
pembelajaran reguler di sekolah. Agar Unit produksi mampu menjadi
bagian dari organisasi SMK/SMK yang dapat menyiapkan tenaga
kerja terampil, maka UP/J SMK/MAK perlu dikembangkan, dan
manakala telah mencapai pertumbuhan yang memadai dapat menjadi
wahana praktik industri bagi siswa (Dikmenjur, 2007).

4. Membina UP/J SMK/MAK sebagai Wadah Menumbuhkan Jiwa


Wirausaha
Perbandingan antara angkatan kerja dengan kemampuan industri
untuk menampung mereka sangat tidak seimbang. Lebih-lebih
dengan dibukanya zona perdagangan bebas, yang berdampak pada
kebebasan mendapatkan lapangan pekerjaan di negara lain, maka
persaingan tenaga kerja semakin ketat. Angkatan kerja Indonesia
menghadapi tantangan yang sama sebagaimana disebutkan di atas,
untuk itu SMK/MAK harus menyiapkan tamatannya untuk mampu
mengisi peluang kerja tidak hanya dengan menjadi pekerja pada

97
sektor formal saja, namun dapat mendorong mereka untuk
mengembangkan wirausaha. Mengandalkan lapangan kerja yang ada
di sektor formal, seperti industri dan dunia usaha tentu saja
memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyerap seluruh tamatan
SMK/MAK. Oleh karena wirausaha dapat menjadi salah satu
alternatif/pilihan. Karena wirausaha tidak hanya mendapatkan
peluang kerja, namun juga akan membuka/ menciptakan peluang
kerja bagi orang lain (Dikmenjur, 2007).
Temuan lain dari penelitian yang dilakukan oleh ILO pada tahun
2003, bahwa responden yang merupakan kaum muda lebih tertarik
untuk bekerja mandiri. Laporan Gyrogy Sziraczki dan Annemarie
Reenrink, yang disusun dengan judul Transisi Dari Sekolah-Menuju-
Dunia Kerja di Indonesia, menjelaskan ”...Temuan mengejutkan
terlihat pada kelompok pekerja mda ketika ditanya soal ukuran
perusahaan yang lebih disukai, sebagian besar mereka ternyata lebih
memilih bekerja mandiri dan membuka usaha sendiri. Khusus
diantara karyawan muda, hampir setengah dari sampel lebih suka
bekerja mandiri, sedangkan di kalangan pencari kerja hampir
seperlima ingin bekerja sebagai pekerja mandiri”. (Dikmenjur, 2007).
Agar tamatannya dapat mengembangkan kewirausahaan, maka
SMK/MAK harus mampu mengembangkan suatu kegiatan yang
menjadi metode dan wadah yang dapat membantu tamatannya untuk
berwirausaha, khususnya bagi mereka yang tidak berminat atau tidak
bisa memasuki dunia industri. Dengan cara itulah maka tamatan
SMK/MAK dapat mengisi dunia kerja dengan berwirausaha.
Selama ini SMK sering menyerukan untuk menanamkan jiwa
wirausaha. Hal ini tidak akan pernah dapat dilihat hasilnya, sebab
upaya yang dilakukan hanya upaya menanam saja tanpa memantau

98
bagaimana pertumbuhan/ perkembangan selanjutnya. Untuk itu, saat
ini sudah waktunya SMK tidak lagi hanya menanamkan jiwa
wirausaha, namun juga menumbuhkannya. Dengan terminologi
menumbuhkan ini, maka SMK menyadari tanggungjawabnya agar
penanaman yang telah dilakukan sekaligus dapat dilihat
pertumbuhannya dan dipetik hasilnya.
Menumbuhkan jiwa wirausaha suasana belajar dan berlatih
menjalankan usaha menjadi iklim yang berkembang di sekolah. Siswa
dan guru secara sendiri-sendiri maupun bersama dapat
mengembangkan berbagai aktivitas usaha dalam menyikapi berbagai
peluang yang ada di sekitar sekolah. Dengan cara ini siswa akan lebih
siap menghadapi tantangan dan peluang usaha ketika mereka telah
tamat kelak. Kesiapan tersebut dapat tercipta karena selain
kompetensi produktif mereka semakin tajam, pengalaman usaha juga
telah terasah (Dikmenjur, 2007).
UP/J SMK/MAK, idealnya dapat menjadi wadah dimana siswa
tidak hanya mempertajam kompetensinya, tetapi juga belajar tentang
mengembangkan kemampuan berwirausaha. Karena melalui UP/J
SMK/MAK para siswa belajar berbagai pengalaman mengoperasikan
usaha. Bagaimana mereka belajar tentang selera pelanggan,
kelayakan produk, administrasi keuangan, pemasaran, bernegosiasi,
pelayanan terhadap pelanggan, dan masih banyak lagi (Dikmenjur,
2007).
Uraian di atas adalah merupakan kondisi ideal, namun kenyataan
di lapangan masih banyak UP/J SMK/MAK yang berperan belum
optimal. UP/J SMK/MAK sering melibatkan siswa hanya sebagai
pekerja saja. Bahkan siswa mendapat tugas untuk terlibat pada unit
produksi sebagai kompensasi penyelesaian tugas, namun tidak dapat

99
terlibat dalam pengelolaan atau ikut mendapatkan ’income’, atau
keuntungan hasil operasi Unit produksi. Dari kondisi ini menunjukkan
bahwa siswa hanya terlibat dalam bagian-bagian tertentu dalam
proses kegiatan Unit Produksi sebagai wahana pelatihan
enterpreuneurship. Bahkan tidak sedikit yang keterlibatan siswa
hanya sebagai pekerja saja, yang tidak memberikan imbalan apapun,
sehingga siswa hanya mendapat pengalaman saja. Kondisi ini bisa
jadi justru menjadikan Unit Produksi suatu organisasi yang kurang
menarik dan tidak diminati oleh siswa karena hanya mengurangi
waktu bergaul mereka dan tidak memberikan nilai tambah bagi dirinya
(Dikmenjur, 2007).
Menyadari akan keberadaan UP/J SMK/MAK yang belum
dikembangkan secara maksimal, seharusnya mendorong para Kepala
SMK dan guru-guru produktif untuk mulai membina dan
mengembangkan UP/J SMK/MAK agar bisa mencapai tujuan dan
mempunyai nilai tambah dengan keberadaannya di sekolah.
Pembinaan dan pengembangan UP/J SMK/MAK tersebut diharapkan
akan menopang kemampuan SMK/MAK dalam memberikan bekal
kompetensi produktif sekaligus skill dalam pengelolaan usaha.
Dengan kompetensi dan skill tersebut diharapkan keterserapan
tamatan SMK/MAK semakin tinggi sekaligus akan menyehatkan iklim
perekonomian n(Dikmenjur, 2007).

5. Mengembangkan UP/J SMK/MAK


Setelah UP/J SMK/MAK, maka perlu dilakukan peningkatan
pengembangan usaha agar UP/J SMK/MAK makin besar, perannya
makin luas dan keuntungan yang diperoleh juga semakin besar.

100
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
(Dikmenjur, 2007).
a. Mencari informasi tentang pelanggan: mempelajari
kemungkinan kelompok pelang-gan baru, baik jenis kelamin,
usia, kelompok, lingkungan tempat tinggal, maupun kebu-
tuhan-kebutuhan lainnya yang belum ter-penuhi
b. Mempelajari pesaing (pelaku usaha sejenis) tentang
bagaimana mereka mengoperasikan usaha: barapa harga
pesaing, bagaimana kualitas produknya, langkah promosi apa
yang dilakukan, bagaimana kompetensi pekerja yang mereka
miliki, layanan yang diberikan, mungkin ada tambahan
service, bagaimana cara melakukan pendistribusian produk.
Semua ini dapat dipergunakan sebagai informasi dalam cara
pelaksanaan produksi, penetapan harga, jasa maupun
produksi
c. Lakukan penelitian pasar tanpa henti. Apa yang sedang ada
di pasar, diantara produk yang ada di pasar yang mana yang
lebih diminati, apakah pelanggan menginginkan yang lain
(dari sisi bentuk, kemasan, jenis, cara layanan), berapa daya
beli pelanggan pada umumnya.
Selain penelitian pasar, juga perlu dikem-bangkan bentuk
pengembangan pemasaran. Misalnya dari sistem menunggu
konsumen sampai pada mendatangi konsumen; seperti
pemasaran door to door, delivery order, pembayaran dengan
cara angsuran, dan lain-lain.
d. Evaluasi produk. Lakukan evaluasi produk secara periodik
dan berkesinambungan terhadap UP/J SMK/MAK anda, yang
antara lain meliputi bagaimana kualitas produk anda,

101
bagaimana nilai penampilannya dibanding produk sejenis
lainnya, bagiamana daya tariknya, apakah diperlukan
modifikasi?, apakah harga yang ditawarkan telah sesuai?,
dan lain-lain.
e. Lakukan promosi tanpa henti: Beberapa langkah promosi
yang dilakukan adalah membuat iklan, melakukan desiminasi
dan promosi penjualan melalui peragaan, demonstrasi,
membagikan sampel produk, dan lain-lain.
f. Tingkatkan pengelolaan tempat UP/J SMK/MAK: apakah
diperlukan peningkatan kebersihan, kenyamanan, dekorasi,
luasnya, penataan, atau pengembangan lokasi untuk
mendekati pelanggan, dan lain-lain.
g. Konsultasi dengan yang ahli: Jangan segan untuk minta
petunjuk dan saran dari mereka yang lebih dahulu
menjalankan usaha sekaligus yang telah berhasil
mengembangkan usaha.
h. Tingkatkan permodalan: dapat dilakukan dengan menambah
modal dari dalam maupun dari luar, misalnya mendapatkan
kredit dari lembaga keuangan. Oleh karenanya senantiasa
diperlukan tertib administrasi keuangan.

6. Memperluas Usaha
Dalam memperluas usaha, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan sebagaimana dalam mengembangkan usaha. Dalam tahap
ini dilakukan peningkatan jenis atau bidang usaha atau penambahan
jumlah unit usaha.
Beberapa contoh pengembangan usaha yang dapat dilakukan
antara lain sebagai berikut (Dikmenjur, 2007).

102
a. Untuk SMK/MAK program keahlian Budidaya Ternak dapat
melakukan bidang usaha penggemukan sapi,dalam
pengembangan selanjutnya dapat menjual sapi atau daging
sapi, dapat mengembangkan usaha membuat dan menjual
kompos dan tanaman hias.
b. SMK/MAK program keahlian Tata Kecantikan dengan usaha
salon, dapat mengembangkan usaha perawatan dan
penataan rambut, serta perawatan kulit. Pada program
keahlian Tata Busana dapat mengembangkan usaha pakaian
seragam sekolah, penyewaan pakaian adat, dan lain-lain.
c. SMK/MAK program keahlian Mekanik Otomotif dapat
mengembangkan bidang usaha jasa perbaikan motor/ mobil,
disamping itu dapat menjual jasa perbaikan dapat juga
menjual suku cadang/ spare parts.
d. Pada SMK/MAK program keahlian Budidaya Perikanan yang
telah mengembangkan Budidaya Ikan, disamping menjual
ikan segar, dapat dikembangkan hasil budidaya ikan (seperti
abon ikan, ikan asin, ikan presto, terasi, petis), dan dapat
dilakukan usaha inovasi pakan ikan.

103
BAB VI
PEMASARAN HASIL UP/J SMK/MAK

A. PENGERTIAN PEMASARAN
Sebelum mulai berproduksi, sebaiknya pikirkan dulu “siapa yang
akan membeli produk atau jasa kita”, atau dalam bahasa bisnisnya
“siapa pasar kita”. Pasar adalah wadah konsumen yang akan
membeli produk/jasa yang dihasilkan suatu perusahaan; pasar, toko
buku adalah pelajar/mahasiswa, pasar perusahaan rekanan adalah
mereka yang suka musik, dan seterusnya. Pemasaran ialah kegiatan
yang dilakukan untuk menjual produk seperti yang diharapkan pasar.
Kegiatan dalam pemasaran meliputi perencanaan produk,
penentunan harga, distribusi dan promosi. Atau dikenal dengan
singkatan 4P dalam kegiatan pemasaran: Product (produk), Price
(harga), Place (distribusi), dan Promotion (promosi). 4P dan
indikatornya di atas digambarkan sebagai berikut:

Gambar 6.1. Pemesaran dan Indikatornya (Overton, 2000)

104
B. Produk
Keputusan penting dalam kaitannya dengan produk adalah
barang/jasa apa yang akan kita buat dan jual. Perhatikan hal-hal
berikut.
1. Apa yang dibeli/dibutuhkan pasar
2. Mengapa barang tersebut dibeli
3. Siapa yang membeli
4. Bagaimana proses pembelian
5. Bagaimana mutu dan features
6. Bagaimana modelnya?
7. Bagaimana merknya (terkenal atau tidak?)
8. Bagaimana kemasannya?
9. Bagaimana pelayanannya?
10. Bagaimana garansinya?

1. Produk yang Dibeli


Barang-barang yang diproduksi bisa diklasifikasikan menjadi :
- barang yang tahan lama
barang yang digunakan berkali-kali, misal baju, sepatu, tas,
TV, dan lain-lain.
- barang yang tidak tahan lama
barang yang dikonsumsi satu atau beberapa kali, misal
makanan, minuman, kertas, pensil dan lain-lain.
- Jasa,
Kegiatan yang dihasilkan untuk memuaskan pembeli, misal
transportasi, salon, bank, dan lain-lain.
Barang yang tahan lama dan yang tidak tahan lama disebut
barang nyata, sedangkan jasa disebut juga barang tidak nyata.

105
Perbedaan ini mempengaruhi strategi pemasaran yang akan
digunakan. sebagai contoh, barang yang tahan lama membutuhkan
personal selling, tetapi memberikan keuntungan per produk yang
besar. Barang yang tidak tahan lama dan jasa, cepat dikonsumsi,
sering dibeli, tersedia di banyak lokasi, tetapi memberikan keuntungan
per produk yang kecil.

2. Alasan Membeli
Pada umumnya konsumen membeli barang/jasa untuk
memenuhi/ memuaskan kebutuhannya, misal kebutuhan akan makan,
minum, sex trasnportasi dll. Suatu produk dapat memberikan lebih
dari satu keuntungan kepada pembeli. Sebagai contoh, kegunaan
utama shampo adalah untuk membersihkan rambut, tetapi pembeli
bisa mendapat keuntungan yang lain seperti bau yang harum,
mencegah ketombe dan mengandung conditioner.
Sebagai seorang pengusaha, anda dapat menciptakan suatu
produk yang mempunyai kelebihan dibanding produk lain (seperti
contoh diatas), sehingga permintaan terhadap produk anda tinggi, dan
anda bisa mengungguli perusahaan lain. Atau anda dapat juga
menciptakan suatu produk yang berbeda dengan yang produk lain
yang sejenis, misal bila bagi perusahaan lain sebuah T-shirt hanya
merupakan sebuah baju; anda dapat mempromosikan bahwa T-shirt
produk anda dapat menaikkan citra pemakai. Seorang pengusaha
harus berusaha agar konsumen beralih ke produknya dan bahkan
menjadi langganannya.

106
3. Orang yang Membeli
Pada dasarnya kegiatan membeli adalah suatu proses membuat
keputusan. Orang akan memutuskan barang apa yang akan dibeli.
Pada beberapa barang/jasa, hanya ada satu orang pembuat
keputusan; tetapi untuk barang/jasa lain keputusan dibuat oleh
beberapa orang. Tugas anda adalah mengidentifikasi siapa pembuat
keputusan terakhir, dan berusaha untuk mempengaruhi yang
bersangkutan, untuk membeli produk anda (mengkonsentrasikan
kegiatan pemasaran pada ybs). Paling tidak ada empat orang yang
terlibat dalam pengambilan keputusan untuk membeli suatu barang,
yaitu :
 Influencer ialah orang yang punya pengaruh besar dalam
mengajukan pembelian dan pembuat keputusan akhir.
 Decider ialah pengambil keputusan yang menentukan apakah
perlu membeli, barang apa yng dibeli, bagaimana cara
membeli, kapan harus dibeli dan dimana bisa dibeli.
 Buyer ialah orang yang ditugasi untuk membeli barang
dimaksud.
 User ialah orang yang menggunakan barang tersebut.
Sebagai contoh, dalam proses pembelian mainan anak-anak,
anak itu sendiri atau temannya bertindak sebagai influencer, ayahnya
sebagai decider, ibunya sebagai buyer dan anak itu sendiri sebagai
user.
Motivasi pembeli timbul antara lain disebabkan untuk:
1. Memenuhi kebutuhan dasar misalnya makan, pakaian, dan
rumah tinggal.
2. Menunjukkan status sosial misalnya pakaian yang bagus,
barang mewah.

107
3. Untuk investasi misalnya tanah, rumah, dan apartemen.

4. Proses Pembelian
Ada lima langkah yang biasa dilakukan dalam membeli barang yaitu :
a. Perasaan membutuhkan.
Orang yang akan membeli suatu barang harus punya perasaan
bahwa dia memang menginginkan barang itu dan ingin membeli
untuk memuaskan keinginannya.
b. Pencarian informasi.
Calon pembeli akan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber, misal dengan cara minta nasihat teman, baca iklan,
tanya pada penjual, atau langsung melihat dan membandingkan
beberapa barang dengan pertimbangan utama kualitas dan
harga.
c. Keputusan pembelian
Setelah melihat berbagai produk dan membandingkan dari segi
merk, kualitas, harga dan lokasi pembelian, pembeli akan
memutuskan mana yang paling optimal. Misal seorang calon
pembeli akan memutuskan untuk membeli suatu barang di toko A
karena lokasinya dekat dengan rumah, walaupun mungkin di toko
lain yang lebih jauh harganya lebih murah.
d. Kegunaan produk
Pada tahap ini calon pembeli memeriksa apakah barang yang
akan dibelinya dapat memenuhi keinginannya. Tidak jarang calon
pembeli menemukan kegunaan lain dari barang yang akan
dibelinya, misalnya ybs membeli kue kaleng, maka setelah kue
habis kalengnya bisa digunakan sebagai tempat bunga.
e. Perasan setelah membeli barang

108
Setelah membeli barang, pembeli dapat merasa sangat puas atau
malah tidak puas terhadap barang yang dibelinya. Hal ini penting
diperhatikan oleh para pengusaha, karena sekali pembeli merasa
tidak puas mereka tidak akan membeli produk anda lagi.

5. Mutu dan Feature


Orang yang ingin selalu sempurna atau perfeksionist dan
mengutamakan gengsi hanya memilih produk/jasa yang bermutu
tinggi. Harga berapapun akan dibeli asalkan ada jaminan mutunya
tinggi. Karena ada kepuasan tersendiri setelah membeli barang/jasa
tersebut. Mutu produk tinggi biasanya berkaitan dengan merk-merk
atau perusahaan-perusahaan terkenal terkenal misalnya Nokia,
Toshiba, Fujitsu, Sony, dan sebagainya. Feature ialah fasilitas-
fasilitas yang dimiliki suaytu produk. Semakin banyak fasilitas yang
disediakan suatu produk, semakin mahal harganya.

6. Model Produk
Orang yang senang mengikuti model selalu membeli produk
terbaru dengan model yang baru pula. Harga berapapun akan dibeli
asalkan ada jaminan modelnya menarik bagi pelanggan. Karena ada
kepuasan tersendiri setelah membeli barang model baru tersebut.
Contohnya, bangsa kita termasuk korban model baru sehingga sering
berganti-ganti HP misalnya.

7. Merk Produk/Jasa
Orang yang sudah terpengaruh dengan citra merk (brand image)
selalu fanatik dengan merk kebanggaannya. Harga berapapun akan
dibeli karena merknya sudah menjadi pavorit pembeli. Merk-merk

109
terkenal itu misalnya Toyota, Mercy, BMW, Sony, Toshiba, dan
sebagainya.

8. Kemasan Produk
Kemasan suatu produk harus dibuat sedemikian rupa sehingga
menarik konsumen untuk membelinya. Yang penting harga kemasan
jangan sampai lebih mahal dari pada produknya.

9. Pelayanan
Penjual harus memperlakukan pembeli sebagai raja. Layanilah
pembeli sebaik mungkin sehingga pembeli puas dengan pelayanan
penjual. Jika pelayanan penjual mengecewakan, maka pembeli akan
kecewa sehinga tidak mau membeli lagi. Akibatnya perusahaan akan
bangkrut. Pelayanan meliputi penyampaian produk yang tepat waktu
dan pelayanan pasca jual.

10. Garansi
Pembeli juga senang jika produk ada garansinya. Semakin lama
masa garansi, semakin baik mutu produk tersebut.

C. Siklus Hidup Produk


Ada empat tahap dalam siklus hidup suatu produk yaitu sebagi
berikut:
1. Pengenalan
Perioda pertumbuhan yang lambat dimana secara berangsur
pasar baru mengenal barang anda. Pada tahap ini uang yang
didapat dari hasil penjualan sangat kecil.

110
2. Pertumbuhan
Dalam perioda ini penerimaan pasar terhadap barang anda
meningkat dengan cepat. Pembeli semakin banyak dan
produk semakin ditingkatkan. Pengusaha juga tetap
memperhatikan agar persediaan barang tidak melimpah
karena dikwatirkan akan berluk hukum dagang yaitu jika
persediaan banyak sementara permintaan sedikit atau
berkurang, maka barang akan turun. Akibatnya, keuntungan
usaha juga akan menurun.
3. Pemantapan
Peningkatan penjualan dalam perioda ini berangsur lambat
karena pasar sudah mencoba produk anda dan produk dapat
diterima sesuai target anda.

4. Penurunan
Pada periode ini jumlah penjualan sangat menurun karena
persaingan yang ketat dari kompetitor lain. Dengan sendirinya
pendapatan juga menurun dratis.

Tidak semua produk mempunyai siklus hidup seperti yang telah


dijelaskan. Ada produk yang langsung mengalami penurunan setelah
proses pengenalan, ada juga produk lain yang dapat meningkatkan
penjualan lagi setelah melalui proses penurunan, karena didukung
oleh improvisasi produk dan pemasaran/penjualan yang gencar.
Kebutuhan bahan pokok seperti beras dan gula akan selalu berada
pada tahap pertumbuhan dan pemantapan.
Dengan mengetahui dalam tahap mana produk anda berada,
anda dapat mengetahui seberapa besar penerimaan pasar terhadap

111
produk anda. Sehingga anda dapat mengatur, misalnya kapan
promosi besar-besaran perlu dilakukan (tahap pengenalan), dan
kapan tidak diperlukan promosi (tahap penurunan).

D. Harga
Setelah mengetahui produk apa yang akan dibuat dan siapa
pasar anda, sekarang saatnya anda menentukan harga jual produk
anda. Hal ini cukup penting, karena harga yang terlalu murah dapat
menyebabkan kerugian, sedangkan harga yang terlalu mahal bisa
menyebabkan pelanggan menjauh, sehingga bisnis anda tidak
mengalami kemajuan. Lima metoda dasar dalam penentuan harga:
* berorientasi pada ongkos atau daftar harga
* berorientasi pada permintaan
* berorientasi pada pesaing
* berorientasi pada discounts (potongan)
* berorientasi pada periode pembayaran (sekali bayar atau
mencicil).

1. Orientasi pada Ongkos.


Kebanyakan pengusaha menentukan harga jual produk
berdasarkan biaya atau ongkos yang dikeluarkan untuk memproduksi
barang itu, dengan cara menambahkan sekian persen (mial 20%)
untuk keuntungan dari biaya produksi/unit.
Ada 2 cara dalam menghitung harga jual berdasarkan pada
ongkos, yaitu penamhanan biaya (mark-up) dan titik impas (break
even point).

112
a. Penambahan biaya
Untuk mendapatkan nilai biaya produksi/unit, adalah biaya
produksi dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan.
Kemudian harga jual ditentukan dengan menambah biaya
produksi/unit dengan suatu angka yang merupakan
presentasi dari biaya produksi/unit.
b. Teknik titik impas
Titik impas adalah suatu tingkat volume dimana nilai
penjualan sama dengan total biaya. Untuk menggunakan
teknik ini, dibutuhkan pengetahuan mengani dan perbedaan
antara biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap tidak tergantung pada jumlah barang yang


didproduksi. Yang termasuk dalam biaya tetap adalah biaya untuk
sewa, rekening listrik & air dll. Biaya variabel besarnya tergantung
pada jumlah barang yang diproduksi. Yang termasuk dalam biaya
variabel adalah biaya untuk bahan baku, TK dll.

2. Orientasi pada permintaan


Harga ditentukan berdasarkan permintaan terhadap produk itu.
Bila permintaan terhadap suatu produk sangat tinggi, maka produk
tersebut bisa dijual dengan harga tinggi pula. Sebaliknya, bila
permintaan terhadap suatu produk rendah, maka kita harus menjual
dengan harga yang lebih murah; walaupun biaya yang dikeluarkan
untuk memproduksi kedua produk tersebut sama.
Suatu produk yang sama dapat dijual dengan harga yang
bervariasi tergantung pada calon pembeli, tempat dan waktu
penjualan, atau versi lain produk tersebut.

113
3. Orientasi pada pesaing
Harga jual suatu produk bia juga ditentukan dengan terlebih dulu
mengetahui harga jual produk sejenis dari pesaing kita. Biasanya
produk dijual dengan harga yang lebih murah atau bisa juga lebih
mahal tetapi dengan prentasi selisih yang tetap.
Berbeda dengan kedua teknik sebelumnya, teknik ini tidak
tergantung kepada hubungan antara biaya produksi dengan harga
jualnya. Walaupun permintaan terhadap produk berubah, harga jual
produk tetap tergantung kepada harga jual dari pesaing.

Teknik lain
Masih ada beberapa cara lain, misal :
 pemilik toko menjual suatu produk terkenal dengan harga
sangat rendah dengan tujuan menarik pembeli ke tokonya
dengan harapan pembeli juga akan membeli barang lain di
tokonya.
 Beberapa toko menerapkan harga yang diyakini punya efek
psikologis, misalnya untuk suatu produk mereka memasang
harga Rp 4.950,- dan buka Rp 5.000,-.
 Cara lain yang lebih impresif adalah “beli-satu-gratis-satu”,
walaupun sesungguhnya biaya produksinya memang sangat
rendah, sehingga dia bisa menjual 2 produk sekaligus.
 Ada juga perusahaan yang menetukan harga setelah terlebih
dahulu menghitung berapa keuntungan yang ingin di
dapatkan.

114
E. Tempat
Biasanya perusahaan tidak dapat menjual langsung barangnya
kepada konsumen. Mereka membutuhkan jasa untuk memasarkan
barangnya di suatu tempat (outlet) yang dekat dengan konsumen, dan
kemudian distributor ini akan mendistribusikan barang tersebut ke
toko-toko yang akan menjualnya kepada konsumen.
Berbekal pengalaman, hubungan baik, dan SDM yang mereka
miliki, mereka bisa melakukan pendistribusian barang dengan lebih
efisien, lebih ekonomis dan lebih cepat dibandingkan bila kita
melakukannya sendiri. Karena jasanya mereka akan mendapatkan
persentase dari penjualan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan tempat jaringan
distribusi.

1. Karakteristik produk.
a. Barang yang tidak tahan lama seperti makanan dan minuman
sangat baik bila dijual melalui jalur distribusi yang pendek,
misal melalui pengecer.
b. Produk kebutuhan sehari-hari seperti sabun dan sikat gigi
sebaiknya juga dijual melalui pengecer. Sedangkan produk
khusus seperti mesin dapat dijual langsung kepada
perusahaan pemakai, karena sulitnya mencari tenaga penjual
perantara yang menguasai mesin tersebut.
c. Produk yang butuh perlakuan khusus, biasanya juga dijual
kepada konsumen melalui pengeser.

115
2. Karakteristik Konsumen
a. Pada umumnya orang membeli barang untuk keperluan
industri secara langsung dari pabrik, sedangkan barang untuk
keperluan sehari-hari di pengecer.
b. Salah satu hal yang harus dipertimbangkan juga adalah lokasi
geografis dan jumlah pembeli yang potensial, karena semakin
banyak konsumen sebaiknya semakin banyak pula jaringan
distribusi yang harus dibangun.
c. Produk yang bentuknya kecil tapi penggunaannya seperti
obat, sebaiknya lebih baik dijual melalui penyalur tunggal.

F. Promosi
Kita perlu melakukan promosi pada saat :
 Ingin mengetahui seperti apa produk pesaing di pasar yang
telah kita targetkan
 Ingin membuat produk tampil beda dari prodsuk sejenis.
 Orang belum terlalu mengenal produk kita
 Produk dijual secara mail-order.
Variasi kegiatan promosi :
1. Iklan
Mempromosikan produk melalui media TV dan radio, koran
dan majalah, display dan bilboard atau menjadi sponsor
kegiatan.
2. Personal selling
Promosi penjualan dilakukan dengan mendatangi dan
bercakap-cakap langsung dengan calon pembeli, baik di
rumah, dikantor atau di tempat bisnis lain.

116
3. Publikasi
Publikasi dilakukan melalui TV atau media lain untuk
menstimulasi permintaan akan produk dengan cara, produsen
membahas suatu masalah dimana masalah tersebut dapat
teratasi bila kita menggunakan produknya.
4. Promosi penjualan
Dilakukan misalnya dengan cara memberikan cantoh produk
(sample), memberi bonus, potongan harga, demo, icip-icip
gratis dsb.

G. Tahap-Tahap Pemasaran
Pemasaran adalah bagian penting dari suatu sistem kegiatan
bisnis yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana
strategis yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan dan keinginan
dan permintaan pembeli.
Ada 4 tahap kegiatan pemasaran sebagai berikut.
1. Tahap Survei Pasar untuk mendapat pelanggan potensial.
2. Tahap Produksi, yaitu sesuatau yang dapat ditawarkan kepada
calon pembeli yang membutuhkan.
3. Tahap Penjualan, untuk memikat calon pembeli (promosi)
4. Tahap Pemasaran, yaitu untuk meningkatkan mutu, jumlah dan
daya saing.

Yang harus diketahui mengenai pemasaran bagi pengelola UP/J


SMK/MAK antara lain:
1. Bahwa pemasaran itu adalah sistem pertukaran barang jasa
dan ide dari produsen ke konsumen sebagai peningkatan
penjualan.

117
2. Bahwa pemasaran itu ialah kegiatan organisasi yang berkaitan
satu sama lain yang tumbuh dan berkembang mengikuti
perkembangan jaman.
3. Pemasaran sering tidak dapat berdiri sendiri, perlu didukung
oleh fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian dan yang penting adalah
terlebih dahulu melaksanakan pemasaran intern dengan
tugas melatih dan memotivasi karyawan untuk berhasil
melayani pelanggan dengan baik.
4. Semakin majunya tingkat pengetahuan dan tingkat
kesejahteraan seseorang, maka peran konsumen (pelanggan)
menjadi semakin penting. Mengatasi tingkah laku konsumen
adalah relatif penting bila dibandingkan dengan mengatasi
masalah proses produksi. Dalam bisnis modern proses
produksi (macam dan kualitas produk) harus mengikuti
perkembangan permintaan pasar.
5. Dalam pemasaran perlu ada target sasaran yang ingin diraih.
Perencnaan pemasaran adalah perumusan usaha yang akan
dilakukan dalam bidang pemasaran dengan menggunakan
sumber daya yang ada dalam suatu perusahaan guna
mencapai tujuan dan sasaran tertentu di bidang pemasaran
pada suatu waktu tertentu di masa yang akan datang.

H. Survei Pasar
Survei pasar ialah pengumpulan, pencatatan dan analisis data
secara sistimatis tentang persoalan yang berkaitan dengan
pemasaran barang dan jasa.

118
1. Pelaksanaan Survei Pasar
Pelaksanaan Survei Pasar meliputi: siapa( status, jenis kelamin)
Berapa jumlah yang mereka beli, Dimana lokasinya dan Bagaimana
sifat persaingan yang akan dihadapi.

2. Fungsi Survei Pasar


a. Untuk mengurangi ketidakpastian pada pengambilan
keputusan dalam proses pemasaran
b. Untuk memantau dan mengendalikan prestasi kegiatan
pemasaran.

3. Survei Pasar dapat Membantu


a. Untuk menemukan pasar yang menguntungkan
b. Memilih produk yang dapat dijual
c. Menentukan perubahan dalam perilaku konsumen
d. Meningkatkan teknik-teknik pemasaran
e. Merencanakan sasaran-sasarn yang relistik.

4. Riset Pasar menyediakan data dan informasi pasar pada


waktu
a. Mengurangi resiko bisnis
b. Mengenali persoalan dan problem potensial pada pasar yang
sekarang
c. Mengenali peluang pasar yang baru
d. Memeperoleh informasi dan fakta tentang pasar untuk
membantu dalam membuat keputusan yang lebih baik dan
membuat rencana selanjutnya.

119
5. Langkah-langkah proses Riset Pasar
a. Merumuskan persoalannya
b. Lakukan penelitian pendahuluan
c. Rencanakan risetnya
d. Gunakan sumber daya anda sendiri
e. Gunakan sumber-sumber dari luar
f. Tafsirkan data
g. Buatlah keputusan
h. Tetaplah dan tinjaulah kembali keputusan anda.

I. Teknik Penjualan
Salah satu teknik penjualan yaitu : menarik perhatian. Kontak
awal harus sopan santun dan hormat. Penjual yang berhasil berhati-
hati untuk berbicara dengan baik serta berpenampilan rapi agar dapat
mengesankan (menampilkan citra yang baik) untuk pertemuan/kontak
selanjutnya.
Teknik-teknik penjualan terdiri dari: (1) menarik perhatian dengan
tegur sapa yang ramah/tidak ada unsur paksaan, (2) mengajukan
pertanyaan yang sederhana dan berarti, (3) presentasi penjualan
yang sistematis, (4) penanganan keberatan, (5) pesan manfaat :
penutupan percobaan, (6) penutupan, dan (7) penyampaian pesan
manfaat

J. Rangkuman
Kegiatan dalam pemasaran meliputi 4P yaitu: Product (produk),
Price (harga), Place (distribusi), dan Promotion (promosi). Produk
meliputi: mutu//feature, model, merk (Brand Image), kemasan/ukuran,
dan layanan. Harga meliputi: daftar harga, potongan, pesaing, dan

120
periode pembayaran. Tempat meliputi: saluran distribusi,
pengepakan, lakoasi, persedian, dan transport. Promosi meliputi:
iklan, penjual, promosi penjual, dan publisitas. Cara melakukan
pemasaran empat tahap yaitu: (1) tahap Survei Pasar untuk
mendapat pelanggan potensial, (2) Tahap Produksi, yaitu sesuatu
yang dapat ditawarkan kepada calon pembeli yang membutuhkan, (3)
Tahap Penjualan, untuk memikat calon pembeli (promosi), dan (4)
Tahap Pemasaran, yaitu untuk meningkatkan mutu, jumlah dan daya
saing.

121
Lampiran-lampiran :

Penugasan dari bab 1


Sesuai dengan skenario bimbingan teknis maka penugasan
dilakukan sebagai
berikut.
Peserta menjawab pre tes (15 menit).

Tugas 1 : Setiap peserta menuliskan:


a. Definisi manajemen UP/J SMK/MAK dan manfaatnya.
b. Prinsip-prinsip Manajemen UP/J SMK/MAK dengan
contoh penerapannya untuk sumber:
1) belajar siswa
2) pendanaan pendidikan. (30 menit).

Tugas 2 : Setiap kelompok (5- 10 orang) mendiskusikan dan


menuliskan:
a. Definisi manajemen UP/J SMK/MAK dan manfaatnya.
b. Prinsip-prinsip Manajemen UP/J SMK/MAK dengan
contoh penerapannya untuk sumber belajar siswa dan
pendanaan pendidikan. (30 menit).

Tugas 3 : Sidang pleno untuk memaparkan hasil diskusi kelompok


untuk mendapatkan masukan kelompok lainnya. (60
menit).

Fasilitator mengomentari hasil diskusi (60 menit) dengan


sebelumnya membagikan Modul Materi 1.
Mengadakan tanya jawab

Tugas 4 : Masing-masing peserta membuat kesimpulannya:


a. Manajemen UP/J SMK/MAK ialah ................................
b. Manfaatnya adalah........................................................
c. Prinsip-prinsip Manajemen UP/J SMK/MAK dan
penerapannyadalam bentuk tabel. Waktu 30 menit.
Tugas 5 : Bermain Game. Tiga kelompok masing-masing bertugas
sebagai:
Kelompok 1 = Perencana
Kelompok 2 = Pelaksana
Kelompok 3 = Pengawas
Selesaikanlah game pada Lampiran 1.
Waktu 30 menit.

122
LEMBAR PETUNJUK TIM PELAKSANA

1. Anda mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan


instruksi yang diberikan oleh tim pelaksana.
Tugas anda adalah menjadwalkan waktu yang tidak lebih dari 45 menit
dari sekarang. Tim perencana mungkin akan memanggil anda untuk
mendengarkan instruksinya setiap saat. Jika anda tidak dipanggil, anda
dapat melapor kepada tim perencana untuk minta instruksi pada akhir
dari waktu yang dimiliki. Instruksi tidak akan diperbolehkan setelah 45
menit.
2. Anda menyelesaikan tugas secepat mungkin.
3. Selama menunggu instruksi, disarankan anda bersama teman anda
sesame oprator berdiskusi dan membuat catatan tentang :
a. Perasaan dan pengalaman anda selama menunggu instruksi untuk
tugas yang tidak diketahui?
b. Bagaimana anda dapat mengorganisasikan sebagai suatu tim?
2. Catatan anda selama diskusi akan membantu anda dalam
menyelesaikan tugas.

Penugasan dari bab 2


Sesuai dengan skenario bimbingan teknis maka penugasan dilakukan
sebagai berikut.
Peserta menjawab pre test (10 menit).

Tugas 1: Setiap peserta menuliskan:


(a) prinsip-prinsip perencanaan
(b) faktor-faktor perencanaan
(c) membuat studi kelayakan
(d) membuat rencana bisnis
(45 menit)

Tugas 2: Setiap kelompok (5- 10 orang) mendiskusikan dan menuliskan:


(a) prinsip-prinsip perencanaan
(b) faktor-faktor perencanaan
(c) membuat studi kelayakan
(d) membuat rencana bisnis
(60 menit)

123
Tugas3: Sidang pleno untuk memaparkan hasil diskusi kelompok untuk
mendapatkan masukan kelompok lainnya. (60 menit).

Fasilitator mengomentari hasil diskusi (60 menit) dengan sebelumnya


membagikan Bab II.

Mengadakan tanya jawab (10 menit)

Tugas 4: Masing-masing peserta membuat kesimpulannya:


(a) prinsip-prinsip perenca
(b) membuat studi kelayakan usaha
(c) membuat rencana bisnis
(15 menit)
Peserta menjawab post test 30 menit

Penugasan dari bab 3


Sesuai dengan skenario bimbingan teknis maka penugasan dilakukan
sebagai berikut.
Peserta menjawab pre test (10 menit).
Tugas 1: Setiap peserta menuliskan:
(a) struktur organisasi UP/J SMK/MAK dan uraian tugasnya
(b) pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar siswa.
(c) pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai sumber pendanaan
pendidikan.
(d) antispasi masalah pelaksanaan UP/J SMK/MAK
(30 menit)
Tugas 2: Setiap kelompok (5- 10 orang) mendiskusikan dan
menuliskan:
(a) struktur organisasi UP/J SMK/MAK
(b) pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar siswa.
(c) pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai sumber pendanaan
pendidikan.
(d) antispasi masalah pelaksanaan UP/J SMK/MAK
(Waktu 60 menit)
Tugas 3: Sidang pleno untuk memaparkan hasil diskusi kelompok untuk
mendapatkan masukan kelompok lainnya. (60 menit).

124
Fasilitator mengomentari hasil diskusi (45 menit) dengan sebelumnya
membagikan Bab III.
Mengadakan tanya jawab (15 menit)
Tugas 4: Masing-masing peserta membuat kesimpulannya (30 menit)
Peserta menjawab post test 10 menit.

Penugasan dari bab 4


Menjawab pre test (10 Menit)
Tugas 1: Menugaskan kepada setiap peserta untuk menuliskan:
(a) tugas-tugas kepemimpinan pembelajaran
(b) karakteristik kepemimpinan intrapreneurship
(30 menit)
Tugas 2: Peserta berdikusi kelompok (5-10 orang peserta setiap kelompok)
untuk memadukan tugas 1 (a) sd 1 (b) 30 menit).
Tugas 3: Peserta melaksanakan sidang pleno untuk pemaparan hasil
diskusi kelompok
(45 menit)
Mengomentari hasil diskusi peserta sesuai dengan Bab IV, Bab IV
Dibagikan (30 menit).
Memberi kesempatan tanya jawab (15 menit).
Tugas 4: masing-masing peserta menyimpulkan Bab IV. (15 menit)
Tugas 5: Menguji kreativitas Anda.
Masing-masing peserta menghubungkan titik sekaligus tanpa diangkat
pulpennya dan tidak boleh bergaris double. (5 menit 3 soal)
Tugas 6: Apakah Anda bernaluri kewirausahaan? (10 menit)
Tugas 7: Game (5 menit)
Mengadakan post test (15 menit).

125
TUGAS 5: Menguji Kreativitas Anda
Hubungakan titik-titik tanpa mengangkat pen dengan satu kali lintasan
setiap titik.

A.
. . .

. . .

. . .

B.
. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

C.
. .

. . . .

. . . .

. .

126
TUGAS 6 Apakah Anda Bernaluri Kewirausahaan ?
Isilah angket Hawkins & Turia di bawah ini sejujur mungkin. Pilih :
0 = sangat tidak dapat diterapkan pada diri Anda.
1 = tidak dapat diterapkan
2 = agak tidak dapat diterapkan
3 = ragu-ragu
4 = agak dapat diterapkan
5 = dapat diterapkan
6 = paling dapat diterapkan
KEBEBASAN
No Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
1. Saya melakukan sesuatu dengan cara saya
sendiri
2. Saya suka memberontak terhadap kekuasaan
3.. Saya kadang-kadang keras kepala
4. Saya senang mengambil prakarsa (inisiatif)
5. Saya senang menyendiri
6. Saya tertarik pada posisi kepemimpinan
7. Saya senang tanggung jawab
8. Saya senang mandiri dari pada meminta
bantuan
9. Saya senang diawasi dalam bekerja
10. Kebebasan pribadi penting bagi saya
Jumlah
DISIPLIN DIRI
Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
11. Saya bersifat kokoh
12. Saya tetap menyelesaikan tugas-tugas
walaupun hal meliputi banyak hal.
13. Saya akan bekerja nonstop untuk
menyelesaikan tugas
14. Saat saya tertarik dengan tugas, saya hanya
tidur sedikit
15. Jika sesuatu perlu dikerjakan, saya tetap
mengerjakan walaupun pekerjaan itu tidak
menyenangkan.
16. Konsentrasi saya baik
17. Bila ada sesuatu yang saya inginkan, saya
menyimpan baik-baik hasil akhirnya dalam
ingatan saya.
18. Saya mempertahankan pendapat saya
19. Saya menganalisa kesalahan saya agar dapat
belajar dari kesalahan

127
20. Saya mempunyai dorongan yang kuat untuk
maju.
Jumlah
KREATIVITAS
Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
21. Saya mudah memecahkan berbagai masalah.
22. Saya melihat masalah sebagai suatu
tantangan.
23. Saya mempunyai pendapat yang benar-benar
baru.
24. Saya dapat menyesuaikan diri.
25. Saya ingin tahu sesuatu.
26. Saya mengikuti bisikan hati (intuitif).
27. Saya dapat berpikir tentang kegunaan lain dari
benda-benda biasa.
28. Saya mudah menerima gagasan baru.
29. Saya mempunyai khayalan (imajinasi) yang
baik.
30. Saya mencoba cara-cara baru dalam
melakukan sesuatu
Jumlah
DORONGAN DAN KEINGINAN
Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
31. Jika saya memutuskan untuk berbuat sesuatu,
tidak seorangpun dapat mencegah saya.
32. Bila sesuatu menemui jalan buntu maka saya
akan mencari jalan ke luarnya (tidak menyerah
begitu saja).
33. Saya bersedia bekorban saat ini untuk
mendapat imbalan jangka panjang
34. Saya memiliki keberanian.
35. Saya mememiliki keteguhan hati.
36. Saya penuh niat.
37. Saya kukuh dengan pendirian saya.
38. Saya berpikir positif.
39. Saya memenuhi janji
40. Saya berambisi
MENGHADAPI RISIKO
Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
41. Saya rasa jika saya tidak mengambil risiko,
saya akan terikat pada kebiasaan.
42. Saya senang menemukan hal-hal baru dan
aneh untuk dikerjakan.
43. Saya mempunyai kebutuhan yang tinggi untuk
berpetualang.
44. Saya hidup berani mengambil risiko

128
45. Saya memanfaatkan kesempatan-kesempatan.
46. Saya berani mengambil risiko agar lebih maju
47. Saya mencari kebenaran untuk sesuatu yang
saya percaya.
48. Saya untung-untungan terhadap gagasan yang
baik walaupun tidak meyakinkan.
49. Saya siap gagal demi meluaskan pengalaman
saya.
50. Saya mempelajari sesuatu yang baru walaupun
di luar bidang keahlian saya.
PERCAYA DIRI

Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
51. Kesadaran akan harga diri
52. Saya emosional.
53. Saya merasa terjamin (aman).
54. Saya dapat mengatasi segala sesuatu.
55. Saya merasa seperti seorang pemanang.
56. Saya percaya kepada diri saya sendiri.
57. Tak peduli apa yang terjadi, saya berada di atas
segala-galanya.
58. Saya dapat menerima pujian.
59. Saya dapat menerima tantangan
60. Saya mempunyai daya tahan kerja yang tak terbatas.
Jumlah

129
Tugas 7: Game
Buktikan secara matematis, manakah yang paling penting dalam
berwirausaha atau dalam hidup ini?
Skill
Knowledge
Hard Work
Leadership
Luck
Money
Attitude
Kunci Tugas 5: Uji Kreativitas

A.
. . .

. . .

. . .

B.
. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

130
C.
. .

. . . .

. . . .

. .

Kunci Tugas 6
PENILAIAN EVALUASI DIRI APAKAH ANDA BERNALURI
KEWIRAUSAHAAN?
0 = Kehidupan Anda mudah membosankan, dan mungkin Anda
memang lebih senang hidup yang demikian.
1 – 119 = Anda barangkali baru masih tepat bekerja dengan orang lain
120 – 209 = Anda membutuhkan banyak dorongan untuk bernaluri
kewirausahaan.
210 – 279 = Anda berpotensi untuk mengembangkan naluri
kewirausahaan.
280 – 319 = Anda memiliki banyak hal positif untuk berwirausaha.
320 – 360 = Anda bernaluri kewirausahaan.

131
Kunci Tugas 7 Game

Active ingredient for success

Skill 19+11+9+12+12 = 63 %
Knowledge 11+14+15+23+12+5+4+7+5 = 96 %
Hard Work 8+1+18+4+23+15+18+11 = 98 %
Leadership 12+5+1+4+5+18+19+8+9+16 = 97 %
LUCK 12+21+3+11 = 47 %
MONEY 13+15+14+5+25 = 52 %
Attitude 1+20+20+9+20+21+4+5 = 100 %

Penugasan dari bab 5


Sesuai dengan skenario bimbingan teknis maka diberikan penugasan
sebagai berikut.
Peserta menjawab pre-test tertulis oleh fasilitator.(10 menit)
Tugas 1: Setiap peserta untuk menuliskan:
(a) Konsep pengawasan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar
(b) Konsep pengawasan UP/J SMK/MAK sebagai sumber
pendanaan pendidikan
(c) Konsep pembinaan UP/J SMK/MAK
(waktu: 15 menit)
Tugas 2: Peserta berdikusi kelompok (5-10 orang peserta setiap kelompok)
untuk memadukan tugas 1 (a) sd 1 (c).
(30 menit)
Tugas 3: Melaksanakan sidang pleno untuk pemaparan hasil diskusi
Kelompok (45 menit)
Mengomentari hasil diskusi peserta dan pelatih membagikan Bab V. (10
menit)

132
Memberi kesempatan tanya jawab (5 menit).
Tugas 4: Menugaskan masing-masing peserta menyimpulkan Bab V.
(10 menit)
Tugas 5: Menjawab post test.(10 menit)

Penugasan dari bab 6


Berdasarkan skenario bimbingan teknis maka penugasan kepada
peserta adalah sebagai berikut.
Semua peserta menjawab pre-test tertulis oleh fasilitator.(10 menit)
Tugas 1: Menugaskan kepada peserta untuk menuliskan:
Penerapan konsep pemasaran UP/J SMK/MAK
(waktu: 15 menit)
Tugas 2: Menugaskan peserta berdikusi kelompok (5-10 orang peserta
setiap kelompok) untuk memadukan tugas 1.
(30 menit)
Tugas 3: Melaksanakan sidang pleno untuk pemaparan hasil diskusi
Kelompok (45 menit)
Mengomentari hasil diskusi peserta sesuai dengan Bab VI, Bab VI
dibagikan. (10 menit)
Memberi kesempatan tanya jawab (5 menit).
Tugas 4: Menugaskan masing-masing peserta menyimpulkan materi
Bab VI.
(5 menit)
Tugas 5: Mengevaluasi diri (5 menit)
Menjawab post test.

133
DAFTAR PUSTAKA

Casio, F.C. 2003. Managing Human Resources Productivity, Quality


of Work Life, Profitss. Sixth Edition. Bosto: McGraw-Hill Irwin.

Depdiknas. (2002). Memiliki dan Melaksanakan Kreativitas dan Jiwa


Kewirausahan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama.

Depdiknas. 2004. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.


Buku I. Jakarta: Depdiknas.Depdiknas. 2004.

Dikmenjur. 2007. Pembinaan Unit Produksi. Jakarta: Dikmenjur.

Dressler, G. 2003. Human Resources Management. Nith Edition. New


Jersey: Prentice Hall.

Fattah, N. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, J.H., & Konopaske, R. 2003.


Organizations: Behavior, Structure, Processes. 11th Edition. New
York: McGraw-Hill Irwin.

Gitosudarmo, I. 1983. Prinsip Dasar Manajemen. Yogyakarta: BPFE-


UGM..

Gray, J.L & Starke, F.A. 1991. Organizational Behavior: Concept and
Applications , Fifth Edition. Ohio, Columbus: Merrill Macmillan.

Handoko, T.H. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE UGM.

Hawkins, Kathleen, L., & Turla, Peter, A. (1986). Ujialh Tingkat


Kecerdasan Anda sebagai Seorang Wiraswastawan. Solo:
Dabara Publisher.

Hisrich, Robert, D., & Peters, Michael, P. (2002). Enterpreneurship.


Fifth Edition. New York: McGraw-Hill Irwin.

134
Hitt, M.A., Middlemist, R.D. & Mathis, R.L.1986. Management
Concepts and Effective Practice. New York: West Publishing
Company.

Hoy, W.K. & Miskel, C.G. 2005. Educational Administration Theory,


Research, and Practice. New York: Random House, Inc.

Husaini, Usman. 2007. Manajemen: Teori, Praktik, dan Hasil


Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Jalal, F. & Supriadi, D. 2006. (Editor). Reformasi Pendidikan dalam


Konteks Otonomi Daerah. Edisi Kedua. Jakarta: Adicita.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 232/U/1997/ tentang Penyelenggaran Pendidikan Sistem
Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan Jakarta, 1998.

Lambing, Peggy, A., & Kuehl, Charles, R. (2003). Enterprenuership.


Third Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall.

Lunenburg, F.C. & Ornstein, A.C. 2002 Educational Administration


Concepts and Practice. Third Edition. Belmont, CA: Wadsworth
Thomson Learning.

Manullang, M. 1983. Organisasi dan Management. Edisi Kedua.


Yogyakarta: Liberty.

Matteson, M.T. & Ivancevich, J.M. 1996. Management and


Organization Behavir Classics. Chicago: Irwin.

Overton, Rodney. (2002). Are You An: Enterpreneur? Singapore:


Wharton Books, Pte. Ltd.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005,


tentang Standar Nasional Pendidikan Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia, Jakarta, 2005

Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1990,


Tentang Pendidikan Menengah, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta, 1990

Pinchot III, Gifford. (1988). Intrapreneuring. (Terjemahan Zulkipli


Kasip). Jakarta: Penerbit Erlangga.

135
Sallis, E. 2003. Total Quality Management in Education. London:
Kogan Page Educational Management Series.

Schermerhon 1996. Management. New York: John Wiley & Sons.

Siregar, A.B & Samadhi, T.A. 1997. Manajemen. Bandung: ITB.

Stoner, J.A.F & Freeman, R.E. 2000. Management. New Jersey:


Prentice-Hall International Editions.

Sukiswa, I. 1986. Dasar-dasar Umum Manajemen Pendidikan.


Bandung: Tarsito.

Terry, G.R. 1960. The Principles of Management, Third Edition.


Homewood Illinois: Richard Irwin.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Momor 20 tahun 2003.


Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Jakarta,
2003

Usman. 2005. Kemitraan Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat. Jurnal


Pendidikan dan Kebudayaan. Januari. Tahun ke-11, No. 052, h.
144-155.

136

Anda mungkin juga menyukai