Modul 9
Modul 9
Sesi 9
Etik dan Hukum dalam
Praktek Pelayanan
Kesehatan
www.esaunggul.ac.id
Materi Pembahasan
1. Pemahaman tentang Etika Pelayanan
2. Etika Pelayanan Kesehatan tentang
a.Reproduksi.
b Aborsi
c. Ketentuan Mati.
d. Euthanasia.
e. Transplantasi.
f. Bedah Mayat.
g. Visum Et Repertum (VER).
h. Penelitian Biomedis
www.esaunggul.ac.id
ETIK,MORAL DAN HUKUM
Etik, Moral, dan hukum, pada dasarnya mempunyai tugas
dan kewenangan untuk memanusiakan manusia, untuk
memperadab manusia.
Manusia yang beradab adalah mereka yang berada dalam
kebebasan berfikir, manusia yang berada dalam kebebasan
untuk saling mencintai, saling menghormati, manusia yang
memiliki keakhlakan, kemartabatan, manusia yang tunduk pada
hukum keberadaban, manusia yang beragama dalam
keberadaban
Hukum dibuat atas dasar, asas budaya, atas peradaban
individu, atau sekelompok orang, atau sekelompok
masyarakat tertentu sehingga hukum adalah budaya,
hukum adalah peradaban manusia.
www.esaunggul.ac.id
ETIK,MORAL DAN HUKUM
Benturan etik, benturan moral,katena ada
benturan peradaban, ada benturan nilai, ada benturan
norma dalam pengertiannya, dan tidak jarang ada
benturan keyakinan pada individu masing-masing atau
sekelompok orang.
Budaya dalam ikhwal kesisteman dengan sub-
subsistemnya ialah sistem pengetahuan, sistem
organisasi sosial, sistem ekonomi, sistem teknologi,
sistem kesenian, sistem bahasa, dan sistem religi..
Benturan etik dan moral di dalam bidang kesehatan
cukup luas, berkembang mulai dari advokasi bahwa
kesehatan adalah hak dan kebutuhan dasar manusia,
www.esaunggul.ac.id
Pemahaman Etik dan Hukum
• Permasalahan Etik dalam praktek Kesehatan perlu dipahami
sebagai alat atau pengaturan untuk membantu menciptakan
dan memelihara budaya integritas berwujud Etik yang benar,
baik dan bermanfaat sesuai aturan yang berlaku agar dapat
menertibkan tata kehidupan masyarakat
• Etik menjadi satu perangkat aturan yang secara jelas dan
ringkas menguraikan jenis perilaku yang sebaiknya ada di
tempat kerja.
• Pemahaman Etik dan Hukum sangat membantu
menciptakan bekerja dengan baik,benar serta bermanfaat
demi memelihara budaya integritas, serta dapat
menjabarkan bentuk-bentuk perilaku yang ada di tempat
kerja secara jelas dan ringkas.
www.esaunggul.ac.id
Tujuan Etik dalam pelayanan kesehatan
1. Terlaksananya pembinaan etika secara baik,benar dn
tepat bagi seluruh stakeholder di Rumah Sakit
2. Terciptanya dan terpeliharanya budaya integritas
berwujud Etik yang benar,dan bermanfaat serta
perilaku yang baik di tempat kerja dilingkungan RS
3. Terwujudnya kordinasi kerja yang menciptakan
lingkungan yang positif bagi semua pegawai RS
dengan budaya yang mengoptimalkan pelayanan,
perawatan, kepuasan dan keselamatan pasien.
4. Terwujudnya persepsi semua karyawan tentang
standar perilaku demi menciptakan lingkungan
kerja yang baik,aman dan tertib.
www.esaunggul.ac.id
MANFAAT ETIK DALAM PELAYANAN KESEHATAN
1.Menegakkan dan meningkatkan kesadaran Etik
bagi seluruh pegawai dalam upaya mencegah
meminimilasi terjadinya masalah di RS
2.Mencegah terjadinya konflik internal dan
eksternal dilingkungan RS
3.Melindungi seluruh karyawan Rumah Sakit
terhadap permasalahaan yang berpotensi
menjadi masalah etik ,hukum.
4.Menciptakan kerja yang harmonis sesuai
budaya Etik ,Hukum di Rumah Sakit
www.esaunggul.ac.id
Etika pelayanan kesehatan
Etika pelayanan kesehatan adalah suatu pemahaman
akan asas norma dan nilai yang berlaku di masyarakat
dalam tindakan medis pemberian obat-obatan dan jasa
kepada masyarakat oleh pemerintah dalam rangka
tanggung jawabnya kepada publik, baik diberikan
secara langsung maupun melalui kemitraan dengan
swasta masyarakat, berdasarkan jenis dan intensitas
kebutuhan masyarakat, kemampuan masyarakat
Bioetika Medis adalah studi interdisipliner tentang
masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan
biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan
masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang,
tetapi juga memperhitungkan timbulnya masalah pada
masa yang akan datang.
www.esaunggul.ac.id
Etika Pelayanan Kesehatan
1. Dalam arti yang sempit adalah suatu tindakan pemberian
obat-obatan dan jasa kepada masyarakat oleh pemerintah
dalam rangka tanggung jawabnya kepada publik, baik
diberikan secara langsung maupun melalui kemitraan dengan
swasta masyarakat, berdasarkan jenis dan intensitas
kebutuhan masyarakat, kemampuan masyarakat dengan
Tujuan memenuhi apa yang dijanjikan atau apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Dalam arti yang luas, konsep pelayanan kesehatan
(health service) identik dengan memberikan pelayanan
jasa demi kepentingan masyarakat luas. lebih dititik
beratkan kepada bagaimana elemen-elemen pelayan
kesehatan
www.esaunggul.ac.id
Pentingnya Etika Pelayanan Kesehatan
1. Memisahkan dikotomi antara Administrasi dan Politik (administrator
www.esaunggul.ac.id
Permasalahan Etika Pelayanan
www.esaunggul.ac.id
Permasalahan Etika Pelayanan
www.esaunggul.ac.id
Etik ,Hukum dalam Praktek Kesehatan
REPRODUKSI :
1. Fertilisasi in vitro atau Tehnologi
Reproduksi Buatan (TRB) Bayi Tabung
2. Keluarga Berencana (Program KB ) .
3. Pinjam rahim (perkembangan baru , belum
ada dasar hukumnya )
www.esaunggul.ac.id
1. REPRODUKSI
1. Kesehatan Reproduksi : keadaan sehat secara fisik dan
sosial secara utuh tidak semata mata bebas dari
penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem
fungsi dan proses reproduksi pada laki laki dan
perempuan.
2. Reproduksi adalah kondisi dapat berkembang dan
terjadinya kelahiran
3. Hak hak Reproduksi adalah merupakan Hak azasi
manusia untuk hidup dan berkembang yg meliputi :
a. Menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan
seksual yg aman serta bebasa dari paksaan danatau
kekerasan dengan pasangan yg sah .
www.esaunggul.ac.id
REPRODUKSI
b. Menentukan kehidupan reproduksinya dan
bebas.dari diskriminasi,paksaaan dan/atau
kekerasan
c. Menghormati nilai luhur yg tidak merendahkan
martabat manusia sesuai norma agama.
d. Menentukan sendiri kapan dan berapa sering
berproduksi sehat secara medis.
e. Memperoleh indormasi ,Edukasi dan konseling.
mengenasi kesehatan reproduksi
www.esaunggul.ac.id
Hak –Hak Reproduksi
Hak Reproduksi adalah Hak azasi manusia :
a. Menjalani kehidupan reproduksi dan seksual yang sehat
,aman serta bebas dari paksaaan dan /atau kekerasan
pasangan yang sah.
b. Menentukan kehidupan reproduksi dan bebas dr diskriminasi
,paksaan dan/atau kekerasan yag menghormati nilai nilai
luhur yg tidak merendahkan manusia sesuai norma agama
c. Menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin
berproduksi sehat secara medis serta tidak bertentangan
dengan norma agama ,
d. Memperoleh informasi ,edukasi, dan konseling mengenai
Kesehatan reproduksi yg benar dab dapat dipertangggung
jawabkan
www.esaunggul.ac.id
Hak Reproduksi
Hak asasi di dalam kesehatan reproduksi merupakan
bagian dari asas kemanusiaan (humanisme) yang
senantiasa berkembang dinamis pada nilai, norma,
keyakinan, pengertiannya yang dipengaruhi
a. kemajuan ilmu pengetahuan,
b. cara pandang dan cara fikir yang senantiasa lebih
dinamis, lebih maju;
c. kondisi sosial dan budaya masyarakat yang terus
berubah berkembang.
d. pola dan sistem ekonomi, perdagangan dengan sifat-
sifat komersialnya yang tidak hanya terbatas lokal
spesifik dimensi regional dan global.
www.esaunggul.ac.id
REPRODUKSI
www.esaunggul.ac.id
REPRODUKSI
Pengecualiannya diatur pasal 75(2 ) UU 36 Th 2009
berdasarkan :
a. indikasi kegawat daruratan medis yg dideteksi.
sejak usia dini baik yg mengancam nyawa ibu.
dan atau janin .
b. kehamilan akibat perkosaan dpt mengakibatkan.
trauma psikologis.
. Syaratnya (UU 36 th 2009 ps76 ) :
1.dilakukan sebelum berumur 6 minggu (haid akhir)
2. oleh tenaga kesehatan yg berkompeten.
3. persetujuan ibu hamil dan suami kecauli perkosaan
4. sarana kesehatan yg ditetapkan.
. Sanksi : kurungan 10 th dan denda 1 Milyar
www.esaunggul.ac.id
Pelayanan Teknologi Buatan Reproduksi
(Kepmenkes 72 /1999 )
1. TBR hanya dapat dilakukan dengan sel telur dan sperma
suami- isteri yang bersangkutan.
2. Embrio yang dapat dipindahkan satu waktu ke dalam rahim
isteri tidak lebih dari tiga boleh dipindahkan empat embrio
pada keadaan rumah sakit memiliki 3 tingkat perawatan
intensif bayi baru lahir.
3. Dilarang Surogasi dalam bentuk apapun
4. Dilarang jual beli embrio, ova dan spermatozoa
5. Dilarang menghasilkan embrio manusia hanya utk penelitian
6. Sel telur manusia yang dibuahi dengan spermatozoa
manusia tidak boleh dibiak in-vitro lebih dari 14 hari (tidak
termasuk hari-hari penyimpanan dalam suhu yang sangat
rendah/ simpan beku).
www.esaunggul.ac.id
Etik dan moral dalam pelaksanaan
Etik dan moral dalam praktek menjadi hal yg penting
mengingat tanggung jawab dokter harus memastikan
pasangan itu suami dan istri.
Harus menjaga identitas dan kerahasian pada proses
pelaksanaan sampai sepanjang masa .
Sangat memerlukan ketekunan dan ketaatan pasangan
dalam prosesmya
Menjaga selalu hubungan baik antara dokter dengan
pasangan suami istri terutama selama dalam pelayanan
atau proses reproduksi
www.esaunggul.ac.id
2. ABORTUS
Abortus : Keluarnya atau dikeluarkannya hasil
konsepsi dari kandungan ibunya sebelum
waktunya .
Abortus pada kenyataanya ada 2 macam :
1, Abortus Spontan : mekanisme alamiah keluarnya .
hasil konsepsi abnormal ( keguguran ).
2. Abortus Buatan (terminasi kehamilan) ada 2 yaitu
a. Abortus provokatus therapeuticus (aborsi legal ).
b. Abortus provokatus criminalis ( abortus ilegal )
www.esaunggul.ac.id
Abortus spontan
1. Abortus Imminens (theareted aborsion) adanya
gejala gejala yang mengancam akan terjadi aborsi
dan biasanya kehamilan dapat diselamatkan .tapi
Abortus Incipiens ada gejala namun kehamilan tifak
dapat dipertahankan
2. Abortus Incompletus : pengeluaran sebagian buah
kehamilan dan siasa masih berada di rahim
3. Abortus Completus adalah pengeluaran seluruhnya.
buah kehamilan .
4. Missed Abortion: hasil pembuahan telah mati jadi
harus dikeluarkan
www.esaunggul.ac.id
PELAKSAAN ABORTUS
Abortus Buatan ( terminasi kehamilan ) ada 2 yaitu :
a. Abortus provokatus therapeuticus (aborsi
legal ) dilakukan dokter yg berkompeten
berdasarkan indikasi medis dan dengan
persetujuan ibu yg hamil dan atau suami
Syaratnya UU 36/2009 ps 75(1) ;
1. hanya dilakukan pd Tindakan teraupetik atau
indikasi medis
2. disetujui 2(dua ) dokter yg berkompeten
dibidangnya
3. disetujui ibu hamil dan atau suaminya
4. dilakukan disarana Kesehatan tertentu .
www.esaunggul.ac.id
PELAKSAAN ABORTUS
b. Abortus provokatus criminalis
( abortus ilegal ) yang dilakukan oleh
tenaga medis atau orang lain yg tidak
kompeten dan cara cara diluar medis
(pijat,jamu,ramuan dll ).Pengguguran
kandungan ini sangat membahayakan
ibu/wanita yang mengandung.
. Ancaman pidana .Ps 346,347,348,349
KUHP
www.esaunggul.ac.id
Resiko pelaksanaan Aborsi
www.esaunggul.ac.id
Kehamilan akibat perkosaan (incest )
1. Elective Abortion adalah aborsi
sukarela atau pengahiran kehamilan
krn alasan tertentu.
2. Eugenic abortion alalah pengguguran
kandungan karena janini yang cacat.
Aspek moral sering juga menjadi dasar
pertimbangan dalam kondisi ini dan
petimbangan Etik dan Hukum
www.esaunggul.ac.id
3.Ketentuan Mati
Tanatologi : salah satu cabang ilmu kedokteran
forensik yg mempelajari kematian dan perubahan
setelah kematian.
Konsep mati ( PP 18 th 1988 )
a. Mati sbg berhentinya darah mengalir .
b. Mati sbg saat terlepasnya nyawa dari tubuh.
c. Hilangnya kemampuan tubuh secara
permanen.
d. Hilangnya kesadaran manusia secara
permanen
www.esaunggul.ac.id
3.Ketentuan Mati
. 1. Mati Somatis.adalah mati klinis akibat
terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan
(Susunan syaraf atau otak,jantung dan
pembuluh darah dan sistem pernafasan
www.esaunggul.ac.id
3.Ketentuan Mati
3.Mati Seluler adalah kematian organ atau
jaringan tubuh beberapa saat setelah kematian
somatis Pada kondisi ini kematian setiap organ tdk
bersamaan
4. Mati Serebral adalah kerusakan menetap bagian
kanan dan kiri otak dimana kedua sistem penunjang
kehidupan masih berfungsi.
5. Mati Batang Otak (MBO ) : adalah terjadi
kerusakan pada batang otak serebelum maka
secara keseluruhan tidak berfungsi dan tidak bisa
hidup lagi
www.esaunggul.ac.id
Ketentuan Mati
1. Ketentuan Ps 117 UU no 36 th 2009 Tentang
Kesehatan “ seseorang dikatakan mati
apabila fungsi sistem jantung ,sirkulasi dan
system pernafasan terbukti telah berhenti
secara permanen atau apabila kematian
batang otak telah dibuktikan
2. Dalam prakteknya prinsip MBO ( Mati
Batang Otak ) sebagai dasar untuk
menentukan seseorang apakah sudah mati
atau belum
www.esaunggul.ac.id
4.EUTHANASIA
1. Euthanasia (Yunani)- Euthanathos
2. Euthanasia : mati tanpa menderita /mati
cepat tanpa derita .
3. Euthanasia : dengan sengaja tidak
melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seorang pasien
atau sengaja melakukan sesuatu
memperpendek hidup pasien dan ini
dilakukan utk kepentingan pasien sendiri
(Amir dan Hanafiah )
www.esaunggul.ac.id
Jenis- jenis Euthanasia
1 Euthanasia Passif : Perbuatan menghentikan atau mencabut
segala tindakan atau pengobatan yg perlu utk mempertahankan
hidup manusia.
2. Euthanasia Aktif : Perbuatan yg dilakukan scara medis
melalui intervensi aktif oleh dokter atau perawat dengan tujuan
utk mengakhiri hidup pasien .
a.Eutanasia aktif langsung :tindakan medis terarah.
utk mengakhiri hidup pasien ( mercy killing ).
b.Eutanasia aktif tdk langsung : tindakan medis
meringankan penderitaan pasien (obat penenang dll )
www.esaunggul.ac.id
Bentuk Pelaksanaan Euthanasia
1. Euthanasia sukarela (Voluntary euthanasia).pasien
meminta, memberi ijin /persetujuan untuk menghentikan
atau meniadakan perawatan yang memperpanjang hidup.
2. Euthanasia terpaksa (Invulunturv eulfzunusiu)
membiarkan pasien mati tanpa sepengetahuan si pasien
sebelumnya dengan cara menghentikan atau meniadakan
perawatan yang memperpanjang hidup,
3. Mercy killing sukarela ( Valontary killing)
sepengetahuan danpersetujuan pasien diambil tindakan
yang menyebabkan kematian.
4. Mercy Killing terpaksa (Involunlari A1ercv Killing)
Tindakan sengaja di ambil tanpa sepengetahuan si pasien
untuk mempercepat kematian.
www.esaunggul.ac.id
Faktor Penyebab Euthanasia
Rasa sakit yang tidak tertahankan
Manusia memiliki hak untuk mati
secara bermartabat
Ketidakmampuan dalam pembiayaan
pengobatan.
Keadaan seseorang yang tidak berbeda
dengan orang mati
www.esaunggul.ac.id
Alasan-alasan Euthanasia
1. Rasa kasihan (mercy killing)
2. Faktor ekonomi
3. Faktor sosial
4. Pasien siap mati wajar
5. Mati batang otak (MBO)
6. Pasien menolak semua tindakan medis
7. Tindakan medis tidak menolong lagi
8. Setuju asal dilakukan dinegara yang
melegalkan Euthanasia.
www.esaunggul.ac.id
Euthanasia sesuai permintaan
www.esaunggul.ac.id
Aspek Etik , Moral dan Hukum Euthanasia
1. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang mempunyai
Hak Azasi dalam kehidupannya sehingga hak hidup
berada di tangan Tuhan Maha Pencipta
2. Penentuan hidup dan mati tidak ditangan manusia
namun sisi lainnya hak pasien untuk menentukan
nasib sendiri.
3. Nilai insani manusia dan fitrah manusia utk tetap
berjuang mempertahankan hidupnya dan menghadapi
tantangan dan penderitaan.
4. Aspek kehidupan manusia tidak bisa dinilai secara
individual krn baik hidup dan mati berkaitan dengan
orang lain sebagai mahluk hidup dan mahluk social
5. Pilihan Euthanasia harus dipertimbangkan dari
aspek etik,Moral ,Hukum dan aspek agama,budaya
,social dan aspek Kesehatan
www.esaunggul.ac.id
5. Transplantasi Organ
1. Transplantasi : Tindakan medis utk memindahkan organ dan
atau jaringan tubuh manusia kepada tubuh manusia lain atau
tubuhnya sendiri.
2. Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk
pemindahan alat dan atau jaringan tubuh manusia yang
berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang lain dalam rangka
pengobatan untuk menggantikan alat dan atau jaringan tubuh
yang tidak berfungsi dengan baik;
3. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan
tubuh yang dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai
bentuk serta fa’al (fungsi tertentu untuk tubuh tersebut);
4. Jaringan adalah kumpulan sel sel yang mempunyai bentuk
dan fa,al atau fungsi yang sama dan tertentu
www.esaunggul.ac.id
Jenis Transplantasi organ
1. Autograf : pemindahan organ jaringan atau organ dari
satu tempat ke tempat lain dalam tubuh sendiri (dari
pantat ke pipi dll).
2. Allograf : pemindahan jaringan atau organ dari tubuh yg
lain yg sama spesiesnya yakni antara manusia dgn
manusia (ginjal,mata hati dll ).
3. Isograf : pemindahan organ dari satu tubuh ke tubuh yg
lain yg identik .
4. Xenograf : pemindahan dari satu tubuh ke tubuh yg lain
yg tdk sama spesiesnya (manusia dgn binatang
www.esaunggul.ac.id
Pelaksanaan Transplantasi
1. Pertimbanganya : Pertimbangan medis dan juga harus
dipertimbangkan dari segi non medis yakni agama
,kepercayaan, hukum ,etik dll Dasar Hukum (PP 18 th 1981 ttg
Bedah mayat klinis , bedah mayat anatomis dan transpalntasi alat
dan jaringan tubuh manusia )
2. Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia dilakukan
hanya boleh dilakukan oleh dokter yang bekerja rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. tidak boleh dilakukan dokter
yang merawat atau mengobati donot yang bersangkutan .
3. Transplantasi penentuan saat mati ditentukan oleh 2 (dua) orang
dokter yang tidak sangkut paut medik dengan dokter yang
4. melakukan transplantasi
. www.esaunggul.ac.id
PelaksanaanTransplantasi
1. Persetujuan tertulis dibuat diatas bermaterai dengan 2 (dua) orang
saksi.
2. Pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan
transplantasi atau Bank Mata dari korban kecelakaan yang
meninggal dunia, harus persetujuan tertulis keluarga yang terdekat.
3. Sebelum persetujuan diberikan oleh calon donor hidup, calon donor
yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang
merawatnya dan dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat-
akibatnya, dan kemungkinan yang dapat terjadi.
4. Dokter dimaksud harus yakin benar, bahwa donor yang
bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan
tersbeut. www.esaunggul.ac.id
Pelaksanaan Transpalantasi
www.esaunggul.ac.id
Bedah Mayat
www.esaunggul.ac.id
Bedah Mayat
www.esaunggul.ac.id
7.VISUM ET REPERTUM
VISUM ET REPERTUM (VER)
Visual : Melihat .
Reperta : Melaporkan
VER : Menerangkan, menjelaskan, mengungkapkan
VER : Suatu keterangan dokter tentang apa yang
dilihat, ditentukan dalam melakukan
pemeriksaan terhadap orang atau mayat
Surat keterangan dokter yang membuat
kesimpulan pemeriksaan yg telah dilakukan
www.esaunggul.ac.id
UNSUR UNSUR VER
1. Laporan tertulis
2. Dibuat oleh dokter (STR/SIP)
3. Permintaan yang berwajib
4. Obyek yang dilihat, diperiksa berdasarkan
keilmuan atau keahlian
5. Dilaksanakan berdasarkan sumpah
6. Untuk kepentingan hukum (pro justitita)
www.esaunggul.ac.id
Pemahaman tentang Autopsi
1. Autopsi I pemeriksaan postmotem atau necropsy tubuh
orang yang sudah meninggal atau mayat untu memastkan
penyebab kematian atau menemukan penyakit yang diderita
oleh dr forensik
2. Autopsi adalah prosedur untuk mengetahui sebab,
cara,kapan,dimana dan bagaimaana seseorang meninggal
dunia
3. Autopsi dilakukan utk mengetahui penyebab :
a. kematian secara mendadak,
b, kematian yang dilakukan manusia ,
c. Kematian karena korban bunuh diri
d. Kematian karena penyakit menular ,
e. Kematian yang terjadi di sel tahanan,
d. Kematian tanpa penyebab yang jelas
www.esaunggul.ac.id
Autopsi
www.esaunggul.ac.id
VER SEBAGAI ALAT BUKTI
Alat bukti yang sah adalah (KUHAP 184) :
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
VER dijadikan sebagai alat bukti keterangan ahli
Sebagai hasil pemeriksaan dokter/ahli lain diminta
menyampaikan suatu KETERANGAN AHLI kepada
Penyidik sesuai KUHAP pasal 133 ayat (1).
www.esaunggul.ac.id
Keterangan ahli VS Surat Keterangan ahli
www.esaunggul.ac.id
Keterangan ahli VS Surat Keterangan ahli
1. Keterangan Ahli dalam KUHAP pasal 133 ayat(l) dapat
dikatakan sudah jelas harus dalam bentuk tertulis,
karena ini antara lain dipakai untuk:melihat kejahatan
atau tidak;
2. Bila terjadi kematian itu baik kematian alamiah atau karena
suatu tindak pidana, maka Penyidik harus memberi tahukan
hal itu (secara tertulis) kepada Penuntut Umum sesuai
KUHAP pasal 109 ayat (2).melakukan penahanan
terhadap terdakwa
3. Bila diduga seseorang pelaku tindak pidana akan ditahan
demi proses penyidikan maka tidak mungkin penahanan
itu dilakukan berdasarkan pemberitahuan lisan dari
dokter harus ada dasar secara tertulis.Dengan demikian
istilah "keterangan ahli” pada KUHAP pasal 133 ayat (1)
tidak sinkron dengan KUHAP pasal 179 dan pasal 186.
www.esaunggul.ac.id
PENJELASAN KETERANGAN AHLI
1. "Visum et Repertum1' merupakan keterangan tertulis yang
dibuat oleh dokter atau apa dilihat ditemukan dalam proses
pemeriksaan
2. Kewajiban menyimpan rahasia pekerjaan yang ditentukan
oleh Ps 322 KUHP: (1)dengan sengaja membuka rahasia yang
la wajib menyimpannya karena jabatan atau pekerjaannya,
baik yang sekarang maupun yang dahulu, dipidana dengan
pidana penjara dan Ps 322 (2) Jika kejahatan Itu dilakukan
terhadap seseorang tertentu, maka perbuatan Itu hanya
dituntut atas pengaduan orang itu.Jadi Dokter yang
melakukan Visum tdk dapat dituntut walaupun membuat
atau menulis VER atas sesuatu kejadian
www.esaunggul.ac.id
Isi Visum et Repentum
I Pro Justitia Visum et Repertum
II.Pendahuluan
a. memuat keterangan tentang: identitas:
yang meminta pemeriksaan dan yang
melakukan pemeriksaan serta identitas
yang diperiksa (nama, umur, jenis
kelamin, alamat pekerjaan)
b. jenis pemeriksaan yang dilakukan
sesuai yang diatur dalam KUHAP pasal
133 serta keterangan-keterangan lainnya
www.esaunggul.ac.id
ISI VISUM ET REPERTUM
III Pemberitaan
Hal-hal yang ditemukan baru objektif sesuai fakta
dan Kondisi objek secara jelas (luka, jenis luka,
kekerasan, luka tembak atau pukulan dan lain-lain
IV Kesimpulan
Kesimpulan penyebab utama atas suatu
kejadian atau peristiwa yang terjadi, pendapat
dokter/ahli sesuai KUHAP Pasal 120 (1)
V. Sumpah /Jannji
Dibuat atas sumpah (sesuai KUHAP pasal 120
ayat (2)) .Pencantuman kata-kata PRO JUSTITIA
adalah untuk mendapat pembebasan bea meterai.
www.esaunggul.ac.id
VER DIBUAT DIATAS SUMPAH
1. Kedudukan ahli/dokter dalam KUHAP sama dengan Saksi (
KUHAP pasal 179) : Setiap orang yang diminta
pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan
ahli demikian demi keadilan.Sumpah saksi ahli berlaku juga
bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, menurut
pengetahuan dalam bidang keahliannya.
2. Dokter harus datang di sidang pengadilan sebagai Saksi
wajib di sumpah sedangkan dokter membuat Visum et
Repertum atas sumpah dan karenanya ia tidak perlu lagi
hadir di sidang pengadilan kecuali ada yang belum/kurang
jelas maka dapat di panggil ke sidang pengadilan untuk
memberi keterangan lebih lanjut.
www.esaunggul.ac.id
SUMPAH UNTUK MENANDATANGANI
VISUM ET REPERTUM
Jenis dan lafal sumpah sudah tentu harus disesuaikan
dengan keperluan dan tujuannya.
1,Sumpah asertoris untuk: menjadi saksi dan ahli.
Jika sumpah ini dilanggar (sengaja memberi
keterangan palsu) akan dikenakan sanksi pidana
menurut pasal 242 KUHP.
2,Sumpah Promisoris untuk menerima suatu
pekerjaan (dokter,dokter gigi, apoteker, bidan,
perawat, memangku suatu jabatan (ambil); menjadi
warga negara melalui naturalisasi.
www.esaunggul.ac.id
SUMPAH DALAM JABATAN
1. Sumpah ini bersifat etik dan pelanggaran terhadap
ini baru dikenakan sanksi pidana, misalnya seorang
dokter membuka rahasia dan diadukan oleh
pasiennya pasal 322 KUHP.
2. Sumpah apakah yang seharusnya dipakai untuk
menandatangani suatu Visum et Repertum dalam KUHAP
ps 120(2) seorang ahli/dokter harus mengangkat sumpah
di muka penyidik dan berarti satu sumpah untuk satu
pemeriksaan.
3 Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu
pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang
dltuangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan
mengingat sumpah di waktu la menerima jabatan atau
pekerjaan.
www.esaunggul.ac.id
Sisi Etik dan moral Sumpah
1. Surat dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan
sumpah maka surat keterangan dari seorang ahli yang
memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
suatu hal atau suatu keadaan yang diminta secara resmi
dari padanya;
2. Perlu dipikirkan untuk membuat suatu aturan tentang
sumpah khusus bagi ahli/dokter yang diucapkan cukup
sekali saja untuk seumur hidup dan berlaku
3. Jadi sumpah/janji bahwa keterangan-keterangan tertu-
lis tentang pendapat sebagal ahli /dokter dapat
dipergunakan untuk dipakai dalam hukum sebagal alat
bukti yang sah,
4. www.esaunggul.ac.id
8. Penelitian Biomedis
www.esaunggul.ac.id
Syarat Etik dan Hukum penelitian Biomedis
I.Kriteria kepatutan ;
II Kriteria Persetujuan.
Penelitian harus ada persetujuan (Informed
Consent) dengan penjelasan yg cukup dan
informasi yang benar dan pemahanan mengenai
resiko dan manfaat penelitian
www.esaunggul.ac.id
e-mail : fresleyhutapea@yahoo.com
Hp : 081317565641 / 081381399700
65
www.esaunggul.ac.id