Anda di halaman 1dari 65

HUKUM KESEHATAN

R.FRESLEY HUTAPEA SH MH MARS

Sesi 9
Etik dan Hukum dalam
Praktek Pelayanan
Kesehatan

www.esaunggul.ac.id
Materi Pembahasan
1. Pemahaman tentang Etika Pelayanan
2. Etika Pelayanan Kesehatan tentang
a.Reproduksi.
b Aborsi
c. Ketentuan Mati.
d. Euthanasia.
e. Transplantasi.
f. Bedah Mayat.
g. Visum Et Repertum (VER).
h. Penelitian Biomedis

www.esaunggul.ac.id
ETIK,MORAL DAN HUKUM
Etik, Moral, dan hukum, pada dasarnya mempunyai tugas
dan kewenangan untuk memanusiakan manusia, untuk
memperadab manusia.
Manusia yang beradab adalah mereka yang berada dalam
kebebasan berfikir, manusia yang berada dalam kebebasan
untuk saling mencintai, saling menghormati, manusia yang
memiliki keakhlakan, kemartabatan, manusia yang tunduk pada
hukum keberadaban, manusia yang beragama dalam
keberadaban
Hukum dibuat atas dasar, asas budaya, atas peradaban
individu, atau sekelompok orang, atau sekelompok
masyarakat tertentu sehingga hukum adalah budaya,
hukum adalah peradaban manusia.
www.esaunggul.ac.id
ETIK,MORAL DAN HUKUM
 Benturan etik, benturan moral,katena ada
benturan peradaban, ada benturan nilai, ada benturan
norma dalam pengertiannya, dan tidak jarang ada
benturan keyakinan pada individu masing-masing atau
sekelompok orang.
 Budaya dalam ikhwal kesisteman dengan sub-
subsistemnya ialah sistem pengetahuan, sistem
organisasi sosial, sistem ekonomi, sistem teknologi,
sistem kesenian, sistem bahasa, dan sistem religi..
 Benturan etik dan moral di dalam bidang kesehatan
cukup luas, berkembang mulai dari advokasi bahwa
kesehatan adalah hak dan kebutuhan dasar manusia,

www.esaunggul.ac.id
Pemahaman Etik dan Hukum
• Permasalahan Etik dalam praktek Kesehatan perlu dipahami
sebagai alat atau pengaturan untuk membantu menciptakan
dan memelihara budaya integritas berwujud Etik yang benar,
baik dan bermanfaat sesuai aturan yang berlaku agar dapat
menertibkan tata kehidupan masyarakat
• Etik menjadi satu perangkat aturan yang secara jelas dan
ringkas menguraikan jenis perilaku yang sebaiknya ada di
tempat kerja.
• Pemahaman Etik dan Hukum sangat membantu
menciptakan bekerja dengan baik,benar serta bermanfaat
demi memelihara budaya integritas, serta dapat
menjabarkan bentuk-bentuk perilaku yang ada di tempat
kerja secara jelas dan ringkas.
www.esaunggul.ac.id
Tujuan Etik dalam pelayanan kesehatan
1. Terlaksananya pembinaan etika secara baik,benar dn
tepat bagi seluruh stakeholder di Rumah Sakit
2. Terciptanya dan terpeliharanya budaya integritas
berwujud Etik yang benar,dan bermanfaat serta
perilaku yang baik di tempat kerja dilingkungan RS
3. Terwujudnya kordinasi kerja yang menciptakan
lingkungan yang positif bagi semua pegawai RS
dengan budaya yang mengoptimalkan pelayanan,
perawatan, kepuasan dan keselamatan pasien.
4. Terwujudnya persepsi semua karyawan tentang
standar perilaku demi menciptakan lingkungan
kerja yang baik,aman dan tertib.
www.esaunggul.ac.id
MANFAAT ETIK DALAM PELAYANAN KESEHATAN
1.Menegakkan dan meningkatkan kesadaran Etik
bagi seluruh pegawai dalam upaya mencegah
meminimilasi terjadinya masalah di RS
2.Mencegah terjadinya konflik internal dan
eksternal dilingkungan RS
3.Melindungi seluruh karyawan Rumah Sakit
terhadap permasalahaan yang berpotensi
menjadi masalah etik ,hukum.
4.Menciptakan kerja yang harmonis sesuai
budaya Etik ,Hukum di Rumah Sakit

www.esaunggul.ac.id
Etika pelayanan kesehatan
 Etika pelayanan kesehatan adalah suatu pemahaman
akan asas norma dan nilai yang berlaku di masyarakat
dalam tindakan medis pemberian obat-obatan dan jasa
kepada masyarakat oleh pemerintah dalam rangka
tanggung jawabnya kepada publik, baik diberikan
secara langsung maupun melalui kemitraan dengan
swasta masyarakat, berdasarkan jenis dan intensitas
kebutuhan masyarakat, kemampuan masyarakat
 Bioetika Medis adalah studi interdisipliner tentang
masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan
biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan
masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang,
tetapi juga memperhitungkan timbulnya masalah pada
masa yang akan datang.
www.esaunggul.ac.id
Etika Pelayanan Kesehatan
1. Dalam arti yang sempit adalah suatu tindakan pemberian
obat-obatan dan jasa kepada masyarakat oleh pemerintah
dalam rangka tanggung jawabnya kepada publik, baik
diberikan secara langsung maupun melalui kemitraan dengan
swasta masyarakat, berdasarkan jenis dan intensitas
kebutuhan masyarakat, kemampuan masyarakat dengan
Tujuan memenuhi apa yang dijanjikan atau apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Dalam arti yang luas, konsep pelayanan kesehatan
(health service) identik dengan memberikan pelayanan
jasa demi kepentingan masyarakat luas. lebih dititik
beratkan kepada bagaimana elemen-elemen pelayan
kesehatan

www.esaunggul.ac.id
Pentingnya Etika Pelayanan Kesehatan
1. Memisahkan dikotomi antara Administrasi dan Politik (administrator

pelayanan harus sungguh-sungguh netral, bebas dari pengaruh politik) .


khususnya etika para tim medis dibidang pelayanan kesehatan.
2. Keberhasilan seorang administrator/ tim medis pelayanan

kesehatan tidak semata didasarkan pada pencapaian kriteria


efisiensi, ekonomi, dan prinsip- administrasi lainnya, tetapi juga
kriteria moralitas, khususnya kontribusinya terhadap public interest atau
kepentingan umum (Henry, 1995).
3. Pelayanan kesehatan harus diberikan karena adanya public interest

atau kepentingan masyarakat yang harus dipenuhi oleh pemerintah


dibidang pelayanan kesehatan, yang memiliki “tanggung jawab” atau
responsibility. secara profesional.

www.esaunggul.ac.id
Permasalahan Etika Pelayanan

1. Masalah Etika Biomedis disatu sisi dan Bioetika


dalam praktek pelayanan dimana manusia sebagai
entitas spiritual yang utuh memiliki nilai tapi secara
umum ada pandangan Realitas material yg
dipengaruhi kapitalisme
2. Etika Kesehatan difokuskan pada implementasi
Etika bid pelayanan dan pemeliharaan Kesehatan .
3. Pengertian Etika kedokteran sebagi aturan
kesusilaan dan aturan sikap dan perilaku yang
berlaku khusus antara dokter dgn pasien

www.esaunggul.ac.id
Permasalahan Etika Pelayanan

4. Etik sebagai refleksi dari pedoman dan norma perilaku


para dokter sesuai tugas dan kewajibannya
5. Etik sebagai kesadaran bersama dalam hubungan dokter
dengan pasien sebagai partnership.
6. Etik Kesehatan dimana berbagai aspek perbuatan medis
dipengaruhi oleh kepentingan masyarakat.
7. Masalah etik dalam praktek menjadi persoalan yang
penting dirumuskan menjadi suatu bagian aturan yg
berlaku.

www.esaunggul.ac.id
Etik ,Hukum dalam Praktek Kesehatan

REPRODUKSI :
1. Fertilisasi in vitro atau Tehnologi
Reproduksi Buatan (TRB) Bayi Tabung
2. Keluarga Berencana (Program KB ) .
3. Pinjam rahim (perkembangan baru , belum
ada dasar hukumnya )

www.esaunggul.ac.id
1. REPRODUKSI
1. Kesehatan Reproduksi : keadaan sehat secara fisik dan
sosial secara utuh tidak semata mata bebas dari
penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem
fungsi dan proses reproduksi pada laki laki dan
perempuan.
2. Reproduksi adalah kondisi dapat berkembang dan
terjadinya kelahiran
3. Hak hak Reproduksi adalah merupakan Hak azasi
manusia untuk hidup dan berkembang yg meliputi :
a. Menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan
seksual yg aman serta bebasa dari paksaan danatau
kekerasan dengan pasangan yg sah .

www.esaunggul.ac.id
REPRODUKSI
b. Menentukan kehidupan reproduksinya dan
bebas.dari diskriminasi,paksaaan dan/atau
kekerasan
c. Menghormati nilai luhur yg tidak merendahkan
martabat manusia sesuai norma agama.
d. Menentukan sendiri kapan dan berapa sering
berproduksi sehat secara medis.
e. Memperoleh indormasi ,Edukasi dan konseling.
mengenasi kesehatan reproduksi
www.esaunggul.ac.id
Hak –Hak Reproduksi
Hak Reproduksi adalah Hak azasi manusia :
a. Menjalani kehidupan reproduksi dan seksual yang sehat
,aman serta bebas dari paksaaan dan /atau kekerasan
pasangan yang sah.
b. Menentukan kehidupan reproduksi dan bebas dr diskriminasi
,paksaan dan/atau kekerasan yag menghormati nilai nilai
luhur yg tidak merendahkan manusia sesuai norma agama
c. Menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin
berproduksi sehat secara medis serta tidak bertentangan
dengan norma agama ,
d. Memperoleh informasi ,edukasi, dan konseling mengenai
Kesehatan reproduksi yg benar dab dapat dipertangggung
jawabkan
www.esaunggul.ac.id
Hak Reproduksi
Hak asasi di dalam kesehatan reproduksi merupakan
bagian dari asas kemanusiaan (humanisme) yang
senantiasa berkembang dinamis pada nilai, norma,
keyakinan, pengertiannya yang dipengaruhi
a. kemajuan ilmu pengetahuan,
b. cara pandang dan cara fikir yang senantiasa lebih
dinamis, lebih maju;
c. kondisi sosial dan budaya masyarakat yang terus
berubah berkembang.
d. pola dan sistem ekonomi, perdagangan dengan sifat-
sifat komersialnya yang tidak hanya terbatas lokal
spesifik dimensi regional dan global.
www.esaunggul.ac.id
REPRODUKSI

Fertilisasi in vitro atau TRB (bayi Tabung ). Dalam UU


Kesehatan diatur “ Kehamilan diluar cara alami dapat
dilaksanakan sbg upaya terkhir membantu suami istri
utk mendapatkan anak dgn cara :
‘’Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami
istri ybs ditamankan dalam rahim istri darimana
ovum berasal yg dilakukan tenaga kesehatan yg
mempunyai keahlian dan kewenangan (STR dan
SIP ) di sarana kesehatan yg ditentukan “

www.esaunggul.ac.id
REPRODUKSI
Pengecualiannya diatur pasal 75(2 ) UU 36 Th 2009
berdasarkan :
a. indikasi kegawat daruratan medis yg dideteksi.
sejak usia dini baik yg mengancam nyawa ibu.
dan atau janin .
b. kehamilan akibat perkosaan dpt mengakibatkan.
trauma psikologis.
. Syaratnya (UU 36 th 2009 ps76 ) :
1.dilakukan sebelum berumur 6 minggu (haid akhir)
2. oleh tenaga kesehatan yg berkompeten.
3. persetujuan ibu hamil dan suami kecauli perkosaan
4. sarana kesehatan yg ditetapkan.
. Sanksi : kurungan 10 th dan denda 1 Milyar
www.esaunggul.ac.id
Pelayanan Teknologi Buatan Reproduksi
(Kepmenkes 72 /1999 )
1. TBR hanya dapat dilakukan dengan sel telur dan sperma
suami- isteri yang bersangkutan.
2. Embrio yang dapat dipindahkan satu waktu ke dalam rahim
isteri tidak lebih dari tiga boleh dipindahkan empat embrio
pada keadaan rumah sakit memiliki 3 tingkat perawatan
intensif bayi baru lahir.
3. Dilarang Surogasi dalam bentuk apapun
4. Dilarang jual beli embrio, ova dan spermatozoa
5. Dilarang menghasilkan embrio manusia hanya utk penelitian
6. Sel telur manusia yang dibuahi dengan spermatozoa
manusia tidak boleh dibiak in-vitro lebih dari 14 hari (tidak
termasuk hari-hari penyimpanan dalam suhu yang sangat
rendah/ simpan beku).

www.esaunggul.ac.id
Etik dan moral dalam pelaksanaan
 Etik dan moral dalam praktek menjadi hal yg penting
mengingat tanggung jawab dokter harus memastikan
pasangan itu suami dan istri.
 Harus menjaga identitas dan kerahasian pada proses
pelaksanaan sampai sepanjang masa .
 Sangat memerlukan ketekunan dan ketaatan pasangan
dalam prosesmya
 Menjaga selalu hubungan baik antara dokter dengan
pasangan suami istri terutama selama dalam pelayanan
atau proses reproduksi

www.esaunggul.ac.id
2. ABORTUS
Abortus : Keluarnya atau dikeluarkannya hasil
konsepsi dari kandungan ibunya sebelum
waktunya .
Abortus pada kenyataanya ada 2 macam :
1, Abortus Spontan : mekanisme alamiah keluarnya .
hasil konsepsi abnormal ( keguguran ).
2. Abortus Buatan (terminasi kehamilan) ada 2 yaitu
a. Abortus provokatus therapeuticus (aborsi legal ).
b. Abortus provokatus criminalis ( abortus ilegal )

www.esaunggul.ac.id
Abortus spontan
1. Abortus Imminens (theareted aborsion) adanya
gejala gejala yang mengancam akan terjadi aborsi
dan biasanya kehamilan dapat diselamatkan .tapi
Abortus Incipiens ada gejala namun kehamilan tifak
dapat dipertahankan
2. Abortus Incompletus : pengeluaran sebagian buah
kehamilan dan siasa masih berada di rahim
3. Abortus Completus adalah pengeluaran seluruhnya.
buah kehamilan .
4. Missed Abortion: hasil pembuahan telah mati jadi
harus dikeluarkan

www.esaunggul.ac.id
PELAKSAAN ABORTUS
Abortus Buatan ( terminasi kehamilan ) ada 2 yaitu :
a. Abortus provokatus therapeuticus (aborsi
legal ) dilakukan dokter yg berkompeten
berdasarkan indikasi medis dan dengan
persetujuan ibu yg hamil dan atau suami
Syaratnya UU 36/2009 ps 75(1) ;
1. hanya dilakukan pd Tindakan teraupetik atau
indikasi medis
2. disetujui 2(dua ) dokter yg berkompeten
dibidangnya
3. disetujui ibu hamil dan atau suaminya
4. dilakukan disarana Kesehatan tertentu .
www.esaunggul.ac.id
PELAKSAAN ABORTUS
b. Abortus provokatus criminalis
( abortus ilegal ) yang dilakukan oleh
tenaga medis atau orang lain yg tidak
kompeten dan cara cara diluar medis
(pijat,jamu,ramuan dll ).Pengguguran
kandungan ini sangat membahayakan
ibu/wanita yang mengandung.
. Ancaman pidana .Ps 346,347,348,349
KUHP
www.esaunggul.ac.id
Resiko pelaksanaan Aborsi

1. Kematian mendadak krn pendarahan hebat.


2. Kematian mendadak krn pembiusan yg gagal
3. Kematian secara lambat krn infeksi
4. Kerusakan rahim
5. Dapat menimbulkan penyakit kanker dll.

www.esaunggul.ac.id
Kehamilan akibat perkosaan (incest )
1. Elective Abortion adalah aborsi
sukarela atau pengahiran kehamilan
krn alasan tertentu.
2. Eugenic abortion alalah pengguguran
kandungan karena janini yang cacat.
Aspek moral sering juga menjadi dasar
pertimbangan dalam kondisi ini dan
petimbangan Etik dan Hukum

www.esaunggul.ac.id
3.Ketentuan Mati
Tanatologi : salah satu cabang ilmu kedokteran
forensik yg mempelajari kematian dan perubahan
setelah kematian.
Konsep mati ( PP 18 th 1988 )
a. Mati sbg berhentinya darah mengalir .
b. Mati sbg saat terlepasnya nyawa dari tubuh.
c. Hilangnya kemampuan tubuh secara
permanen.
d. Hilangnya kesadaran manusia secara
permanen

www.esaunggul.ac.id
3.Ketentuan Mati
. 1. Mati Somatis.adalah mati klinis akibat
terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan
(Susunan syaraf atau otak,jantung dan
pembuluh darah dan sistem pernafasan

2. Mati Suri. adalah terhentinya sistem penunjang


kehidupan yg ditentukan alat kedokteran
sederhana namun diperiksa kedokteran canggih
masih dapat dibuktikan system penunjang
kehidupan berfungsi (kerancunan,kena listik,obat
tidur dan tenggelam )

www.esaunggul.ac.id
3.Ketentuan Mati
3.Mati Seluler adalah kematian organ atau
jaringan tubuh beberapa saat setelah kematian
somatis Pada kondisi ini kematian setiap organ tdk
bersamaan
4. Mati Serebral adalah kerusakan menetap bagian
kanan dan kiri otak dimana kedua sistem penunjang
kehidupan masih berfungsi.
5. Mati Batang Otak (MBO ) : adalah terjadi
kerusakan pada batang otak serebelum maka
secara keseluruhan tidak berfungsi dan tidak bisa
hidup lagi

www.esaunggul.ac.id
Ketentuan Mati
1. Ketentuan Ps 117 UU no 36 th 2009 Tentang
Kesehatan “ seseorang dikatakan mati
apabila fungsi sistem jantung ,sirkulasi dan
system pernafasan terbukti telah berhenti
secara permanen atau apabila kematian
batang otak telah dibuktikan
2. Dalam prakteknya prinsip MBO ( Mati
Batang Otak ) sebagai dasar untuk
menentukan seseorang apakah sudah mati
atau belum
www.esaunggul.ac.id
4.EUTHANASIA
1. Euthanasia (Yunani)- Euthanathos
2. Euthanasia : mati tanpa menderita /mati
cepat tanpa derita .
3. Euthanasia : dengan sengaja tidak
melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seorang pasien
atau sengaja melakukan sesuatu
memperpendek hidup pasien dan ini
dilakukan utk kepentingan pasien sendiri
(Amir dan Hanafiah )
www.esaunggul.ac.id
Jenis- jenis Euthanasia
1 Euthanasia Passif : Perbuatan menghentikan atau mencabut
segala tindakan atau pengobatan yg perlu utk mempertahankan
hidup manusia.
2. Euthanasia Aktif : Perbuatan yg dilakukan scara medis
melalui intervensi aktif oleh dokter atau perawat dengan tujuan
utk mengakhiri hidup pasien .
a.Eutanasia aktif langsung :tindakan medis terarah.
utk mengakhiri hidup pasien ( mercy killing ).
b.Eutanasia aktif tdk langsung : tindakan medis
meringankan penderitaan pasien (obat penenang dll )

www.esaunggul.ac.id
Bentuk Pelaksanaan Euthanasia
1. Euthanasia sukarela (Voluntary euthanasia).pasien
meminta, memberi ijin /persetujuan untuk menghentikan
atau meniadakan perawatan yang memperpanjang hidup.
2. Euthanasia terpaksa (Invulunturv eulfzunusiu)
membiarkan pasien mati tanpa sepengetahuan si pasien
sebelumnya dengan cara menghentikan atau meniadakan
perawatan yang memperpanjang hidup,
3. Mercy killing sukarela ( Valontary killing)
sepengetahuan danpersetujuan pasien diambil tindakan
yang menyebabkan kematian.
4. Mercy Killing terpaksa (Involunlari A1ercv Killing)
Tindakan sengaja di ambil tanpa sepengetahuan si pasien
untuk mempercepat kematian.

www.esaunggul.ac.id
Faktor Penyebab Euthanasia
 Rasa sakit yang tidak tertahankan
 Manusia memiliki hak untuk mati
secara bermartabat
 Ketidakmampuan dalam pembiayaan
pengobatan.
 Keadaan seseorang yang tidak berbeda
dengan orang mati

www.esaunggul.ac.id
Alasan-alasan Euthanasia
1. Rasa kasihan (mercy killing)
2. Faktor ekonomi
3. Faktor sosial
4. Pasien siap mati wajar
5. Mati batang otak (MBO)
6. Pasien menolak semua tindakan medis
7. Tindakan medis tidak menolong lagi
8. Setuju asal dilakukan dinegara yang
melegalkan Euthanasia.

www.esaunggul.ac.id
Euthanasia sesuai permintaan

1. Euthanasia Voluntair : dilakukan petugas medis


berdasakan permintaan pasien sendiri dalam
keadaan sadar secara berulang ulang tanpa tekanan
siapapun.( ada surat permintaan tertulis )
2. Euthanasia Involuntair : dilakukan petugas medis
kepada pasien tdk sadar atas permintaan keluarga
pasien dengan berbagai alasan mis biaya ,kasihan
pada pasien dll.Aspek Hukum . Ps 344,340,359
KUHP

www.esaunggul.ac.id
Aspek Etik , Moral dan Hukum Euthanasia
1. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang mempunyai
Hak Azasi dalam kehidupannya sehingga hak hidup
berada di tangan Tuhan Maha Pencipta
2. Penentuan hidup dan mati tidak ditangan manusia
namun sisi lainnya hak pasien untuk menentukan
nasib sendiri.
3. Nilai insani manusia dan fitrah manusia utk tetap
berjuang mempertahankan hidupnya dan menghadapi
tantangan dan penderitaan.
4. Aspek kehidupan manusia tidak bisa dinilai secara
individual krn baik hidup dan mati berkaitan dengan
orang lain sebagai mahluk hidup dan mahluk social
5. Pilihan Euthanasia harus dipertimbangkan dari
aspek etik,Moral ,Hukum dan aspek agama,budaya
,social dan aspek Kesehatan
www.esaunggul.ac.id
5. Transplantasi Organ
1. Transplantasi : Tindakan medis utk memindahkan organ dan
atau jaringan tubuh manusia kepada tubuh manusia lain atau
tubuhnya sendiri.
2. Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk
pemindahan alat dan atau jaringan tubuh manusia yang
berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang lain dalam rangka
pengobatan untuk menggantikan alat dan atau jaringan tubuh
yang tidak berfungsi dengan baik;
3. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan
tubuh yang dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai
bentuk serta fa’al (fungsi tertentu untuk tubuh tersebut);
4. Jaringan adalah kumpulan sel sel yang mempunyai bentuk
dan fa,al atau fungsi yang sama dan tertentu

www.esaunggul.ac.id
Jenis Transplantasi organ
1. Autograf : pemindahan organ jaringan atau organ dari
satu tempat ke tempat lain dalam tubuh sendiri (dari
pantat ke pipi dll).
2. Allograf : pemindahan jaringan atau organ dari tubuh yg
lain yg sama spesiesnya yakni antara manusia dgn
manusia (ginjal,mata hati dll ).
3. Isograf : pemindahan organ dari satu tubuh ke tubuh yg
lain yg identik .
4. Xenograf : pemindahan dari satu tubuh ke tubuh yg lain
yg tdk sama spesiesnya (manusia dgn binatang

www.esaunggul.ac.id
Pelaksanaan Transplantasi
1. Pertimbanganya : Pertimbangan medis dan juga harus
dipertimbangkan dari segi non medis yakni agama
,kepercayaan, hukum ,etik dll Dasar Hukum (PP 18 th 1981 ttg
Bedah mayat klinis , bedah mayat anatomis dan transpalntasi alat
dan jaringan tubuh manusia )
2. Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia dilakukan
hanya boleh dilakukan oleh dokter yang bekerja rumah sakit yang
ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. tidak boleh dilakukan dokter
yang merawat atau mengobati donot yang bersangkutan .
3. Transplantasi penentuan saat mati ditentukan oleh 2 (dua) orang
dokter yang tidak sangkut paut medik dengan dokter yang

4. melakukan transplantasi
. www.esaunggul.ac.id
PelaksanaanTransplantasi
1. Persetujuan tertulis dibuat diatas bermaterai dengan 2 (dua) orang
saksi.
2. Pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan
transplantasi atau Bank Mata dari korban kecelakaan yang
meninggal dunia, harus persetujuan tertulis keluarga yang terdekat.
3. Sebelum persetujuan diberikan oleh calon donor hidup, calon donor
yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang
merawatnya dan dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat-
akibatnya, dan kemungkinan yang dapat terjadi.
4. Dokter dimaksud harus yakin benar, bahwa donor yang
bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan
tersbeut. www.esaunggul.ac.id
Pelaksanaan Transpalantasi

1. Donor atau keluarga yang meninggal dunua tidak


berhak atas sesuatu kompensasi materialapapun
sebagai imbalan transpalantasi
2. Dilarang memperjual-belikan alat dan atau jaringan
tubuh manusia.
3. Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan
tubuh manusia dalam semua bentuk ke dan dari luar
negeri
4. Donor hidup : Kulit ,ginjal,darah,sumsum tulang dll..
5. Donor mati/jenazah : Jantung,hati, ginjal,kornea mata
,paru paru,pancreas .Aspek Hukum : PP 18 th 1981
(lihat pasal 1 sd pasal 17. ) www.esaunggul.ac.id
6. Bedah Mayat
Bedah Mayat : suatu tindakan medis pasca pelayanan
kesehatan yg bertujuan utk memastikan penyebab
kematian dan utk kepentingan penelitian.
Dibedakan sesuai tujuan bedahnya :
1 Bedah mayat klinis .
2.Bedah mayat Anatomis.
3. Bedah mayat Forensik
4. Bedah mayat sbg Donor

www.esaunggul.ac.id
Bedah Mayat

1. Bedah mayat Klinis : dilakukan utk kepentingan


penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan
dgn tujuan menegakkan diagnonis,penyimpulkan
penyebab kematian syaratnya : persetujuan tertulis
keluarga
2. Bedah mayat Anatomis : dilakukan utk kepentingan
pendidikan kedokteran dan biomedik Syaratnya :
ada persetujuan dari keluarga dan dilakukan di RS
Pendidikan oleh dokter sesuai keahlianya dan mayat
diawetkan.

www.esaunggul.ac.id
Bedah Mayat

3. Bedah mayat Forensik : Dilakukan guna kepentingan


penegakan hukum. Syarat dilakukan dokter forensik atau
dokter lain bila tdk ada dokter forensik di wilayah itu.
4. Bedah mayat sbg Donor : Dilakukan bagi seseorang
dalam hidupnya bersedia utk mendonorkan organ
tubuhnya apabila meninggal dunia Tujuannya :
mengambil organ tubuh dipindahkanke tubuh org lain
Syaratnya : persetujuanybs sblm meninggal dan dilakukan
oleh dokter yg berkompeten dan memenuhi norma
agama ,etika dan hukum.

www.esaunggul.ac.id
7.VISUM ET REPERTUM
VISUM ET REPERTUM (VER)
Visual : Melihat .
Reperta : Melaporkan
VER : Menerangkan, menjelaskan, mengungkapkan
VER : Suatu keterangan dokter tentang apa yang
dilihat, ditentukan dalam melakukan
pemeriksaan terhadap orang atau mayat
Surat keterangan dokter yang membuat
kesimpulan pemeriksaan yg telah dilakukan

www.esaunggul.ac.id
UNSUR UNSUR VER

1. Laporan tertulis
2. Dibuat oleh dokter (STR/SIP)
3. Permintaan yang berwajib
4. Obyek yang dilihat, diperiksa berdasarkan
keilmuan atau keahlian
5. Dilaksanakan berdasarkan sumpah
6. Untuk kepentingan hukum (pro justitita)

www.esaunggul.ac.id
Pemahaman tentang Autopsi
1. Autopsi I pemeriksaan postmotem atau necropsy tubuh
orang yang sudah meninggal atau mayat untu memastkan
penyebab kematian atau menemukan penyakit yang diderita
oleh dr forensik
2. Autopsi adalah prosedur untuk mengetahui sebab,
cara,kapan,dimana dan bagaimaana seseorang meninggal
dunia
3. Autopsi dilakukan utk mengetahui penyebab :
a. kematian secara mendadak,
b, kematian yang dilakukan manusia ,
c. Kematian karena korban bunuh diri
d. Kematian karena penyakit menular ,
e. Kematian yang terjadi di sel tahanan,
d. Kematian tanpa penyebab yang jelas
www.esaunggul.ac.id
Autopsi

1. Autopsi (lihat dengan mata sendiri ):adalah


pemeriksaan kematian atau investigasi medis
jenazah atau Nekropsi (melihat mayat),
2. Autopsdi ada 2 macam :
a. Forensik : Tujuan medis bersifat legal.
b. Clinical : Tujuan riset medis

www.esaunggul.ac.id
VER SEBAGAI ALAT BUKTI
Alat bukti yang sah adalah (KUHAP 184) :
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
VER dijadikan sebagai alat bukti keterangan ahli
Sebagai hasil pemeriksaan dokter/ahli lain diminta
menyampaikan suatu KETERANGAN AHLI kepada
Penyidik sesuai KUHAP pasal 133 ayat (1).

www.esaunggul.ac.id
Keterangan ahli VS Surat Keterangan ahli

1. "Keterangan ahli", yaitu pada KUHAP pasal 1 ayat


(28) yang berbunyi: ‘’Keterangan ahli adalah
keterangan yang diberikan oleh orang yang
memiliki keahlian khusus tentang hal yang
diperlukan untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan.
2. KUHAP pasal 179 dan pasal 186 menegaskan,
bahwa keterangan ahli itu diberikan secara lisan di
sidang Pengadilan, sedangkan untuk yang tertulis.
KUHAP pasal 187 ayat (c) memakai istilah "Surat
Keterangan dari seorang ahli".

www.esaunggul.ac.id
Keterangan ahli VS Surat Keterangan ahli
1. Keterangan Ahli dalam KUHAP pasal 133 ayat(l) dapat
dikatakan sudah jelas harus dalam bentuk tertulis,
karena ini antara lain dipakai untuk:melihat kejahatan
atau tidak;
2. Bila terjadi kematian itu baik kematian alamiah atau karena
suatu tindak pidana, maka Penyidik harus memberi tahukan
hal itu (secara tertulis) kepada Penuntut Umum sesuai
KUHAP pasal 109 ayat (2).melakukan penahanan
terhadap terdakwa
3. Bila diduga seseorang pelaku tindak pidana akan ditahan
demi proses penyidikan maka tidak mungkin penahanan
itu dilakukan berdasarkan pemberitahuan lisan dari
dokter harus ada dasar secara tertulis.Dengan demikian
istilah "keterangan ahli” pada KUHAP pasal 133 ayat (1)
tidak sinkron dengan KUHAP pasal 179 dan pasal 186.

www.esaunggul.ac.id
PENJELASAN KETERANGAN AHLI
1. "Visum et Repertum1' merupakan keterangan tertulis yang
dibuat oleh dokter atau apa dilihat ditemukan dalam proses
pemeriksaan
2. Kewajiban menyimpan rahasia pekerjaan yang ditentukan
oleh Ps 322 KUHP: (1)dengan sengaja membuka rahasia yang
la wajib menyimpannya karena jabatan atau pekerjaannya,
baik yang sekarang maupun yang dahulu, dipidana dengan
pidana penjara dan Ps 322 (2) Jika kejahatan Itu dilakukan
terhadap seseorang tertentu, maka perbuatan Itu hanya
dituntut atas pengaduan orang itu.Jadi Dokter yang
melakukan Visum tdk dapat dituntut walaupun membuat
atau menulis VER atas sesuatu kejadian

www.esaunggul.ac.id
Isi Visum et Repentum
I Pro Justitia Visum et Repertum
II.Pendahuluan
a. memuat keterangan tentang: identitas:
yang meminta pemeriksaan dan yang
melakukan pemeriksaan serta identitas
yang diperiksa (nama, umur, jenis
kelamin, alamat pekerjaan)
b. jenis pemeriksaan yang dilakukan
sesuai yang diatur dalam KUHAP pasal
133 serta keterangan-keterangan lainnya

www.esaunggul.ac.id
ISI VISUM ET REPERTUM
III Pemberitaan
Hal-hal yang ditemukan baru objektif sesuai fakta
dan Kondisi objek secara jelas (luka, jenis luka,
kekerasan, luka tembak atau pukulan dan lain-lain
IV Kesimpulan
Kesimpulan penyebab utama atas suatu
kejadian atau peristiwa yang terjadi, pendapat
dokter/ahli sesuai KUHAP Pasal 120 (1)
V. Sumpah /Jannji
Dibuat atas sumpah (sesuai KUHAP pasal 120
ayat (2)) .Pencantuman kata-kata PRO JUSTITIA
adalah untuk mendapat pembebasan bea meterai.

www.esaunggul.ac.id
VER DIBUAT DIATAS SUMPAH
1. Kedudukan ahli/dokter dalam KUHAP sama dengan Saksi (
KUHAP pasal 179) : Setiap orang yang diminta
pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan
ahli demikian demi keadilan.Sumpah saksi ahli berlaku juga
bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, menurut
pengetahuan dalam bidang keahliannya.
2. Dokter harus datang di sidang pengadilan sebagai Saksi
wajib di sumpah sedangkan dokter membuat Visum et
Repertum atas sumpah dan karenanya ia tidak perlu lagi
hadir di sidang pengadilan kecuali ada yang belum/kurang
jelas maka dapat di panggil ke sidang pengadilan untuk
memberi keterangan lebih lanjut.

www.esaunggul.ac.id
SUMPAH UNTUK MENANDATANGANI
VISUM ET REPERTUM
Jenis dan lafal sumpah sudah tentu harus disesuaikan
dengan keperluan dan tujuannya.
1,Sumpah asertoris untuk: menjadi saksi dan ahli.
Jika sumpah ini dilanggar (sengaja memberi
keterangan palsu) akan dikenakan sanksi pidana
menurut pasal 242 KUHP.
2,Sumpah Promisoris untuk menerima suatu
pekerjaan (dokter,dokter gigi, apoteker, bidan,
perawat, memangku suatu jabatan (ambil); menjadi
warga negara melalui naturalisasi.

www.esaunggul.ac.id
SUMPAH DALAM JABATAN
1. Sumpah ini bersifat etik dan pelanggaran terhadap
ini baru dikenakan sanksi pidana, misalnya seorang
dokter membuka rahasia dan diadukan oleh
pasiennya pasal 322 KUHP.
2. Sumpah apakah yang seharusnya dipakai untuk
menandatangani suatu Visum et Repertum dalam KUHAP
ps 120(2) seorang ahli/dokter harus mengangkat sumpah
di muka penyidik dan berarti satu sumpah untuk satu
pemeriksaan.
3 Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu
pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang
dltuangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan
mengingat sumpah di waktu la menerima jabatan atau
pekerjaan.
www.esaunggul.ac.id
Sisi Etik dan moral Sumpah
1. Surat dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan
sumpah maka surat keterangan dari seorang ahli yang
memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
suatu hal atau suatu keadaan yang diminta secara resmi
dari padanya;
2. Perlu dipikirkan untuk membuat suatu aturan tentang
sumpah khusus bagi ahli/dokter yang diucapkan cukup
sekali saja untuk seumur hidup dan berlaku
3. Jadi sumpah/janji bahwa keterangan-keterangan tertu-
lis tentang pendapat sebagal ahli /dokter dapat
dipergunakan untuk dipakai dalam hukum sebagal alat
bukti yang sah,
4. www.esaunggul.ac.id
8. Penelitian Biomedis

1. Penelitian biomedis didorong penyakit


degeratif,namun sering timbul masalah dalam
tehnologi baru yang digunakan tanpa diketaui
efek sampingnya .
2. Penelitian biomedis mengakibatkan
berkembang metode pengobatan baru ,namun
untuk itu perlu adanya Penafisan tehnogie
3. Metode baru dan tehnologi baru harus diuji
secara klinis agar dpt diketahui efek
sampingnya

www.esaunggul.ac.id
Syarat Etik dan Hukum penelitian Biomedis
I.Kriteria kepatutan ;

1. Bahwa penelitian ini akan memberi harapan dan pandangan


baru dan tidak dapat ditempuh dengan cara lain. Validitasnya
ditentukan obyek penelitiannya yaitu manusia
2. Bahwa hasil penelitian harus lebih berharga dibanding
dengan resikonya .
3. Kepentingan responden selalu harus diprioritaskan dibanding
dengan kemanjuan ilmu pengetahuan .
4. Penelitian harus memenuhi prinsip dan ketentuan ilmiah yg
didasarkan pd hasil laboratorium ,jurnal ilmiah ,hasil
percobaan biologi thd hewan,pengetahuan yg memadai dari
kepustaaan ilmiah.
5 Bentuk dan cara pelaksanaan penelitian harus jelas dan
tertulis dan harus dinilai oleh panitia khusus yg memiliki
kompetensi
www.esaunggul.ac.id
Syarat penelitian Biomedis secara Etik dan Hukum
6. Penelitian harus dilakukan oleh peneliti yg memeliki kualitas
yg baik dan pekerjaannya diawasi oleh ahli ahli medis yg
kompeten.
7. Penelitian yg menggunakan manusia sbg obyeknya berlaku
standar profesi tertinggi bukan oleh dokter yg hanya memilik
kompetensi rata rata
8. Peneliti bertanggaung jawab sepenuhnya secara pribadi baik
hukum dan etikanya .
9. Integritas pkisis dan fisik dari percobaan harus dijaga dan
dilindungi
10. Privacy responden harus dijunjungi tinggi.
11. Penderitaan rohaniah dan fisik responden harus dibatasi
maksimal .
12. Harus dilakukan usaha pencegahan kerugian ,invaliditas dan
kematian responden.
13. Tiap penelitian harus diakhiri dengan baik
www.esaunggul.ac.id
Syarat penelitian Biomedis secara Etik dan Hukum

II Kriteria Persetujuan.
Penelitian harus ada persetujuan (Informed
Consent) dengan penjelasan yg cukup dan
informasi yang benar dan pemahanan mengenai
resiko dan manfaat penelitian

www.esaunggul.ac.id
e-mail : fresleyhutapea@yahoo.com
Hp : 081317565641 / 081381399700

65
www.esaunggul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai