Anda di halaman 1dari 5

Materi Pelatihan

Pokok Bahasan VIII : Ideologi Desa Berdaulat

Ideologi Desa Berdaulat

Membangun desa pada realitanya sekarang semakin melengserkan pengertian desa


dan nilai-nilai desa yang sesungguhnya. Demi kata memajukan sumberdaya
manusiapedesaan, para ahli yang mungkin sajamaksudnya baikrela dan bersedia
berakting bak pahlawan pengembangan infrastruktur desa. Teknologi danmodernitas
menjadi salah satu yang utama, bangunan-bangunan yang kokoh dan semakin megah,
pendidikan-pendidikan yang mesti disetarakan atau disamaratakan dengan kota dan
seterusnya. Tentu saja ideologi-ideologi yang datang adalah dari para ahli yang
sebagian besarnya dari kalangan kota. Rakyat pedesaan menerima ideologi ini sebagai
cita-cita kehidupansejahtera (datangdari impian kota). Masyarakat desa terus-menerus
diceritakan kebahagiaan kesejahteraan yang datang dari kota melalui pembangunan,
akhirnya makna dan bayangan kehidupandesa yang pada masa kerjaan-kerajaan
Nusantara dimana masyarakat desa di masing-masing sukunya saling menghormati
dan bergotong royong semakin hilang, bukti ketidak pedulian bertetangga semakin
terlihat bahkan di masyaraka pedesaan.

Beberbagai wilayah-wilayah pembangunan di Indonesia semakin redup nilai-nilai


pedesaannya, penebangan hutan secara besar-besaran demi memperluas wilayah
pembangunan, industri-industri yg dikelola pihak asing ataupun pemerintah
menancapkan kuku-kukunya menggali kekayaan alam yang berlimpah di Indonesia,
wilayah-wilayah persawahan yang semakin dipersempit diganti dengan pabrik-pabrik.
Ini semua tentu saja semena-mena demi janji membangunan, mengembangkan, dan
mensejahterahkan rakyat.

1 Pelatihan Politik Desa


Materi Pelatihan
Pokok Bahasan VIII : Ideologi Desa Berdaulat

ideologi mengembangkan sumber daya di desa sekali lagi telah terjerembab dalam
ideologi yang datang dari kota. Seharusnya ideologi mengembangkan desa itu berasal
dari masyarakat desa itu sendiri dalam artian rakyat desa yang betul-betul cinta akan
desa dan kehidupan desa dengan mengutamakan nilai-nilai luhur desa, bukan mereka
yang berusaha membangun dengan modernitas perkotaan.

Belajar dari keberhasilan gerakan pembangunan pedesaan di beberapa negara Asia,


terutama Cina dan Korea Selatan, diperlukan suatu kebersamaan gerakan dan
dukungan menyeluruh dari pemerintah dan pihak lain yang terkait dalam pembangunan
desa. Korea Selatan yang menghadapi kondisi sulit setelah perang Korea (1950−1953),
dapat bangkit untuk membangun pedesaan melalui gerakan Saemaul Undong atau
Gerakan Desa Baru. Gerakan tersebut diikuti oleh Five-Years Economic Development
Plan 1962−1976, yang berhasil mengubah wilayah pedesaan menjadi motor dan dasar
pembangunan Korea secara umum sehingga dapat menjadi salah satu negara maju di
dunia. Untuk Cina, keadaannya agak berbeda. Dewasa ini Cina memasuki fase
keempat pembangunan pedesaan, dimulai dengan reformasi kelembagaan
(1978−1984) yang diikuti dengan reformasi pasar (1985−1993), masa stagnasi
(1994−2004), dan fase keempat yaitu new rural campaign yang dimulai pada tahun
2006. Saat ini, Cina sedang memanfaatkan momentum kebangkitan wilayah pedesaan
dengan berbagai percepatan dalam pembangunan di berbagai bidang.

Berdasarkan pembelajaran dari keberhasilan negara lain dalam pembangunan


pedesaan, maka dibutuhkan adanya keseimbangan dalam pengembangan sumber
daya manusia sebagai individu dan sebagai suatu komunitas, terutama untuk
mengatasi keterbatasan pemerintah dalam mendukung pembangunan pedesaan.
Dalam situasi masyarakat pedesaan yang makin heterogen dalam berbagai dimensi
kehidupan, baik dari sudut pandang ekonomi, sosial maupun budaya, dibutuhkan
pendekatan baru untuk menumbuhkan momentum baru bagi gerakan pembangunan
pedesaan di Indonesia.

Berbagai persoalan pembangunan di Indonesia seperti kemiskinan, pengangguran, dan


ketimpangan antarwilayah, salah satunya disebabkan kurang baiknya perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan pedesaan. Pedesaan yang menjadi tempat tinggal bagi

2 Pelatihan Politik Desa


Materi Pelatihan
Pokok Bahasan VIII : Ideologi Desa Berdaulat

sebagian besar masyarakat belum berfungsi sebagai basis dalam penyiapan sumber
daya manusia yang andal yang dapat menjawab berbagai tantangan dan peluang
pembangunan. Belajar dari kasus Korea Selatan dengan gerakan Saemaul Undong,
diperlukannya penumbuhan momentum baru yang dapat menstimulir upaya
peningkatan kapasitas masyarakat pedesaan secara sistematis dan terencana.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) merupakan
langkah awal yang baik untuk membangun momentum baru tersebut. Namun, upaya ini
perlu dipayungi dengan aturan hukum yang mengikat berbagai pihak untuk menjamin
keberlanjutannya serta upaya yang siste matis untuk menyempurnakan pendekatan ini
dari waktu ke waktu. Pembangunan pedesaan yang baik akan memberikan peluang
bagi setiap individu yang ada di dalamnya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki,
sejalan dengan peluang yang tercipta atau diciptakan pemerintah dan pihak lain. Hal ini
sebenarnya merupakan hakekat dari reformasi yang dicanangkan 10 tahun yang lalu,
yang saat ini arah dan geraknya makin meredup. Dibutuhkan kepemimpinan yang
visioner dan kuat yang dapat meyakinkan semua orang tentang arti pentingnya
pembangunan pedesaan dalam menanggulangi berbagai persoalan yang dihadapi
dalam pembangunan di Indonesia.

Berbicara tentang pembangunan desa terdapat dua aspek penting yang menjadi objek
pembangunan. Secara umum, pembangunan desa meliputi dua aspek utama, yaitu : (1)
Pembangunan desa dalam aspek fisik, yaitu pembangunan yang objek utamanya
dalam aspek fisik (sarana, prasarana dan manusia) di pedesaan seperti jalan desa,
bangunan rumah, pemukiman, jembatan, bendungan, irigasi, sarana ibadah, pendidikan
(hardware berupa sarana dan prasarana pendidikan, dan software berupa segala
bentuk pengaturan, kurikulum dan metode pembelajaran), keolahragaan, dan
sebagainya. Pembangunan dalam aspek fisik ini selanjutnya disebut Pembangunan
Desa. (2) Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insani, yaitu pembangunan yang
objek utamanya aspek pengembangan dan peningkatan kemampuan, skill dan
memberdayakan masyarakat di daerah pedesaan sebagai warga negara, seperti
pendidikan dan pelatihan, pembinaan usaha ekonomi, kesehatan, spiritual, dan
sebagainya. Tujuan utamanya adalah untuk membantu masyarakat yang masih
tergolong marjinal agar dapat melepaskan diri dari berbagai belenggu keterbelakangan

3 Pelatihan Politik Desa


Materi Pelatihan
Pokok Bahasan VIII : Ideologi Desa Berdaulat

sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Pembangunan dalam aspek pemberdayaan


insani ini selanjutnya disebut sebagai Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Selama ini pembangunan desa belum mampu menyelesaikan akar masalah,


dikarenakan :

 Masih adanya pola berpikir yang mengkotak-kotakan desa sebagai kategori


sektoral (bias sektoral).
 Bias sektoral ini menjadikan “Desa sebagai tata kelola komunitas” yang
merupakan”bejana kuasa rakyat” diberlakukan sebagai salah satu sektor
tersendiri yang lepas dari sektor-sektor lainnya.
 Desa, yang diberlakukan sebagai sektor, cenderung menciptakan fragmentasi
kepentingan.
 Berhadapan dengan fakta Desa yang terfragmentasi, penerapan pemberdayaan
masyarakat masih dalam skala proyek-proyek. Akibatnya, pendekatan
pemberdayaan masyarakat diberlakukan sebagai sebuah ”sektor” tersendiri.

Berbagai kegiatan yang masuk ke desa membuat desa menjadi pasar (outlet) proyek.
Setiap proyek yang datang dari Jakarta mempunyai rezim sendiri yang tidak menyatu
pada sistem pemerintahan, perencanaan dan keuangan desa. Proses ini seringkali
membuat hasil perencanaan warga yang tertuang dalam RPJM Desa menjadi
terabaikan. Namun karena masyarakat desa terus membutuhkan pembangunan maka
tidak pernah ada anggapan bahwa proyek yang datang ke desa tidak sesuai. Uang
adalah berkah atau rezeki.

Berangkat dari kondisi di atas, Program Desa Emas hadir dengan prinsip-prinsip
ideology pembangunan desa (desa membangun) sebagai berikut :

 Desa mempunyai perencanaan mandiri.


 Berdasarkan pada kearifan lokal dalam pengelolaan tata ruang dan sumberdaya
lokal.
 Berada di desa dan berskala desa.

4 Pelatihan Politik Desa


Materi Pelatihan
Pokok Bahasan VIII : Ideologi Desa Berdaulat

 Berdasarkan pada kewenangan desa, yakni kewenangan asal-usul dan


kewenangan nyata yang tumbuh berkembang bersamaan dengan dinamika
masyarakat lokal. Kewenangan asal-usul untuk mengelola communal goods dan
kewenangan nyata untuk mengelola public goods (jalan desa, kesehatan,
pendidikan, air bersih, dll).
 Menjadi kewenangan pemerintah desa dan masyarakat.
 Membutuhkan aktor-aktor baik lokal maupun pendamping yang memahami
konteks lokal dan mampu membangkitkan kearifan lokal dan gerakan lokal.
 Pemerintah tidak perlu campur tangan terlalu dalam dan detail dalam ranah desa
atau menjadi pemain langsung di tingkat desa, melainkan memberikan
pengakuan, dukungan, penguatan dan supervisi.
 Alokasi dana dari pemerintah masuk ke satu pintu Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa untuk membiayai perencanaan desa
 Berskala kawasan perdesaan atau lintas desa/desa.
 Mempunyai cakupan lebih besar dan strategis daripada pembangunan desa.
 Menjadi kewenangan dan tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota.
 Mengandung sektor-sektor (pendidikan, kesehatan, infrastruktur, air minum,
pertanian, kehuatanan, dll).
 Perencanaan didasarkan pada potensi yang perlu dikembangkan dan
kerentanan yang membutuhkan afirmasi.
 Menyediakan ruang-ruang mobilitas sosial ekonomi warga dan masyarakat desa,
termasuk menyediakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan
masyarakat dan daerah.
 Membutuhkan analisis dan pendekatan spasial yang integrated, dan didukung
dengan model consolidated budget.
 Membutuhkan pendekatan teknokratis yang canggih • Membutuhkan
keseimbangan antara pro poor, pro growth dan pro jobs. • Melibatkan partisipasi
desa • Responsif pada masalah lingkungan dan sosial.

5 Pelatihan Politik Desa

Anda mungkin juga menyukai