Anda di halaman 1dari 4

KK8

- [x] Perkenalkan nama saya gisella angelita prasetyo nim 201711074 dari kelas b. Hari ini
saya akan memperagakan dan menjelaskan analisis sefalometri parameter dental dan soft
tissue dengan gambar yang telah disediakan.

- [x] Sebelumnya saya akan menunjukkan alat dan bahan yang akan digunakan. Pertama ada
gambar sefalometri, penggaris 30cm, 2 penggaris bersudut, busur dan pensil warna.

- [x] Sekarang saya akan memverbalkan 5 pengukuran dlm parameter dental


1. I -  SN Plane (104 derajat + 6 derajat)
 Sudut yang diukur adalah sudut inferior posterior yang dibentuk oleh perpotongan
sumbu panjang gigi insisivus RA – garis SN u/ inklinasi aksial I RA thd basis cranium
 Jika nilai I – SN lebih dr normal berarti gigi insisivus RA protusif/ proklinasi
 Jika nilai I – SN lebih kecil dr normal berarti gigi insisivus RA retrusif/ retroklinasi

2. I – Mandibular Plane (90 derajat + 4 derajat)


 Sudut yang diukur adalah sudut posterior superior yang dibentuk o/ perpotongan
sumbu panjang gigi insisivus RB – bidang mandibula yaitu garis yg melewati Go – Me
u/ inklinasi aksial I RB thd bidang mandibula
 Jika nilainya lebih besar dr normal berarti gigi I RB protusif/ proklinasi
 Jika nilainya lebih kecil dr normal berarti gigi I RB retrusif/ retroklinasi

3. I – I (Interincisal Angle) (130 derajat + 5 derajat)


 Sudut yg diukur adalah sudut posterior yg dibentuk o/ perpotongan sumbu panjang
gigi I RA & I RB u/ menentukan kedudukan gigi I RA & RB dlm keadaan oklusi
 Jika nilainya lebih besar dr normal berarti posisi gigi insisivus relatif retrusif/
retroklinasi
 Jika nilainya lebih kecil dr normal berarti posisi gigi insisivus relatif protusif/
proklinasi
4. I – NA (22 derajat / 4 mm)
 untuk mengetahui inklinasi aksial & posisi I RA thd skeletal wajah
 Jika nilainya lebih besar dr normal berarti I RA protusif/ lebih maju dari skeletal
wajah
 Jika nilainya lebih kecil dr normal berarti I RA retrusif/ lebih mundur dari skeletal
wajah

5. I – NB (25 derajat / 4 mm)


 u/ inklinasi aksial & posisi I dalam arah anteroposterior
 Jika nilainya lebih besar dr normal berarti I RB protusif/ lebih maju dr skeletal wajah
 Jika nilainya lebih kecil dr normal berarti I RB retrusif/ lebih mundur dr skeletal wajah

- [x] Sekarang saya akan memverbalkan 2 pengukuran pd soft tissue

1. LI– ‘E’ LINE (0 mm + 2 mm)


 Jarak yang diukur adalah jarak dari titik Li ke garis Pn – Pog’ (garis estetik) u/ evaluasi
estetika bibir  
 Normal à bibir bawah di belakang -2 – 2 mm dr garis estetik
 Nilai > dr normal à bibir bawah protusif
 Nilai < dr normal à bibir bawah retrusive

2. Naso – Labial Angle (102 derajat + 8 derajat)


 Sudut yang diukur adalah sudut anterior inferior yg dibentuk o/ perpotongan garis
yag menyentuh kolumela hidung & garis Sn – Ls
 Nilai + à bibir atas retrusif/ lebih maju dr normal (di depan ‘E’ line)
 Nilai - à bibir atas protusif/ lebih mundur dr normal (dibelakang ‘E’ line)

- [ ] Sekarang saya akan menunjukkan titik baku anatomi


 Sella : titik yg terletak ditengah tengah fossa pituitar pd bidang midsagittal
 Nasion : titik paling anterior dari perpotongan tulang frontal dan tulang nasal
 Pronasale (Pr): titik paling depan dari ujung hidung.
 Subnasal (Sn) : titik septum nasal yg berbatasan dengan bibir atas.
 Subspinale : titik paling dalam pada kurvatura alveolaris rahang atas, yg merupakan
batas tulang basal maksila dan tulang alveolaris.
 Labrale superius (Ls): titik tengah di pinggir superior dari bibir atas.
 Labrale inferius (Li): titik tengah di pinggir inferior dari bibir bawah.
 Supramentalis : titik paling dalam pada kurvatura alveolaris rahang bawah, yg
merupakan batas tulang basal mandibula dan tulang alveolaris
 Gonion : titik tengah kontur yang menghubungkan ramus dan korpus mandibula.
 Menton : titik paling anterior dari simpisis mandibularis pada bidang midsagital.
 Pogonion (Pog'): titik paling anterior dari kontur jaringan lunak dagu.

- [ ] Sekarang saya akan melakukan pengukuran pada parameter dental dan soft tissue
1. I-SN : tentukan titik baku anatomi sella nasion dan sumbu panjang gigi RA lalu ukur
sudutnya
2. I-MP : tentukan titik baku anatomi gonion menton dan sumbu panjang gigi RB lau ukur
sudutnya
3. I-I : tunjukkin sumbu panjang gigi RA RB lalu ukur sudutnya
4. I-NA : tentukan titik baku anatomi a lalu tarik garis lalu ukur sudutnya. Tarik garis putus
putus di sebelah kanan gigi RA lalu ukur jaraknya.
5. I-NB : tentukan titik baku anatomi b lalu tarik garis lalu ukur sudutnya. Tarik garis putus
putus di sebelah kanan gigi RB lalu ukur jaraknya.
6. Li-E line : tentukan titik baku anatomi pronasal dan pogonion Ls Li lalu tarik garis. Lalu
ukur jarak bibir bawah ke garis
7. Naso labial angle : tentukan titik baku anatomi columnela subnasal lalu tarik garis. Ukur
sudutnya.

- [ ] HASIL PENGUKURAN

1. I-SN
- Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil 108 derajat sehingga hubungan insisif RA relatif
normal terhadap basis kranium
2. I-MP
- Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil yaitu 94 derajat sehinggal hubungan insisif RB
relatif normal terhadap bidang mandibula

3. I-I
- Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil yaitu 130 derajat sehingga hubungan insisif RA
terhadap insisif RB adalah relatif normal

4. I-NA
- Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil yaitu 23 derajat Dan hasil lebih besar dari
normal sehingga hubungan gigi I RA protrusif terhadap skeletal

5. I-NB
- Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil yaitu 27 derajat Dan hasil lebih besar dari
normal sehingga hubungan gigi I RB protrusif terhadap skeletal

6. LI-E line
- Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil yaitu 0 mm sehingga posisi bibir rahang bawah
relatif normal

7. Nasolabial angle
- Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil yaitu 86 derajat Dan hasil lebih kecil dari
normal sehingga posisi rahang atas protrusif

 
- [ ] KESIMPULAN
- Kedudukan gigi insisivus RA relatif normal & gigi insisivus RB protusif/ proklinasi
- Relasi gigi I RA thd gigi I RB relatif normal
- Kedudukan bibir atas protusif dan bibir bawah relatif normal thd garis estetik

Anda mungkin juga menyukai