Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

KONSEP PENGORGANISASIAN DALAM KEPERAWATAN


Koordinator:

Ani Nuraeni, S.Kp., M. Kes


Dosen Pengampu :
Ani Nuraeni, S.Kp., M. Kes
Disusun oleh
Kelompok 4B
1. Diana Citra Ayuni (P17120020048)
2. Isra Nur Oktavia Syaf (P17120020055)
3. Lizalfa Aulina Zahirah (P17120020059)
4. Nendi Marshanda Putri (P17120020064)
5. Qurrotul Annisa (P17120020066)
6. Suci Yolanda (P17120020074)
7. Tuti Hilmiyah (P17120020077)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN RI JAKARTA 1
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehigga kita dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “konsep pengorganisasian dalam
keperawatan” dengan tepat waktu.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Keperawatan. Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pembaca maupun penulis
itu sendiri. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru
setelah membaca makalah ini.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen mata kuliah
Manajemen Keperawatan yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga kita mendapat
wawasan baru.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh terima kasih semoga
Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi pembaca maupun
penulis.

Jakarta, 8 Agustus 2021

Kelompok 4B
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3

BAB I............................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN............................................................................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................................................................4

B. Tujuan Penulisan..............................................................................................................................5

1. Tujuan Umum..................................................................................................................................5

2. Tujuan Khusus.................................................................................................................................5

C. Manfaat............................................................................................................................................6

BAB II...........................................................................................................................................................6

TINJAUAN TEORI..........................................................................................................................................6

A. PENGERTIAN DAN HAKEKAT PENGORGANISASIAN..........................................................................6

B. TIPE – TIPE ORGANISASI...................................................................................................................7

C. KEGIATAN PENGORGANISASIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN......................................................8

D. TUJUAN PENGORGANISASIAN.........................................................................................................9

E. PRINSIP –PRINSIP PENGORGANISASIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN...........................................9

F. METODE PELAYANAN KEPERAWATAN...........................................................................................10

BAB III PENUTUP........................................................................................................................................18

A. Kesimpulan....................................................................................................................................18

B. Saran..............................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Hubber (2006) dalam Herlambang (2012) menyatakan bahwa


pengorganisasian merupakan fungsi kedua dari fungsi manajemen setelah perencanaan
yang menggerakkan seluruh sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya (material)
dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Melalui fungsi ini, manajer
keperawatan akan mengatur seluruh perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
yang disesuaikan dengan karakteristik pekerjaan masing-masing sehingga tujuan
organisasi dapat dicapai secara maksimal.
Manajemen merupakan proses penatalaksanaan kegiatan oraganisasi melalui
upaya orang lain. mencapai tujuan bersama. Sedangakan manajemen keperawatan
merupakan pengalokasian aktifitas keperawatan yang dilaksanakan oleh para perawat
dalam upaya memberikan pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu, keluarga,kelompok, dan
masyarakat.
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak dapat bekerja sendiri,
tetapi harus bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dihadapi klien. Kerjasama tersebut harus ditata sehingga
mengjasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, penataan yang dimaksud adalah
pengorganisasian segala sumber yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan.
Pengoganisasian membantu dalamiproses pencapaianitujuan organisaasi atau
kelompok. Pengorganisasianiadalah suatuikegiatan pengaturani pada sumber
dayaimanusia dan sumber daya fisik lain yang dimiliki suatu perusahaaniuntuk
menjalankanirencana yang telah ditetapkan. Pengorganisasin merupakanisebuah aktivitas
penataanisumber daya manusiaiyang tepat danibermanfaat bagi manajemen, dan
menghasilkanipenataan dari karyawani (Sarinah & Mardalena, 2017).Pengorganisasin
dilakukanidengan cara menentukanitugas apayang harusidi kerjakan, siapa yangiakan
mengerjakan, bagimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang akan
bertanggung jawabiatas tugas tersebut, danikapan keputusaniakan diambil (Sarinah &
Mardalena, 2017).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang konsep pengorganisasian dalam Keperawatan
yang sesuai dalam upaya atau peningkatan mutu pelayanan kesehatan dalam bidang
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami pengertian dan hakekat pengorganisasian
b. Mahasiswa mampu memahami tipe tipe organisasi
c. Mahasiswa mampu memahami kegiatan pengorganisasian manajemen
keperawatan.
d. Mahasiswa mampu memahami tujuan pengorganisasian.
e. Mahasiswa mampu memahami prinsip- prinsip pengorganisasian manajemen
keperawatan.
f. Mahasiswa mampu memahami metode pelayanan keperawatan.

C. Manfaat

Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa yaitu sebagai pengetahuan mahasiswa


mengenai konsep pengorganisasian dalam keperawatan. Adapun manfaat dalam proses
pembelajaran adalah sebagai sarana menemukan pengetahuan, menambahkan wawasan
meningkatkan kemampuan menganalisis dan menjadi pedoman bagi mahasiswa.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN DAN HAKEKAT PENGORGANISASIAN

Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang


dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan
koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan ( Depkes
RI, 2001). Menurut Hersey dan Blanchard (1997) dalam La Monica (1998)
pengorganisasian adalah kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap pekerjaan
individu, menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok manajer mencari
metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik.
Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses pengelompokan kegiatan
terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab dan koordinasi kegiatan baik vertikal maupun
horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang
harus melakukan, seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke
siapa, dan di mana serta kapan keputusan harus diambil oleh seorang perawat.
Hal yang harus menjadi pertimbangan guna menjawab pertanyaan siapa yang
harus melakuakan apa diantaranya menurut Siagian (2007) adalah 1) merumuskan
klasifikasi jabatan, 2) analisis pekerjaan, 3) diskripsi pekerjaan agar efektif dan efisien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Interaksi antar individu menjadi salah satu kunci yang menentukan lancar
tidaknya roda organisasi pelayanan keperawatan. Melalui interaksi akan terjadi
komunikasi antar anggota yang dapat dijadikan alat untuk menyampaikan informasi,
instruksi, perintah, teguran, berbagi pengalaman, koordinasi, kerjasama dan lain lain.
Interaksi dalam suatu organisasi pelayanan keperawatan dapat terjadi secara horisontal,
vertikal maupun diagonal. Interaksi secara horizontal dapat terjadi pada level yang sama,
misal antar antar kepala ruang, antar ketua tim atau antar perawat primer.
Interaksi secara vertikal dapat terjadi antara ketua tim /perawat primer dan
kepala ruang, perawat pelaksana dan ketua tim/perawat primer. Interaksi secara diagoanl
dalam ruang keperawatan dapat terjadi antara perawat dan tim kesehatan lain ( dokter,
fisioterapis, ahli gizi, analis, dan lain lain).

B. TIPE – TIPE ORGANISASI

Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode penugasan


yang diterapkan di ruang perawatan. Baiklah berikut ini Anda pelajari terlebih dahaulu
beberapa tipe organisasi dilihat dari strukturnya.
Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia, organisasi lini mencirikan
bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara satuan
organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat
dominan, segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan kegiatan
yang diutamakan adalah wewenang dan perintah. Organisasi lini lebih cocok
digunakan untuk organisasi dengan jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana
terbatas, serta tujuan dan kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi lini
mempunyai keuntungan pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat,
kesatuan arah dan perintah lebih terjamin, serta koordinasi dan pengawasan lebih
mudah. Kelemahannya adalah keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan
pemimpin yang benar benar dapat memegang kendali dan berwibawa, dan unsur
manusiawi sering terabaikan.
2. Organisasi staf
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi staf
dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan satuan organisasi sataf yang
berperan sebagai pembantu pimpinan. Orang yang duduk dalam organisasi staf adalah
individu ahli sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pimpinan membutuhkan orang
yang mampu membantu memecahkan masalah organisasi. Pengambilan keputusan
berada di tangan pimpinan. Keuntungannya adalah pengambilan keputusan akan lebih
baik, kerugiannya pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama.
3. Organisasi lini dan staf
Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini, staf
tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf juga diberikan tanggung jawab
untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika
permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya memberikan ide
tetapi juga harus melaksanakan. Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan
keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan berkurang
karena pimpinan dapat lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting
serta pengembangan bakat dan kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong
tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahannya adalah pengambilan keputusan
memakan waktu lebih lama, dapat menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf
tidak mengetahui batas batas wewenangnya

C. KEGIATAN PENGORGANISASIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

Beberapa kegiatan pengorganisasian dalam manajemen keperawatan yang biasa


dilakukan oleh manajer keperawatan adalah seperti berikut ini:
a. Mengelompokkan dan membangi kegiatan yang harus dilakukan oleh staf dibagi
habis sesuai kompetensi dan tanggung jawabnya
b. Menentukan jalinan hubungan kerja antar tenaga kesehatan, agar komunikasi baik
dan mendukung kegiatan srhari hari
c. Menentukan penugasan yang kondusif, semua tugas dikerjakan secara sukarela
dan optimal tanpa ada rasa curiga antar perawat

D. TUJUAN PENGORGANISASIAN

Tujuan pengorganisasian dalam manajemen keperawatan sebagai berikut:


a. Pencapaian tujuan organisasi
b. Pengorganisasian sumber daya secara efektif dan efisien
c. Melakukan pembagian tugas dan pertanggungjawaban yang efektif antara
perorangan dan kelompok.
d. Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui penyusunan
struktur organisasi yang baik
e. Melakukan pengambilan keputusan secara tepat
f. Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif melalui
supervisi.
g. Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi dengan
melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting. (Swansburg & Swansburg, 1999).

E. PRINSIP –PRINSIP PENGORGANISASIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. Pembagian kerja.
Pembagian kerja dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi habis kepada semua
staf. Setiap staf memiliki tugas yang jelas untuk mengerjakan pekerjaan tertentu.
Untuk menghindari kesalahan maka manajer perawat hendaknya mengerti
karakteristik tugas, tanggung jawab dan wewenang stafnya. Job description,
pengembangan prosedur dan deskripsi hasil kerja diperlukan sebagai rambu-rambu
pembagian kerja.
2. Koordinasi
Koordinasi, adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan hubungan dengan
pihak yang terlibat dalam melancarkan kegiatan agar terjadi nada atau irama yang
sama sehingga terjadi keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar
tenaga yang ada di tempat kerja. Koordinasi efektif bisa dilakukan dengan cara :
1) membangun komunikasi dua arah baik dengan atasan maupun bawahan,
2) membiasakan melakukan rapat formal ( rapat resmi, pre dan post conferent),
3) melakukan pelaporan dan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan,
4) membuat pembakuan formulir–formulir yang dipakai dalam semua kegiatan
sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat
4) Manajemen waktu.
Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap orang untuk melakukan
aktivitas apa saja. Kemampuan mengelola waktu merupakan capaian keberhasilan
seseorang. Agar dapat berhasil dalam mengelola waktu maka diperlukan pemanfaatan
waktu yang efektif dengan cara :
1) Analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal dan kategori kegiatan,
2) memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada,
3) menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan tidak
mendesak/rutin,
4) mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan sifat pekerjaan

F. METODE PELAYANAN KEPERAWATAN

Pengeorganisasian pelayanan di bangsal perawatan mengacu pada metode asuhan


keperawatan yang digunakan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa metode yang
digunakan dan bentuk struktur pengorganisasian kerja yang digunakan supaya efektif dan
efisien.
a. Model Asuhan Keperawatan Fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Seorang perawat dapat
melakukan dua jenis atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut.
Metode ini berkembang ketika perang dunia II, akibat kurangnya perawat
profesional, maka banyak direkrut tenaga pembantu perawat. Mereka dilatih
minimal cara merawat, diajarkan tugas yang sederhana dan berulang seperti
menyuntik, ukur tekanan darah, mengukur suhu, merawat luka dan sebagainya.
Awalnya hal tersebut bersifat sementara, karena keterbatasan tenaga perawat yang
ada, namun dalam kenyataannya hal tersebut tetap bertahan sampai saat ini ,
khususnya di Indonesia.
Contoh:
Perawat A tugasnya menyuntik, dan perawat B melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital serta penyuapi pasien.dan Perawat C bertugas untuk merawat
luka dan sebagainya.
Keuntungan :
 Perawat trampil untuk tugas dan pekerjaan tertentu
 Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat
setelah selesai tugas
 Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan
tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu tugas
sederhana.
 Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf
atau peserta didik yang praktek untuk ketrampilan
tertentu.
Kerugian :
• Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak
memungkinkan untuk melakukan keperawatan secara
holistik
• Apabila pekerjaan selesai cenderung perawat
meninggalkan klien dan melaksanakan pekerjaan non
keperawatan.
• Kepuasan kerja secara keseluruhan sulit dicapai dan sulit
diidentifikasi kontribusi terhadap pelayanan.
• Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai
ketrampilan saja.

Kepala ruangan

Perawat Perawat Perawat Perawat


Obat Luka Hygiene Administras
i

Klien – klien

Gambar 2.1 : Struktur Model Asuhan Keperawatan Fungsional


b. Model Asuhan Keperawatan Tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat
kepada sekelompok klien yang dipimpin oleh perawat teregistrasi dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas
dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/Ketua Tim. Selain itu Ketua
Tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum tugas dan
menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu
anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan.

Tabel 2.1 ketua tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang
kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.

Keuntungan Kelemahan
Memfasilitasi pelayanan keperawatan Rapat tim memerlukan waktu
yang komprehensif sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau terburu-buru, sehingga
dapat mengakibatkan komunikasi dan
koordinasi antar anggota tim
terganggu sehingga kelancaran tugas
terhambat
Memungkinkan pencapaian proses Perawat yang belum trampil dan
keperawatan belum berpengalaman cenderung
tergantung atau berlindung kepada
anggota tim yangmampu atau ketua
tim
Konflik atau perbedaan pendapat antar Akontabilitas dalam tim kabur
staf dapat ditekan melalui rapat tim .
Cara ini efektif untuk belajar
Memungkinkan menyatukan
kemampuan anggota tim yang
berbeda-beda dengan aman dan
efektif.

Bentuk pengorganisasian manajemen keperawatan dengan metode tim di ruang


perawatan.

Kepala Ruangan

Perawat Perawat
Perawat
Katim Katim

Perawat Perawat Perawat


Anggota Tim Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien Pasien

Gambar 2.2 : Struktur Model Asuhan Keperawatan Tim


Dalam Struktur pengorganisasian kerja dengan model Tim tergambar bahwa
sekelompok pasien diasuh oleh 1 tim perawat. Setiap tim akan memiliki anggota tim yang
terdiri dari beberapa perawat untuk mengasuh beberapa pasien yang menjadi kelolaan
yang konsisten mulai masuk sampai keluar RS.

c. Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien


Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau
beberapa klien oleh satu perawat pada saat tugas/jaga selama periode waktu
tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima laporan tentang pelayanan keperawatan klien.
Berikut ini keuntungan dengan kerugian metode tim dalam pengelolaan
pelayanan/ asuhan keperawatan.

Keuntungan Kelemahan
Fokus keperawatan sesuai dengan Beban kerja tinggi terutama jika klien
kebutuhan klien banyak sehingga tugas yang sederhana
terlewatkan
Memberikan kesempatan untuk Peserta didik sulit untuk memperoleh
melakukan keperawatan yang ketrampilan khusus yang tidak
komprehensif dilakukan pada klien yang menjadi
kelolaannya : misal kateterisasi, NGT
dsb
Memotivasi perawat selalau bersama Pendelegasian tugas tertentu
klien selama bertugas, tugas non
keperawatan dapat dilakukan oleh
bukan perawat
Mendukung penerapan proses Kelanjutan perawatan klien anya
keperawatan sebagaian selama perawat penagggung
jawab klien bertugas
Kepuasan kerja secara keseluruhan Kelanjutan perawatan klien hanya
dapat dicapai sebagaian selama perawat penaggung
jawab klien bertugas
KARU

Perawat Perawat B Perawat C


Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Pasien Pasien Pasien

Gambar 2.3 Struktur Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien

d. Model Asuhan Keperawatan Primer


Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap
asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Metode ini dikembangkan sejak
tahun 1970'an. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan,
Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah
sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer
yang dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan untuk memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi
kepada pasien. Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien
dibawah tanggung jawab perawat primer, dan perawat assosiet yang akan
melaksanakan rencana asuhan keperawatan dalam tindakan keperawatan.

Tabel 2.2 Keuntungan dan Kelemahan Model Asuhan Keperawatan


Primer

Otonomi perawat meningkat, karena Ruangan tidak memerlukan bahwa


motivasi, tanggung jawab dan semua perawat pelaksana harus
tanggung gugat meningkat perawat profesional
Menjamin kontinuitas asuhan Biaya yang diperlukan mahal
keperawatan
Meningkatnya hubungan antara
perawat pasien
Membebaskan perawat dari tugas-
tugas yang bersifat perbantuan
Metode ini mendukung pelayanan
professional
Terciptanya kolaborasi yang baik

Dokter Kepala Ruangan SDM RS

Perawat Primer

Klien

Perawat
Perawat
Asosiet Perawat
Asosiet
Asosiet

Gambar 2.4 : Struktur Model Asuhan Keperawatan Primer

Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan kualifikasi tertentu


karena perawat primer harus tenaga perawat profesional (Register Nurse) yang
mengasuh pasien mulai pengkajian, penentuan diagnosa, membuat rencana,
melakukan implementasi dan evaluasi. Dalam kegiatan implementasi perawat primer
dibantu oleh perawat assosiete. Jadi peran perawat assosiate adalah membantu saat
pelaksanaan tindakan. Perawat primer akan mengasuh 4 – 6 klien/pasien selama 24
jam
e. Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabungan model asuhan keperawatan
primar dan Tim)
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat profesional dan non profesional (perawat trampil) untuk sekelompok
klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang, disebut tanggung jawab total
atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan,
trampil dan memiliki kemampuan memimpin. Idealnya 2 - 3 perawat untuk 8 - 12
klien.
Semua model di atas dapat digunakan untuk mengorganisasikan
pelayanan/asuhan keperawatan sesuai situasi dan kondisi ruangan, jumlah perawat
serta kemampuan perawat yang ada. Jumlah perawat yang ada harus seimbang
sesuai dengan jumlah klien. Selain itu kategori pendidikan tenaga keperawatan
yang ada perlu diperhatikan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang akan
dibebankan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan mengalokasi dan


mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang dicapai. Suatu pengorganisasia
memiliki tujuan dan prinsip pokok tertentu dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Organisasi
sebagai sistem sosial memiliki 4 subsistem yaitu subsistem administrasi, subsistem informasi,
subsistem ekonomi, dan subsistem sosial. Dalam struktur organisasi memiliki 4 jenis atau tipe
struktur yaitu Bureaucrati, Ad Hoc Design, Matrix Structure, dan Flat design.

B. Saran

Organisasi yang baik adalah organisasi yang menjalankan peran  pengorganisasian secara
jelas. Selain itu pengorganisasian yang baik juga dilihat dari pemimpin dan stafnya. Hubungan
yang baik membuat tujuan organisasi lebih cepat tercapai. Begitu juga dengan hubungan yang
buruk antara pimpinan dan stafnya akan membuat tujuan organisasi lambat terwujud bahkan
gagal tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan dalam praktek keperawatan. Bppsdmk


Kemenkes.

Anda mungkin juga menyukai