Anda di halaman 1dari 7

MENGANALISIS FENOMENA BENTANG LAHAN DI TRANGKIL KECAMATAN

GUNUNGPATI KELURAHAN SUKOREJO SEMARANG JAWA TENGAH

Mata Kuliah :

Metode Analisis Geografi

Dosen :

Dr. Juhadi, M.Si;

Oleh :

Prayuda Adnan W N

(3201418084)

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021
Analisis

Aspek Morfologi/Fisik

Berdasarkan fenomena bentang lahan di trangkil kecamatan gunung pati kelurahan sukorejo
semarang jawa tengah tersebut dari aspek yang pertama yaitu aspek morfologinya/ aspek
fisiknya. Daerah pada trangkil yang terletak di kecamatan gunung pati kelurahan sukorejo
tersebut memiliki kemiringan lahannya rata rata sekitar 20-40 derajat sehingga sangat rawan
sekali berdampak bencana longsor lebih tepatnya pada 2014 lalu terjadi longsor pada daerah
tersebut. Selain itu aktivitas fisik secara pembangunan sarana dan juga pra sarana yang di
lakukan di daerah trangkil di kecaman gunung pati kelurahan sukorejo tersebut secara umum
pembangunan dapat diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan
warganya. Seringkali kemajuan yang dimaksud terutama adalah kemajuan material. Maka,
pembangunan seringkali diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat di
bidang ekonomi. Sebuah daerah yang tinggi produktivitasnya dan merata pendapatan
penduduknya. Pembangunan yang menghasilkan produktivitas tinggi yang tidak mempedulikan
dampak terhadap lingkungannya maka lingkungannya semakin rusak dan sumber sumber
alamnya semakin berkurang, sementara kecepatan bagi alam untuk melakukan rehabilitasi lebih
lambat dari pada kecepatan perusakan sumber alam tersebut. Oleh karena itu, seringkali terjadi
bahwa pembangunan yang dianggap berhasil ternyata tidak memiliki daya kelestarian yang
memadai. Hal tersebut terjadi di daerah trangkil kecamatan gunung pati kelurahan sukorejo
tersebut kondisi morfologinya/fisiknya terjadi perubahan penggunaan lahan yang disebabkan
karena adannya pembangunan fisik daerah (sarana dan prasarana penduduk) maupun oleh
kegiatan sosial penduduk (permukiman, perdagangan dll). Perubahan penggunaan lahan yang
terjadi di daerah tersebut di karenakan adanya faktor yang berpengaruh terhadap perubahan
penggunaan lahan di daerah trangkil kecamatan gunung pati kelurahan sukorejo tersebut adalah
faktor kepadatan penduduk dan faktor ketersidiaan fasilitas sosial ekonomi. Perubahan
penggunaan lahan yang terjadi di daerah tersebut tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
(RTRW) Kecamatan gunungpati kelurahan sukorejo sehingga terjadi banyak kesalahan dalam
perhitungannya. Lalu pada perubahan penggunaan lahan yang terjadi di daerah tersebut selama
kurun waktu yang lama mempengaruhi terhadap perubahan penggunaan lahan adalah
pertambahan penduduk dan kepadatan penduduk tetapi untuk faktor pertambahan fasilitas sosial
ekonomi tidak terlalu berpengaruh besar.

Aspek Material

Berdasarkan fenomena bentang lahan di trangkil kecamatan gunung pati kelurahan sukorejo
semarang jawa tengah tersebut dari aspek materialnya terdapat beberapa material penyusunnya
yaitu ada lempung tanah ini memang memiliki ketebalannya yang kurang bagus yaitu hanya 2,5
m dan sudut lerengnya lebih dari 220 hal tersebutlah yang membuat lempung menjadi penyebab
utama longsornya di daerah trangkil tersebut pada tahun 2014 saat itu di karenakan hujan turun
sangat deras di daerah tersebut di sisi lain lempung juga memiliki daya serap dan tamping air
yang kurang bagus sehingga dengan mudahnya dan cepat terjadi bencana longsor di daerah
tersebut di tambah dengan kemiringan daerah trangkil yang sangat tinggi/tajam. Kemudian
berikutnya alluvial pada daerah tersebut alluvial berasal dari endapan alluvial yang terjadi di
sungai sekitaran trangkil tersebut sehingga ikut tercampur. Pada daerah trangkil tersebut alluvial
biasanya di gunakan sebagai perkebunan ketela pohon karena alluvial ini memiliki unsur hara
yang sangat tinggi sehingga cocok untuk lahan perkebunan selain itu juga sangat cocok untuk
aliran irigasi perkebunan tersebut biasanya perkebunan ketela pohon hanya terdapat pada
beberapa lahan kosong yang masih di gunakan untuk perkebunan. Selanjutnya ada vulkanik pada
daerah trangkil kecamatan gunungpati kelurahan sukorejo tersebut vulkanik berasal dari material
material yang hanyut atau berasal dari gunung ungaran di karenakan letaknya yang masih
lumayan dekat dengan gunung ungaran tersebut. Pada tanah daerah trangkil tersebut juga masih
subur di karenakan mengandung unsur unsur dari gunung ungaran di karenakan material
vulkanik mengandung garam dan juga mineral yang pada unsur tersebut di butuhkan tanaman
agar dapat bertahan hidup dan berkembang sehingga tumbuhan tumbuhan di daerah trangkil
memiliki kualitas yang bagus contoh saja jati,mahoni dll jenisnya yang tumbuh dan berkembang
dengan sangat bagus.

Aspek Geomorfologi

Pada aspek geomorfologi di daerah trangkil kecamatan gunung pati kelurahan sukorejo tersebut
perkampungan Trangkil yang elevasinya berada di kecamatan gunungpati kelurahan sukorejo
tersebut dibangun sejak 2010 lalu. Sebelumnya, ratusan warga yang tinggal di lokasi tersebut
adalah warga eks daerah Tarupolo, Jalan WR Supratman. Namun karena ada suatu hal, mereka
terpaksa pindah dari tempat semula itu ke lokasi Trangkil Semarang dengan membeli kapling
tanah dari pihak pengembang. Pada daerah trangkil di kecamatan gunungpati kelurahan sukorejo
termasuk zona gerakan tanah tinggi yakni daerah yang mempunyai derajat kerentanan tinggi
untuk terjadinya gerakan tanah. Gerakan tanah sering terjadi pada zona ini. Gerakan tanah lama
dan baru masih ada dan aktif akibat curah hujan yang tinggi dan proses erosi yang kuat.
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan yang umunya terjadi
pada kemiringan lereng 20°-40° dengan massa yang bergerak berupa tanah residual, endapan
koluvial dan batuan vulkanik yang lapuk. Tanah residual dan koluvial umumnya merupakan
tanah yang bersifat lepas-lepas dan dapat menyimpan air. Akibatnya kekuatan gesernya relatif
lemah, apalagi bila air yang dikandungnya semakin jenuh dan menekan. Peningkatan kejenuhan
air dapat terjadi apabila tanah tersebut menumpang di atas lapisan tanah atau batuan yang lebih
kompak dan kedap air. Sehingga air yang meresap ke dalam tanah sulit menembus lapisan tanah
atau batuan di bawahnya, dan hanya terakumulasi dalam tanah yang relatif gembur. Kontak
antara lapisan tanah atau batuan yang lebih kedap dengan massa tanah di atasnya sering
merupakan bidang gelincir gerakan tanah. Bidang gelincir ini dapat pula berupa zona yang
merupakan batas perbedaaan tingkat pelapukan batuan, bidang diskontinuitas batuan, dan lapisan
batuan seperti batu lempung, batu lanau, serpih dan tuf.
Sedangkan pada daerah trangkil tersebut sangat mudah terjadi bencana longsor yang sebagian
besar kasus kelongsoran lereng pada daerah trangkil tersebut umumnya terjadi pada kondisi
kondisi berikut :

Pertama, kelongsoran terjadi pada saat hujan lebat dan sangat lebat, baik pada saat masih
terjadinya hujan maupun sesaat setelah terjadinya hujan. Hampir tidak ada kelongsoran lereng
yang terjadi saat musim kemarau atau hujan yang gerimis. Kelongsoran dapat terjadi kapan saja
pada musim penghujan.

Kedua, banyak lereng yang sejak lama dalam kondisi stabil, tetapi tiba-tiba longsor pada saat
kondisi hujan lebat, terutama bila hujan terjadi berhari-hari dengan instensitas yang tinggi.
Banyak lereng yang longsor berupa lereng berbatu, lanau-lempung yang kaku, mengandung
lapisan yang keras dan hasil analisis kestabilan lereng menunjukkan lereng dalam kondisi aman
namun pada kenyataanya lereng tersebut tetap longsor saat terjadinya hujan lebat. Pada sebagian
lereng, kelongsoran tetap terjadi pada saat hujan lebat atau segera setelah hujan walaupun
kemiringan lereng relatif landai dan hasil analisis stabilitas lereng menunjukkan dalam kondisi
aman.

Ketiga, pada daerah yang sering mengalami kelongsoran, berdasarkan hasil pengeboran di luar
daerah yang longsor menunjukkan bahwa lapisan-lapisan tanah di lereng pegunungan ternyata
tidak jenuh air dan ternyata muka air tanah tenyata cukup dalam. Jadi kelongsoran lereng tidak
terpengaruh dengan kejenuhan tanahnya dan muka air di dalam pori tanah. Walaupun demikian,
faktanya tetap sama yaitu kelongsoran selalu terjadi pada saat hujan lebat.

Keempat, pergerakan kelongsoran pada tebing-tebing sepanjang sisi suatu jalan di daerah
pegunungan biasanya terjadi pada tempat-tempat tertentu saja, walaupun kondisi batuan dan
tanah sepanjang sisi jalan relatif sama. Kelongsoran tidak terjadi bersamaan sepanjang lereng
jalan, namun bergantian dari satu tempat ke sisi yang lainnya, walaupun untuk sepanjang ruas
jalan yang ditinjau ternyata curah hujan dan intensitasnya praktis sama.
Aspek Budaya

Budaya yang ada pada daerah trangkil tersebut yaitu budaya suronan. Pada malam satu suro
dalam tradisi Jawa tak lain merupakan malam jelang tahun baru Hijjriyah yang jatuh pada
tanggal 1 Muharram. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, malam satu suro diyakini sebagai
malam keramat. Berbagai tradisi pun digelar seperti lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk),
selamatan maupun ada yang berendam di sungai. Umumnya bertujuan untuk mencari berkah dan
menolak bala atau bencana. Pun di Semarang tradisi ritual malam satu suro dilakukan turun-
temurun. Di ibukota provinsi Jawa Tengah tepatnya di trangkil semarang ini warga pun
menggelar aneka kegiatan. Sejak puluhan tahun lalu, Tugu Suharto menjadi tempat utama untuk
ritual malam satu suro di Semarang. Tugu Suharto sendiri sejatinya merupakan monumen
peringatan yang dibangun untuk mengenang perjuangan mantan presiden Soeharto melawan
penjajah Belanda. Letaknya memang berada di tempuran (pertemuan) dua aliran sungai
Kaligarang. Konon, pada malam-malam tertentu Soeharto berendam semalam suntuk di
tempuran (pertemuan dua aliran sungai Kaligarang) yang terletak di kelurahan Bendan Ngisor
Kecamatan Gajah Mungkur ini. Sebagai penganut Kejawen, mendiang Soeharto percaya bahwa
laku spiritualnya ini akan membawa kemuliaan. Entah kebetulan atau tidak, beberapa tahun
kemudian Soeharto berhasil menjadi orang nomor satu di Indonesia. Bahkan berkuasa hingga 32
tahun lebih sebelum lengser pada tahun 1998. Selain itu saat malam satu suro hampir sebagaian
warga Semarang termasuk bagi warga trangkil yang juga menggelar ritual lek-lekan (tidak tidur
semalam suntuk) dengan berkumpul bersama di gang-gang kampung. Biasanya warga membuat
hidangan nasi tumpeng dan menggelar doa bersama. Ritual mencuci pusaka berupa keris banyak
dilakukan di malam satu suro. Ritual ini umumnya dilakukan oleh seorang dukun dengan
memakai air khusus yang sudah dimanterai. Bagi warga yang mengikuti ajaran Kejawen, malam
satu suro digunakan untuk bersemedi atau bermeditasi. Umumnya mereka mengambil tempat
yang sepi dan jauh dari hiruk pikuk manusia. Konon, di beberapa kawasan perbukitan Semarang
kerap digunakan untuk bersemedi saat malam satu suro. Dan beberapa warga juga menghabiskan
malam satu suro dengan ‘ngalap berkah’ dengan berziarah ke beberapa makam yang dianggap
sebagai tokoh leluhur kota ini. Salah satu makam yang kerap dikunjungi adalah makam ulama
besar Muhammad Saleh bin Umar As-Shamarani atau terkenal dengan nama Kiai Sholeh Darat
di TPU Bergota.

Anda mungkin juga menyukai