Anda di halaman 1dari 9

Nama : Shella Nur Safitri

NIM : 180910301093

Mata Kuliah : Gender dan Pemberdayaan Wanita

PENGARUSUTAMAAN GENDER “KEADILAN GENDER”

Abstrak
Keadilan adalah tujuan kemanusiaan yang menyeluruh yang harus diwujudkan dan
dikembangkan secara terus menerus untuk menjaga suatu keutuhan yang telah ada.
Pengarusutamaan gender atau disingkat PUG adalah strategi yang dilakukan secara rasional
dan sistimatis untuk mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam
sejumlah aspek kehidupan manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara), melalui
kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan
permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi dari seluruh kebijakan dan program diberbagai bidang kehidupan dan pembangunan .
Munculnya gender telah menunjukkan perbedaan peran ,tanggung jawab, fungsi dan ruang
tempat dimana manusia beraktifitas secara normal. Dengan keadilan gender setidaknya
manusia dapat menjalin hubungan tanpa ada rasa canggung antara satu dengan yang lainnya.
Keadilan gender juga belum bisa di wujudkan karena masih banyaknya nilai sosial yang
menempatkan laki-laki lebih tinggi derajat nya dari pada perempuan.

A. Pendahuluan
Perbedaan gender terkadang menimbulkan ketidakadilan. Ketidakadilan gender
memliki banyak bentuk seperti stereotipe, diskrimnasi, tindak kekerasan dan masih banyak
lagi. Di Indonesia masih sangat sering kita jumpai bentuk-bentuk ketidakadilan dan yang
banyak di lakukan adalah tindak kekerasan. Salah satu bentuk ini sering di pakai oleh
sebagian orang mungkin karena wanita di anggap lemah dan para kaum laki-laki dapat
melakukan tindakan-tindakan yang tidak mencerminkan adanya sikap kemanusiaan kepada
para wanita. Tekadang juga tindak kekerasan yang dilakukan oleh kaum laki-laki hanya
semata-mata untuk melampiaskan kemarahan dan dapat berujung dengan kematian.
Gender adalah konsep kultur yang berusaha membuat perbedaan dalam perihal peran,
perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang ada di
dalam masyarakat. Peran perempuan di dalam masyarakat sendiri mungkin dapat dianggap
sebagai yang memlki sifat keibuan yang melekat sejak lahir. Dan pembeda antara laki-laki
dan perempuan yang ada di masyarakat adalah kultur atau budaya yang ada dimasyarakat
tersebut. Konsep gender dapat dikatakan dengan pertukaran sifat antara perempuan dengan
laki-laki yang dapat berubah dari suatu kelas ke kelas yang lain.
Di kehidupan nyata banyak terjadi perbedaan peran sosial antara laki-laki dan
perempuan pada status sosial dimasyarakat yang mana laki-laki lebih di unggulkan baik dari
peran, sifat, maupun jenis pekerjaan yang di dapat. Padahal tidak semua perempuan lemah
dan dinilai tidak dapat melakukan pekerjaan seperti halnya laki-laki. Buktinya di kota-kota
besar banyak terdapat para kaum hawa bekerja banting tulang seperti halnya kaum adam,
seperti menjadi tukang tambal ban, supir angkot, kuli panggul dan masih banyak lagi.
Perempuan juga memiliki hak untuk mendapat keadilan untuk bekerja seperti laki-laki.
Memang perempuan tidak lebh baik jika dilihat dari kekuatannya, namun jika dilihat dari
ketelitian dan kecerdasan perempuanlah yang memiliki semua itu. Mungkin juga ada
sebagian laki-laki yang dapat mengerjakan semua pekerjaan baik yang diperuntukkan laki-
laki ataupun perempuan. Tapi alangkah baiknya jika perempuan dan laki-laki dijajarkan di
satu derajat yang sama.

Keadilan gender pada akhirnya digunakan untuk meningkatkan kesetaraan gender.


Dalam meningkatkan kesetaraan gender, keadilan gender memiliki cara atau strategi. Cara
atau strategi itu dapat kita ambil contoh yang sama dengan paragraf di atas yang mengatakan,
bukan hanya laki-laki yang dapat bekerja keras banting tulang, karena para perempuan juga
dapat mengerjakan pekerjaan yang sama dengan menyamakan derajat atau kemampuan yang
dimiliki oleh laki-laki kebanyakan.

B. Pengertian Keadilan Gender

Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-
laki. Perlakuan adil dalam segala hal seperti memiliki wewenang untuk mengambil keputusan
besar dalam jalan hidupnya tanpa ada campur tangan oang luar. Keadilan gender juga suatu
proses menuju kesetaraan antara perempuan dan laki-laki yang menjadikan adanya hubungan
baik yang dapat menuntun ke arah yang lebh positif dalam kehidupannya. Laki-laki dan
perempuan diciptakan untuk saling melengkapi antara satu dengan yang lain tanpa melihat
kelebihan atau kekurangan yang dimiliki.
Ketidakadilan gender dapat menyebabkan pembagian peran dan tanggung jawab yang
berlebih pada salah satu pihak, yakni perempuan atau laki-laki. Perbedaan gender ternyata
telah menyebabkan munculnya berbagai ketidakadilan gender yang terjadi dalam keluarga
dan masyarakat. Kelebihan tanggung jawab dan peran pada suatu pekerjaan biasanya dialami
oleh laki-laki, karena kebanyakan kepala perusahaan lebih memilih laki-laki yang mereka
anggap lebh handal. Mungkin ada sebagian kecil perempuan yang berkesempatan
mendapatkan tanggung jawab dan peran yang lebih dari bos mereka, itu juga di sebabkan
oleh kemampuan ekstra para wanita yang ditunjukkan. Ketidakadilan gender di dalam
keluarga mungkin tidak akan berdampak besar karena di dalam satu rumah kita dapat
memecahkan ketidakadilan itu dengan orang yang lebih tua yang ada didalam rumah. Jika
ketidakadilan gender yang ada di masyarakat, mungkin dapat menimbulkan suatu
kesenjangan atau ketidaksetaraan yang dapat dipecahkan dengan cara memusyawarahkan apa
yang dipermasalahkan.

Membangun kesetaraan dan keadilan gender sulit dilakukan secara cepat, karena
masih mengalami kendala-kendala yang bersumber dari legitimasi konstruksi budaya,
interpretasi agama, dan kebijakan politik. Kendala-kendala tersebut menghambat
pembangunan kesetaraan dan keadilan gender dalam masyarakat luas. Karena masyarakat
kebanyakan sudah menelan mentah-mentah kebudayaan yang sudah ada sejak jaman dahulu
yang mereka yakini benar adanya. Kebijakan politik juga dapat menghambat karena mungkin
kebanyakan dari mereka tidak tau akan gender itu yang sebenarnya. Jadi mereka hanya
mengikuti apa yang dikehendaki oleh para pemimpin mereka.

Gender melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan, dikonstruksi secara sosial
maupun kultural. Misalnya perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional dan
keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan perkasa. Gender tidak dapat
dipisahkan oleh apapun. Karena gender berada dan hidup di tengah-tengah masyarakat yang
besar. Perbedaan gender dianggap suatu ketentuan yang tidak dapat diubah sehingga
perbedaan tersebut dianggap sebagai wahyu yang diturunkan oleh sang pencipta. Kultur
budaya yang ada didalam masyarakat jugalah yang mendukung berkembangnya gender
dengan sangat pesat.

Gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan. Oleh karena itu gender berkaitan
dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan
bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya ditempat
mereka berada. Ketertinggalan perempuan mencerminkan masih adanya ketidakadilan dan
ketidak setaraan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia, hal ini dapat terlihat dari
gambaran kondisi perempuan di Indonesia.

C. Permasalahan Keadilan Gender (Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender)

Jika kita menelaah permasalahan tentang keadilan gender pasti banyak sekali. Seperti
permasalahan laki-laki yang selalu diunggulkan dari pada perempuan di lapangan pekerjaan.
Adapula permasalahan perempuan yang tidak mendapatkan hak pendidikan sampai jenjang
yang lebih tinggi. Didunia luar juga perempuan dinilai lemah dan hanya dapat bergelut di
bidang rumahan saja. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender :

 Marginalisasi:

Marginalisasi artinya : suatu proses peminggiran akibat perbedaan jenis kelamin yang
mengakibatkan kemiskinan.

Banyak cara yang dapat digunakan untuk memarjinalkan seseorang atau kelompok. Salah
satunya adalah dengan menggunakan asumsi gender. Misalnya dengan anggapan bahwa
perempuan berfungsi sebagai pencari nafkah tambahan, maka ketika mereka bekerja diluar
rumah (sector public), seringkali dinilai dengan anggapan tersebut. Jika hal tersebut terjadi,
maka sebenarnya telah berlangsung proses pemiskinan dengan alasan gender.

Contoh :

1. Guru TK, perawat, pekerja konveksi, buruh pabrik, pembantu rumah tangga dinilai
sebagai pekerja rendah, sehingga berpengaruh pada tingkat gaji/upah yang diterima.
2. Masih banyaknya pekerja perempuan dipabrik yang rentan terhadap PHK dikarenakan
tidak mempunyai ikatan formal dari perusahaan tempat bekerja karena alasan-alasan
gender, seperti  sebagai pencari nafkah tambahan, pekerja sambilan dan juga alasan
factor reproduksinya, seperti menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui.
3. Perubahan dari sistem pertanian tradisional kepada sistem pertanian modern dengan
menggunakan mesin-mesin traktor telah memarjinalkan pekerja perempuan.

 Subordinasi
Subordinasi Artinya : suatu penilaian atau anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan oleh
satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain.

Telah diketahui, nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, telah memisahkan dan memilah-
milah peran-peran gender, laki-laki dan perempuan. Perempuan dianggap bertanggung jawab
dan memiliki peran dalam urusan domestik atau reproduksi, sementara laki-laki dalam urusan
public atau produksi.

Pertanyaannya adalah, apakah peran dan fungsi dalam urusan domestic dan reproduksi
mendapat penghargaan yang sama dengan peran publik dan produksi? Jika jawabannya
“tidak sama”, maka itu berarti peran dan fungsi public laki-laki. Sepanjang penghargaan
social terhadap peran domestic dan reproduksi berbeda dengan peran publik dan reproduksi,
sepanjang itu pula ketidakadilan masih berlangsung.

Contoh :

1. Masih sedikitnya jumlah perempuan yang bekerja pada posisi atau peran pengambil
keputusan atau penentu kebijakan disbanding laki-laki.
2. Dalam pengupahan, perempuan yang menikah dianggap sebagai lajang, karena
mendapat nafkah dari suami dan terkadang terkena potongan pajak.
3. Masih sedikitnya jumlah keterwakilan perempuan dalam dunia politik (anggota
legislative dan eksekutif ).

 Sterotipe atau Pelabelan Negatif

 Semua bentuk ketidakadilan gender diatas sebenarnya berpangkal pada satu sumber
kekeliruan yang sama, yaitu stereotype gender laki-laki dan perempuan. Stereotype itu sendiri
berarti pemberian citra bakuatau label/cap kepada seseorang atau kelompok yang didasarkan
pada suatu anggapan yang salah atau sesat.

Pelabelan umumnya dilakukan dalam dua hubungan atau lebih dan seringkali digunakan
sebagai alasan untuk membenarkan suatu tindakan dari satu kelompok atas kelompok
lainnya.Pelabelan juga menunjukkan adanya relasi kekuasaan yang timpang atau tidak
seimbang  yang bertujuan untuk menaklukkan atau menguasai pihak lain.Pelabelan negative
juga dapat dilakukan atas dasar anggapan gender. Namun seringkali pelabelan negative
ditimpakan kepada perempuan.
Contoh :

1. Perempuan dianggap cengeng, suka digoda.


2. Perempuan tidak rasional, emosional.
3. Perempuan tidak bisa mengambil keputusan penting.
4. Perempuan sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah tambahan.
5. Laki-laki sebagai pencari nafkah utama.

 Kekerasan

Kekerasan (violence) artinya tindak kekerasan, baik fisik maupun non fisik yang dilakukan
oleh salah satu jenis kelamin atau sebuah institusi keluarga, masyarakat atau negara terhadap
jenis kelamin lainnya. Peran gender telah membedakan karakter perempuan dan laki-laki.
Perempuan dianggap feminism dan laki-laki maskulin. Karakter ini kemudian mewujud
dalam ciri-ciri psikologis, seperti laki-laki dianggap gagah, kuat, berani dan sebagainya.
Sebaliknya perempuan dianggap lembut, lemah, penurut dan sebagainya.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pembedaan itu. Namun ternyata pembedaan karakter
tersebut melahirkan tindakan kekerasan. Dengan anggapan bahwa perempuan itu lemah, itu
diartikan sebagai alasan untuk diperlakukan semena-mena, berupa tindakan kekerasan.

Contoh :

1. Kekerasan fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh suami terhadap isterinya di
dalam rumah  tangga.
2. Pemukulan, penyiksaan dan perkosaan yang mengakibatkan perasaan tersiksa dan
tertekan. Perkosaan juga bisa terjadi dalam rumah tangga karena konsekuensi
tertententu yang dibebankan kepada istri untuk harus melayani suaminya. Hal ini bisa
terjadi karena konstruksi yang melekatinya.
3. Pelecehan seksual (molestation), yaitu jenis kekerasan yang terselubung dengan cara
memegang atau menyentuh bagian tertentu dari tubuh perempuan tanpa kerelaan si
pemilik tubuh.
4. Eksploitasi seks terhadap perempuan dan pornografi.
5. Genital mutilation: penyunatan terhadap anak perempuan. Hal ini terjadi karena
alasan untuk mengontrol perempuan.
6. Prostitution: pelacuran. Pelacuran dilarang oleh pemerintah tetapi juga dipungut pajak
darinya. Inilah bentuk ketidakadilan yang diakibatkan oleh sistem tertentu dan
pekerjaan pelacuran juga dianggap rendah.

 Beban ganda (double burden):

Beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin
lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya.

Peran reproduksi perempuan seringkali dianggap peran yang statis dan permanen. Walaupun
sudah ada peningkatan jumlah perempuan yang bekerja diwilayah public, namun tidak
diiringi dengan berkurangnya beban mereka di wilayah domestic. Upaya maksimal yang
dilakukan mereka adalah mensubstitusikan pekerjaan tersebut kepada perempuan lain, seperti
pembantu rumah tangga atau anggota keluarga perempuan lainnya. Namun demikian,
tanggung jawabnya masih tetap berada di pundak perempuan. Akibatnya mereka mengalami
beban yang berlipat ganda.

D. Solusi Permasalahan Keadilan Gender


Solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas adalah dengan menyetarakan
derajat antara laki-laki dan perempuan yang terkadang dinilai laki-laki lebih unggul dari pada
perempuan. R.A Kartini membangun emansipasi wanita untuk dapat membangun para
perempuan yang cerdas yang dapat mengenyam pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi.
Buktinya sampai sekarang kita para perempuan dapat bersekolah sampai jenjang yang kita
mau akibat dari perjuangan R.A Kartini itu. Proses pendidikan akhlak dilakukan sebagian
besar dengan metode, hafalan, ceramah, dam mncatat sehingga peserta didik mengalami
kejenuhan dalam proses pembelajaran.

E. Simpulan
Keadilan gender suatu proses menuju kesetaraan antara perempuan dan laki-laki yang
menjadikan adanya hubungan baik yang dapat menuntun ke arah yang lebih positif dalam
kehidupannya. Gender adalah perbedaan prilaku antara laki-laki dan perempuan yang
dikonstruksi secara sosial yakni perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ketentuan Tuhan
melainkan diciptakan oleh manusia melalui proses sosial dan cultural yang panjang. Gender
bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan. Oleh karena itu gender berkaitan dengan proses
keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai
dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya ditempat mereka berada.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/30501673/Keadilan_Gender

https://sofyaneffendi.wordpress.com/2011/07/26/macam-macam-ketidakadilan-gender/

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengarusutamaan_gender#:~:text=Pengarusutamaan%20gender
%20atau%20disingkat%20PUG,program%20yang%20memperhatikan%20pengalaman%2C
%20aspirasi%2C

Anda mungkin juga menyukai