1
mewujudkan cita-cita yang di idamkan, maka merupakan noda yang mengotori
ilmu. Pada temuan-temuan ilmiah dapat digunakan untuk tujuan yang tergantung
pada manusia.
Dalam kasus islam doktrin yang menjunjung tinggi akhlak pada semua
tindakan manusia, pada orang-orang yang berilmu diibaratkan dengan pemegang
cahaya karena tuhan mendiskripsikan dirinya sebagai cahaya di atas cahaya, dan
jika para pemegang cahaya mencoba main-main dengan cahaya yang di pegang,
maka fungsi mereka sebagai pembimbing umat yang berwariskan kenabian perlu
untuk di curigai. Selain itu dalam penggunaan rasio untuk kerja pengetahuan
diharapkan untuk tidak menyesatkan orang lain, dan bahkan jika ilmu tidak berbuah
hasil dengan kebaikan dalam diri manusia akan menjadi boomerang atau peristiwa
yang membunuh nilai kemanusiaan serta merugikan diri sendiri. Islam mengajarkan
bahwa ilmu dalam diri manusia sangat berbanding lurus dengan dzat yang maha
mengetahuinya. Menurut beberapa ahli pengertian etika sebagai berikut :
2
kita harus merenungkan tingkah laku
dan sikap kita, membenarkanya, dan
memperbaikinya.
3
Dapat saya simpulkan secara keseluruhan bahwa etika merupakan cabang
dari filsafat yang membicarakan tentang nilai baik buruk serta tentang
pertimbangan-pertimbangan tindakan, serta pengkajian secara mendalam tentang
system dan nilai yang ada, sehingga etika sebagai suatu ilmu cabang dari filsafat
yang membahas system nilai moral yang berlaku. Moral merupakan ajaran system
nilai baik buruk yang diterima sebagaimana adanya, tetapi etika kajian tentang
moral yang bersifat kritis dan rasional. Etika secara umum juga diklasifikasikan
menjadi dua jenis. Yang pertama etika deskriptif yang menekankan pada
pengkajian ajaran moral yang berlaku, membicarakan masalah baik buruk tindakan
manusia dalam hidup bersama. Yang kedua etika normatif, suatu kajian terhadap
ajaran norma baik buruk sebagai suatu fakta, serta tidak perlu mengajukan alasan
rasional terhadap ajaran dan cukup merefleksikan mengapa hal itu sebagai suatu
keharusan.
➢ Pengertian Ilmu
4
kedudukanya tampak dari luar
maupun menurut bangunanya dari
dalam.
2. Prof. Dr. Ahmad Tafsir Ilmu adalah teori yang rasional dan
“Filsafat Ilmu”, 2004 empiris.
3. Prof. Dr. M Solly Lubis SH, Ilmu merupakan produk etika karena
1994:44 ia lahir dan bersumber dari nilai moral
yang gandrung akan kebenaran. Ilmu
juga di pandang sebagai proses etika
karena langkah-langkah metodologik
berupa logika-hipotetico-veticatif
dalam mencari kebenaran itu adalah
didasarkan pada rasa tanggung jawab
akan keterujian hipotesa yang duduk
pada disiplin dan metode ilmiah.
Ilmu berasal dari bahasa arab “ilmu” yang artinya pengetahuan secara
menyeluruh, sedangkan menurut bahasa Indonesia ilmu dan pengetahuan
mempunyai arti yang berbeda yakni ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai
ciri-ciri, tanda dan syarat yang khusus. Sedangkan pengetahuan adalah suatu yang
diketahui. Ilmu merupakan usaha pemahaman manusia yang disusun dalam
sistematika yang berdasarkan struktur, pembagian, dan hukum hukum yang telah
diselidiki bahkan diamati seperti alam, manusia dan agama, selain itu di uji
kebenaranya secara empiris, riset dan experimental.
5
yang dapat kita tangkap dengan panca indra adalah hal yang berada didalam ruang
dan waktu, sesuatu yang berada diluar ruang waktu, diluar panca indra kita yang
terdiri dari tiga ide regulatif yakni : Ide kosmologis, yaitu tentang alam semesta
yang tidak dapat dijangkau dengan panca indra, ide tentang jiwa manusia, ide
teologis yaitu tentang tuhan sang pencipta alam semesta.
6
dirinya sendiri itu bebas nilai. Ia berada di bawah pertimbangan ilmiah murni. (Sony
Keraf, 155-156), Context of discovery adalah konteks di mana ilmu pengetahuan
itu ditemukan. Dalam konteks ini ilmu tidak bebas nilai. Ilmu pengetahuan selalu
ditemukan dan berkembang dalam konteks ruang dan waktu, dalam konteks sosial
tertentu. (Sony Keraf: 154). Kegiatan ilmiah mempunyai sasaran dan tujuan yang
lebih luas dari sekedar menemukan kebenaran ilmiah. Ilmu pengetahuan muncul
untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga sejak awal ilmu pengetahuan
mempunyai motif dan nilai tertentu.
➢ Objektivitas
7
➢ Sikap Relative
➢ Sikap Skeptif
Sikap ini memiliki pandangan yang ragu-ragu terhadap suatu ide. Menurut
Descartes keraguan itu tidak hanya kepada masalah-masalah yang belum cukup
kuat dasar pembuktianya, bahkan kepada ide, akal atau yang telah kita milikipun
dalam rasa ragu-ragu. Maka karena itu seorang ilmuwan berhubungan dengan sikap
skeptif, dia harus hati-hati dan teliti dalam mengambil suatu keputusan akhir dalam
memberikan pernyataan dan penilaian ilmiah. Sehingga dengan keraguan seorang
ilmuwan ini akan lebih bisa bersikap kritis terhadap apa yang dilakukan pada
sesuatu peristiwa, sehingga tidak mudah untuk mengikatkan dengan suatu faham
atau politik.
➢ Kesabaran Intelektual
8
harus terbuka untuk mengadakan penelitian kembali apakah benar Freon ini bisa
meledak atau tidak. Dan dapat dilihat bahwa dari peristiwa ini dibutuhkan
kesabaran yang intelektual.
➢ Kesederhanaan
Etika ini berbeda dengan psikologi, antropologi, dan sosiologi, ilmu tidak
mengadakan penilaian baik buruknya suatu yang di teliti. Ilmu ini hanya
mengajukan deskripsi benar atau salah secara relative. Tetapi pada akhirnya sampai
kepada penggunaan hasil ilmu tetap akan berhubungan dengan etika. Contoh :
Seorang ahli fisika nuklir saat membuat bom nuklir tidak dipengaruhi nilai etika,
dan di bina oleh kaida teknis akademik serta pengetahuan teknis dalam fisika.
Mereka tidak berhasil membuat bom atom ketika memperhitungkan nilai politik,
nilai religi, perhitungan psikologis dan sosiologis. Dalam pengambilan bom atom
diharuskan mengandung penilaian etik (Drs. H. Burhanuddin Salam “Filsafat ilmu
pengetahuan” Rineka Cipta, Jakarta: 1997, hal 129-132).
Dapat saya simpulkan bahwa yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan
dalam lapangan ilmu pengetahuan yaitu yang pertama sikap seorang ilmuwan
ketika melihat sesuatu selalu tidak pasti atau dapat disebut juga dengan skeptif,
dalam hal ini ilmuwan harus mempunyai rasa meragukan setiap pernyataan ilmiah
yang belum terbukti dan teruji secara kebenaranya. Selanjutkan dengan sikap serba
penasaran, ilmuwan harus mempunyai minat, hasrat serta semangat untuk mencari
9
jawaban yang benar atas persoalan ilmu yang saat ini ditekuninya. Kemudian serba
obyektif yaitu dengan menghindarkan, sekurang-kurangnya sangat meminimalkan
sikap subyektif, serta menghindari emosi dan prasangka, tidak memilih hak kepada
siapapun selain kebenaran ilmiah. Sikap kejujuran intelektual yang harus pada
seorang ilmuwan yang berani menyatakan kebenaran, berteguh pada pendirian dan
terbuka menerima kebenaran-kebenaran yang baru. Selain itu sikap rendah hati,
lapang dada, toleran, sabar, tabah hati, tekun dan rajin dalam usaha saat menemukan
kebenaran-kebenaran ilmiah.
10
DAFTAR PUSTAKA
11