Anda di halaman 1dari 11

RESUME BAB 6 FISAFAT ILMU ETIKA ILMUWAN

1. DEFINISI ETIKA DAN ILMU


➢ Pengertian Etika

Filsafat ilmu merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan etika dan


estetika, di dalam aksiologi hubungan merupakan bagian fokus diantara keduanya.
Sedangkan dalam bahasa, ilmu dan etika merupakan tempat yang berbeda dalam
ranah lingkup. Pada tahapan ilmu pengetahuan, ilmu merupakan karya dari seorang
individu yang dikomunikasikan kepada seseorang secara teknis terbuka dengan
kepentingan yang lebih luas. Adapun istilah tanggung jawab moral berlaku dengan
sendiri, hukum yang mendasar merupakan hukum alam yang sesuai dengan
kebiasaan. Sehingga pada awal upaya membentuk ilmu, ilmuwan sudah berhadapan
dengan moral serta mempertimbangkan kebiasaan pada jaman saat itu, karena tidak
semua ilmuwan memperhatikan kebiasaan-kebiasaan pada jaman dan hukum moral
masyarakat, akan tetapi pilihan moral dari dalam diri masih harus dijunjung tinggi.
Sehingga ada kode-kode yang dirumuskan yang dapat menjadi acuan internal dalam
penelitian ilmiah, kode tersebut tidak sembarangan dapat diakses oleh siapapun dan
hanya pihak atau orang yang membutuhkan saja.

Kode etik dalam pengetahuan ilmiah sudah terkandung dalam tahapan


metode ilmiah, dalam metode ilmiah terdapat aturan-aturan kode yang
mengarahkan kerja ilmiah. Dan jika urusan etika diberlakukan akan bermodel
ilmiah, sehingga nilai kegunaan ilmu yang tidak akan pernah meluas dan dirasakan
banyak orang, selain itu ilmuwan harus berkaitan pada jamanya atas pilihan moral
dan kode etik serta aturan profesionalitas yang dimiliki ilmuwan masing-masing.
Dalam menemukan formula etis yang diterima oleh semua ilmuwan adapun aturan-
aturan yang tidak berlawanan dengan tujuan ilmu itu, sehingga seluruh ilmuwan
akan mengalir serta rasa ikhlas dalam mengikutinya. Adapun tujuan dari keilmuan
tersebut untuk kehidupan yang lebih baik pada manusia, dan jika masih ada yang
berpaling dari pedoman yang berisi arah atau petunjuk, kebijaksanaan dan langkah-
langkah yang harus ditempuh, sehingga usaha yang dilakukan itu benar-benar dapat

1
mewujudkan cita-cita yang di idamkan, maka merupakan noda yang mengotori
ilmu. Pada temuan-temuan ilmiah dapat digunakan untuk tujuan yang tergantung
pada manusia.

Dalam kasus islam doktrin yang menjunjung tinggi akhlak pada semua
tindakan manusia, pada orang-orang yang berilmu diibaratkan dengan pemegang
cahaya karena tuhan mendiskripsikan dirinya sebagai cahaya di atas cahaya, dan
jika para pemegang cahaya mencoba main-main dengan cahaya yang di pegang,
maka fungsi mereka sebagai pembimbing umat yang berwariskan kenabian perlu
untuk di curigai. Selain itu dalam penggunaan rasio untuk kerja pengetahuan
diharapkan untuk tidak menyesatkan orang lain, dan bahkan jika ilmu tidak berbuah
hasil dengan kebaikan dalam diri manusia akan menjadi boomerang atau peristiwa
yang membunuh nilai kemanusiaan serta merugikan diri sendiri. Islam mengajarkan
bahwa ilmu dalam diri manusia sangat berbanding lurus dengan dzat yang maha
mengetahuinya. Menurut beberapa ahli pengertian etika sebagai berikut :

Nama Ahli Pengertian / Gagasan

1. Robert C Solomon, 1984:2 Etika merupakan bagian filsafat yang


dapat berdasarkan hidup baik, berbuat
baik, serta hal-hal baik dalam
kehidupan. Kata etika merujuk pada
dua hal yang pertama disiplin ilmu
yang mempelajari nilai-nilai dan
pembenarannya, sedangkan yang
kedua pada pokok permasalahan
disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-
nilai hidup dan hukum-hukum tingkah
laku. Kedua hal itu berpadu pada
kenyataan dalam bertingkah laku yang
sesuai dengan hukum, adat, serta
harapan yang terus berubah, sehingga

2
kita harus merenungkan tingkah laku
dan sikap kita, membenarkanya, dan
memperbaikinya.

2. Drs. Burhanuddin Salam MM, Etika adalah ilmu yang mempengaruhi


2000:6 pola hidup atau tingkah laku yang di
nilai baik (ma’ruf) dan buruk atau keji
(munkar).

3. Prof. HM Arifin M, 1996: 139 Etika dapat pula dikatakan sebagai


system nilai moral adalah keseluruhan.
Tatanan yang terdiri dari dua atau
lebih kompnen yang satu sama lain
saling mempengaruhi atau bekerja
dalam satu kesatuan atau keterpaduan
yang bulat yang berorientasi pada nilai
dan moralitas islam, tekananya pada
action system.

4. Drs. Sudarsono SH, 1996:28- Etika berhubungan erat dengan


29 definisi mengenai filsafat atau cita
filsafat yaitu agar manusia memiliki
keutamaan yang sempurna, serta diberi
definisi yaitu sebagai latihan untuk
mati, hal ini yang di maksud
mematikan hawa nafsu untuk
memperoleh keutamaan, serta
memperoleh kenikmatan hidup adalah
keburukan yang memperoleh
kenikmatan lahiriyah akal keutamaan
manusia tidak lain dari budi pekerti
yang terpuji.

3
Dapat saya simpulkan secara keseluruhan bahwa etika merupakan cabang
dari filsafat yang membicarakan tentang nilai baik buruk serta tentang
pertimbangan-pertimbangan tindakan, serta pengkajian secara mendalam tentang
system dan nilai yang ada, sehingga etika sebagai suatu ilmu cabang dari filsafat
yang membahas system nilai moral yang berlaku. Moral merupakan ajaran system
nilai baik buruk yang diterima sebagaimana adanya, tetapi etika kajian tentang
moral yang bersifat kritis dan rasional. Etika secara umum juga diklasifikasikan
menjadi dua jenis. Yang pertama etika deskriptif yang menekankan pada
pengkajian ajaran moral yang berlaku, membicarakan masalah baik buruk tindakan
manusia dalam hidup bersama. Yang kedua etika normatif, suatu kajian terhadap
ajaran norma baik buruk sebagai suatu fakta, serta tidak perlu mengajukan alasan
rasional terhadap ajaran dan cukup merefleksikan mengapa hal itu sebagai suatu
keharusan.

➢ Pengertian Ilmu

Filsafat ilmu merupakan filsafat pengetahuan secara spesifik yang mengkaji


hakikat ilmu pengetahuan ilmiah. Ilmu merupakan cabang dari pengetahuan
dimana filsafat ilmu yaitu suatu usaha akal manusia yang teratur dan taat mengenai
asasnya untuk menuju penemuan pengetahuan. Ilmu pengetahuan suatu system
yang berasal dari berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu objek
pada pengalaman, sehingga disusun sedemikian baiknya menurut asas yang sampai
menjadi satu kesatuan suatu system dari berbagai pengetahuan, dan masing-masing
di dapatkan sebagai hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh peneliti dengan
memakai metode-metode. Adapun menurut beberapa ahli pengertian ilmu
diantaranya :

Nama Ahli Pengertian / Gagasan

1. Prof. Dr. Muhammad Hatta Ilmu adalah pengetahuan yang teratur


tentang pekerjaan hukum kausal
dalam satu golongan masalah yang
sama tabiatnya maupun menurut

4
kedudukanya tampak dari luar
maupun menurut bangunanya dari
dalam.

2. Prof. Dr. Ahmad Tafsir Ilmu adalah teori yang rasional dan
“Filsafat Ilmu”, 2004 empiris.

3. Prof. Dr. M Solly Lubis SH, Ilmu merupakan produk etika karena
1994:44 ia lahir dan bersumber dari nilai moral
yang gandrung akan kebenaran. Ilmu
juga di pandang sebagai proses etika
karena langkah-langkah metodologik
berupa logika-hipotetico-veticatif
dalam mencari kebenaran itu adalah
didasarkan pada rasa tanggung jawab
akan keterujian hipotesa yang duduk
pada disiplin dan metode ilmiah.

Ilmu berasal dari bahasa arab “ilmu” yang artinya pengetahuan secara
menyeluruh, sedangkan menurut bahasa Indonesia ilmu dan pengetahuan
mempunyai arti yang berbeda yakni ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai
ciri-ciri, tanda dan syarat yang khusus. Sedangkan pengetahuan adalah suatu yang
diketahui. Ilmu merupakan usaha pemahaman manusia yang disusun dalam
sistematika yang berdasarkan struktur, pembagian, dan hukum hukum yang telah
diselidiki bahkan diamati seperti alam, manusia dan agama, selain itu di uji
kebenaranya secara empiris, riset dan experimental.

Pada hakikatnya ilmu pengetahuan diperoleh dari pengalaman dan akal.


Akhirnya timbul paham atau aliran yang disebut empirisme dan rasonalisme. Aliran
empirisme yaitu paham yang menyusun teorinya berdasarkan pengalaman David
Hume dan Jhon Locke. Sedangkan aliran rasionalisme menyusun teori berdasarkan
rasio. Tokoh aliran itu Spinoza, Rene Descartes. Aliran empirisme menggunakan
metode induksi sedangkan rasionalisme menggunakan metode deduksi. Sesuatu

5
yang dapat kita tangkap dengan panca indra adalah hal yang berada didalam ruang
dan waktu, sesuatu yang berada diluar ruang waktu, diluar panca indra kita yang
terdiri dari tiga ide regulatif yakni : Ide kosmologis, yaitu tentang alam semesta
yang tidak dapat dijangkau dengan panca indra, ide tentang jiwa manusia, ide
teologis yaitu tentang tuhan sang pencipta alam semesta.

Dapat di simpulkan dari berbagai menurut para ahli dan pengertian-


pengertian ilmu bahwa filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat yang mengkaji
secara mendalam serta sitematika, prosedur, metodelogi untuk memformulasikan
system yang benar dalam memperoleh kebenaran yang ilmiah. Selain itu dalam
bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu yang
diantaranya ilmu alam dan ilmu sosial. Tujuan ilmu pengetahuan untuk ilmu
pengetahuan itu sendiri, motif dasar dari ilmu pengetahuan adalah memenuhi rasa
ingin tahu dengan tujuan mencari kebenaran. Sikap seperti ini dimotori oleh
Aristoteles yang kemudian dilanjutkan oleh ilmuwan ilmu alam. Ilmu harus
otonom, tidak boleh tunduk pada nilai-nilai di luar ilmu seperti nilai agama, nilai
moral, nilai sosial, kekuasaan. Jika ilmu tunduk pada nilai-nilai di luar hal tersebut
maka tidak akan didapatkan kebenaran ilmiah objektif dan rasional. Kemudian ilmu
pengetahuan harus berguna untuk memecahkan persoalan hidup manusia,
kebenaran ilmiah tidak hanya masuk akal (logis), keyakinan seseorang yang bisa
dilakukan (rasional), sumber pengetahuan yang diperoleh dari observasi (empiris),
tetapi juga aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar segala sesuatu yang
membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau
hasil yang bermanfaat (pragmatis).

Berkaitan dengan ilmu harus dibedakan Context of justification dan context


of discovery. Context of justifiction adalah konteks pengujian ilmiah terhadap hasil
penelitian ilmiah dan kegiatan ilmiah. Dalam konteks ini pengetahuan harus
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan murni yang objetif dan rasional, tidak
boleh ada pertimbangan yang lain. Satu-satunya yang berlaku dan dipakai untuk
pertimbangan adalah nilai kebenaran. Ia tidak mau peduli terhadap pertimbangan-
pertimbangan lain di luar dirinya. Ilmu bersifat otonom. Ilmu yang berdialog dalam

6
dirinya sendiri itu bebas nilai. Ia berada di bawah pertimbangan ilmiah murni. (Sony
Keraf, 155-156), Context of discovery adalah konteks di mana ilmu pengetahuan
itu ditemukan. Dalam konteks ini ilmu tidak bebas nilai. Ilmu pengetahuan selalu
ditemukan dan berkembang dalam konteks ruang dan waktu, dalam konteks sosial
tertentu. (Sony Keraf: 154). Kegiatan ilmiah mempunyai sasaran dan tujuan yang
lebih luas dari sekedar menemukan kebenaran ilmiah. Ilmu pengetahuan muncul
untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga sejak awal ilmu pengetahuan
mempunyai motif dan nilai tertentu.

2. ETIKA SEORANG ILMUWAN

Etika ilmuwan merupakan pandangan seseorang terhadap bagaimana cara


berpikir yang benar dengan cara metode keilmuan masing-masing sehingga dapat
pula untuk merima atau menolak cara berpikir keilmuan itu. Adapun seorang
ilmuwan pastinya harus mempunyai sikap positif yang dimana dapat memilah cara
berpikir yang tepat serta sesuai dengan metode keilmuwan tersebut yang di dalam
pemahaman terdapat emosi, perasaan ataupun perilaku. Ada beberapa sikap ilmiah
yang harus di miliki oleh seorang ilmuwan, yang di kemukakan oleh Harsojo,
sebagai berikut :

➢ Objektivitas

Seorang ilmuwan harus memiliki sikap objektivitas, bahwa ia berpikir harus


sesuai dengan objek, peristiwa atau benda-benda yang dipelajari maupun diselidiki.
Sehingga seorang ilmuwan berpikir objektif serta akan menjauhkan penilaian yang
subjektif yang di pengaruhi nilai-nilai keinginan, harapan serta dorongan pada
pribadinya. Begitupun dengan hasil penelitian akan bersifat objektif apabila hasil-
hasil penelitian tidak di pengaruhi oleh pandangan hidup, ras, agama, kebudayaan
dan faktor politik. Sehingga dapat disimpulkan pengertian umum bahwa objek
dalam ilmu sosial akan lebih sulit dibandingkan dengan ilmu beraroma kealaman.
Ilmu sosial merupakan wadah tempat penelitian manusia yang ada kaitanya dengan
objek, peristiwa, serta masalah sosial yang lain karena di dalam ilmuwan harus bisa
menguasai emosi dalam faktor utama dalam penelitian ilmu-ilmu sosial.

7
➢ Sikap Relative

Relative mempunyai lawan yaitu mutlak dan abadi. Sikap relative


merupakan suatu keharusan didalam ilmu, karena ilmu hanya berhubungan dengan
dunia fenomena yang penuh dengan perubahan dan selalu mengalami
perkembangan. Ilmu tidak mencoba mencari sesuatu yang mutlak, yang mutlak
bukan lapangan ilmu yang dapat dipelajari filsafat pada akhirnya akan bermuara
kepada agama, hal ini bahwa ilmu harus dipisahkan dari filsafat apalagi dari agama.
Sehingga ilmu ini tidak mengenal kemutlakan yang telah dulu dapat diartikan ilmu
pada saat ini, dalam ilmu sosial sangat rawan pada pengertian atau bahasa mutlak
ini, karena hasil penelitian dapat diterapkan di jawa barat tetapi belum tentu hal itu
dapat diterapkan di suatu daerah lain apalagi di luar Indonesia.

➢ Sikap Skeptif

Sikap ini memiliki pandangan yang ragu-ragu terhadap suatu ide. Menurut
Descartes keraguan itu tidak hanya kepada masalah-masalah yang belum cukup
kuat dasar pembuktianya, bahkan kepada ide, akal atau yang telah kita milikipun
dalam rasa ragu-ragu. Maka karena itu seorang ilmuwan berhubungan dengan sikap
skeptif, dia harus hati-hati dan teliti dalam mengambil suatu keputusan akhir dalam
memberikan pernyataan dan penilaian ilmiah. Sehingga dengan keraguan seorang
ilmuwan ini akan lebih bisa bersikap kritis terhadap apa yang dilakukan pada
sesuatu peristiwa, sehingga tidak mudah untuk mengikatkan dengan suatu faham
atau politik.

➢ Kesabaran Intelektual

Dalam suatu penelitian ilmiah harus memerlukan kesabaran untuk hasil


yang tidak tergesa-gesa bekerja dalam ilmu harus sistematis, teliti dan tekun.
Contoh : para ahli lemari es dengan hasil eksperimenya yang begitu lama dan teliti,
yang menghasilkan tabung yang berisi “Freon” yang menurut sifatnya refrigerant
Freon yang beredar dan dipasarkan dalam lemari es tidak beracun, korosif, iritasi
dan tidak terbakar dalam semua keadaan penggunaan. Sehingga peristiwa ini harus
dikembalikan bahwa tidak ada yang mutlak dalam ilmu dan relative, maka ilmuwan

8
harus terbuka untuk mengadakan penelitian kembali apakah benar Freon ini bisa
meledak atau tidak. Dan dapat dilihat bahwa dari peristiwa ini dibutuhkan
kesabaran yang intelektual.

➢ Kesederhanaan

Wijaya (2014: 117) mengungkapkan sederhana adalah kebiasaan seseorang


untuk berperilaku sesuai kebutuhan dan kemampuannya. Sederhana dapat pula
berarti tidak berlebihan atau tidak mengandung unsur kemewahan. Sehingga
kesederhaan ini merupakan sikap ilmiah yang artinya sederhana dalam cara
berpikir, menyatakan dan pembuktian. Adapun bahasa yang digunakan juga harus
baik, jelas dan terang, serta tidak menggunakan rasa emosional yang nantinya dapat
merusak atau memperburuk hasil penelitian yang sebelumnya sudah di planning
oleh diri sendiri.

➢ Tidak Memihak Kepada Etik

Etika ini berbeda dengan psikologi, antropologi, dan sosiologi, ilmu tidak
mengadakan penilaian baik buruknya suatu yang di teliti. Ilmu ini hanya
mengajukan deskripsi benar atau salah secara relative. Tetapi pada akhirnya sampai
kepada penggunaan hasil ilmu tetap akan berhubungan dengan etika. Contoh :
Seorang ahli fisika nuklir saat membuat bom nuklir tidak dipengaruhi nilai etika,
dan di bina oleh kaida teknis akademik serta pengetahuan teknis dalam fisika.
Mereka tidak berhasil membuat bom atom ketika memperhitungkan nilai politik,
nilai religi, perhitungan psikologis dan sosiologis. Dalam pengambilan bom atom
diharuskan mengandung penilaian etik (Drs. H. Burhanuddin Salam “Filsafat ilmu
pengetahuan” Rineka Cipta, Jakarta: 1997, hal 129-132).

Dapat saya simpulkan bahwa yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan
dalam lapangan ilmu pengetahuan yaitu yang pertama sikap seorang ilmuwan
ketika melihat sesuatu selalu tidak pasti atau dapat disebut juga dengan skeptif,
dalam hal ini ilmuwan harus mempunyai rasa meragukan setiap pernyataan ilmiah
yang belum terbukti dan teruji secara kebenaranya. Selanjutkan dengan sikap serba
penasaran, ilmuwan harus mempunyai minat, hasrat serta semangat untuk mencari

9
jawaban yang benar atas persoalan ilmu yang saat ini ditekuninya. Kemudian serba
obyektif yaitu dengan menghindarkan, sekurang-kurangnya sangat meminimalkan
sikap subyektif, serta menghindari emosi dan prasangka, tidak memilih hak kepada
siapapun selain kebenaran ilmiah. Sikap kejujuran intelektual yang harus pada
seorang ilmuwan yang berani menyatakan kebenaran, berteguh pada pendirian dan
terbuka menerima kebenaran-kebenaran yang baru. Selain itu sikap rendah hati,
lapang dada, toleran, sabar, tabah hati, tekun dan rajin dalam usaha saat menemukan
kebenaran-kebenaran ilmiah.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Jujun S. Sumantri 1995 Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka


Sinar Harapan, Jakarta
2. Berling, Kwee, Moij, Van Peursen, Pengantar Filsafat Ilmu (Jogyakarta,
Tiara Wacana, 1990)

11

Anda mungkin juga menyukai