Anda di halaman 1dari 14

ETIKA

A. Pendahuluan

Etika atau “Filsafat Perilaku” (Asmurul Akhmadi, 2005:15) dengan


istilah “Nilai” (Ahmad Tafsir, 2005:40), ada juga menyebut etika dengan
istilah “Filsafat Moral (Jan Hendrik Rapar, 2005:62) adalah salah satu cabang
filsafat yang membicarakan tentang perilaku manusia, dengan penekanannya
kepada hal-hal yang baik dan buruk. Etika adalah ilmu yang membahas
tentang perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia, sejauh yang dapat
dipahami oleh pikiran manusia.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia 1996 etika diartikan ilmu


tantang yang baik dan yang buruk tentang hak dan kewajiban moral,
kumpulan azaz atau nilai yang berkenaan dengan aklak, nilai mengenai benar
dan salah yang dianut masyarakat. Dilihat dari asal usul kata, etika berasal
dari kata Yunani “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan yang baik.
Etika berkembang menjadi studi tentang kebiasaan mannusia berdasarkan
kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang mengambarkan
perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya. Menurut Fagothy 1953
etika adalah studi tentang kehendak manusia yaitu kehendak manusia yakni
kehendak yang berhubungan keputusan tentang yang benar dan yang salah
dalam tindak perbuatanya. K.Bertens (1957:290) mengomentari mengenai
peran etika, menurutnya “bahwa tidak semua yang bisa dilakukan dengan
kemampuan ilmiah dan teknologi boleh dilakukan, bahwa manusia harus
membatasi diri yaitu harus ditentukan berdasarkan kesadaran moral manusia”.

Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia yang berkenaan


dengan ketentuan tentang kewajiban (kebenaran, kesalahan, kepatuhan) dan
ketentuan tentang nilai (kebaikan dan keburukan). Etika adalah segala bentuk
cara berfikir mengenai perilaku manusia dibawah pangkal tolak pandangan
baik dan buruk, dari norma dan nilai pertanggung jawaban dan pilihan.
Mempelajari etika untuk mendapatkan konsep yang benar mengenai
penilaian baik dan buruk manusia sebatas pemahaman fikiran manusia dalam
penggunaan norma tentang baik dan buruk, yang terlepas dari wahyu agama
yang dijadikan sumber norma ilahi. Ketika lebih cenderung bersifat analisis
dari pada praktis, bekerja secara rasional.

B. Pengertian Etika
Secara estimologi, etika berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu ethos
atau ethikos yang mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berfikir. Dalam
bentuk jamaknya ta etha yang artinya adat kebiasaan. Ta etha menjadi latar
belakang terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf yunani besar Aristoteles
(384-322) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.
Dalam pemahaman lain, athos diartikan sifat, watak, kebiasaan atau
tempat yang biasa. Sedangkan kata ethikos berarti susila, keadaban, atau
kelakuan dan perbuatan yang baik. Yang lebih dekat maknanya dengan etika
adalah kata moral, yang dalam bahasa latin disebut dengan istilah mores,
yang berarti kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat atau cara hidup. Dari asal usul
kata etika, maka etika dapat didefenisikan sebagai ilmu tentang apa yang
biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta.
1953), etika dijelaskan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral). Adapun dalam kamus besar bahasa Indonesia (1988), etika
dirumuskan dalam 3 arti, sebagai berikut :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak)
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan denganakhlak
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat.
Menanggapi 3 pengertian etika diatas, Bertens (2004:5)
mengemukakan bahwa etika dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang


menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut sebagai “system
nilai” dalam hidup manusia perorangan atau hidup
bermasyarakat.
2. Etika dipakai dalam arti kumpulan asas atau nilai moral, yang
dimaksud disini adalah kode etik
3. Etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik atau yang
biruk. Arti etika disini sama dengan filsafat moral.

Etika disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi


ketentuan-ketentuan (norma-norma)dan nilai-nilai yang dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam prakteknya, sering mendengar istilah :

 descriptive sthics, ialah gambaran atau lukisan tentang etika


 normative ethics, ialah norma-norma tertentu tentang etika
agar seseorang dapat dikatakan bermoral
 philosophy ethics. Ialah etika sebagai filsafat yang
menyelidiki kebenaran

etika normative membrikan dan menetapkan ukuran-ukuran atau


kaidah-kaidah yang mendasari pemberian tanggapan atau penilaian terhadap
perbuatan baik buruk manusia. Menurut Bertens (1997:17), penilaian
terhadap perilaku manusia harus dibentuk atas dasar norma=norma dan
martabat manusia yang dihormati.

Pengertian etika oleh Sumaryono (1995), menekankan pada


pemahaman bahwa etika adalah sebagai sebuah ilmu, dimana etika saat ini
berkembang menjadi studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan
kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan
perangai manusia dalam kehidupan menusia pada umumnya. Etika juga
berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan
kodrat manusia yabg diwujudkan melalui kehendak manusia.

Menurut Wiramiharja (2006:158) pada dasarnya etika meliputi 4


pengertian, yaitu :

1. Etika merupakan system nilai kebiasaan yang penting dalam


kehidupan kelompok manusia khususnya
2. Etika digunakan pada suatu diantara system-sistem khusus
tersebut yaitu “moralitas” yang melibatkan makna dari
kebenaran dan kesalahan seperti salah dan malu
3. Etika adalah system moralitas itu sendiri mengacu pada
prinsip-prinsip moral actual
4. Atika adalah suatu daerah dalam filsafat yang
memperbincangkan telaahan etika dalam pengertian-
pengertian lain

Etika menurut Abdullah (2005:14) dalam kenyataan dapat dipakai


dalam arti berikut:

1. Nilai-nilai yang menjadi pegangan bagi seseorang atau


kelompok dalam mengatur tingkag lakunya
2. Asas norma tingkah laku, tata cara melakukan, system
perilaku, tata karma (kode etik)
3. Perilaku baik buruk boleh tidak boleh, suka tidak suka, senag
tidak senang. Etika diakui bila perilaku etis asas-asas dan nilai
yang terkandung menjadi ukuran baik buruk secara umum,
diterima masyarakat disuatu tempat. Etis mengandung arti
kegiatan yang mengatur kedisiplinan seseorang terhadap
dirinya, terhadap sesamanya dan mengatur kegiatan sehari-
hari.
4. Ilmu tentang perbuatan yang baik-buruk. Etika menjadi ilmu
bila disusun secara metodid dan sistematis yang terdiri dari
asas-asas dan nilai baik buruk. Etika adalah suatu ilmu yang
membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia,
mana yang dapat dinilai baik dan dinilai buruk dengan
memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
dicerna akal pikiran

Pengertian etika sebagai ilmu merupakan suatu studi yang


mempelajari tentang segala soal kebaikan dalam hidup manusia semuanya,
mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang merupakan perkembangan
perasaan sampai mengenai tujuan nya

Beberapa pendapat para ahli tentang defenisi etika menurut persepsi


dan pemahaman nya :

1) Ahmad yamin, etika diartikan sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalm perbuatan
merekan dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat.
2) Soegarda Poerbakawatja, etika adalah sebagai nilai filsafat, kesusilaan
tentang baik dan buruk, berusaha mempelajari nilai nilai dan
merupakan pengetahuan tentang nilai itu sendiri
3) Ki Hajar Dewantara, mengartikan etika sebagai ilmu yang
mempelajari soal kebaikan dan keburukan dalam hidup manusia
semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran, rasa yang
dapat merupakan pertimbangan dan rasa perasaan sampai menguasai
tujuannyayang dapat merupakan perbuatan.
4) Austin Fogethey mengartikan etika sebagai ilmu yang berhubungan
dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan ilmu
masyarakat yang erat hubungannya dengan antropologi, psikologi,
sosiologi, ekonomi, ilmu politik dan ilmu hukum.
5) Ahmad Zubair mengartikan etika sebagai cabang filsafat,yaitu filsafat
etika atau pemikiran filsafat tentang moralis, problem moral, dan
pertimbangan moral
6) H. Devos mengartikan etika sebagai ilmu pengetahuan mengenai
kesusilaan secara ilmiah
7) Asmaran AS mengartikan etika sebagai ilmu pegetahuan yang
mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai-nilai
perbuatan tersebut bail dan buruk, sedangkan ukuran untuk
menetapkan nilainya adalah akal pikiran manusia
8) Frans Magnis Suseno mengartikan etika sebagai usaha manusia untuk
mempergunakan akal budi daya pikirannya untuk memecahkan
masalah bagaimana ia ahrus hidup apabila ia menjadi baik. Kemudian
etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas. Yang
dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu
pengertian yang lebih mendasar dan kritis
9) Hamzah Ya’kub mengatakan etika sebagai ilmu yang menyeidiki
mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal
perbuatan sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran
10) Burhanudin Salam mengartikan etika sebagai sebuah refleksi kritis
dan rasional menyamai nilai-nilai dan norma moral yang menentukan
dan terwujudnya dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik
secara pribasi maupun secara kelompok
11) Surahwadi Lubis mengartikan etika sebagai ilmu filsafat tentang nilai-
nilai kesusilaan, tentang baik dan buruk
12) Pudjawijatna mengartikan etika sebagai ilmu yang mencari
kebenaran. Ia mencari keterangan benar sedalam-dalamnya. Tugas
etika adalah mencari ukuran baik buruknya tingkah laku manusia
13) Lewis Mustofa Adam mengartikan etika sebagai ilmu tentang filsafat,
tidak mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai , tidakmengenai sifat
tindakan manusia tetapi tentang idenya.
14) M. Yatimin Abdullah mengartikan etika sebagai ilmu yang
mempelajari tentang baik buruk. Etika bisa berfungsi sebagai teori
perbuatan baik dan buruk (ethics atau ilm al akhlak al-karimah)
praktiknya dapat dilakukan dalam disiplin filsafat
15) Frans magnis Suseno (1991:14), mengartikan etika sebagai usaha
manusia untuk mempergunakan akal budi daya pikirannya untuk
memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup apabila ia menjadi
baik. Kemudian etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas.
Yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu
pengertian yang lebih mendasar dan kritis. Beliau menjelaskan bahwa
etika bukan merupakan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral,
melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu
bukan sebuah ajaran. Etika dengan ajaran moral tidak berada ditingkat
yang sama. Etika kurang dan lebih dari ajaran moral. Kurang karena
etika tidak berwenang untuk menetapkan apa yang boleh kita lakukan
dan apa yang tidak. Lebih karena etika berusaha untuk mengerti
mengapa, atau atas dasar apa kita harus hidup menurut norma-norma
tertentu. Dapat ditarik kesimpulan bahwa etika adalah pemikiran
sistematis tentang moralitas.
16) Sumantri (1996:13) mengartikan etika sebagai suatu ilmu yang
mengadakan ukuran yang dapat dipakai untuk menanggapi dan
menilai perbuatan manusia yang berhubungan dengan perbuatan
kesusilaan yang benar (normative)
17) Etika dengan segala runtutannya sebagaimana yang dikemukan oleh
Framkema (1973), yang menyatakan bahwa etika adalah cabang dari
filsafat. Inti dari etika adalah analisis pernyataan kewajiban penilaian
bukan moral disinggung sejauh diperlukan dalam rangka pembicaraan
pernyataan kewajiban.
18) Socrates mengungkapkan bahwa etika membahas baik buruk, benar
salah dalam tingkah laku, tindakan manusia dan menyoroti kewajiban-
kewajiban manusia.

Etika pada prinsipnya dapat dibedakan menajdi tiga macam, yaitu :

1. Etika sebagai ilmu, yang merupakan kumpulan tentang kebajikan,


tentang penilaian dari perbuatan seseorang. Etika dalam domain iini
banyak dikaji dalam dimensi agama. Etika memang tidak dapat
menggantikan agama. Akan tetapi, etika juga tidak bertentangan
dengan agama, bahkan diperlukan olehnya. Ada dua masalah dalam
bidang moral agama yang tidak dapat dipecahkan tanpa pengunaan
metode-metode etika.
 Yang pertama ialah masalah interpretasi terhadap perintah atau
hukum yang termuat dalam wahyu, dapat dipecahkan dengan
semangat agama itu.
 Masalah kedua ialah bagaimana menanggapi dari segi agama
masalah-masalah moral yang pada waktu wahyu diterima
belum dipikirkan
2. Etika dalam arti perbuatan, yaitu perbuatan kebajikan. Etika dalam hal
ini dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normative dan
evaluative yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap
perilaku manusia.
3. Etika sebagai filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan,
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan.
Aristoteles dalam bukunya “etika nikomacheia” menjelaskan tentang
pembahasan etika kedalam dua hal penting yaitu :
 Etika sebagai terminius technicus, etika dipelajari untuk ilmu
pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan dan
tindakan manusia
 Etika dimaknai sebagai manner dan custom, etika dipahami
sebagai sesuatu yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan
(adat) yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in human
nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu
tingkah laku atau perbuatan manusia.

Etika dibedakan menjadi 4 kriteria, yaitu :

1. Etika merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang


kebaikan dan sifat dari hak (the principles of morality, including the
science of good and the nature og the right)
2. Etika sebagai pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan
memerhatikan bagian utama dari kegiatan manusia. (the rules of
conduct, recognize in respect to a particular class of human actions)
3. Etika sebagai ilmu yang mengkaji tentang watak manusia yang ideal
dan prinsip-prinsip moral sebagai individual (the science of human
character in its ideal state, and moral principles as of an individual)
4. Etika juga merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (the science of
duty)

Para ahli memberikan kategorisasi mengenai etika, yakni membagi


etika kedalam 2 bagian, yaitu:

1. Etika deskriptif, menjelaskan kesadaran dan pengalaman moral


secara deskriptif, menjelaskan mengenai berbagai fenomena
moral yang dapat digambarkan secara ilmiah. Etika deskriptif
berusaha menjelaskan kesadaran, keyakinan, dan pengalaman
moral dalam kehidupan manusia. Etika deskriptif adalah etika
yang mengkaji secara kritis analisis tentang sikap dan perilaku
manusia serta nilai apa yang ingin dicapai dalam kehidupan
ini. Etika deskriptif hanya membicarakan tentang perilaku apa
adanya, yaitu perilaku yang terjadi pada situasi dan realitas
konkret yang membudaya.
2. Etika normative, membahas tentang teori-teori nilai yang
didalamnya dikaji tentang sifat kebaikan dan tingkah laku
manusia. Etika normative memberikan perhatian khusus
kepada hal-hal moral atau nilai baik, buruk, benar, salah, dan
sebagainya. Etika ini berusaha menetapkan bebagai sikap dan
perilaku ideal yang seharusnya dimiliki dan dijalankan
manusia, serta tindakan yang seharusnya diambil untuk
dijadikan pedoman dalam kehidupan manusia.

C. Objek Etika
Objek penyelidikan etika adalah pernyataan-perrnyataan moral yang
merupakan perwujudan dari pandangan-pandangan dan persoalan dalam
bidang moral. Ada 2 macam pernyataan moral. Pertama, pernyataan tentang
tindakan manusia dan kedua, tentang manusia itu sendiri atau tentang unsur-
unsur kepribadian manusia.
Poedjawiyatna (1990:13-26) mengungkapkan bahwa yang menjadi
objek etika adalah :
1. Tindakan manusia
Manusia dinilai oleh manusia lain melalui tindakannya. Tindakan
manusia dinilai atas baik buruknya, tindakan itu seakan-akan keluar
dari manusia, dilakukan dengan sadar atas pilihan, dengan satu kata
kunci : sengaja.
Lapangan penyelidikan etika memang manusia. Namun demikian,
tentu saja berbeda antara etika dengan ilmu manusia. Karena ilmu
manusia menyelidiki manusia itu dari sudut “luar” artinya meliputi
badannya dengan segala apa yang perlu untuk badan itu. Etika dengan
ilmu budaya pin berbeda. Walaupun ilmu budaya menyelidiki
manusia juga, tetapi pandangannya khusus diarahkan kepada
kebudayaannya.
Objek material etika adalaj manusia. Sedangkan objek formalnya
adalah tindakan manusia yang dilakukan dengan sengaja.
2. Kehendak bebas
Kesengajaan minta adanya pilihan dan pilihan berarti adanya
penentuan dari pihak manusia sendiri untuk bertindak atau tidak
bertindak. Penentuan manusia bagi tindakannya disebut kehendak atau
kemauan. Kehendak bebas sebenarnya tidak ada
3. Determinisme
Aliran yang mengingkari adanya kehendak bebas dalam filsafat
disebut determinisme. Determinisme dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu:
a. Determinisme materialisme
Materi disini adalah yang selalu berubah-rubah dan tidak tetap.
Materialism dalam pandangannya terhadap dunia dan alam
hanya menerima dunia dan alam seperti tampaknya.
Lamettrie (1709-1751) seorang doctor perancis dalam bukunya
L’homme Machine merumuskan manusia sebagai mesin
belaka. Ia mengingkari prinsip hidup pada manusia, taka da
padanya pendorong tindakan yang dapat memilih. Segala
tindakan manusia tergantung kepada materi, tindakannya yang
diluar materi tidak nyata, adapun materi selalu ditentukan.
Di jerman, materialism dirumuskan oleh Feuerbach (1804-
1872) yang mengatakan tentang manusia itu merupakan benda
alam. Pengetahuannya adalah pengalamannya, arah tujuannya
cenderung alamnya, dan alamnya itu tertentukan.
Marxixme menyatakan bahwa hidup manusia itu ditentukan
oleh keadaan ekonomi. Segala hasil tindakannya tidak lain dari
endapan keadaan itu, sedangkan keadaan itu tertentukan benar
oleh sejarah.
Freud (1856-1939) dan Adles (1870-1937) merumuskan
bahwa manusia itu sebetulnya tidak lain dari kumpulan
cenderung dan tertentukan. Aliran behaviorisme menyatakan
bahwa tindakan manusia yang disebut behavior merupakan
reaksi dari organisme terhadap rangsangan dari luar.
b. Determinisme religious
Adalah pendapat yang mengatakan bahwa tuhan itu
mahakuasa. Dengan demikian, tak terbataslah kekuasaannya
oleh apapun juga, termasuk oleh manusia. Tingkah laku
manusia tertentukan oleh tuhan.
4. Ada kehendak bebas
Kehendak bebas dalam arti kemampuan memilih kalau ia melakukan
suatu tindakan. Biasanya kalau orang mengatakan bebas itu
maksudnya ialah bebas dari sesuatu.
5. Gejala-gejala tindakan
Dalam pergaulan kita membedakan tindakan sengaja dan tidak
sengaja. Kesengajaan menjadi dasar penilaian terhadap kesalahan
sesame kita. Kesengajaan merupakan faktor penting tetapi juga
merupakan sudut penyorotan dalam menilai sesama kita dalam
tindakannya yang tampak sederhana.
6. Penentuan istimewa
Ada kehendak bebas pada manusia artinya manusia dapat menentukan
tindakannya, yaitu ia dapat memilih. Adanya kehendak bebas tidak
mengurangi kemahakuasaan tuhan. Manusia memang terbatas, tetapi
keterbatasannya itu yang mengistimewakannya.

D. Aliran-aliran Dalam Etika


Bebarapa paham atau aliran yang mengkaji tentang etika, antara lain :
1. Aliran naturalisme
Menganggap bahwa kebahagiaan manusia didapatkan sesuai dengan
kodrat kejadian manusia itu sendiri. Perbuatan yang baik ialah
perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan kodrat manusia. Paham
naturalism menyatakan bahwa kenyataan yang paling memadai adalah
seperti yang digambarkan oleh alam. Paham ini menilai baik dan
buruknya perbuatan manusia dilihat dari adanya kesesuaian dengan
naluri manusia.
2. Aliran hedonisme
Adalah aliran yang mengajarkan bahwa sesuatu dianggap baik bila
mengandung kenikmatan bagi manusia. Menurut hedonism yang
dipandang sebagai perbuatan baik adalah perbuatan-perbuatan yang
mendatangkan kenikmatan. Aliran hedonism terbagi menjadi 2
cabang, yaitu :
 Hedonism egoistic
Menilai sesuatu yang baik adalah perbuatan yang bertujuan
untuk mendatangkan kesenangan bagi dirinya sendiri secara
individual
 Hedonism universalistic
Menilai sesuatu yang baik adalah hal-hal yang bertujuan untuk
mewujudkan kesenangan umum terbesar. Filosof yang
tergolong aliran hedonism ini adalah demokritos dan epikuros.

3. Aliran utilitarisme
Menilai baik dan buruknya suatu perbuatan berdasarkan besar dan
kecilnya manfaat bagi kehidupan manusia. Yang baik adalah yang
berguna. Demikian ukuran baik bagi penganut aliran utilitarisme
(utilis artinya berguna). Tokoh yang tergolong aliran ini adalah John
Stuart Mill. Menurut Mill dalam Franz Magnis Suseno ( 2003-184)
yang dinamakan manfaat adalah suatu kebahagiaan untuk jumlah
manusia sebesar-besarnya. Konsep kebahagian menurut Mill terdiri
dari beberapa komponen, yaitu “ keutamaan, keinginan demi diri
merek sendiri, tetapi tidak diluar kebahagiaan, melainkan sebagai
bagian dari kebahagiaan”. Sesuatu yang dianggap baik adalah
perbuatan yang dapat menghasilkan kebahagiaan bagi orang banyak,
yang jumlahnya lebih besar. Tujuan etika aliran utilitarisme ini ialah
mencapai kesenangan hidup sebanyak mungkin, baik dilihat dari segi
kualitas (mutu) maupun Kuantitas (jumlah).
4. Aliran idelaisme
Adalah doktrin etis yang memandang bahwa cita-cita adalah sasaran
yang ahrus dikejar dalam tindakan. Tokoh aliran idealism adalah
Immanuel Kant (1725-1804), mengajarkan bahwa seseorang berbuat
baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan orang lain melainkan
atas dasar kemauan sendiri. Kant melihat bahwa diantara faktor dalam
jiwa yang memengaruhi perbuatan manusia adalah suatu kekuatan
yang diamakan kemauan. Dari kemauan muncul tindakan-tindakan
yang nyata. Menurut Kant yang menjadi pokok dalam etika ini adalah
“kemauan yang baik”. Sebab segala keutamaan akan rusak jika tidak
disertai kemauan yang baik. Kepandaian, kecakapan, keindahan, dan
keberanian semuanya akan rusak jika tidak disertai kemauan yang
baik.

Anda mungkin juga menyukai