Anda di halaman 1dari 16

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL

“ PATIENT SAFETY DAN PENCEGAHAN INFEKSI DALAM ASUHAN


PERSALINAN , ETIKA SERTA KEWENANGAN BIDAN DALAM ASUHAN
PERSALINAN DAN BBL”

Dosen Pengampu:

Darmaning Amd.Keb,. S.Sos., M.Kes

Disusun Oleh:

1. Regita Aulia C. (P17321194068) 12. Fernanda Elga A. (P17321194080)


2. Riska Suprihatin (P17321194069) 13. Nor Laily Wahyuni (P17321194081
3. Eka Rizky Ferdiyanti (P17321194070) 14. Hepi Efita (P17321194082)
4. Hanun Affanin (P17321194071) 15. Maulia Zamsyah (P17321194083)
5. Anisa Ilma N (P17321194072) 16. Ayusintia Widiawati (P17321194084)
6. Sintya Oktian Dwi W. (P17321194073) 17. Ika Meilina Paramita (P17321194085)
7. Lintang Kameswara (P17321194074) 18. Aulia Dian Nur Rahmi (P17321194086)
8. Galuh Ajeng A.K (P17321194075) 19. Intan permayshella (P17321194087)
9. Millenia Bunga Syah P.(P17321194076) 20. Tanikha Hery Setiani (P17321194088)
10. Angelika V. W (P17321194077)
Safitri Salsabila S (P17321194089
11. Febby Lindasari (P17321194078)
)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI


TAHUN AJARAN 2020/2021

2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penyusun kemudahan dalam menyelesaikan
makalah tepat waktu. Tidak lupa sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Agung
Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Adapun penyusun mengucapkan terimakasih kepada Bu Darmaning Amd.Keb,. S.Sos.,


M.Kesselaku Dosen Pembimbing sehingga makalah “Patient Safety dan Pencegahan Infeksi
dalam Asuhan Persalinan, Etika serta Kewenangan Bidan dalam Asuhan Persalinan dan BBL”
dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “Asuhan Kebidanan
Persalinan dan BBL”.

Dalam penyususnan makalah ini, penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini masih perlu
banyak penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, guna menyempurnakan makalah yang
selanjutnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

01 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian Etika dan Kewenangan........................................................................................3
2.1.1 Pengertian Etika............................................................................................................3
2.1.2 Pengertian Kewenangan...............................................................................................3
2.2 Tugas dan Wewenang..............................................................................................................3
2.2.1 Pasal 46...........................................................................................................................3
2.2.2 Pasal 47...........................................................................................................................4
2.2.3 Pasal 48...........................................................................................................................4
2.2.4 Pasal 49...........................................................................................................................4
2.2.5 Pasal 50...........................................................................................................................4
2.2.6 Pasal 51...........................................................................................................................5
2.2.7 Pasal 52...........................................................................................................................5
2.2.8 Pasal 53...........................................................................................................................5
2.2.9 Pasal 54...........................................................................................................................5
2.2.10 Pasal 55.........................................................................................................................6
2.2.11 Pasal 56.........................................................................................................................6
2.2.12Pasal 57..........................................................................................................................7
2.2.13Pasal 58..........................................................................................................................7
2.2.14 Pasal 59.........................................................................................................................7
BAB III PENUTUP........................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................9
3.2 Saran.........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10

ii
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bidan sebagai tenaga kesehatan strategis yang berada pada garis terdepan dalam
pelayanan Kesehatan Ibu & Anak, Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga
Berencana yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Dengan disahkannnya UU Kebidanan
ini, menjadi dasar/landasan hukum bagi bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan
yang akan memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dan bidan.
Lahirnya UU Kebidanan merupakan peluang dalam pengaturan profesi bidan secara
komprehensif mulai dari pendidikan, pelayanan  dan pengembangan profesi
bidan. Banyaknya jumlah dan pentingnya peran fungsi bidan untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat, perlu ada pengaturan, penetapan, dan pembinaan Bidan yang jelas.
Pertimbangan sebagai latar belakang lahirnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019
tentang Kebidanan adalah:
a. Bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan agar dapat hidup
sejahtera lahir dan batin, sehingga mampu membangun masyarakat, bangsa, dan
negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b. Bahwa pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya perempuan, bayi, dan
anak yang dilaksanakan oleh bidan secara bertanggungjawab, akuntabel, bermutu,
aman, dan berkesinambungan, masih dihadapkan pada kendala profesionalitas,
kompetensi, dan kewenangan;
c. Bahwa pengaturan mengenai pelayanan kesehatan oleh bidan maupun pengakuan
terhadap profesi dan praktik kebidanan belum diatur secara komprehensif
sebagaimana profesi kesehatan lain, sehingga belum memberikan pelindungan dan
kepastian hukum bagi bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf c
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian wewenang dan etika kebidanan

1
2. Undang-Undang tentang etika dan wewenang bidan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui wewenang dan etika kebidanan
2. Untuk mengetahui Undang-Undang tentang etika dan wewenang bidan

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika dan Kewenangan
2.1.1 Pengertian Etika
Etika berasal sari bahasa yunani yaitu "Etikos" yang berarti ialah timbul dari
kebiasaan. Etika adalah cabang utama dari filfasat yang mempelajari nilai atau kualitas
yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Secara sederhana dapat
dikatakan etika adalah disiplin yang mempelajari tentang baik atau buruk sikap
tindakan manusia ( Sofyan, dkk,2006).
2.1.2 Pengertian Kewenangan
Pengertian kewenangan secara umum ialah hak seorang individu untuk melakukan
suatu tindakan dengan batas-batas tertebtu dan diakuai oeh individu lain dalam satu
kelompok tertentu. Sedangkan kewenangan menurut KBBI adalah kekuadaan
membuat keputusan memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepala orang lain.
Kewenangan yang dimiliki bidan dalam melaksanakan tugasnya yaitu memberikan
pelayana kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan untuk para ibu, anak-anak, dan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2.2 Tugas dan Wewenang
2.2.1 Pasal 46
Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas memberikan pelayanan
yang meliputi:
1. pelayanan kesehatan ibu;
2. pelayanan kesehatan anak;
3. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
4. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
5. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara bersama
atau sendiri.Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
secara bertanggung jawab dan akuntabel.

3
2.2.2 Pasal 47
Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat berperan sebagai:
• pemberi Pelayanan Kebidanan;
• pengelola Pelayanan Kebidanan;
• penyuluh dan konselor;
• pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;
• penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan; dan/atau
peneliti.
Peran Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.2.3 Pasal 48
Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46 dan Pasal 47, harus sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
2.2.4 Pasal 49
Pelayanan Kesehatan Ibu
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan berwenang:
a. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;
b. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;
c. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong persalinan
normal;
d. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;
e. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas, dan
rujukan; dan
f. Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa kehamilan, masa
persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan pascakeguguran dan dilanjutkan
dengan rujukan.
2.2.5 Pasal 50
Pelayanan Kesehatan Anak

4
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf b, Bidan berwenang :
a. Memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak
prasekolah
b. Memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat
c. Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan anak prasekolah
serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang, dan rujukan
d. Memberikn pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
dilanjutkan dengan rujukan.
2.2.6 Pasal 51
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c,
Bidan berwenang melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan
memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2.2.7 Pasal 52
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak,
dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 sampai dengan Pasal 51 diatur dengan Peraturan Menteri.
2.2.8 Pasal 53
Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf d terdiri
atas:
a. pelimpahan secara mandat; dan
b. pelimpahan secara delegatif.
2.2.9 Pasal 54
1. Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53
huruf a diberikan oleh dokter kepada Bidan sesuai kompetensinya.

5
2. Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan secara tertulis.
3. Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan tanggung jawab berada pada pemberi pelimpahan wewenang.
4. Dokter yang memberikan pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus melakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala.
2.2.10 Pasal 55
1. Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53
huruf b diberikan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah kepada Bidan.
2. Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
diberikan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerinlah Daerah dalam rangka:
a. pelaksanaan tugas dalam keadaan ketcrbatasan tertentu; atau
b. program pemerintah.
3. Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan
disertai pelimpahan tanggung jawab.
2.2.11 Pasal 56
1. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 ayat (1)huruf e merupakan penugasan pemerintah yang dilaksanakan
pada keadaan tidak adanya tenaga med is dan/atau tenaga kesehatan lain di suatu
wilayah tempat Bidan bertugas.
2. Keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kesehatan lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
3. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Bidan yang telah mengikuti pelatihan dengan
memperhatikan Kompetensi Bidan.
4. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah.

6
5. Dalam rnenyelenggarakan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dapat melibatkan Organisasi Profesi
Bidan dan/atau organisasi profesi terkait yang diselenggarakan oleh lembaga yang
telah terakreditasi.
2.2.12 Pasal 57
1. Program pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) huruf b
merupakan penugasan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah untuk melaksanakan
program pemerintah.
2. Program pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pelaksanaan program pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Bidan yang telah mengikuti pelatihan dengan memperhatikan
Kompetensi Bidan.
4. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah.
5. Dalam menyelenggarakan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dapat melibatkan Organisasi Profesi
Bidan dan/atau organisasi profesi terkait yang diselenggarakan oleh lembaga yang
telah terakreditasi.
2.2.13 Pasal 58
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53 sampai dengan Pasal 57 diatur dengan Peraturan Menteri.
2.2.14 Pasal 59
Keadaan Gawat Darurat
1. Dalam keadaan gawat darurat untuk pemberian pertolongan pertama, Bidan dapat
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sesuai dengan kompetensinya.
2. Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa Klien.
3. Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan
yang mengancam nyawa Klien.

7
4. Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Bidan sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
Penanganan keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bidan sebagai tenaga kesehatan strategis yang berada pada garis terdepan dalam pelayanan
Kesehatan Ibu & Anak, Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana yang
tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Dengan disahkannnya UU Kebidanan ini, menjadi
dasar atau landasan hukum bagi bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan yang akan
memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dan bidan.
Bidan dapat berperan sebagai Pemberi Pelayanan Kebidanan, Pengelola Pelayanan
Kebidanan, Penyuluh dan konselor, pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik, penggerak
peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan dan/atau peneliti. Bidan dalam
penyelenggaraan Praktik Kebidanan harus sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya
3.2 Saran
Kami selaku penulis sangat menghimbau kepada rekan-rekan sekalian, pembaca maupun
tenaga kesehatan agar nantinya dapat melakukan tindakan pemeriksaan sesuai prosedur
dengan benar. Namun, dalam makalah kami tentunya masih jauh dari kesempurnaan jadi
kami sangat perlu kritikan dari dosen pembimbing maupun dari pihak yang terkait.

9
DAFTAR PUSTAKA
https://studylibid.com/doc/4316540/etika-profesi-kebidanan

10

Anda mungkin juga menyukai